KAJIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PSIKOLOGI ANAK DI DESA SOAKONORA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT Oleh Edwin Manumpahi Shirley Y.V.I. Goni Hendrik W. Pongoh e-mail:
[email protected] Ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya KDRT, yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal Kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT) dapat terjadi sebagai akibat dari semakin lemahnya kemampuan adaptasi setiap anggota keluarga di antara sesamanya, sehingga setiap anggota keluarga yang memiliki kekuasaan dan kekuatan cenderung bertindak deterministik dan eksploitatif terhadap anggota keluarga yang lemah. 2. Faktor Eksternal Kekarasan dalam rumah-tangga (KDRT) muncul sebagai akibat dari intervensi lingkungan di luar keluarga yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sikap anggota keluarga, terutama orang-tua atau kepala keluarga, yang terwujud dalam perlakuan eksploitatif terhadap anggota keluarga yang sering kali ditampakkan dalam pemberian hukuman fisik dan psikis yang traumatik baik kepada anaknya, maupun pasangannya.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1. Kekerasan Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “kekerasan” dapat diartikan dengan hal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik. Dengan demikian, kekerasan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan pihak yang dilukai. Kata kekerasan sepadan dengan kata “violence” yang dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap fisik ataupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangkan kata kekerasan dalam bahasa Indonesia secara umum hanya menyangkut serangan fisik belaka. Jika dimakdsudkan pengertian violence sama dengan kekerasan, maka kekerasan tersebut merujuk pada kekerasan fisik maupun psikologis. 2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan bahwa Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemer dekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah semua jenis kekerasan (baik fisik maupun psikis) yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap
anggota keluarga yang lain (baik suami kepada isteri, maupun kekerasan yang dilakukan oleh isteri kepada suami atau Ayah terhadap anak, atau ibu terhadap anaknya dan kekerasan yang dillakukan oleh seorang anak terhadap ayah atau ibunya). tetapi yang dominan menjadi korban kekerasan adalah istri dan anak oleh sang suami. 3. Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Ihromi (1995) timbulnya tindakan KDRT di antaranya adalah: a. Komunikasi Komunikasi dalam keluarga merupakan faktor terpenting dalam menentukan keharmonisan suatu rumah tangga. Dengan adanya komunikasi akan tercipta hubungan yang lebih terbuka di antara anggota keluarga dalam menyampaikan keluhan, uneg-uneg, ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah keluarga. Bilamana komunikasi dalam suatu keluarga tidak baik maka dapat dipastikan akan memperbesar kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga dan hal ini sangat mungkin menimbulkan korban. b. Penyelewengan Hadirnya pihak ketiga dalam hubungan suami istri merupakan masalah besar yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Tak jarang hal tersebut menimbulkan perceraian ataupun menimbulkan suatu tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Seperti seorang suami mempunyai wanita selingkuhan, disaat sedang berkencan tiba-tiba kepergok sang istri. Saat berada di rumah sang istri menanyakan kebenaran hal tersebut, tetapi sang suami tidak terima dan pada akhirnya terjadi pertengkaran yang berujung pada kekerasan fisik yang dilakukan oleh sang suami kepada istri. Pada bebberapa kasus seperti ini yang menjadi tersangka adalah sang suami dan yang menjadi korban adalah sang istri ataupun sang anak yang menjadi pelampiasan dari penyelewengan ini. c. Citra diri rendah yang rendah dan frustasi Faktor ini biasanya muncul jika sang suami sedang merasa putus asa dengan masalah dalam pekerjaan yang sedang dia kerjakan, di sisi lain sang istri terus menekan sang suami untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk memenuhi d. Perubahan status social Faktor penyebab timbulnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada keluarga masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah ke atas Adalah masalah gaya hidup dengan gengsi yang tinggi pada keluarga tersebut. Masalah akan muncul jika terjadi berkurangnya sumber pendapatan, berakhirnya masa jabatan, dengan munculnya kasus seperti itu kemudian membuat masing-masing anggota keluarga merasa malu dengan orang sekitar dan kemudian memberikan tekanan yang berlebihan kepada pihak yang berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah. Akibatnya akan memicu munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut. e. Kekerasan sebagai sumber penyelesaian masalah Budaya kekerasan dalam rumah-tangga berkaitan erat dengan masalah kekerasan yang pernah dialami dari sejak lahir sudah berada pada lingkungan yang keras dan terus dididik dengan nilainilai yang berhubungan dengan unsur kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan kekerasan sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Kekerasan sudah mendarah daging sehingga suatu masalah tidak akan mantap apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan. Selain itu ada juga hal lain yang juga berpotensi untuk memicu munculnya KDRT di dalam suatu keluarga. Unsur yang menyebabkannya pun berasal dari lingkup keluarga itu sendiri. Hal-hal yang dapat memicu munculnya KDRT adalah: Antar suami istri: Terjadi dominasi antar pasangan, bisa sang suami atau istri yang dominan. Maksudnya jika terjadi suatu perselisihan pendapat yang terjadi adalah penyelesaian sepihak (kalah - menang) dan bukan penyelesaian yang baik (menang - menang). Adanya sikap acuh atau tidak mau tahu terhadap apa yang dirasakan atau dialami pasangan. Adanya sikap egosentris yang menonjol. Tidak adanya kesatuan nilai dalam keluarga atau inkonsistensi apa yang boleh dan yang tidak boleh. Antar orang tua dan anak: Pengalihan tanggungjawab sebagai orang tua, baik kepada pembantu rumah tangga, baby sitter, sekolah atau keluarga yang lain. Sikap dari orang tua yang berlebihan atau tidak pada porsinya. Misalkan terlalu melindungi, terlalu bebas, terlalu keras bahkan ambisi orang tua yang dibebankan pada anak. Banyaknya kata-kata “negatif” yang diucapkan orang tua kepada anak. Kurangnya waktu berkumpul antara orang tua dan anak. Sehingga anak “kekurangan” kenangan indah akan orang tuanya. Orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindak kekerasan yang kerap terjadi di dalam masyarakat. Terkadang hal itu dilakukan oleh suami kepada istri maupun sang ayah kepada anaknya. Hal itu sering terjadi karena dipengaruhi oleh banyak hal. Kekerasan yang terjadi pada umunya akan menyebabkan kemunduran mental yang sangat signifikan pada sang korban. Bahkan tak jarang hal itu akan menimbulkan suatu keadaan trauma yang mendalam pada sang korban. Yang lebih parah lagi, tentunya akan menyebabkan kematian pada sang korban yang menerima tindak KDRT tersebut.
kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan keadaan yang seperti ini kemudian menyebabkan tingkat frustasi semakin besar pada sang suami yang kemudian membuat tingkat emosinya meledak. Maka pada akhirnya akan memicu munculnya tindakan KDRT akibat rasa frustasi. 4. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bentuk tindakan KDRT yang sering terjadi di dalam masyarakat dalam UU RI No. 23 tahun 2004 disebutkan bahwa kekerasan meliputi,
pertama berupa kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh, sakit, atau bahkan luka berat, misalnya yaitu pemukulan, penamparan, penusukan, dll. Yang kedua adalah berupa kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya kepercayaan diri, kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Misalnya yaitu berupa ancaman pembunuhan, ancaman hidupnya tidak akan tenang, dll. Yang ketiga adalah dalam bentuk kekerasan seksual yang terbagi menjadi 2 macam yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah satu seseorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu Dan yang keempat adalah berupa penelantaran rumah tangga yaitu meninggalkan atau membiarkan keluarga tanpa ada nafkah sedikitpun kepadanya ataupun dengan tidak memberikan kabar apapun kepada pihak tersebut mengenai kepergiannya. Misalnya seorang suami yang meninggalkan istri dan anaknya karena terjadi pertengkaran dalam keluarga tersebut, namun setelah jangka waktu yang lama tidak ada kabar dan tidak ada pemenuhan kebutuhan pada keluarganya.
Anatomi kulit STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT Kulit tersusun atas beberapa lapisan, yaitu: 1. Epidermis (lapisan paling luar) Terdiri atas: a. Stratum korneum (lapisan tanduk) Merupakan bagian epidermis yang paling atas yang terdiri dari beberapa lapisan sel mati. Lapisan ini terus-menerus mengelupas secara teratur (deskuamasi) dan digantikan dengan lapisan baru yang berasal dari lapisan di bawahnya. b. Stratum lusidum Terdapat langsung di bawah stratum korneum dan hanya terdiri atas 2-3 lapis sel. c. Stratum granulosum Terdapat di bawah stratum lusidum dan terdiri atas 2-3 lapis sel. d. Stratum spinosum Terdapat di bawah stratum granulosum dan sel-selnya mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basale Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Terdiri atas 2 jenis sel yaitu: • Sel-sel kolumnar • Sel-sel pembentuk melanin (melanosit) yang mengandung butirbutir pigmen (melanosome) 2. Dermis Merupakan lapisan yang terdapat di bawah lapisan epidermis di mana dalam lapisan ini terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak), kelenjar keringat, ujung saraf, pembuluh darah, akar rambut, serabut kolagen, serabut elastin, bahan proteoglikan serta glikosaminoglikan. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum/lemak kulit yang berperan dalam fungsi barier kulit. Secara garis besar dermis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a. Pars papilare Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. b. Pars retikulare Yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, terdiri atas serabut kolagen, elastin, dan retikulin. 3. Subkutis Merupakan kelanjutan dari lapisan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, akar rambut, pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Kulit mempunyai banyak fungsi yaitu: 1. Proteksi Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang paling luar dan berfungsi melindungi organ-organ dalam terhadap lingkungan dari luar tubuh. Fungsi proteksi ini dimungkinkan oleh adanya bantalan lemak dalam kulit, pigmen(pemberi warna kulit) yang melindungi kulit dari sinar matahari, lapisan stratum korneum yang impermeabel (tidak bisa ditembus oleh) terhadap air dan zat kimia, pH kulit yang asam (5-6,5) akibat ekskresi keringat dan sebum (minyak kulit) dan keratinosit (salah satu jenis sel utama pada lapisan epidermis) yang berperan sebagai sawar mekanik karena sel keratinosit melepaskan diri secara teratur.
2. Absorpsi Kulit yang sehat tidak mudah mengabsorpsi/menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi lebih mudah menyerap cairan yang mudah menguap dan yang larut dalam lemak lebih. Absorpsi antara lain dapat berlangsung melalui celah antar sel atau menembus sel epidermis. 3. Ekskresi Zat-zat sisa metabolisme antara lain diekskresikan oleh kelenjar keringat yang terdapat pada kulit. 4. Persepsi Pada kulit terdapat ujung saraf sensorik yang berfungsi menghantarkan sensasi (nyeri, panas, dingin, sentuhan, tekanan). 5. Termoregulasi Kulit berfungsi mengatur suhu tubuh melalui pengeluaran keringat dan konstriksi pembuluh darah kulit. 6. Pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada dasar epidermis. 7. Pembentukan vitamin D Vitamin D dibentuk di kulit dengan bantuan sinar matahari.
Sumber: penyembuhan luka fk universitas wijaya kusuma surabaya
DEFINISI DAN JENIS LUKA Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh. Luka antara lain dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, kematian sel dan gangguan sebagian atau seluruh fungsi organ.3,4 secara garis besar luka digolongkan menjadi 1. Luka terbuka Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya kerusakan pada kulit tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya. Luka terbuka merupakan jenis luka yang banyak dijumpai. Jenis-jenis luka terbuka antara lain: a. Luka lecet (abrasi atau ekskoriasis) Yaitu luka yang mengenai lapisan kulit paling atas (epidermis) yang disebabkan oleh gesekan kulit dengan permukaan yang kasar.
b. Luka insisi atau luka iris (vulnus scissum) Yaitu luka yang terjadi karena teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau pisau. Tepi luka tampak teratur. Misalnya luka operasi.
Luka iris
c. Luka robek (laserasi atau vulnus laceratum) Yaitu luka yang disebabkan oleh benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya tidak teratur.
d. Luka tusuk (vulnus punctum) Yaitu luka yang disebabkan oleh benda runcing yang menusuk kulit,misalnya jarum, pisau paku, dan benda tajam lainnyaqss32.
e. Luka karena gigitan (vulnus morsum) Yaitu luka yang terjadi akibat gigitan hewan atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan susunan gigi yang menggigit. f. Luka tembak Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api.
g. Luka bakar (combustio) Yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan api atau benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran listrik atau petir.
Berdasarkankedalaman luka, luka bakar digolongkan menjadi: Luka bakar derajat 1 (luka superfisial) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis kulit. Biasanya hanya ditandai dengan kemerahan pada kulit dan rasa nyeri. Luka derajat 2 (partial thickness burn) Yaitu luka yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis. Dibagi lagi menjadi : - Luka derajat 2 superfisial (superficial partial thickness wound) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian atas. Dapat ditandai dengan adanya kemerahan pada kulit, adanya lepuhan berisi cairan (blister atau bula) dan terasa sangat nyeri. - Luka derajat 2 dalam (deep partial thickness wound) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga dermis bagian bawah. Biasanya tidak ditemukan adanya bula, namun luka biasanya basah atau lembab. Luka derajat 3 (full thickness burn) Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis hingga subkutan. Biasanya luka terlihat pucat dan luka tidak terasa nyeri karena ujung saraf pada luka telah rusak. Luka derajat 4 Yaitu luka bakar yang mengenai lapisan epidermis, dermis, subkutan, hingga otot, tendon atau tulang.
2. Luka tertutup Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh atau tidak mengalami luka. Misalnya : a. Luka memar (kontusio) Merupakan cedera pada jaringan dan menyebabkan kerusakan kapiler sehingga darah merembes ke jaringan sekitarnya. Biasanya disebabkan oleh benturan dengan benda tumpul.
b. Hematoma Adalah pengumpulan darah setempat (biasanya menggumpal) di dalam organ atau jaringan akibat pecahnya dinding pembuluh darah.
Luka juga dapat digolongkan berdasarkan derajat kontaminasi yaitu: 1. Luka bersih Yaitu luka yang bersih tanpa kontaminasi, misalnya luka insisi dengan teknik yang steril yang tidak mengenai saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital atau pernapasan. Tingkat infeksi 1,5% 2. Luka bersih terkontaminasi Yaitu luka bersih yang dapat terkontaminasi, misalnya luka insisi yang mengenai saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital atau pernapasan tetapi sekresi saluran tersebut tidak mengenai luka operasi. Tingkat infeksi 7,7% 3. Luka terkontaminasi Yaitu luka yang terkontaminasi, misalnya luka insisi pada organ yang mengalami inflamasi atau luka insisi yang terkena sekresi saluran gastrointestinal, saluran kemih, genital atau pernapasan atau luka insisi dengan tindakan asepsis /antisepsis yang kurang. Tingkat infeksi 15,2% 4. Luka kotor Yaitu luka yang kotor. Tingkat infeksi 40% Berdasarkan lamanya penyembuhan, luka dapat digolongkan menjadi: a. Luka akut yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan lama fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat diperkirakan) Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi. b. Luka kronik yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering kambuh (waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan) Contoh : ulkus pada penderita diabetes melitus (ulkus diabetik atau kaki diabetik), ulkus akibat tekanan (pressure ulcer), ulkus akibat gangguan vaskular, dll (Lebih detail mengenai luka kronik bisa dilihat dalam PKProduk Luka Kronik).