Tugas Individu Mk.Dietetik gizi
Hari
: Jum’at
Tanggal
:22 Maret 2019
Resume Jurnal HIV dan AIDS Disusun oleh: Kelas IIB Melia Putri Agfrilita (P031713411060)
Dosen pembimbing : Yessi Marlina, MPH.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU JURUSAN GIZI PEKANBARU 2018 /2019
Sedikit bukti yang ada tentang hubungan antara gizi, asupan makanan, dan kualitas hidup diantara orang yang hidup dengan HIV. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan prevalensi kurang gizi di antara ODHA di Nepal, dan mengidentifikasi faktor resiko dan menilai korelasi dengan kualitas hidup dan status gizi ODHA. Jumlah orang yang terinfeksi dengan Human ImmunodeficiencybVirus (HIV) setiap tahun terus menurun di sebagian besar dunia. Yang terbaru adalah terjadinya penurunan yang terinfeksi yaitu dari 38% dari 3,4 miliar di tahun 2001 menjadi 2,1 miliar di tahun 20013. Sedangkan hasil dari angka kematian akibat adanya pertolongan pada penderita AIDS mengalami penurunan 35% sejak 2005, ketika jumlah kematian tertinggi tercatat. Gizi memilki peran terhadap infeksi HIV sejak awal diidentifikasi epidemi. Wasting adalah salah satu tanda malnutrisi yang paling terlihat ketika pasien berkembang dari HIV menjadi AIDS. Ditemukannya HIV dapat mempengaruhi status gizi dengan meningkatkan kebutuhan energi, mengurangi asupan makanan, dan secara negatif mempengaruhi penyerapan nutrisi dan metabolisme. Menerima nutrisi yang tepat, dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Status gizi yang buruk pada penderita HIV dapat mempercepat perkembangan penyakit, meningkatkan morbiditas dan mengurangi waktu untuk bertahan hidup. Karena alasan ini, dukungan nutrisi harus menjadi bagian mendasar dari respons komprehensif terhadap HIV and AIDS. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan kebutuhan mikronutrien dapat dipenuhi dengan meningkatkan akses diet yang beragam, makanan yang berfortifikasi, dan memberikan suplemen mikronutrien dam khususnya di daerah yang mana banyak kekurangan mikronutrien seperti daerah endemik. Sama halnya, kerawanan pangan dan HIV dan AIDS terjalin dalam lingkaran setan. Kerawanan pangan adalah kondisi tidak memilki akses fisik atau ekonomi untu mendapatkan makanan yang cukup sehingga dapat menajdi produktif dan sehat. Setiap kondisi dapat meningkatkan kerentanan dan memperburuk tingkat keparahan kondisi lainnya. Diantara penderita HIV, kerawan pangan dikaitkan dengan penekanan RNA HIV-1 yang tidak lengkap , penurunan CD4, peningkatan infeksi oportunistik, rawan inap, dan kematian terkait HIV. Nutrisi yang baik untuk penderita HIV dan AIDS telah terbukti meningkatkan resistensi terhadap infeksi , membantu penderita HIV dan AIDS menjaga berat badan dan meningkatkan kualitas hidup, kepatuhan penggunaan obat dan kemanjuran dalam penggunaan obat.
Jumlah penderita HIV dan AIDS sulit dipastikan. Didaerah rawan pang, menilai ketahanan pangan selama perawatan yang bersifat krinical dari populasi penderita HIV dan AIDS adalah penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikassi status gizi dari penderita HIV dan AIDS, untuk mengidentifikasi bagaimana dampak keamanan ketahanan pangan dapat berdampak terhadap status gizi, dan untuk mengklarifikasi kembali hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup dan penderita HIV dan AIDS di Nepal. Dengan menggunakan penelitian cross-sectional domain ke akses antara hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada penderita HIV dan AIDS. Satu dari setiap lima penderita HIV kekurangan gizi. Status gizi ditemukan berkorelasi positif dengan kualitas hidup. Meskipun dengan menggunkan penelitian longitudinal lebih lanjut akan membantu dalam menentukan peran status gizi dalam kualitas hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan perawatan yang ada untuk penderita HIV tampaknya tidak sepenuhnya mengatasi masalah ini. Dukungan nutrisi merupakan bagian mendasar dari respon HIV dan AIDS di Nepal., termasuk upaya lebih banyak untuk memberikan konseling gizi, dukungan dan dorongan kepada klien. Dari hasil ini, kami juga memberikan alasan untuk program ketahanan pangan spesifik penderita HIV, tambahan untuk yang menargetkan populasi rawan pangan negatif HIV, untuk memastikan populasi yang rentan ini menerima dukungan yang memadai.