C. Memahami Paradigma Positivisme Paradigima adalah ibarat sebuah jendela tempat orang mengamati luar dunia,tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya (word view).Namun secara umum paradigma diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menutun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sepanjang sejarah filsafat selalu ada perbedaan paradigma,perbedaan pandangan itu menurut George Ritzer disebabkan karena tiga faktor,yakni : 1. Pada awalnya pandangan filsafat yang mendasari pemikiran ilmuwan tentang apa yang semestinya menjadi substansi dari cabang ilmu yang dipelajarinya berbeda.dengan kata lain,diantara komunitas-komunitas ilmuwan itu terdapat perbedaan pandangan yang mendasar tentang pokok persoalan apa yang semestinya dipelajari oleh cabang ilmu yang bersangkutan. 2. Sebagai konsekuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda itu maka teori-teori yang dibangun dan dikembangkan oleh masing-masing komunitas ilmuwan itu berbeda.pada masing-masing komunitas ilmuwan berusaha bukan hanya untuk mempertahankan kebenaran teorinya saja tetapi juga berusaha melancarkan kecaman terhadap kelemahan teori dari komunitas ilmuwan yang lain. 3. Metode yang digunakan untuk memahami substansi ilmu yang berbeda diantara komunitas ilmuwan itu. Paradigma yang baru penuh dengan jani dan tidak terkurung oleh kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi,sekarang lantas membimbing aktifitas ilmiah yang baru dan bisa sampai akhirnya pun ia jatuh kesukaran yang serius dan timbulah suatu krisis yang diikutu oleh revolusi baru. Paradigma positive ini berpangkal tolak dari paradigma Galilean yang premis dasarnya menyatakan bahwa alam semesta itu pada akhirnya merupakan himpunan fragmen yang jumlahnya tak terhingga,yang secara interaktif berhubungan dalam suatu proses yang berlangsung secara berterusan tanpa mengenal henti.hubungan antar fragmen itu berlangsung diranah yang indrawi dan yang karena itu pula selalu dapat disimak sebagai sesuatu yang faktual dan aktual. Paradigma Galilean telah menjadi cikal bakal scientism.positive juga bertolak dari anggapan aksiomatik bahwa alam semesta ini pada hakikatnya adalah suatu himpunan fenomena yabg berhubung-hubungan secara interaktif dalam suatu jaringan kausalitas yang sekalipun dinamik namun juga deterministik dan mekanistik.disini fenomena yang satu akan selalu dapat dijelaskan sebagai penyebab atau akibat dari fenomena lain.Dalam tulisannya positivism and the separation of law and morals Prof Hart menguraikan adanya lima ciri tentang positivisme yang terdapat pada ilmu hukum dewasa ini (contemporary jurisprodunce). 1. Hukum adalah suatuh perintah yang datangnya dari manusia. 2. Tak ada hubungan yang mutlak anatar Hukum dan Kesusilaan ,atau anatara hukum yang berlaku (law as it is) dan hukum yang dicita-citakan (law as ought to be). 3. Analisa dari menegenai pengertian hukum(legal concept) adalah penting dan harus dibedakan dari :
a. Penyelidikan secara sejarah tentang sebab musabab hukum atau tentang sumber hukum b. Penyelidikan secara sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejala- gejala kemasyarakatan lainnya penyelidikan hukum yang didasarkan pada kesusilaan,tujuan-tujuan sosial fungsi hukum dan sebagainya. 4. Sistem hukum adalah satu sistem logika yang tertutup pada sistem tersebut ketentuanketentuan hukum yang benar bisa diperoleh dengan alat-alat logika (logical means) dari peraturan-peraturan hukum yang telah ditetapkan sebelumnya,pada memperhatikan tujuan-tujuan sosial,politik,ukuran-ukuran moral dan sebagainya. 5. Pertimbangan – pertimbangan mengenai kesusilaan tidak dapat dibuat atau dibuktikan dengan mempergunakan argumentasi-argumentasi dan bukti-bukti berdasarkan logika,sebagai misalnya dalam hal keterangan-keterangan tentang fakta-fakta (non cognitivism in ethics). Pada prinsipnya pemisahan hukum yang ada dan hukum yang seharusnya ada,adalah filosofi yang paling fundamental dari Positivisme hukum.ini menyebabkan kaum positivis menguraikan secara terperinci susunan hukum dalam negara yang modern dari ‘’perintah yang berdaulatnya’’ Austin kedalam Hierarki Kelsen mengenai normanorma yang diambil Grundnorm (norma dasar) yang hipotesis.