Materi.docx

  • Uploaded by: Cacing Laut
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,150
  • Pages: 16
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan jangka panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri (Ailon, S.G. dan Maglaya, A.S., 1997). Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia dibesarkan (Friedman, 2010). Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga

mencapai

keluarga

sejahtera.

Untuk

mewujudkan

tujuan

pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara yang sejahtera pula (Ailon, S.G. dan Maglaya, A.S., 1997).

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana konsep keluarga sejahtera dalam bidang keperawatan?

1.3 Tujuan

1

1.3.1

Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penyusunan makalah ini adalah

mengetahui konsep keluarga sejahtera dalam bidang

keperawatan.

1.3.2

Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengrtian keluarga sejahtera. 2. Untuk mengetahui tahapan pada keluarga sejahtera. 3. Untuk mengetahui indikator keluarga sejahtera. 4. Untuk mengetahui manfaat keluarga sejahtera. 5. Untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera.

1.4 Manfaat 1.4.1

Manfaat Teoritis Mahasiswa dapat lebih memahami konsep keluarga sejahtera dalam bidang keperawatan menurut ilmu keperawatan keluarga.

1.4.2

Manfaat Praktisi Dapat menjadi sumber informasi tentang konsep keluarga sejahtera dalam bidang keperawatan menurut ilmu keperawatan keluarga.

1.5 Sistematika Penulisan 1.5.1

Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.

1.5.2

Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang konsep keluarga sejahtera (pengertian, tahapan, indikator, manfaat dan pelaksanaan pembangunan) dalam bidang keperawatan menurut ilmu keperawatan keluarga.

1.5.3

Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.

1.6 Metode Penulisan

2

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi keputusan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan Ilmu Keperawatan Keluarga.

3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Sejatera Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain: 1) “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001) 2) “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994) 3) Keluarga yang sejatera dan bahagia adalah keluarga yang dapat mencapai kesuksesan didalam hidupnya, baik materil maupun mental spiritual, yang memberikan nilai nilai kepuasan yang mendalam kepada para keluarga dalam situasi penuh kebahagiaan dan ketentraman hidup bersama (Dainur, 1995). 4) Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Friedman, 2010). 5) menurut UU No. 10 Tahun 1982 adalahkeluarga yang dibentuk atau perka winan yang sah, mampu memenuhi kebutuhanspiritual dan material yang l ayak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memilikihubungan yang serasi, selara s dan seimbang antar anggota dana antar keluargadengan masyarakat dan l ingkungannya. Jadi, kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dimana kehidupan secara, materil, mental spiritual, dan sosial dapat dipenuhi secara seimbang bagi para anggota keluarga dalam situasi penuh kebahagiaan dan ketentraman hidup bersama.

4

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

2.2 Tahapan Keluarga Sejahtera Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari: 1) Keluarga Prasejahtera Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpeuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB 2) Keluarga Sejahtera I Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. 3) Keluarga Sejahtera II Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social

psikologisnya

pengembangan, seperti

tetapi

belum

dapat

memenuhi

kebutuhan

kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

informasi. 4) Keluarga Sejahtera III Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat 5) Keluarga Sejahtera III plus Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi.

5

2.3 Indikator Keluarga Sejahtera Indikator-indikator keluarga sejahtera menurut (BKKBN,1994) adalah sebagai berikut. 1. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu: 1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih. Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya. 2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya). 3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik. Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan. 4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan. Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang

6

memberikan obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM). 5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi. Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat pelayanan KB, seperti

Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas

Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan Usia Subur). 6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15 tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP. 2. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu: 1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan keluarga

untuk

melaksanakan

ibadah,

sesuai

dengan

ajaran

agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah, atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing masing agama/kepercayaan. 2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur.

7

Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian. 3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun. Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat. 4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2. 5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam keluarga yang berada dalam batas batas normal, sehingga yang bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan masing masing di dalam keluarga. 6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan. Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan adalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak oleh

8

masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari hari secara terus menerus. 7) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin. Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin adalah anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun. 8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi. Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan MOW. 3. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu: 1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka

masing

masing.

Misalnya

mendengarkan

pengajian,

mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang beragama Kristen. 2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang. Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan

9

dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga. 4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya. 5) Keluarga

memperoleh

informasi

dari

surat

kabar/majalah/

radio/tv/internet. Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama. 4. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu: 1) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial.

10

Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib. 2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat. Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan

dengan

menjadi

pengurus

pada

berbagai

organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya). Indikator-indikator keluarga sejahtera menurut Shirley, M. H. H. (1996) adalah sebagai berikut. 1) Keluarga prasejahtera Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut. 1) Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masingmasing. 2) Keluarga makan dua kali sehari atau lebih. 3) Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan. 4) Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah. 5) Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB). 2) Keluarga sejahtera 1

11

Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut. 1) Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut. 2) Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurangkurangnya sekali dalam seminggu. 3) Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir. 4) Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2. 5) semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing. 6) Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas memiliki penghasilan yang tetap. 7) Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu membaca dan menulis latin. 8) Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah. 9) Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan mempunyai dua anak atau lebih yang hidup. 3) Keluarga sejahtera II Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum mampu melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut. 1) Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama. 2) Keluarga mempunyai tabungan 3) Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari. 4) Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat. 5) Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali dalam 6 bulan. 6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise. 7) Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi. 4) Keluarga sejahtera III Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.

12

1) Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat. 2) Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat. 5) Keluarga sejahtera III plus Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu melaksanakan semua indicator (23).

2.4 Manfaat Keluarga Sejahtera Menurut Salvari (2013) manfaat keluarga sejahtera sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi. 2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisa potensi dan peluang yang dimilikinya. 3. Meningkatkan kemauan masyarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri. 4. Meningkatkat gotong royong dan kesetiakawanan social dalam membantu keluarga

khususnya

keluarga

prasejahtera

untuk

meningkatkan

kesejahteraannya.

2.5 Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan

kualitas

keluarga

dan

keluarga

berencana

yang

diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga (Potter dan Perry, 2005). Tujuan: mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungan (Potter dan Perry, 2005). Pokok-pokok kegiatan: 1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat

13

melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera (Potter dan Perry, 2005). Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut. 1) Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha, dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan pendampingan. 2) Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera (UPPKS) 3) Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit keluarga sejahtera) 4) Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan sector terkait. 5) Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses produksi. 6) Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector terkait koperasi. 7) Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan departemen koperasi dan PPKM. 2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga. Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Potter dan Perry, 2005). Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut. 1) Bina Keluarga Balita Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif ( APE) 2) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui. 1) Pusat-pusat konsultasi remaja 2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompokkelompok.

14

3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain. 4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan melalui media massa. 3) Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia (BKL). 4) Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut. 1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara 2) Beasiswa supersemar. 3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) kegiatan lomba-lomba. 3. Pelayanan Keluarga Berencana (Potter dan Perry, 2005). 1) Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB. 2) Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi, pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada hubungannnya dengan reproduksi. 3) Pendataan Keluarga Sejahtera Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun, antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera. Friedman (1998) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu : 1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. 3) Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri. 4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian annggota keluarga. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.

15

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN telah menyusun rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut : 1) Tahap prasejahtera 2) Keluarga sejahtera tahap I 3) Keluarga sejahtera tahap II 4) Keluarga sejahtera tahapIII

3.2 Saran Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen

keperawatan

sebagai

upaya

peningkatan

mutu

Asuhan

Keperawatan kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

16

More Documents from "Cacing Laut"