Meningitis TB Oleh : Tiya Nurhayani Preseptor : Dr. Liza Fitria,Sp.A,M.Biomed
Anatomi Meningen Meningen adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran. Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter.
1. Durameter Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat dari durameter yaitu tebal, tidak elastis, berupa serabut, dan berwarna abu-abu. 2. Arakhnoid Merupakan membran bagian tengah, yaitu membran yang bersifat tipis dan lembut yang menyerupai sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.
3. Piameter Merupakan membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan, yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak. Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkussulkus dan fisura- fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
Anatomi Meningen
Definisi Meningitis Tuberkulosis Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Epidemiologi Meningitis Tuberkulosis Di Indonesia, meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan karena morbiditas tuberkulosis pada anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja menyerang semua usia, termasuk bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai dengan 4 atau 6 tahun, jarang ditemukan pada umur dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah ditemukan pada umur dibawah 3 bulan. Meningitis tuberkulosis menyerang 0,3% anak yang menderita tuberkulosis yang tidak diobati. Angka kematian pada meningitis tuberkulosis berkisar antara 10-20%.
Etiologi Meningitis Tuberkulosis Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri : 1. Berbentuk batang pleomorfik gram positif 2. Mempunyai sifat tahan asam 3. Dapat hidup selama berminggu-minggu dalam keadaan kering 4. Serta lambat bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20 jam) 5. Bakteri ini merupakan salah satu jenis bakteri yang bersifat intracellular pathogen pada hewan dan manusia.
Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis BTA masuk tubuh ↓ Tersering melalui inhalasi, Jarang pada kulit, saluran cerna ↓ Multiplikasi ↓ Infeksi paru / fokus infeksi lain ↓
Penyebaran hematogen ↓ Meningens ↓ Membentuk tuberkel ↓ BTA tidak aktif / dormain Bila daya tahan tubuh menurun ↓ Rupture tuberkel meningen ↓ Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid ↓ MENINGITIS TUBERKULOSA
Manifestasi Klinis Meningitis Tuberkulosis Menurut Lincoln, manifestasi klinis dari meningitis tuberkulosis dapat dikelompokkan dalam tiga stadium, yaitu: 1. Stadium I Prodromal berlangsung 1 - 3 minggu. Biasanya gejalanya tidak khas. Timbul perlahan-lahan. Tanpa kelainan neurologis.
Gejala biasanya muncul Pada bayi: ubun-ubun 1. Demam (tidak menonjol merupakan terlalu tinggi). manifestasi yang 2. Rasa lemah. 6. Tidur terganggu. sering ditemukan 7. Mual dan Muntah. Pada anak: letargi, 3. Nafsu makan menurun (anorexia). apatis, mungkin saja 8. Konstipasi. tanpa disertai demam 4. Nyeri perut. dan timbul kejang 5. Sakit kepala. intermiten.
2. Stadium II Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak / meningen. Ditandai oleh adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas lengkung serebri. Pemeriksaan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+) kecuali pada bayi.
Gejala yang muncul, yaitu: • Sakit kepala berat dan muntah (keluhan utama).
Akibat rangsang meningen
Akibat peradangan / penyempitan arteri di otak
• • • • • • •
Disorientasi Bingung Kejang Tremor Hemibalismus / hemikorea Hemiparesis / quadriparesis Penurunan kesadaran
Gangguan otak / batang otak / gangguan saraf kranial: saraf kranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI, dan VII
• Strabismus • Diplopia • Ptosis • Reaksi pupil lambat • Gangguan penglihatan kabur
3. Stadium III Pada stadium ini gangguan fungsi otak semakin tampak jelas.
Gejala-gejala yang dapat timbul, antara lain: 1. Pernapasan irregular 2. Demam tinggi 3. Edema papil 4. Hiperglikemia 5. Kesadaran makin menurun
6. Mengantuk 7. Stupor 8.Koma 9. Otot ekstensor menjadi kaku dan spasme
10. Pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali 11. Nadi dan pernafasan menjadi tidak teratur
Kriteria Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran , adanya riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis. Dari pemeriksaan fisik, tanda rangsang meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang Meningitis Tuberkulosis Darah lengkap
Uji tuberculin Radiologi Pungsi cairan otak dan tulang belakang / liquor cerebrospinalis
(dengan cara pungsi lumbal)
Pengobatan Meningitis Tuberkulosis Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni: Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti
tuberkulosis, yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Terapi dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni
isoniazid dan rifampisin hingga 12 bulan.
Terapi untuk meningitis terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus, yaitu: Terapi Umum Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus. Keseimbangan cairan tubuh Perawatan kandung kemih dan defekasi Mengatasi gejala demam, kejang.
Terapi Khusus Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi: Rejimen terapi : 2RHZE - 7RH Penatalaksanaan meningitis Purulenta
Antibiotika diberikan selama 10-14 hari atau sekurangkurangnya 7 hari setelah bebas demam.
Komplikasi Meningitis Tuberkulosis Paresis spastik
Kejang Paraplegia Gangguan sensori ekstremitas.
Prognosis Meningitis Tuberkulosis Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis saat pasien didiagnosis dan diterapi. Semakin lanjut tahapan klinisnya, semakin buruk prognosisnya.
TERIMAKASIH