MEKANISME SENSORIK Kelompok E1
NO
NAMA
NIM
1
Mutiara Sri Widyastuti (Ketua)
102013043
2
Andrian Maulana
102012125
3
Stefanus Vernandi
102012351
4
Delpi Elta Putri Z
102012145
5
Eka Ayu Larasati
102013125
6
Mariana Astuti Dam
102013128
7
Filemon Nyo Rape
102013299
8
Putri Setiawati
102013417
9
Jennifer Crystalia Yosaputra
102013462
10 Ayesha Shaironita
102013556
11 Amarce
102013328
TANDA TANGAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Tujuan Percobaan : 1
1.
Mengetahui perasaan subyektif panas dan dingin
2.
Mengetahui titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
3.
Mengetahui lokalisasi taktil pada daerah ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk
4.
Menentukan diskriminasi taktil dengan membedakan dua titik di ujung jari, tengkuk, dan pipi
5.
Mengetahui perasaan iringan (after image) dengan meletakkan sebuah pensil di antara kepala dan daun telinga
6.
Mengetahui bagaimana OP membedakan berbagai sifat benda
7.
Menentukan tafsiran sikap
Alat dan Bahan : 1.
3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40o
2.
Gelas beker dan thermometer kimia
3.
Es
4.
Alcohol dan eter
5.
Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey + jarum
6.
Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian
Percobaan I Perasaan Subyektif Panas dan Dingin
1.
Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20 o, 30o, dan 40o. 2
Masukkan tangan kiri ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air
2.
bersuhu 40o untuk ±2 menit. 3.
Catat kesan apa yang saudara alami.
4.
Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 o C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5.
Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10cm.
6.
Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami antara hasil tiupan pada sub 4 dan 5.
7.
Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter. Kesan apa yang saudara alami?
Hasil Pengamatan Tangan kiri dimasukkan ke dalam air 20o lalu dimasukkan ke air 30o. Tangan kanan dimasukkan ke dalam air 40o lalu dimasukkan ke air 30o.
Tangan kiri (20o)
Tangan kanan (40o)
20o 30o
40o 30o
Terasa ngilu, dingin, Hangat, terasa nyaman, Terasa hangat, nyaman, Menjadi lebih dingin, tangan terasa kaku.
tangan tidak terasa kaku. tangan langsung terasa mulai sedikit terasa kaku. tidak kaku, kekakuan perlahan berkurang.
Perbandingan antara kulit punggung tangan kanan dan kiri yang sudah kering lalu ditiup dengan kulit punggung tangan kanan dan kiri yang dimasukkan ke dalam air terlebih dahulu lalu ditiup.
Sudah kering Tangan kanan
Tangan kiri
Terasa dingin dan
Rasa dinginnya lebih
sejuk.
terasa tajam.
Dimasukkan ke dalam air terlebih dahulu Tangan kanan Terasa dingin.
Tangan kiri Tidak terasa, menjadi kebas/mati rasa.
3
Jika kulit punggung tangan diolesi oleh alcohol lalu ditiup, maka akan terasa dingin. Hal ini dikarenakan alcohol merupakan larutan yang mudah menguap sehingga dapat mengambil panas yang ada pada tangan tersebut dan akibatnya terasa dingin. Pembahasan : Temperatur reseptor/thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis otot skeletal, liver, hypothalamus. Reseptor dingin 3 atau 4x lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke formatio reticularis, thalamus, dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, akan aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.1 Percobaan II Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit Cara Kerja : 1.
Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2.
Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm, dibuat lagi menjadi 12 x 12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3.
Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di atas meja.
4.
Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang telah diperoleh dengan tinta.
5.
Ulangi penyelidikan yang serupa pada no. 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang telah diperoleh dengan tinta. 4
6.
Selidiki pula menurut cara-cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7.
Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.
Pembahasan : Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, panas, dingin, dan nyeri. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Peleberan ujung saraf sensorik terminal dan ujung saraf yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung saraf yang melebar atau berselubung untuk persarafan kulit. Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan histology, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung sara sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit yang disadari.2 Kesimpulan : Titik panas, dingin, tekan, dan nyeri berbeda pada setiap tempat kulit.
Percobaan III Lokalisasi Taktil Cara Kerja : 1.
Tutup mata pasien simulasi dan tekannkan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya. 5
2.
Suruh sekarang pasien simulasi melokalisasi tempat yang baru di rangsang dan titik yang di tunjuk.
3.
Tetapkan jarak antara titik rangsang dengan yang di tunjuk.
4.
Ulangi latihan ini sampai lima kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan bawah dan tengkuk.
Hasil Pemeriksaan
No
Lokasi
Jarak Titik rangsang dan titik yg di tunjuk
1.
Ujung jari
0 cm
2.
Telapak tangan
1 cm
3.
Lengan bawah
4 cm
4.
Lengan atas
0.5 cm
5.
Tengkuk
1.5 cm
Pembahasan Lokalisasi taktil, yang di kenal pula sebagai perangsangan simultan ganda, diperiksa dengan meminta pasien menutup matanya sementara menanyakan kepadanya bagian tubuh mana yang di sentuh. Pemeriksa dapat menyentuh pasien pada pipi kanannya dan lengan kirinya. Pasien kemudian ditanya, “dimana saya menyentuh anda?” biasanya pasien tidaj menemukan kesulitan dalam menentukan kedua daerah ini. Pasien dengan lesi lobus parietalis mungkin merasakan kedua sentuhan ini, tetapi mungkin “memadamkan” sensasi pada sisi kontrlateral dengan sisi lesi. Perasaan ini merupakan fenomena yang di sebut ekstingsi.3 Dan pada percobaan kali ini kita melakukan pemeriksaan Lokalisasi titik. Lokalisasi titik adalah kemampuan seseorang untuk menentukan daerah dimana ia di sentuh. Pada seorang pasien simulasi untuk menutup matanya, lalu sentuh pasien itu, dan kemudian menanyakan kepada pasien itu untuk menunjukkan daerah dimana ia di sentuh. Maka jika terjadi kelainan korteks sendorik akan mengganggu kemampuan untuk melokalisasikan daerah yang tadi di sentuh.Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang 6
berbeda memiliki kepekaan dankecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akanlebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk. Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa, Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptortaktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.3
Percobaan IV Diskriminasi Taktil Cara kerja: 1.
Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujnung jari.
2.
Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang, kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan 2 titik.
3.
Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4.
Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5.
Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, dan pipi.
6.
Catat apa yang saudara alami.
Hasil percobaan: 1. Simultan (meletakkan jari secara bersamaan)
Tempat
Jarak
Titik yang dirasa pasien
Ujung jari
0,5 cm
1
1,5 cm
2
3 cm
1
6,5 cm
2
Tengkuk
7
Pipi
3,5 cm
2
2 cm
2
1cm
1
4 cm
2
2. Suksesif (menempatkan jari secara berturut-turut)
Tempat
Jarak
Titik yang dirasakan
Ujung jari
1,5 cm
2
1 cm
2
0,5 cm
1
1 cm
2
2 cm
2
1,5 cm
2
1 cm
1
1,5 cm
2
2 cm
2
1,5 cm
2
1 cm
1
1,5 cm
2
Tengkuk
Pipi
Pembahasan Kemampuan panca indera untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensoris bila dirangsang secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral, sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingatlah neuron yang dirangsang di nucleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalankan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi sinyal ini lewat molekul interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral 8
adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis.4 Kesimpulan: 1.
Dengan cara suksesif OP lebih peka rangsang terhadap jangka
2.
Bagian yang paling peka rangsang yaitu ujung jari,pipi, dan tengkuk.
Percobaan V Perasaan Iringan (After image) Cara Kerja : 1. Letakkan sebuah pensil/pulpen diantara kepala dan daun telinga dan biarkan selama PS melakukan percobaan VI. 2. Setelah PS selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga PS dan apakah yang PS rasakan setelah pensil itu diambil ? Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan ? Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktilini, makatitik yang terus menerus diletakkan pensil akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi yang cepat dari reseptor ini. Hasil Praktikum dan Pembahasan : PS merasakan perbedaan pada telinga, PS merasa ada yang hilang dari atas daun telinga saat pensil di ambil. Telinga beradaptasi dengan adanya pulpen atau pensil, daun telinga tidak terasa seperti memakai pulpen atau pensil. Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan, sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan PS sudah terbiasa dalam memakai benda tersebut.5 Kesimpulan : Sensasi merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan (after image). Percobaan VI 9
Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda 1.
Kekasaran Permukaan Benda
1.
Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2.
Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
3.
Bentuk Benda
1.
Dengan mata tertutup suruh OP memegang benda-benda kecil yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, kain, dan lain-lain).
2.
Suruh OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda tersebut.
3.
Bahan Pakaian
1.
Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba bahan pakaian yang saudara berikan.
2.
Suruh OP setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu. Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya ?
Pembahasan : Pada percobaan yang dilakukan oleh PS pada saat mata tertutup dengan meraba-raba bahan pakaian yang licin, kasar, halus, lebih halus, licin, ia dapat membedakan tekstur kain tersebut dengan baik walaupun dengan mata tertutup. Disini PS dapat membedakan dengan baik karena seperti yang kita ketahui bahwa kita mempunyai reseptor raba yang menetap. Rasa raba terdapat di daerah yang tidak tampak memiliki reseptor khusus. Namun badan pacini (tekanan) dan mungkin reseptor lain mungkin menjalankan fungsi khusus yang berkaitan dengan rasa raba. Reseptor raba paling banyak ditemukan pada kulit jari tangan serta bibir, relative jarang di kulit badan . Reseptor dapat dibuka secara mekanik oleh tekanan pada kulit. Serabut sensorik A beta yang menyalurkan impuls dari reseptor raba ke susunan saraf pusat memiliki diameter 5-12 mikrometer dan memiliki kecepatan konduksi 30-7m/det. Sebagian impuls raba juga dihantarkan melalui serabut C. Informasi rasa raba disalurkan melalui rasa raba disalurkan melalui jalur anterolateral. Dengan begitu PS dapat membedakan tekstur kain dengan baik walaupun dengan mata tertutup.6 10
Percobaan VII Tafsiran Sikap
Cara kerja: 1.
Suruh pasien simulasi duduk dan tutup mata.
2.
Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah pasien simulasi ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3.
Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan pasien simulasi.
4.
Suruh pasien simulasi dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5.
Perhatikan apakah ada kesalahan. Bagaimana kemampuan PS dalam melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kemampuan menentukan lokalisasi rangsang taktil?
Hasil percobaan:
No. Bagian tubuh yang diinstruksikan untuk
Reaksi PS
ditunjuk 1.
Kepala
Menyentuh (normal)
2.
Hidung
Menyentuh (normal)
3.
Telinga
Menyentuh (normal)
4.
Lutut
Menyentuh (normal)
Pembahasan:
11
Tubuh manusia memiliki reseptor yang tidak hanya berfungsi untuk reseptor sensorik tetapi juga digunakan untuk protein-protein yang mengikat neurotransmiter, hormon, dan zatzat lain dengan afinitas dan spesifisitas tinggi yang menjadi tahap pertama dari peristiwa yang mengawali terbentuknya respon fisiologis spesifik. Keberadaan reseptor sensorik dapat membangkitkan potensial aksi di neuron. 7 Masukan aferen yang berasal dari reseptor di permukaan tubuh / sendi/ otot biasanya mencapai ambang kesadaran. Jenis masukan ini disebut informasi sensorik dan jalur masuknaya dianggap sebagai aferen sensorik. Informasi sensorik dibagi menjadi dua. Pertama adalah sensasi somatik / tubuh yang berasal dari permukaan tubuh, termasuk sensasi somestetik dari kulit dan propriosepsi dari otot, sendi, kulit, dan telinga dalam. Kedua, sensasi khusus (indera khusus) termasuk penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman. Reseptor sensorik tersebut akan membentuk suatu persepsi yaitu kesadaran akan lingkungan yang berasal dari interpretasi masukan sensorik. 8 Reseptor sensorik bersatu dengan sel-sel non saraf yang melingkupinya dan membentuk alat indra. Tubuh kita memiliki empat jenis reseptor, yakni teleseptor yang merupakan pernerima jarak jauh, eksteroreseptor yang berhubungan dengan lingkungan luar yang dekat dan lokasi reseptor ini di permukaan tubuh (misal: mata, hidung, dll.), interoseptor yang berkaitan dengan lingkungan dalam (misal: reseptor di usus halus), dan proprioseptor yang memberi informasi mengenai posisi tubuh di suatu ruang pada suatu waktu tertentu. Komponen dalam propriosepsi tidak hanya berkaitan dengan reseptor yang ada di dalam atau di dekat persendian saja, tetapi juga berkaitan dengan reseptor raba dan tekan. Informasi propriosepsi disalurkan ke atas lewat columna dorsalis medulla spinalis. Umumnya, masukan proprioseptif menuju ke serebelum, tetapi ada juga yang menuju ke korteks lewat lemniskus medialis dan radiasi thalamus. Beberapa bukti menunjukkan bahwa informasi proprioseptif disadari di kolumna anterolateral medulla spinalis. Kesadaran terhadap posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang bergantung pada impuls dari alat-alat indra dalam dan sekitar sendi. Beberapa alat indra yang berperan adalah ujung-ujung saraf spray yang beradaptasi lambat serta badan Pacini di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra, dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta dari kumparan otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. 7 Rangsangan yang terdeteksi oleh reseptor akan diteruskan oleh neuron aferen ke Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan perambatan potensial aksi. Dengan demikian, reseptor harus 12
mengubah bentuk energi lain menjadi sinyal listrik (potensial aksi) yang dikenal dengan proses transduksi. Proprioseptor otot memberi informasi umpan balik mengenai ketegangan dan panjang otot. Sebagai contoh, proprioseptor kulit memberi tahu SSP tentang tekanan yang menyentuh kulit sementara proprioseptor sendi memberi umpan balik tentang akselerasi, sudut, dan arah gerakan. Sedangkan proprioseptor di telinga dalam bersama dengan yang ada di otot leher memberikan informasi tentang posisi kepala dan leher sehingga SSP bisa mengorientasikan kepala dengan benar. 8 Informasi aferen akan dibawa ke medulla spinalis. Setelah sampai di medulla spinalis, informasi ini kemungkinan dapat dibawa ke dua tujuan. Pertama, menjadi bagian dari lengkung refleks untuk menghasilkan respons efektor yang sesuai. Kedua, dipancarkan ke atas ke otak melalui jalur asendens untuk diproses dan kemungkinan bisa disadari. Jalur yang menyalurkan sensasi somatic sadar disebut jalur somatosensorik yang secara sinaptis saling berhubungan
untuk
memroses
informasi
sensorik.
Bagian
otak
yang
memroses
somatosensorik ialah lobus parietalis. Di dalam SSP, informasi somatosensorik akan diproyeksikan (disalurkan di sepanjang jalur saraf tertentu ke tingkat yang lebih tinggi di otak) ke korteks somatosensorik. Korteks ini terletak dib again depan masing-masing lobus parietalis tepat di belakang sulkus sentralis. Bagian ini menjadi tempat pemrosesan awal di korteks
dan
persepsi
masukan
somestetik
serta
masukan
proprioseptif.
Korteks
somatosensorik akan memproyeksikan masukan sensorik melalui serat-serat substansia alba ke daerah sensorik luhur yang berdekatan untuk elaborasi / menggarap lebih lanjut, analisis, dan integrasi/pembauran informasi sensorik. Daerah-daerah luhur ini penting untuk persepsi pola kompleks rangsangan somatosensorik, misalnya apresiasi tekstur, kekerasan, suhu, bentuk, posisi, dan lokasi benda yang sedang dipegang secara bersamaan. 8
Kesimpulan Dengan demikian, Pasien Simulasi dapat menunjuk bagian-bagian tubuh yang diminta untuk ditunjuk karena adanya kemampuan propriosepsi sehingga Pasien Simulasi dapat menentukan posisi tubuhnya meskipun dalam kondisi mata tertutup.
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
2.
Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. 12nd ed. Jakarta: EGC; 2002.
3.
Swartz Mark H. buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. h. 388- 9.
4.
Berman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. Buku ajar praktik keperawatan klinis. 5th ed. Jakarta: EGC; 2009.p.156.
5.
Sherwood, L. 2011 .FisiologiManusiadariSelkeSistem. Ed 6. Jakarta:PenerbitBukuKedokteran EGC
6.
Ganong, W F. Bukuajarfisiologikedokteran.Edisi 22. Jakarta: EGC; 2009. H. 143-5.
7.
Widjajakusumah HMD, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan dari Ganong WF. Review of medical physiology. 20th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001: 115-6, 135.
8.
Pendit BU, Yesdelita N. Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Diterjemahkan dari Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009: 157-8, 201-3, 206.
14