a. Judul Praktikum
: Membuat Larutan Standar
b. Tanggal Praktikum
: 6 Januari 2008.
I.
Tujuan Praktikum. Untuk membedakan Larutan Standar dengan Kosentrasi x Normalitas.
II.
Dasar Teori 2.1 Larutan. Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati. Contohnya : Larutan NaOH dan larutan eH3OH dalam Aquades. Suatu larutan tersusun dari komponen pelarut (jumlahnya lebih banyak). Serta komponen zat terlarut (jumlahnya sedikit). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar. (Kimia I. Isfan Anshary). 2.2 Komponen Larutan. Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen, larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair dan padat. Campuran etil alkohol dengan air dalam perbandingan 50 : 50 sifak fisik baik air maupun etil alkohol tetap dipertahankan jumlah keduanya zat
dalam larutan sama. Dalam hal ini bai alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (Kimia 2, Renny Karyadi). 2.3 Kosentrasi Larutan. Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut : 1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut 2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan. 3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. (Kimia Dasar Jilid 2. Ralp H. Petrucci) Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu : a. Persen Volum Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni. b. Persen Massa Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.
c. Molaritas Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut tang terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu di ketahui. d. Molaritas Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan contohnya : NaCL berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCL Kosentrasi molar = Jumlah mol terlarut Jumlah L larutan e. Normalitas Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol. N=
gram ekuivalen zat terlarut cm3 larutan/liter larutan.
f. Fraksi Mol Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah : X (terlarut) = n (terlarut) n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) = n (pelarut) n (terlarut) + n (pelarut) Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen. (Kimia 2. Benny Karyandi)
2.4 Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia. Keterbatasana skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (Kimia Dasar E.G jerame L. Rossenberg) Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti, kemudian di larutkan dalam laba ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu Natnium Oksalat, kalium Bikromat, barak, Natrium Karbonat, kalium Iadida. Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat. 1. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti. 2. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti. 3. Zat yang digunakan mudah di keringkan. 4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahui. (Nonimus 2008)
III.
Alat dan Bahan. 3.1 Alat-alat 1. Neraca digital 2. labu ukur ukur 500 ml. 1000 ml 3. Kaca arloji 4. Spatula
IV.
Cara Kerja 4.1 Hitung normalitas
CH3OH 99,8%
untuk
melakukan
pengecekan
tambahkan air hingga volume mencapai 100 ml 4.2 Hitung volume 24.6 – 0,5 m 4.3 Masukkan kedalam labu ukur 24.6 – 0,5 m . 2,03 ml + air hingga tanda batas. V.
Hasil dan Pembahasan 5.1 CH3OH 0,5 m N=% × N=
P × 1000 BM
99,8 0,79 × × 1000 100 32,04
N = 24.60 N Pengeceran. V1.M1 = V2.M2 V.24.6 = 100.0,5 V1 =
100.0,5 24.6
V1 = 2,03 ml
5.2 Pembahasan 1. CH3OH dalam air Campuran ini menghasilkan larutan standar. Campuran metanol dengan air, masing-masing akan tetap mempertahankan sifat fisik baik air maupun metil alkohol, keduanya bisa disebut pelarut atau sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut. Metil alkohol dalam air merupakan larutan tak pernah menjadi jernih. VI.
Kesimpulan Salah satu pelarut yang paling penting bagi reaksi kimia adalah air, suatu
zat yang umum tapi merupakan pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat kimia baik yang berbentuk ion atau molekul. Satuan umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar sedangkan zat lainnya dianggap sebagai saluen. Pada larutan yang mengandung air maka air tersebut selalu dianggap saluen walaupun jumlahnya relatif sedikit. Contoh : NaOH 0.4 gram dan aquades 100 ml, kedua larutan ini berupa cairan kedua-duanya. Sebagai zat terlarut atau pelarut, tetapi disini aquades sebagai pelarut karena aquades lebih banyak dari NaOH, sedangkan NaOH sebagai zat terlarut, larutan yang dihasilkan adalah larutan standar.
Daftar Pustaka
Anshary, Irfan, 1999, Kimia I, Erlangga, Jakarta. Brady, E. Jame,1998, Kimia Universitas Edisi ke-5, Jakarta. Karyadi, Beni, 1997, Kimia II, Erlangga, Jakarta. Nonimus Petrucci, Raleh H, 1996, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.