Media Pembelajaran Biologi

  • Uploaded by: Aji Handoko
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Media Pembelajaran Biologi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,277
  • Pages: 15
MEDIA Bentuk, susunan dan sifat media ditentukan oleh senyawa penyusun media, presentase campuran dan tujuan penggunaan. 1. Bentuk Ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin dan sebagainya, dikenal tiga bentuk media: a. Media padat Kalau ke dalam media ditambahkan antara 10-15 gram tepung agar-agar per 1000 ml media. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Ada yang memerlukan kadar air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah. Tetapi ada pula yang memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar haru sedikit. Media padat umumya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang juga mikroalge. b. Media cair Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan untuk pembiakkan mikroalge tetapi juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. c. Media semi padat atau semi cair Kalau penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobic atau fakultatif. 2. Susunan Sesuai dengan fungsi fisiologis dan masing-masing komponen yang terdapat dalam media, maka susunan media mempunyai kesamaan isi, yaitu: -

Kandungan air

-

Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain yang mengandung nitrogen.

-

Kandungan sumber energi/unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein senyawa-senyawa yang lain.

-

Ion-ion, baik sebagai unsur makro maupun unsur mikro.

-

Faktor perumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.

Berdasarkan kepada persyaratan tersebut, media dapat berbentuk: a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telur, ikan, umbi-umbian lainnya dan sebgainya. Pada saat sekarang media alami yang banyak dipergunakan adalah dalam kultur jaringan tanaman maupunm hewan. Contoh media alami yang paling banyak dipergunakan adalah telur untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan virus. b. Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri clostridium tersusun oleh: K2HPO4

0,5

g

KH2PO4

0,5

g

MgSO4, 7H2O

0,1

g

NaCl

0,1

g

FeSO4, 7H2O

0,01 g

MnSO4, 7H2O

0,01 g

CaCO3

seangin

c. Media semi sintetik yaitu media yang tersusun oleh campuran bahanbahan alami dan bahan-bahan sintetis. 3. Sifat Penggunaan

media

bukan

hanya

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangbiakan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain, misalnya untuk isolasi, seleksi dan diferensiasi biakan yang didapatkan, artinya penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, banyak dilakukan dan dipergunakan. Sehingga tiap-tiap media mempunyai sifat tersendiri sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan kepada sifat-sifatnya, media dibedakan menjadi:

a. Media

umum,

kalau

media

tersebut

dapat

dipergunakan

untuk

pertumbuhan dan perkemnangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba Agar Kaldu Nutrisi untuk bacteria, agar kentang Dekstrosa untuk jamur dan sebagainya. b. Mendia pengaya, kalau media tersebut dipergunakan dengan maksud “memberikan kesempatan” terhadap satu jenis/kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dan jenis/kelompok lainnya yang sama-sama berada dalam satu bahan. Misalnya untuk memsidahkan bakteri penyebab penyakit tifus dari bahan tinja (kotoran manusia). Tetapi media pengaya telebih dahulu, mungkin yang akan tumbuh dan berkembang adalah semua jenis kelompok yang ada di dalam bahan, karena di dalam tinja bukan hanya puluhan tetapi mungkin ratusan jenis dan mikroba yang akan didapatkan. Dengan media pengaya seperti kaldu selenit ataupun kaldu tetrationat, maka kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba lain akan terhambat/terhenti untuk waktu-waktu tertentu, tetapi tidak untuk salmonella. Misalnya dalam waktu antara 18-22 jam, maka kemungkinan besar mikroba lain akan terhambat dan salmonella akan tumbuh, sehingga kalau kemudian dibiakkan kedalam media selanjutnya, jenis tersebut yang besar kemungkina akan didapatkan. c. Media selektif adalah media yang harus dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba terentu tetapi akan menghambat atau mematikan untuk jenis-jenis lainnya. d. Media diferensiasi, yaitu media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta penetuan sifat-sifatnya. Seperti media agar darah yang dipergunakan untuk penumbuhan bakteri hemolitik, sehingga bakteri nonhemolitik tidak dapat tumbuh atau dihambat. e. Media penguji, yaitu media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu dengan bantuan mikroba, misalnya media penguji vitamin, asam amino, antibiotika, residu pestisida, residu deterjen dan sebagainya, media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk

kepentingan

pertumbuhan

dan

perkembangbiakan

mikroba,

juga

ditambahkan sejumlah senyawa tertentu yang akan diuji. f. Media enumerasi, yaitu media yang dipergunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif atau media diferensial dan penguji. Semua senyawa di dalam media dan indicator yang ditambahkan ke dalamnya, mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan sifat pertumbuhan mikroba. Kehadiran senyawa atau indicator tersebut tidak asal saja, tetapi sudah diketahui dan diatur jumlahnya sehingga sesuai untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba. Ini akan selalu didapatkan untuk media-media diferensial, media selektif atau media penguji. Pembiakan mikroorganisme di dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Zat hara digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrigen dan trace element. Dapat pula ditambahkan factor pertumbuhan berupa asama amino, vitamin atau nukleosida. Media biakan yang digunakan untuk pertumbuhan bisa berbentuk padat, semi padat dan cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar yang berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat sebanyak 1,5-2%, karena tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan membeku pada suhu dibawah 450C. Setelah media biakan disiapkan, media harus disterilkan terlebih dahulu senelum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Bila tidak, dalam beberapa hari akan tumbuh mikroba pencemar dan menyebabkan kerusakan pada media. Proses sterilisasi berguna untuk menumbuh dan mengenyahkan semua organisme hidup yang terdapat dalam media. Setelah disterilkan media biakan siap digunakan. Dalam tabung, media biakan panas yang berisi agar setingkali ditempatkan dalam kondisi miring disebut agar miring. Selain itu, media biakan juga dapat digunakan pada cawan petri sehingga tersedia permukaan

lebih luas untuk pertumbuhan mikroorganisme. Media biakan telah diterilkan harus diberi penutup agar tidak tercemar mikroorganisme yang ada disekelilingnya. Di laboratorium, sterilisasi media dengan menggunakan uap panas bertekanan dengan suhu 1210C dan tekana 15 lbs (2 atm) selama 15 menit, cairan yang tidak tahan panas, misalnya urea, berbagai macam karbohidrat dan serum, dapat disterilkan dengan menggunakan berbagai saringan. Lazimnya saringan yang digunakan mempunyai pori-pori sebesar 0,45 µm. Secara kimiawi, media biakan biakan dibedakan menjadi media sintetik dan media nonsintetik. Pada media sintetik kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik digunakan untuk mempelajari sifat fisiologis dan genetic mikroba. Senyawa organic dan anorganik yang ditambahkan dalam media harus murni, sehingga harganya seringkali mahal. Media nonsintetik menggunakan bahan yang terdapat di alam yang biasanya tidak diketahui kimianya secara rinci. Contohnya ekstrak daging (beef extract), peptone, ekstrak ragi (yeast extract) dan kaldu daging. Terkadang ditambahkan darah, serum, vitamin, asam amino, dan nukleosida. Media nonsintetik sering digunakan di laboratorium mikrobiologi karena disiapkan dan harganya lebih murah. Selain itu dapat digunakan untuk membiakkan berbagai jenis mikroba. Kesimpulan Untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, diperlukan substrat yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum digunakan harus dalam keadan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti toge, kentang, daging, telur, wortel dan sebagainya) atau pun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia baik organic atau anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, dinamakan media. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang baik dalam media, diperlukan syarat tertentu, yaitu:

(1) bahwa di dalam media harus terkandung semua unsure hara yang diperlukan utnuk petumbuhan dan perkembangan. (2) Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. (3) Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.

Pada metode piringan goresan (streak plate method) medium steril agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450C, dituangkan ke dalam kawan cawan petri steril (cawan gelas dengan garis tengah 3 inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian dengan kawat gelang penginokulasi yang penuh denga biakkan campuran (misalnya specimen ludah atau bahan lain), goresan dilakukan di atas permukaan agar, ada beberapa metode penggoresan yang berbeda, namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organisme pada beberapa goresan pertama, apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan kawat gelang kian kemari dari satu bagian ke bagian cawan lain cawan petri, bakteri yang tertinggal pada kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir akan meniggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga setelah mengalami petumbuhan, koloni yang bersal dari bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat dipindahkan ke medium steril, dan akan tumbuhlah biakkan murni. Biakan Murni Umpamakan anda mempunyai spesimen bahan (umpamanya air ludah) yang mengandung beraneka bakteri dan anda ingin mengambil satu atau beberapa jenis organisme daripadanya dan mempelajarinya. Karena sangat tidak praktis untuk mengambil sel-sel bakteri secara individual dari bahan tersebut, harus dicari metode tidak langsung. Mula-mula yang harus dilakukan adalah membuat piringan padat atau setangah padat, yang terdiri atas zat yang dapat dipakai sebagai makanan oleh bakteri, jika spesimen air ludah disebarkan pada piringan makanan teoritis, setiap sel bakteri akan tumbuh dan berkembang biak. Lebih kurang dalam satu hari piringan goresan akan diliputi bercak-becak atau koloni, mikroorganisme yang terlihat degan mata telanjang, setiap koloni terjadi dari organisme yang tidak terhingga jumlahnya, yang terjadi dari sel yang sama. Kini jika anda ambil jarum steril, meneyentuhkan pada koloni organisme tertentu akan dipelajari, kemudian akan memindahkannya ke sejumlah makanan yang disterilkan sebelumnya (ini dinamakan inokulasi), bakteri ini akan

berkembang biak sendiri. Karena pertumbuhan ini terjadi terpisah dari organisme lain, maka terbentuklah biakan murni (pure culture). Sifat organisme dalam biakan murni dapat dipelajari dengan metode yang amat keras dengan hasil yang sangat akurat, karena pengaruh sel hidup yang lain dapat ditiadakan. Metode piringan tuangan (pure-plate-method) terdiri atas penginokulasian biakan campuran ke dalam tabung uji yang mengandung agar mencari yang telah diinginkan pada suhu 450C. Isinya diaduk untuk memancarkan bakteri ke seluruh medium. Campuran itu kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan menjadi padat. Secara alternative, inokulum ditempatkan ke dalam cawan petri kosong dan medium yang mencair dituangkan di atasnya. Cawan ini diputar untuk mencampur isinya sebelum medium menjadi padat. Tujuan pada kedua prosedur adalah untuk memisahkan sel-sel bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah dalam medium yang padat. Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Dalam praktek, sering piringan kedua digores kembali dengan organisme yang berasal dari koloni yang diisolasi. Kesimpulan Untuk mendapatkan koloni bakteri sebagai sumber biakan murni, ada 3 teknik yang dapat dipakai: metode piringan goresan(streak-plate method), metode piringan tuangan (pour-plate method) dan metode agar sebar (spred plate). Pirigan tempat bahan yang mengandung bakteri disebarkan terdiri atas zat makanan seperti kaldu sapi yang telah dipadatkan dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang laut yang larut dalam air mendidih dan menjadi padat jika didinginkan. Campuran agar dengan zat makanan dinamakan medium.

Pewarnaan gram Pewarnaan terhadap mikroba banyak dilakukan baik secara langsung bersama (bahan yang ada) atau pun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk: 1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi atau jamur. 2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad. 3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam 4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik kimia yang ada akan dapat diketahui. Pewarnaan yang digunakan untuk memilah-memilah mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial, contohnya pewarnaan gram yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negative. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan sifat dinding sel mereka. Pewarna gram menggunakan zat pewarna diferensial karena dapat membagi bakteri sejati menjadi dua kelompok fisiologi. Dengan demikian sangat memudahkan identifikasi jenisnya. Prosedur pewarnaan ini terdiri atas empat langkah: 1. Olesan dibasahi dengan lembayung gentian atau lembayung kristal. 2. Setelah 60 detik zat pewarna lembayung dibilas, dan olesan dibasahi dengan larutan yodium. 3. 60 detik kemudian, yoium dibilas dan gelas preparat dicuci dengan larutan alcohol 95% selama 15 hingga 30 detik. 4. Gelas preparat kemudian selam 30 detik diwarnai dengan safranin (zat pewarna merah) atau coklat Bismarck (dipakai bagi orang yang buta warna). Lamanya waktu masing-masing zat pewarna dibiarkan pada olesan tidaklah terlalu menentukan dan banyak laboratorium telah menyesuaikan prosedur ini sehingga masing-masing zat pewarna dapat berhubungan dengan organisme yang difiksasi untuk hanya beberpa detik. Memakai campuran 50:50 asoton dan alcohol sebagai langkah menghilangkan warna karena larutan ini lebih cepat bereaksi daripada larutan alcohol 95% masing-masing agen menghilang.

Zat pewarna lembayung dan yodium membentuk senyawa yang kompleks. Beberapa marga bakteri melepaskan zat pewarna dengan mudah apabila dicuci, pada bakteri lain, zat pewarna tetap bertahan walau dicuci dengan alcohol 95%. Organime yang tidak dapat menahan zat pewarna setelah dicuci dengan alcohol 95% disebut organisme gram-negatif. Sedangkan yang dapat menahan zat warna disebut gram-positif. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. Karakteristik utama dinding sel bakteri gram posoitif adalah tebalnya lapisan peptidoligan pada dinding sel, akibatnya, pada saat prosedur pewarnaan gram, meninggalkan warna biru, dinding sel gram positif biasa ditemukan pada Actinobacteria dan firmicutes, sifat gram tersebut adalah ciri beberapa sel bakteri yang relative muda umumya. Karena alcohol tak dapat mencuci zat pewarna biru dari sel gram-positif, zat pewarna tandingan tidak berpengaruh dan sel gram positif akan tampak berwarna biru atau biru lembayung muda. Bakteri gram-negatif bersifat pathogen yang bakteri mereka berbahaya bagi organisme inang, sifat pathogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative, terutama lapisan Lipoposakarida (LPS/endotoksin). Dinding sel gram negative memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Hal ini menyebabkan lunturnya warna biru saat disiram etanol. Bakteri gram-negatif tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alcohol akan menjadi kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pewarnaan dengan zat warna kontras akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Karena bakteri Gram-negatif tidak berwarna setelah dicuci dengan alcohol, orang selalu memberikan warna lain sebelum olesan diamati dibawah mikroskop,. Zat pewarna lain itu biasanya ialah zat pewarna merah safranin, karena itu bakteri gram-negatif berwarna merah. Kesimpulan Sangatlah perlu untuk mengetahui baik reaksi gram (positif atau negative) maupun penampilan keseluruhan bakteri agar dapat diidentifikasikan. Selain itu,

cirri organisme umum yang lain ada sangkut pautnya dengan reaksi gram. Umpamanya, kebanyaka bakteri gram poritif mudah dimatikan oleh penisilin, gramisidin atau lembayung gentian berkadar rendah, sedangkan bakteri gramnegatif lebih tahan terhadap senyawa-senyawa tersenbut, namun cukup peka terhadap stroptemosin. Hasil

gram-positif

dan

gram-negatif

disebabkan

oleh

perbedaan

kandungan dinding sel bacteria, yaitu bahwa kandungan senyawa, peptidoglikan pada dinding sel gram negatif. System pewarnaan gram dilaksanakan berdasarkan tetapan yang sudah ditentukan ke dalam penggunaan pewarnaan atau pun pelunturnya. Berbeda dengan pewarnaan negatif, maka ini tidak ditunjukan untuk memberikan warna kepada jasad (sel) tetapi justru terhadap latar belakang tempat dimana sel tersebut ditempatkan, dalam beberapa hal cara ini lebih menguntungkan karena disamping bentuk sel akan secara jelas terlihat sesuai dengan warna alaminya serta ukuran aslinya, juga bentuk sel tidak kembali. Zat warna yang digunakan dalam system ini antara lain dalam bentuk Na eosinat yang dalam larutan akan berubah menjadi NA+ dan eosin, misalnya yang terdapat pada pewarna nigrosin. Factor-faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan mikroba adalah: 1. Fikasasi a. meletakan sel pada gelas obyek. b. Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai dari pada sel dalam keadaan hidup. c. Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus OH+ dan zat warna. d. Mencegah terjadinya otilisasi sel yang proses pecahnya sel disebabkan oleh enzim yang ada didalamnya. e. Merubah daya ikat zat warna. Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan atau pengeringan secara dingin, sedang yang paling umum dilakukan secara kimia dengan penambahan sabun, formalin, fenol dan sebagainya.

2. Peluntur warna; untuk menghilangkan warna sel yang telah diwarnai. 3. Substrat yang berhubugan dengan kandungan sel yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat. 4. Identifikasi pewarnaan; untuk mempercepat pewarnaan mikroba. 5. Zat warna penutup, yang diberikan pada akhir pewarnaan dengan tinjauan untuk memberikan warna kontras pada sel mikroba yang diwarnai tidak menyerap warna pula.

Hasil Pengamatan

Pewarnaan awal

Hasil pewarnaan Gram-positif Gram-negatif Kristal violet (30 ungu Ungu

Mordan

detik) Larutan

Dekolorai

(30 detik) Etanol 95% (10- Tetap

Tidak berwarna

Zat warna lawan

20 detik) Safranin

Merah

Tahapan

Perlakuan

detik)

Jodium Tetap

(10-20 Ungu muda

Tetap

Pewarnaan tahan asam (acid-fast stain) Zat pewarna tahan asam disebut zat pewarna ziehl-Neelsen dignakan khususnya

untuk

membantu

mengidentifikasi

organisme

dalam

marga

mycobacterium. Marga ini mempunyai banayak organisme baik yang tidak menimbulkan penyakit maupun beberapa pathogen virulen yang dair kelompok ini tuberkolosis dan lepra adalah yang paling penting. Mycobacteria dikatakan tahan asam tahan asam sebab jika diwarnai dengan karbolfuchsin (Zat pewarna merah) sifat kiminya yang unik menahan zat warna walaupun olesan yang mewarnai telah dicuci dengan alcohol asam (etanol 95% dengan asam hidroklor 3%). Perlakuan ini menghilangkan zat warna dari organisme lain dalam olesan. Satu kekecualian terdapat pada bakteri pathogen (menimbulkan penyakit ) berbentuk seperti jamur yang diklasifikasikan dalam marga Nocardia. Bakteri ini tidak setahan asam seperti mycobacteria yang bersifat pathogen, dan pencucian terus-menerus menyebabkan Nokardia kehilangan zat warna. Sifat ini memisahkan

kelompok

bakteri

tahan

asam

dari

bakteri

lain

dan

memungkinkannya untuk mewarnai campuran sejumlaha besar bakteri (seperti yang terdapat dalam ludah). Namun masih dapat mengenai bakteri tahan asam. Cara ini benar-benar merupakan suatu keuntungan dalam diagnosis tuberkolosis. Berbagai teori telah dikemukakan telah ditemukan untuk menerangkan sifat tahan asam ini, antara lain bahwa sifat tahan asam ini ditentukan oleh adanya sifat permeabilitas yang selektifa dan membran sitoplasma. Menonjolnya warna merah disebabkan oleh penyerapan warna karbolfuksin yang larut dalam sel. Bila sel dirusak, maka sifat tahan asam itu pun akan hilang. Bakteri tahan asam sangat banyak mengandung lipida, asam lemak, dan kandungan inilah yang mencerminkan sifat tahan asam pada golongan bakteti tersbut antara lain asam mikolat. Diduga bahwa sifat tahan asam ini masalah sifat kelarutasn nisbi, misalnya fuksin lebih larut dalam fenol dari pada air atau asam alcohol. Sebaliknya fenol lebih larut dalam lipidam yang ditemukan dalam tubuh mycobacterium, dari pada dalam air. Dalam pengecatan tahan asam, fenoll yang mengandung fuksin meninggalkan air-alkohol dari larutan karbolfuksin dan masuk ke dalam lipida sel. Disini kelarutannya lebih besar, sehingga tidak dapat dilepaskan (dilunturkan) oleh asam alcohol. Karena dalam bahan dekolorisasi ini

kelarutannya lebih kecil. Membran sitoplasma yang lebih kecil menegah lipida yang telah tercat merah itu meninggalkan sel untuk melarut ke dalam peluntur warna. Bila membrane itu pecah, maka lipida meninggalkan sel dan diikuti dengan hilangnya sifat tahan asam Cara pengecatan bakteri tahan asam disebut juga Ziehl Neelsen. Langkalangkahnya adalah sebgai berikut: 1. Film bakteri pada kaca obyek yang telah difiksasi disiram dengan karbolfuksin, kemudiandipanaskan sampai keluar uap (tidak sampai mendidih). Pemanasan diulang beberapa kali agar bahan cat tetap hangat, kemudian didiamkan selama lima menit. 2. Dekolorisasi dilakukan dengan asam alcohol dalam waktu yang sigkat, kemudian cepat cuci dengan air. 3. pengecatan dengan cat kontras dilakukan dengan metilen biru dalam lautan KOH

1 . 10.000

4. setelah dicuci kembali dengan air, preparat dikeringkan di udara. Hasil pengecatan adalah : mycobacterium berwarna merah dan bakteri yang lainnya berwarna biru. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan bakteri tahan asam adalah alat penetes minyak imersi jangan sampai menyentuh film preparat untuk menghindarkan terbawanya bakteri ke dalam botol minyak imersi terutama pada pengecatan bakteri yang bersifat pathogen seperti mycobacterium tuberculosis. Pengamatan harus dilakuakan secara teliti dan menggunakan waktu yang cukup lama mengingat hal jumlah bakteri tahan asam sedikit. Hasil negatif bukan berarti bahwa bakteri tersebut tidak ada (hal ini penting dalam pemeriksaan bakteri penyebab TBC) karena untuk mendapatkan hasil mikroskopis positif diperlukan paling sedikit 50000 bakteri TBC dalam 0,1 sel sputum. Sputum adalah bahan lendir yang dikeluarkan dalam saluran nafas bawah dengan kekuatan atau batuk.

Kesimpulan Zat-zat pewarna bahan asam yang lain sejumlah prosedur pewarnaan khusus tambahan digunakakan untuk mewarnai bagian, bagian sel bakteri. Termasuk didalamnya adalah teknik mewarnai kapsul, dinding sel, asam nukleat, flagella, endoplasma dan struktur-struktur lain. Semua prosedur pewarnaan ini melibatkan penggunaan dua zat pewarna khusus atau lebih, namun tidak satupun dari zat pewarna ini digunakan secara rutin dalam mengidentifikasi bakteri.

Related Documents


More Documents from "yulia"