Menulis Sehari

  • Uploaded by: firdaus putra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menulis Sehari as PDF for free.

More details

  • Words: 1,053
  • Pages: 3
Menulis Sehari-hari; Belajar Menulis dalam Tradisi Cultural Studies* Oleh: Firdaus Putra A.

Avant propos Menulis itu mudah. Semudah menceritakan pengalaman Anda pada orang lain. Meskipun, dalam kaidah bahasa Indonesia, kita kenal adanya ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan. Menulis, tentunya berada di kaidah yang pertama. Sayangnya, ragam bahasa tulis seringkali membuat sebagian orang merasa kesulitan. Ragam bahasa tulis membuat otak kita dipenuhi oleh berbagai aturan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Yang paling mudah kita kenali melalui gaya penulisan artikel, karya ilmiah dan sebagainya. Berbeda dengan itu, ragam bahasa lisan memungkinkan kita untuk bercerita secara mengalir, tidak kaku dan menarik. Ragam bahasa lisan tidak terlalu terpaku pada aturan EYD. Dalam kajian bahasa dan simbol, kita kenal istilah langue dan parole. Langue merupakan ragam bahasa tulis yang baku. Dan parole merupakan ragam bahasa lisan yang muncul di keseharian. Di dalam blog, banyak orang lebih menggunakan ragam bahasa lisan atau parole. Gaya penulisannya lebih sering menggunakan model bertutur atau bercerita. Anda, atau pembaca biasanya akan merasa seperti membaca dongeng, pengalaman hidup, atau catatan harian seseorang. Dengan cara seperti itulah kebanyakan orang menulis di dalam blog. Menulis dalam tradisi yang kemudian hari kita kenal—secara sederhananya—sebagai tradisi cultural studies. Menulis sehari-hari Karena kita menulis dalam tradisi cultural studies, maka apa yang kita tulis merupakan praktik, pengalaman, kisah, cerita yang kita alami di keseharian. Memang orang lain tidak bisa menyalahkan ketika kita menulis sesuatu yang besar (narasi besar). Semuanya sah. Mari kita imajinasikan blog sebagai rumah atau halaman rumah kita. Di desa maya (internet), jutaan rumah beserta halamannya tersedia. Nah, Anda menjadi salah satu orang yang akan membuat rumah itu. Pertanyaannya, rumah semacam apa yang akan Anda buat? Unik, khas diri Anda, berbeda dengan rumah orang lain, dan sebagainya. Mungkin jawaban itu yang paling rasional. Alasannya, agar rumah Anda bisa dengan mudah dikenali orang dan akhirnya membuat orang lain berkunjung. Keunikan, keberbedaan, dan kekhasan inilah yang menurut saya, yang perlu Anda bangun. Anda berbeda dengan saya, teman Anda, pun lainnya. Sebagian orang menganggap menulis sehari-hari sebagai aktivitas menulis yang remeh-temeh. Saya tidak sepakat. Mengapa? Menurut saya, tidak ada sesuatu yang remeh-temeh dari apa yang kita tulis. Dalam tradisi cultural studies, menulis merupakan perwujudan atau ekspresi dari pengalaman yang kita tangkap atau cerap. Makanya, tulisan Anda, atau kita semua, merupakan sesuatu yang sangat bermakna. Sekali lagi, tidak ada yang remeh-temeh dalam tulisan.

Melalui serpihan pengalaman sehari-hari, Anda, atau para pengunjung blog Anda bisa belajar tentang sesuatu. Contoh nyata yang saya alami, ketika main ke kantor Lafadl di Yogyakarta, saat ke kamar mandi, saya melihat pengumuman atau peringatan, “Kencinglah di lubang kloset. Jangan di dinding atau di lantai”. Saat itu saya terhenyak, dan kemudian hari, peringatan semacam itu saya tempel juga di kamar mandi kos saya. Poinnya, saya ingin mengatakan, saat itu saya tersadar tentang pentingnya menjaga kebersihan kamar mandi, bukan berangkat dari ajaran di masa kecil kita, “Kebersihan pangkal kesehatan”. Atau juga hasil penelitian, survei dan sebagainya. Saya menemukan itu dalam perjumpaan yang tidak disengaja, spontan. Sesuatu yang tidak membutuhkan kerja keras otak, atau sekelumit analisis yang njlimet.

Nah, saya optimis, dari tulisan sehari-hari yang mengangkat pengalaman hidup, aktivitas seharihari, atau curhat-an Anda, ada orang di belahan bumi yang lain, membacanya dan akhirnya menemukan kesadaran atau pengetahuan baru. Tidak perlu Anda selalu berteriak-teriak di atas mimbar, atau khotbah di masjid, Anda tinggal menuliskan pengalaman Anda sehari-hari, dan ternyata, itu sangat bermakna! Beberapa poin dalam menulis Akan saya diskusikan beberapa pokok masalah seputar tulis-menulis, sebagai berikut; A. Berbobot atau bermakna. Menurut saya, kategori berbobot masuk dalam tulisan-tulisan yang mengandung analisis yang bersifat obyektif. Artinya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Sedang tulisan bermakna, menurut saya, merupakan sisi subyektif dari tulisan itu yang coba disuguhkan oleh penulis yang bersangkutan. Bagi orang lain, membaca buku harian Anda tidak akan menemukan bobot analisis tertentu. Tetapi bagi Anda atau yang lain, tulisan tersebut sangat bermakna dan mendalam. Karena tulisan itu berkisah tetang peritiwa yang benar-benar menjadi kepedulian Anda. Atau sekurang-kurangnya peristiwa yang pernah Anda alami. B. Stock of knowledge. Merupakan stok pengetahuan kita yang mendasari kita menulis. Ibaratkan menulis adalah memasak makanan. Maka, stok pengetahuan adalah bahanbahan makanan, bumbu dan seterusnya. Stok pengetahuan ini bisa berasal dari; buku yang kita baca, pengalaman dalam perjalanan, televisi, koran, radio, lingkungan sekitar, obrolan santai dengan teman, diskusi serius, dan sebagainya. Intinya, menurut saya, stok pengetahuan kita tak terbatas. Yang terbatas adalah kemampuan kita untuk mengetahui stok pengatahuan yang berlimpah ruah itu. C. Sensitivitas. Sering kita lihat ada sebagian orang yang bisa menulis topik tertentu, yang bagi kita topik tersebut sama sekali tidak atau belum pernah terpikirkan. Entah topik tersebut memang benar-benar baru, atau hanya perspektifnya saja yang baru. Kuncinya, agar kita mempunyai sense of sensitivity yang tinggi, maka kita harus menerima realitas (pengalaman, peristiwa, dsb.) dengan cara penuh keheranan, penuh kecurigaan, penuh penasaran, penuh keterpesonaan, penuh kekagetan, dan sebagainya. Ketika kita menerima realitas apa adanya atau taken for granted maka sesitivitas kita akan menjadi rendah. D. Waktu. Menulislah sesegera mungkin ketika ide itu muncul. Jangan menunda-nunda. Bilamana tidak ada kesempatan untuk menuliskan secara penuh, maka catatlah poin ide tersebut di kertas. Atau jika di perjalanan, catatlah di sembarang kertas yang bisa kita

pakai, atau menggunakan ponsel kita. Jika memang tidak memungkinkan semuanya, ingat-ingatlah. Jangan sampai ide yang pernah terbesit di pikiran kita menguap dengan percuma. E. Keuletan. Menulis layaknya mencoba satu resep makanan. Sikap ulet merupakan keharusan. Coba perhatikan, ketika Anda menulis satu topik, rasanya tulisan Anda benarbenar sempurna. Tapi ketika Anda membacanya esok atau lusa, Anda akan menilainya buruk. Ini merupakan kecenderungan alamiah dimana stok pengetahuan kita memang senantiasa berkembang dan berubah. Justru hal itu membuktikan kecerdasan, sensitivitas kita semakin berkembang. F. Tulislah apapun yang Anda senangi. Jangan membatasi diri pada satu topik saja. Selain membuat Anda senantiasa dapat menulis (tidak kehabisan ide), menulis tentang segala sesuatu akan membuat cara berpikir, perspektif Anda, semakin terasah dan konsisten. Secara khusus, dengan menulis lintas disiplin, blog Anda semakin berpeluang untuk dikunjungi banyak orang. Yang akhirnya, traffict pengunjung semakin cepat dan banyak. Catatan akhir Hati-hati! Banyak orang yang berpendapat nge-blog membuat orang kecanduan. Saya juga sudah merasakan. Dian Sastro (kunjungi blog-nya), juga mengakuinya. Ada daya magnetis tersendiri ketika kita nge-blog. Jika Anda sudah siap, maka silahkan coba. Saya jamin, Anda pasti akan kecanduan. Jika tidak, silahkan koreksi pernyataan di atas! [] ___________ * Telah dipresentasikan pada hari Senin, 18 Mei 2008 di Pelatihan Blog yang diselenggarakan oleh Ruang Baca Jojoba Kelana Purwokerto.

Related Documents

Menulis Sehari
May 2020 28
Menulis Sehari Hari
May 2020 24
Pacar Sehari
May 2020 26
Latihan Menulis
May 2020 42
Menulis Artikel
June 2020 24
Kenapa Menulis
June 2020 15

More Documents from "Zahrul Azua"