Mensyukuri Segala Kebaikan Tuhan
B
essarnya persoaalan dan kesu ulitan hidup yyang dihadap pi kadang membuat orangg merasa tidak ada laggi harapan untuk meneru uskan langkah kehidupan. Sehingga tidak sedikit orang o jatuh dalam d sikkap pesimisttis dan putu us asa. Sikap p ini sangatt berbahaya karena kon ntra‐produktiff dan mengabaiikan sang Pemilik hidup, Tuhan! T Angka kematian orang o bunuh diri di berbaagai belahan dunia dan negara kita semakkin meningkat, semenjak kkrisis ekonom mi, sosial dan politik serta berbagai ben ncana n dan alam melanda dunia. Sebagian oraang memilih melarikan diri atau berussaha melupakkan persoalan n hidupnya melalui hal‐‐hal yang merusak kehid dupan seperrti mabuk‐maabukan, mem makai kenyataan narkoba aatau judi atau u melakukan seks bebas. Tetapi, apakaah ada orangg yang tidak m memiliki massalah? Haruskah kita menjawab masalah dengan caara‐cara yan ng salah dan n merusak diri, d keluargaa dan lingkungan kita? Mem mang harus diakui, d dikala kita menghaadapi berbaggai kesesakan n, kita ingin sekali rasanya segera terbeb baskan darinyya. Karena itu u, kita seringkali akhirnya mengambil jalan j pintas, kalau uhan tidak se egera menjaw wab akan kebu utuhan kita. merasa Tu Di lain pihak, adaa jemaat yang y kemudian “terperangkap” dalaam keinginaannya akan hari Tuhan yang segeera akan datang. Deengan kedatanggan Tuhan kee dunia, makaa segala perssoalan dan peenderitaannyaa akan seggera berakh hir – mungkin n begitu pikkir mereka. “Ramalan” akan kedatanggan Tuhan menjadi m topikk yang menaarik di bahas di PA, kotbah dan diskusi.. Bahayanya tentu m lupa akan kenyaataan hidup yang orang menjadi harus teetap diperjuangkan, mereka seakan‐akan menjadi pasif dan tidak mau lagi mengerrjakan segala sessuatu. Padahal Tuhan men ngatakan agaar kita tetap b berkarya seop ptimal mungkkin mendatan ngkan damai sejjahtera (syalo om) bagi sesaama sambil m mengharapkan n kedatangan n Tuhan tentu unya. Karena Allah kita yang hidup tidak pernah berhenti bekerja dan selalu menyertai m cip ptaanNya, karrena itu kita patut miliki dan meengandalkan Allah yang memimpin sejarah s kehid dupan memiliki rasa syukur karena mem A seperti dikatakannyaa pada Zerub babbel dan Im mam Yosua dalam d manusia. Hal ini diteggaskan oleh Allah 5 “Tetapi seka arang, kuatka anlah hatimu u, hai Zerubab bel, demikian nlah firman TU UHAN; kuatkkanlah Hagai 2:5 hatimu, h hai Yosua bin Yozadak, imam besar; ku uatkanlah hatimu, hai seg gala rakyat neegeri, demikiianlah firman TU UHAN; bekerja alah, sebab A Aku ini menyertai kamu, deemikianlah firrman TUHAN semesta alam m”. Kalau dem mikian mengaapa masih taakut akan apa pun yang sedang s dan mungkin m terjaadi pada diri kita? Kalau Allaah yang mem miliki kehidup pan adalah Allah yang sam ma dahulu daan sekarang, tentulah Diaa juga yang akan selalu me elindungi kitaa dengan seegala kebaikaanNya yang tak terhinggga itu. Kita patut paikan puji syyukur kepadaaNya seperti ttertulis I Tesalonika 5:18 8 Mengucap p syukurlah d dalam menyamp segala ha al, sebab itula ah yang dikeehendaki Alla ah di dalam K Kristus Yesus bagi kamu. (Disarikan n dari Dian Pe enuntun, 2007 7) (AS)