1.2 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 / Metode)
1.) Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Pengelolaan yang dapat di gunakan dalam peningkatan mutu keperawatan berupa MAKP yang meliputi ketenagaan atau pasien, penetapan sistem sesuai standar, mudah dilaksanakan, efektif dan efesien. Model keperawatan professional ini mampu mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan kemampuan keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga kesehatan yang lain dan membantu keperawatan untuk lebih bertanggung gugat secara professional terhadap tindakannya (Nursalam, 2015). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 18 Maret 2019 tentang MAKP yang digunakan saat ini, di dapatkan bahwa model yang digunakan di ruangan Teratai atas lantai 2 RSUD kabupaten sidoarjo dengan MAKP yaitu dengan metode Tim yang beranggotakan 26 perawat ruangan dengan 1 kepala ruangan, dengan 2 katim dewasa dan anak, 1 katim memiliki 2 perawat pelaksana dengan pasien keloaan 2 ruang untuk perawat senior dan 3 ruang pasien keloaan untuk perawat junior. Alasan menggunakan metode tim yaitu untuk mempermudah koordinasi kerja sama antar katim dan perawat pelaksana.
Dalam
kenyataan
kerja
perawat
belum
bisa
maksimal
melaksanakan tugas masing – masing dan saling membantu antar tim karena kurang nya ketenaga kerjaan, sehingga dapat disimpulkan dalam pembagian tugas sudah sesuai namun pelaksanaannya masih belum maksimal karena kurang nya ketenaga kerjaan di ruangan teratai atas lantai 2. 2.) Timbang Terima Timbang terima atau operan merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kooperatif yang sudah dilakukan atau
belum dilakukan dan perkembangan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2015). Berdasarkan hasil observasi selama 2 kali timbang terima pada tanggal 18 maret 2019, didapatkan bahwa timbang terima di ruang teratai atas lantai 2 telah dijalankan dengan baik dilakukan pada sif pagi yaitu jam 14.00 , dinas siang pada jam 21.00, dan dinas malam dilakukan timbang terima padad jam 07.00 akan tetapi pelaksanaannya belum maksimal dan tidak menggunakan komunikasi yang efektif. Kegiatan timbang terima di pimpin langsung oleh katim dan di ikuti oleh perawat pelaksana di secara lisan dan tulis dengan menggunakan status pasien. kemudian datang ke ruangan psaien untuk melakukan validasi data ke pasien Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 18 maret 2019 didapatkan saat melakukan timbang terima perawat yang menyampaikan dan yang menerima laporan selalu menggunakan buku laporan, status pasien dan kertas timbang terima. Status pasien dan kertas timbang terima digunakan saat penyampaian timbang terima di nurse station. Kertas timbang terima berisi nama pasien, diagnose medis, keluhan pasien saat operan di nurse station, keluhan pasien saat validasi di kamar pasien, serta rencana tindakan yang akan dilakukan. Penggunaan kertas timbang terima tersebut dapat memudahkan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan. Pada saat proses timbang terima perawat yang telah selesai melakukan dinas menyampaikan jumlah pasien selama dinas, jumlah pasien baru, diagnosa medik, keadaan pasien saat ini (vital sign, GCS, urin produksi, tindakan yang sudah dilakukan, rencana tindakan yang akan dilakukan, serta pesan-pesan khusus pada nurse station), tetapi masih ada sebagian perawat yang terkadang lupa menyebutkan diagnosa keperawatan yang muncul saat proses timbang terima. Setelah melakukan timbang terima di nurse station perawat melakukan validasi data ke setiap ruangan atau ke setiap pasien.
Proses timbang terima perawat menggunakan komunikasi yang efektif (SBAR) dengan menyebutkan kondisi terkini dari pasien, keluhan utama, hasil pemeriksaan, tindakan keperawatan yang telah dan akan dilakukan. Dari uraian diatas proses timbang terima yang dilaksanakan di ruang teratai atas telah berjalan sesuai dengan SPO yang ada di ruangan. 1. SPO KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN METODE SBAR
a. Pengertian Komunikasi lisan yang dilakukan pada saat serah terima pasien dan pelaporan hasil kritis. b. Tujuan 1) Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi lisan teknik SBAR 2) Tidak ada kesalahan dalam menerima pesan/intruksi 3) Mendapat kejelasan informasi dari pelaporan c. Prosedur 1) Laporkan situasi pasien (Situation) oleh Petugas Kesehatan meliputi : a) Nama pasien, umur dan lokasi tempat pasien dirawat b) Tanggal masuk dan lama pasien di rawat c) Diagnose medis yang ditegakkan d) Masalah yang keperawatan yang belum dan telah teratasi e) Kekhawatiran petugas terhadap kondisi pasien saat itu 2) Sampaikan latar belakang (Background) pasien antara lain masalah pasien sebelumnya, beberapa info penting tentang kondisi klinis yang perlu disampaikan antara lain: a) Intervensi yang telah dilakukan untuk setiap masalah keperawatan yang muncul b) Menyebutkan riwayat alergi, pembedahan, dan penyakit dahulu
c) Menyebutkan pemasangan alat invasive (infuse, kateter, dll) 4) Sampaikan Penilaian (Assesment) terhadap kondisi pasien dengan menyampaikan: a) Hasil pemeriksaan fisik seperti tingkat kesadaran, nyeri, resiko jatuh, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dll b) Hasil Penunjang yang sudah dilakukan 5) Sampaikan rekomendasi (Rekomendation) a) Apakah ada saran dokter b) Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan 3.) Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatn pasien yang dilakukan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perwat primer dan atau konselor (dokter, ahli gizi, farmasi, fisio terapi), kepala ruangan, perawat pelaksana, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011). Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Maret 2019 di ruang Teratai Atas ronde keperawatan belum dilakukan, hal tersebut dikarenakan tidak adanya pasien yang mengalami ALOS yang lama, tidak ada pasien yang memiliki masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun telah dilakukan tindakan keperawatan, tidak ada pasien dengan penyakit baru dan langka. Ktika terdapat pasien dengan masalah keperawataan yang belum teratasi maka perawat profesional menggunakan RDK (refleksi diskusi kasus). RDK dipimpin langsung oleh ketua tim dan RDK hanya dilakukan pada saat menemukan suatu permasalahan. 4.) Supervisi Semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada pelayanan
keperawatan. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004). Menurut Depkes (2000) supervisi keperawatan adalah kegiatan
pengawasan
berkesinambungan
oleh
dan
pembinaan
supervisor
yang
mencakup
dilakukan masalah
secara
pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat. Menurut WHO (1999) dalam buku manajemen pelayanan kesehatan, primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus : 1) Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat 2) Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang di inginkan 3) Minimal, yakni sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan yang akan diselesaikan dan standar dipertahankan 4) Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata makan tuan, para pekerja akan menghindarinya. Adapun tujuan dari supervisi (pengawasan) yaitu : 1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. 2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai. 3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan di pergunakan dengan baik Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal 18 Maret 2019, kegiatan supervisi diruang teratai atas lantai 2 RSUD Kabupaten Sidoarjo sudah terlaksana terjadwal, yang
dilakukan oleh
supervisor (Kepala Ruangan). Proses kegiatan supervisi dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan. Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan dan perlu terjalinnya kerjasama antara supervisor dengan yang disupervisi. Tujuan dari supervisior tersebut merupakan salah satu bentuk kegiatan dari menejemen dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan. Supervise dilakukan secara langsung dan tidak langsung, supervise langsung adalah supervise yang tidak terjadwal dan supervise tidak langsung adalah supervise yang terjadwal.
5.) Discharge Planing Discharge planing (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem perawat berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada pasien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau. Rencana pulang dimulai pada saat masuk rumah sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat intruksi tertulis atau intruksi verbal tentang penanganan, obatobatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau (Nursalam, 2011).
Discharge planing (perencanaan pulang) merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan, pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan setelah pasien pulang. Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit.hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang penting bagi pasien, sehingga tercipta keperawatan yang berkesinambungan antara perawatan selama di rumah sakit dengna perawatan setelah di rumah. Kesuksesan discharge planing (perencanaan pulang) menjamin pasien mampu melakukan tindakan keperawatan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Perry dan Potter, 2006). Berdasarkan hasil observasi tanggal 18 Maret 2019 pada saat pasien akan pulang, pasien ataupun keluarga diberikan edukasi meliputi jadwal kontol, dosis dan cara pemakaian obat, diet yang di lakukan dirumah, serta pemeriksaan penunjang yang disertakan pulang dan menjelaskan perawatan lanjutan yang dapat dilakukan selama di rumah. Pembuatan discharge planing oleh perawat profesional ruang Teratai Atas telah terlaksana dengan baik sesuai dengan SPO yang ada di ruangan, dalam prosesnya perawat profesional memberikan penjelasan secara lengkap dan terperinci tentang komponen lembar discharge planing, perawat profesional juga memberikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas perihal penjelasan perawat. Lembar discharge planning dibawa pulang oleh pasien sebagai pengingat waktu kontrol kesehatan, tetapi pasien tidak membawa pulang leaflet yang telah diberikan. 5) Sentralisasi obat Sentralisasi obat merupakan suatu cara pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya
dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2015). Dalam pengaplikasiannya penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat di delegasikan kepada staf yang di tunjuk, keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat. Alur penerimaan obat meliputi : 1) Obat yang telah di resepkan di tunjukkan kepada perawat dan obat yang telah di ambil oleh keluarga di serahkan kepada perawat dengan menerima lembar terima obat. 2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu control, dan di ketahui (di tanda tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga pasien atau selanjutnya mendapatkan penjelasankapan atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian). 3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus di minum beserta kartu sediaan obat. 4) Obat yang telah di serahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2011) Alur pembagian obat meliputi : 1) Obat yang telah di terima untuk selanjutnya di salin dalam buku daftar pemberian obat. 2) Obat yang telah di simpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat;dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi yang di instruksikan oleh dokterdan kartu obat yang ada pada pasien. 3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macaam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat di konsumsi. Pantau efek sampingb pada pasien.
4) Sedian obat yang ada selanjutnya di periksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang di tunjuk dan di dokumintasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang yang hammpir habis yang akan di informasikan kapda keluraga dan kemudian di mintakan resep (jikja masih perlu dilanjutakan) kepada dokter penanggung jawab pasien (Nursalam, 2007). Alur penambahan obat baru : 1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi iniakan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dialkukan perubahan dalam kartu sdiaan obat 2) Pada pemberian obat yang bersifat yang tidak rutin (sewaktu saja) maka dokumentasi hanya dilakukan padabukumasukobat dan selanjutnya di infiormasikan kepada keluarga denga kartukhusus obat (Nursalam, 2017). Alur penyimpan persediaan obat : 1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dan manajemen obat. Obat yang diterima di catat dalam bukubesar persediaan atau dalam kartu persediaan. 2) System kartu persediaan 3) sebuah
kartu
persedian
(stok)
kadang-kadang
digunakan
untuk
menggantikan buku besar persediaan.kartu ini berfungsi seperti buku besar persdiaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambah barang yang diterima dan mngurangidan jumlah barang yang diterima persediaan , Masing masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah,tetapi dalam kartu persedian,masing masing barang di tuliskan dalam kartu yang terpisah. 4) Lemari obat
5) Periksa keamanan mekanisma kunci dan penerangan lemari obat dan serta lemari pendingin. Periksa persedian obat, pemisahan anatara obat penggunaan oral (untuk di minum) dan obat luar. Berdasarkan hasil wawancara pada 18 Maret 2019 didapatkan sentralisai obat di ruang Teratai Atas sudah dilakukan dengan baik. Persediaan obat dikemas dalam One dailing dose (ODD) yaitu obat akan dikemas atau disiapkan dalam dosis tunggal untuk pemakaian sehari (24 jam). Obat oral diracik UDD dan dikemas dalam wadah kantong plastik dengan warna etiket yang berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat sesuai waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan dalam jadwal penyerahan obat, untuk pemberian obat pagi diberikan pukul 06.00 dengan etiket merah muda, pemberian siang pada pukul 18.00 dengan etiket kuning, pemberian obat oral pada malam hari diberikan pukul 24.00 dengan etiket hijau. Peresepan obat injeksi untuk pasien BPJS Kesehatan dilakukan tiga kali sehari dengan alur sentralisasi obat yang terlebih dahulu diresepkan oleh dokter, kemudian resep dikumpulkan dengan metode peresepan collecting, perawat menyerahkan semua resep kepada farmasi, dan petugas farmasi mengantarkan obat ke ruangan. Untuk peresepan obat injeksi pasien umum resep diserahkan kepada keluarga dan diminta untuk mengambilnya di unit farmasi 6 yang terletak di depan ruang HD sentral, setelah obat diambil maka keluarga menyerahkan obat kepada perawat yang bertugas di nurse station. Terdapat lembar informed consent tentang sentralisasi obat dari perawat ke pasien, yang berisikan bahwa pasien atau keluarga telah menyatakan setuju untuk dilakukan sentralisasi obat. Terdapat format pencatatan jenis obat dan jadwal pemberian
obat,
sehingga
semua
obat
yang
sudah
diberikan
dapat
terdokumentasikan. Ruang teratai atas belum memiliki buku dokumentasi
pengecekan jumlah sisa obat. Ruang teratai atas belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan sisa obat. 6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat professional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2011). Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada medical record pasien di ruang teratai atas lantai 2 pada tanggal 18 Maret 2019 didapatkan model dokumentasi keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien yang meliputi pengkajian dengan menggunakan pengkajian per sistem serta diagnose keperawatan sampai evaluasi menggunakan SOAP. Perawat menyatakan
sudah
ada
format
pendokumentasian,
didapatkan
pendokumentasian yang berlaku diruang Teratai Atas adalah sistem SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapi dan lain-lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan pada klien. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan terintegrasi,
pendokumentasian dengan
sistem
ini
dengan
catatan
perkembangan
semua
petugas
kesehatan
yang
mencatat
observasinya dari suatu masalah. Di ruang teratai atas dokumentasi dengan sistem SOR (Source Oriented Record) sudah berjalan dengan baik dan mempermudah kerja perawat, dibuktikan dengan adanya lembar assessment dari ahli gizi, dokter, fisioterapi dan perawat serta multi disiplin lainnya.
Lembaran dokumentasi yang tertera di rekam medis pasien meliputi; Lembar masuk dan keluar, Lembar persetujuan umum, Lembar persetujuan tindakan, Lembar instalasi Gawat Darurat, Lembar asement awal masuk pasien, Asesment awal keperawatan, Catatan perkembangan pasien terintegritas, implementasi dan catatan perkembangan, lembar hasil pemeriksaan penunjang,lembar edukasi dan keluarga rawat inap dan integritas, lembar medikasi, lembar grafik, serta lembar pengkajian pasien pulang. 8.) Penerimaan Pasien Baru. Penerimaan pasien baru diruang teratai atas lantai 2 RSUD Sidoarjo dimulai dari pasien yang akan masuk ruangan ,pasien masuk melalui IGD, Poli maupun ruangan lainnya wajib terlebih dahulu untuk menghubungi ruangan Teratai Atas. Dari hasil observasi dan wawancara pada tanggal 18 maret diruangan teratai atas telah memenuhi standart yang didapatkan sebelumnya ruangan menyiapkan kamar untuk pasien baru tersebut, kemudian setelah siap pasien datang dan berhenti di area stop red, pasien diterima oleh katim /perawat penanggung jawa shift. Kemudian, melakukan identifikasi pasien yang dicocok kan dengan berkas Rekam Medic pasien. Setelah itu pasien di pindah ke ruangan yang telah ditentukan. Timbanng terima pasien dengan petugas yang mengantar dengan menggunakan lembar transfer yang harus di tanda tangani oleh pengantar dan penerima pasien. Kemudaian
perawat
melakukan
pengkajian
kepada
pasien,
pasien
diorientasikan tentang ruangan, dokumentasi hasil pemeriksaan dan informed concent yang dilakukan di nurse station. Timbang terima yang dilakukan di ruang teratai telah sesuai dengan procedure penerimaan namun ada sebagian perawat yang lupa untuk memperkenalkan diri , dan menyebutkan penanggungjawab ruangan yang ditempati saat ini. Indicator pengkajian keperawatan pada pasien baru meliputi :
1) Salam perkenalan diri perawat serta jelaskan maksud dan tujuan dilakukan pengkajian 2) Identifikasi pasien 3) Keluhan pasien 4) RPS-RPD-RPK, riwayat alergi obat 5) Assesment + gizi (dengan mengisi skor gizi) 6) Resiko jatuh ( dengan mengisi blanko resiko jatuh) 7) Nyeri (intervensi nyeri), mengisi blanko nyeri, TTD pasien pasien pada lembar edukasi 8) HPK
yang ada pada lembar edukasi (TTD pasien di lembar edukasi )
dengan menggunakan lembar balik. 9) Penggunaan alat-alat medis yang aman (TTD pasien) 10) Mengajarkan cuci tangan 11) Menerangkan fungsi gelang 12) Menerangkan dokter penanggung jawab (DPJP) 13) Orientasi ruangan 14) Mintalah keluarga/pasien untuk menandatangani informed concent 15) Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan informed concent 16) Perawat cuci tangan
Alur Pra penerimaan pasien baru yang terdapat di ruangan teratai atas lantai 2 RSUD. Sidoarjo: Pra
Karu membantu PP akan ada pasien baru
PA Menyiapkan :
Pelaksanaan
1. 2. 3.
Tempat tidur pasien baru Nursing kit Materi orientasi pasien baru
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cuci tangan Ucapkan salam Pasien diterima oleh KARU/Katim/PA Memperkenalkan Diri Identifikasi pasien baru Periksa rekam medis dan kondisi pasien Pindahkan pasien ke tempat tidur yang telah di tentukan
Timbang terima pasien dengan petugas/perawat yang menghantar
Anamnesis pasien baru oleh Katim/PA
orientasi
Terminasi
Dokumentasi hasil pemeriksaan dan informed consent
Gambar 2.1 Alur Penerimaan Pasien Baru