---------------------------------------------------------------
BAB
1
KUALITAS DAN STATISTIKA 1.1. DEFINISI Telah diketahui bahwa kualitas merupakan bagian yang amat penting dalam dunia industri. Persaingan antar produk sejenis yang dikeluarkan perusahaan berlainan tidak pernah lepas dari kualitas produk masing-masing. Mayoritas konsumen akan mempertimbangkan kualitas sebagai dasar untuk membeli produk di antara kompetitornya. Secara umum, kualitas senantiasa dikaitkan dengan satu atau lebih karakteristik yang harus ada pada suatu produk, baik itu barang maupun jasa. Sehingga, pemahaman terhadap kualitas serta pengembangan kualitas menjadi sangat perlu karena keduanya akan membawa perusahaan menjadi lebih maju, berkembang dan tetap bertahan dalam persaingan bisnis. Sebagian konsumen mendefinisikan bahwa kualitas adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh suatu produk yang sesuai dengan harapannya. Semakin konsumen merasakan bahwa produk tersebut telah mencukupi keinginannya, maka produk tersebut dikatakan semakin berkualitas, demikian sebaliknya. Ada juga yang menyatakan bahwa kualitas adalah nyaman untuk digunakan. Pada tahun 1987, Garvin menyimpulkan ada delapan definisi kualitas terkait dengan dimensi atau sudut pandang yang berlainan (lihat gambar 1.1). Di antaranya: 1. Performance (will the product do the intended job?) Performa diartikan sebagai kemampuan suatu produk beroperasi sesuai dengan tujuan produk tersebut dibuat. Sebagai misal, fasilitas alarm (pengingat)
dalam
telepon
genggam,
dikatakan
berkualitas
jika
pengingat berfungsi sesuai dengan apa yang diprogramkan oleh pengguna. Demikian pula berfungsinya tombol-tombol pada scientific calculator. 2. Reliability (how often does the product fail?) Ada
pula
yang
mendefinisikan
kualitas
pada
dimensi
reliabilitas
(keandalan) produk. Produk dikatakan berkualitas jika produk tersebut 1|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
andal, artinya produk tersebut tidak sering mengalami kerusakan ketika dioperasikan dalam kondisi yang normal. 3. Durability (how long does the product last?) Tidak sedikit konsumen yang menyatakan bahwa suatu produk yang berkualitas adalah produk yang tahan lama atau awet. Contoh sederhana adalah baterai, dikatakan baterai yang berkualitas baik jika masa gunanya lebih lama dari pada baterai yang lainnya. 4. Serviceability (how easy is it to repair the product?) Banyak industri yang menyatakan pandangan konsumen terhadap kualitas
adalah
seberapa
cepat
dan
murah
untuk
melakukan
pemeliharaan dan perbaikan dari produk yang dibuat industri tersebut. 5. Aesthetics (what does the product look like?) Ini adalah tampilan secara visual dari suatu produk. Misal: bentuk, tipe, warna, karakter dari bahan yang digunakan dan yang lainnya. 6. Features (what does the product do?) Pada umumnya, konsumen mengaitkan produk yang berkualitas tinggi adalah produk yang mempunyai fasilitas-fasilitas tambahan yang lebih dibandingkan produk yang sejenis. Semisal, telepon genggam merk X dan Y mempunyai fasilitas kamera. Fasilitas kamera telepon genggam merk X beresolusi 8 MP, sedangkan merk Y adalah 5 MP. Dengan demikian dinyatakan bahwa kamera pada telepon genggam merek X lebih berkualitas daripada merek Y. 7. Perceived Quality (what is the reputation of the company or its product?) Dalam banyak situasi, konsumen menyandarkan pilihannya untuk membeli produk dikaitkan dengan reputasi perusahaan yang membuat produk. 8. Conformance to Standards (is the product made exactly as the designer intended?) Diartikan sebagai kesesuaian pembuatan produk dengan rancangannya, yakni produk yang berkualitas adalah produk yang tepat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh desainer.
2|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
Ada dua aspek umum kualitas: Kualitas terhadap desain Semua produk dibuat dalam berbagai tingkatan kualitas. Hal ini juga terkait dengan pasar yang ingin dituju. Tingkatan kualitas dapat dibedakan atas dasar ukuran, bahan, keterandalan, masa pakai dan semacamnya. Misal: Satu perusahaan memproduksi berbagai tipe sepeda motor. Kualitas terhadap kesesuaian spesifikasi Yang dimaksud dengan kesesuaian spesifikasi adalah apakah produk tersebut telah dibuat sesuai dengan standar atau spesifikasi yang ada. Misal: standar diameter tutup botol Y adalah 2,45 cm. Apakah tutup botol Y produksinya mempunyai diameter 2,45 cm ataukah tidak.
Gambar 1.1. Dimensi Kualitas Produk Menurut Garvin, 1987. Oleh karena itu, konsep kualitas lebih cenderung pada aspek yang kedua yaitu kualitas terhadap kesesuaian spesifikasi.
1.2. VARIABILITAS PRODUK DAN PERBAIKAN KUALITAS Variabilitas produk dinyatakan sebagai ketidaksamaan dari produk terkait dengan karakteristik kualitas yang
diamati. Satu produk yang sama
dan dibuat menggunakan mesin yang sama diharapkan mempunyai ukuran, bentuk, dan karakteristik kualitas lainnya yang sama pula. Oleh karena itu, 3|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
semakin
besar
variabilitas
produk
maka
semakin
rendah
kualitasnya.
Demikian sebaliknya, semakin kecil variabilitas produk maka semakin tinggi kualitasnya. Dengan kata lain, kualitas adalah kebalikan secara proporsional terhadap variabilitas. Variabilitas juga akan berdampak pada biaya yang akan dikeluarkan perusahaan. Semakin kecil variabilitas produk, maka akan berdampak pada pembiayaan yang kecil karena jika hampir semua produk yang dibuat perusahaan sesuai standar maka sedikit sekali produk jadi yang diperbaiki, sedikit sekali klaim dari garansi produk oleh konsumen. Selain itu, variabilitas yang kecil akan mengurangi pemborosan waktu dan tenaga. Usaha
perusahaan
untuk
mengurangi
variabilitas
produk
disebut
perbaikan kualitas. Dikarenakan variabilitas sangat erat kaitannya dengan pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga, maka seringkali perbaikan kualitas dinyatakan sebagai usaha mengurangi pemborosan. Dalam industri jasa, permasalahan kualitas biasanya dinyatakan dalam kesalahan dalam pelayanan. Perbaikan dari kesalahan pelayanan tentunya akan membutuhkan tenaga dan biaya. Dengan adanya perbaikan proses pelayanan maka pemborosan terhadap tenaga dan biaya dapat dihindarkan.
1.3. REKAYASA KUALITAS Setiap produk mempunyai beberapa elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang menggambarkan bahwa produk tersebut berkualitas menurut
konsumen.
Elemen-elemen
ini
disebut
karakteristik
kualitas.
Umumnya perusahaan menyatakan batas-batas atau nilai-nilai spesifikasi atas dasar karakteristik kualitas yang ada pada suatu produk. Karakteristik kualitas dapat berupa: a. Fisik
: diameter, suhu, tekanan, arus
b. Indra
: bau, warna, tampilan
c. Orientasi waktu : ketahanan, masa pakai, waktu running program Suatu usaha baik secara operasional, manajerial, maupun aktivitas keteknikan yang dilakukan oleh perusahaan guna menjamin karakteristikkarakteristik
kualitas
produk
tertentu/spesifikasi/standar
yang
disebut
dibuat
rekayasa
memenuhi kualitas.
suatu
nilai
Biasanya,
nilai
spesifikasi atau standar dinyatakan dalam bentuk interval dan harapannya, 4|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
karakteristik kualitas yang diamati sama dengan atau mendekati nilai spesifikasinya, sehingga, meskipun tidak tepat sama dengan nilai spesifikasi, namun masih berada pada interval spesifikasi, maka hal tersebut tidak mengganggu fungsi dan performa produk. Batas nilai terbesar yang masih diijinkan untuk karakteristik kualitas disebut Batas Spesifikasi Atas (Upper Specification Limit/UCL) dan batas nilai terkecil yang masih diijinkan untuk karakteristik kualitas disebut Batas Spesifikasi Bawah (Lower Specification Limit/LCL). Namun, terkadang ada pula yang hanya mempunyai satu batas saja, UCL atau LCL saja. Nilai-nilai spesifikasi tersebut biasanya dihasilkan ketika melakukan desain terbaik dari suatu produk.
1.4. METODE STATISTIKA DALAM PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN KUALITAS Dalam
sejarah
pengendalian
dan
perbaikan
kualitas,
statistika
memegang peranan yang sangat penting. Pada tahun 1920an, Laboratorium AT&T Bell membentuk departemen yang khusus menangani masalah kualitas: pemeriksaan dan pengujian produk. Pada tahun 1924, Walter A. Shewhart memperkenalkan konsep bagan kendali, yang saat ini sangat luas digunakan oleh
perusahaan-perusahaan
besar
yang
memperhatikan
permasalahan
kualitas. Ada tiga wilayah untuk mengendalikan dan mengembangkan kualitas, di mana ketiga wilayah ini memanfaatkan metode statistika, yakni: a. Pengendalian
proses
secara
statistika
(Statistical
Process
Control/SPC) b. Rancangan percobaan c. Sampling penerimaan
Pengendalian Proses Secara Statistika (SPC) Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam mengendalikan proses secara statistika. Salah satunya adalah bagan kendali (control chart), dan ini adalah teknik paling utama dalam SPC. Bagan kendali yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah bagan kendali Shewhart. Bagan kendali mempunya tiga garis utama, yakni UCL, garis tengah (center line / CL), dan LCL. 5|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
Gambar 1.2 adalah model umum dari bagan kendali Shewhart. Sampel yang tidak terkendali secara statistik akan berada di luar batas kendali baik UCL maupun LCL.
Gambar 1.2. Bagan Kendali Shewhart Konsep sederhana dari bagan kendali adalah jika sumber variabilitas yang tidak biasanya muncul dalam suatu proses/produk, maka titik-titik yang diplotkan pada bagan akan keluar dari batas atas dan/atau batas bawah. Kondisi yang seperti ini secara langsung memberikan informasi bahwa diperlukan
suatu
investigasi
proses
dan
tindakan
perbaikan
untuk
menghilangkan sumber variabilitas yang tidak biasanya. Penggunakan bagan kendali yang sistematis merupakan cara efektif untuk mengurangi variabilitas.
Rancangan Percobaan Tujuan rancangan percobaan adalah untuk mengetahui hubungan antara perubahan variabel input terhadap variabel output. Dari rancangan percobaan, ditentukan variabel input mana yang paling berpengaruh terhadap variabel output, kemudian mengatur variabel input sedemikian rupa sehingga nilai karakteristik kualitas output mendekati nilai spesifikasi yang ditentukan (Gambar 1.3). Sehingga variabilitas output kecil dan sumber variabilitas yang tidak biasa akan dapat diminimalisir.
Gambar 1.3. Sistematika Model Kotak Hitam 6|Statistika
Pengendalian
Mutu
Kualitas dan Statistika
Sampling Penerimaan Didefinisikan sebagai proses pemeriksaan dan pengklasifikasian dari unit
sampel
yang
dipilih
secara
acak
dari
sekumpulan
besar
kotak,
memutuskan kondisi dari suatu kotak apakah dinyatakan diterima (lolos pemeriksaan)
secara
kualitas
ataukah
dinyatakan
ditolak
(tidak
lolos
pemeriksaan). Sampling penerimaan biasanya digunakan pada pemeriksaan bahan baku atau komponen yang masuk ke perusahaan dan pemeriksaan produk jadi.
7|Statistika
Pengendalian
Mutu
LATIHAN BAB 1
------------------------------------------------
1.
Mengapa kualitas menjadi faktor penting dalam dunia bisnis? Jelaskan!
2.
Apa yang dimaksud dengan kualitas?
3.
Sebutkan dan jelaskan dimensi kualitas yang dirumuskan oleh Garvin!
4.
Ambil contoh satu produk (barang atau jasa). Bagaimana penjelasan dimensi kualitas oleh Garvin untuk produk tersebut?
5.
Apa yang dimaksud dengan kualitas terhadap desain?
6.
Apa yang dimaksud dengan kualitas terhadap kesesuaian spesifikasi?
7.
Jelaskan definisi variabilitas!
8.
Bagaimana kaitan antara kualitas dengan variabilitas?
8|Statistika
Pengendalian
Mutu
---------------------------------------------------------------
BAB
2
METODE PENGENDALIAN KUALITAS SECARA STATISTIKA 2.1. PENDAHULUAN Pada Bab 1 telah dijelaskan tentang kualitas baik definisinya maupun intensitas perusahaan dalam menjaga kualitas. Selain itu, juga dijelaskan bahwa aspek kualitas yang dimaksud adalah kualitas terhadap kesesuaian standar atau spesifikasi. Karakteristik kualitas yang diamati pada suatu produk diharapkan sama dengan atau mendekati nilai spesifikasi atau standar desainer. Jika tidak demikian adanya, maka variabilitas produk akan tinggi dan berakibat pada rendahnya kualitas produk. Jika suatu produk memenuhi bahkan melebihi harapan dari konsumen, umumnya, produk tersebut diproduksi oleh suatu proses yang stabil dan berulang-ulang. Hal ini dikarenakan, jika proses tidak stabil maka dapat dipastikan bahwa produk yang akan dihasilkan mempunyai variabilitas yang tinggi. Lebih tepatnya, proses yang beroperasi haruslah mampu menghasilkan nilai-nilai karakteristik kualitas dengan variabilitas yang kecil di sekitar nilai spesifikasi yang ditentukan desainer. SPC adalah sekumpulan metode yang sangat baik untuk memecahkan permasalahan yang muncul dalam kualitas dengan tujuan untuk mencapai kestabilan proses dan mengembangkan kemampuan proses produksi dengan cara mengurangi variabilitas. SPC dapat diterapkan untuk berbagai proses. Ada tujuh alat SPC yang biasa digunakan, yakni: 1. Histogram dan diagram dahan-daun 2. Lembar cek 3. Diagram pareto 4. Diagram sebab-akibat 5. Diagram kosentrasi cacat 6. Diagram pencar 7. Bagan kendali
9|Statistika
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
2.2. VARIABILITAS INHEREN DAN SEBAB TERDETEKSI Dalam setiap proses produksi senantiasa terdapat sejumlah variabilitas yang
secara
kumululatif
bernilai
kecil
dan
tidak
dapat
dihindari
keberadaannya. Variabilitas jenis ini disebut variabilitas inheren. Jika suatu proses produksi beroperasi dengan hanya didapati variabilitas inheren di dalamnya, maka proses tersebut dikatakan terkendali secara statistik. Namun, dalam proses produksi, seringkali juga ditemukan variabilitas yang berdampak signifikan pada karakteristik kualitas dari produk yang dihasilkan. Variabilitas tersebut dapat mengakibatkan berubahnya ukuran produk yang sangat jauh dari nilai interval spesifikasi, bahkan dapat berdampak pada performa dan fungsi produk. Sumber penyebab yang seringkali mengakibatkan munculnya variabilitas ini ada tiga, di antaranya adalah
ketidak-tepatan
dalam
penyesuaian
atau
pengendalian
mesin,
kesalahan operator dan bahan baku yang cacat. Variabilitas jenis ini disebut tidak termasuk dalam variabilitas inheren, dan sebab munculnya variabilitas jenis ini disebut dengan sebab terdeteksi. Dan jika suatu proses produksi beroperasi dengan munculnya variabilitas jenis ini, maka proses dikatakan tidak terkendali secara statistik. Gambar 2.1 berikut menunjukkan kondisi proses yang di dalamnya terjadi variabilitas inheren dan variabilitas noninheren (sebab terdeteksi).
Gambar 2.1. Variabilitas Inheren dan Variabilitas non-inheren
10 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
Tujuan utama dari SPC adalah untuk mendeteksi dengan cepat terjadinya pergeseran proses (rata-rata dan/atau varians) yang disebabkan oleh variabilitas inheren, sehingga pemeriksaan terhadap proses tersebut serta tindakan perbaikan dapat segera dilakukan sebelum banyak unit produk yang tidak sesuai diproduksi. Dari ketujuh alat SPC yang umum digunakan. Buku ini hanya akan menjelaskan satu alat SPC yakni bagan kendali, sedangkan enam alat SPC lainnya akan dibahas secara sederhana dan singkat.
2.3. KONSEP DASAR BAGAN KENDALI Sebagaimana dalam penjelasan yang telah lalu, bahwa bagan kendali secara umum mempunyai tiga garis utama: UCL, CL, dan LCL. CL merupakan representasi dari nilai rata-rata karakteristik kualitas, sedangkan UCL dan LCL secara berturut-turut adalah batas kendali atas dan batas kendali bawah. Pada dasarnya pernyataan terkendali secara statistik tidak hanya didasarkan atas titik-titik yang diplotkan berada dalam batas kendali saja, namun ada juga syarat lain yang menyatakan bahwa pola titik-titik tersebut haruslah random (acak) dan tidak sistematik. Jadi, meskipun semua titik yang di-plotkan berada dalam batas kendali, namun pola plot titiknya sistematik atau tidak random, maka hal ini mengindikasikan bahwa proses tidak terkendali. Pembahasan lebih lanjut terkait dengan pola titik-titik yang diplotkan akan dibahas pada di lain sub bab.
2.3.1. HUBUNGAN BAGAN KENDALI DENGAN UJI HIPOTESIS Sebenarnya ketika titik-titik diplotkan ke dalam bagan kendali, hal itu identik dengan melakukan pengujian hipotesis, yakni apakah rata-rata dari nilai
karakteristik
dari
suatu
produk
sama
dengan
nilai
spesifikasi/standar/target ataukah berbeda. Jika titik-titik berada dalam interval batas kendali, maka dinyatakan bahwa rata-rata dari titik-titik yang diplotkan adalah sama dengan suatu nilai μ0, dan dinyatakan bahwa rata-rata proses terkendali secara statistik. Namun, jika ada satu atau lebih titik yang berada di luar batas kendali: lebih kecil dari LCL dan/atau lebih besar dari UCL,
maka
dinyatakan
bahwa
rata-rata
dari titik-titik
yang
diplotkan
mempunyai nilai tertentu μ yang tidak sama dengan μ0.
11 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
Dengan bahasa matematika dituliskan sebagai berikut: H0
: μ = μ0 Lawan
H1
: μ ≠ μ0
Dengan kata lain, jika tidak ada plot titik yang berada di luar batas kendali, maka terima H0 dan demikian sebaliknya, jika ada satu atau lebih plot titik yang berada di luar batas kendali maka tolak H0. Terima H0 diartikan bahwa proses terkendali secara statistik dan tolak H0 diartikan bahwa proses tidak terkendali secara statistik.
2.3.2. BAGAN KENDALI SHEWHART Bagan kendali yang paling banyak digunakan ialah bagan kendali Shewhart (1924), lihat gambar 1.2. Bentuk umum dari bagan kendali Shewhart adalah
UCL w L w CL w LCL w L w
(2.1)
Di mana: w
= karakteristik kualitas yang diamati dari suatu produk
μw
= rata-rata dari w
σw
= standar deviasi w
L
= jarak batas kendali dari CL, dinyatakan dalam unit standar deviasi.
Hal
terpenting
dalam
penggunaan
bagan
kendali
adalah
untuk
memperbaiki proses produksi. Ada beberapa alasan mengapa bagan kendali banyak digunakan untuk tujuan tersebut, di antaranya: 1. Kebanyakan dari proses tidak dioperasikan di bawah kondisi terkendali secara statistik. Sehingga dengan digunakannya bagan kendali akan mampu menjadikan proses bekerja di bawah kondisi terkendali secara statistik. 2. Penggunaan bagan kendali secara rutin dan berkelanjutan akan memudahkan para penanggungjawab kualitas mengidentifikasi sebab yang munculnya variabilitas non-inheren. Jika, sebab-sebab ini dapat dieliminasi dari proses, maka variabilitas akan berkurang dan proses akan menjadi lebih baik.
12 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
3. Bagan kendali hanya akan mendeteksi variabilitas non-inheren saja sehingga pihak manajemen, operator dan juga penanggungjawab kualitas akan fokus untuk menghilangkan sebab terjadinya variabilitas non-inheren, bukan pada masalah yang lain. Bagan kendali mempunyai pengaruh yang sangat besar di dunia industri, baik di Amerika, Jepang, maupun negara-negara lain yang menjaga kualitas produknya. Ada beberapa alasan sehingga mengapa bagan kendali menjadi sangat terkenal di dunia industri, yakni 1. Bagan
kendali
adalah
teknik
yang
terbukti
dapat
memperbaiki
produktivitas. Program
bagan
kendali
yang
sukses
akan
mengurangi
aktivitas
pembongkaran (scrap) produk dan pengerjaan kembali (rework) yang merupakan dua aktivitas utama penghambat produktivitas operasi. Jika aktivitas pembongkaran produk dan pengerjaan kembali berkurang, maka produktivitas akan meningkat, biaya produksi menurun, dan kapasitas produksi (misal: jumlah produk yang baik per jam) akan meningkat. 2. Bagan kendali sangat efektif untuk mencegah produk yang tidak sesuai (cacat). Bagan
kendali
membantu
menjaga
proses
agar
dalam
keadaan
terkendali. Jika proses tidak terkendali, maka akan banyak produk yang cacat diproduksi. Artinya, perusahaan sedang membayar pegawai untuk membuat produk yang cacat. 3. Bagan kendali mencegah aktivitas penyesuaian proses yang tidak perlu. Bagan kendali dapat membedakan mana variabilitas inheren dan variabilitas non-inheren. Tidak ada alat lain yang seefektif bagan kendali dalam masalah ini, termasuk operator manusia. Jika operator melakukan penyesuaian proses hanya atas dasar rutinitas saja dan tidak didasarkan pada bagan kendali, maka mereka akan berlebihan dalam menghilangan variabilitas inheren dan melakukan penyesuaian yang tidak diperlukan. Bahkan hal ini justru dapat menurukan performa proses. Dengan kata lain, bagan kendali berpegang pada filosofi, “Jika tidak rusak, jangan diperbaiki.”
13 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
4. Bagan kendali menyediakan informasi diagnostik. Seringkali,
pola
mengandung
titik-titik
yang
informasi
diplotkan
diagnostik
pada
untuk
bagan
kendali
operator
atau
penanggungjawab kualitas yang berpengalaman. Informasi diagnostik ini dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk mengubah proses sedemikian rupa sehingga dapat memperbaiki performa proses. 5. Bagan kendali menyediakan informasi tentang kemampuan proses. Bagan kendali menyediakan informasi tentang nilai dari parameterparameter proses yang penting dan stabilitas selama periode tertentu. Informasi ini dapat digunakan untuk mengestimasi kemampuan proses dari suatu proses produksi.
2.3.3. JENIS BAGAN KENDALI Bagan kendali terbagi menjadi dua jenis: 1. Bagan kendali variabel Bagan kendali variabel digunakan untuk karakteristik kualitas yang dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu numerik yang bersifat kontinyu.
Dalam
menggambarkan
kasus
seperti
karakteristik
ini,
maka
kualitas
sangat
baik
tepat
dengan
jika
ukuran
pemusatan maupun ukuran penyebaran. 2. Bagan kendali atribut Banyak di antara karakteristik kualitas yang tidak dapat diukur dalam ukuran numerik bersifat kontinyu, bahkan dalam bentuk kuantitatif. Dalam kasus ini, maka unit produk hanya dikelompokkan pada
kategori
sesuai
(conforming)
atau
tidak
sesuai
(non-
conforming), kemudian dihitung jumlah produk yang sesuai dan tidak sesuai. Dikelompokkan pada kategori sesuai jika dan hanya jika
karakteristik
kualitas
yang
diamati
dari
produk
tersebut
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, demikian sebaliknya. Atau
dapat
juga
dengan
menghitung
banyaknya
kesesuaian
(conformities) dan ketidaksesuaian (non-conformities) suatu produk terhadap spesifikasi dari karakteristik kualitas yang diamati.
14 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
2.3.4. PEMILIHAN BAGAN KENDALI Bagan kendali Shewhart terdiri atas tiga parameter yang harus ditentukan nilainya, yakni nilai untuk UCL, CL, dan LCL. Penentuan besaran dari
batas-batas
kendali
bagi
bagan
kendali
adalah
sangat
penting,
dikarenakan batasan tersebut yang akan memberikan keputusan apakah suatu
nilai
karakteristik
kualitas
dari
unit
produk
memenuhi
standar
perusahaan ataukah tidak. Dengan batasan itu pula, dapat diketahui apakah proses produksi beroperasi di sekitar nilai CL ataukah telah mengalami pergeseran CL. Pada penjelesan yang lalu dinyatakan bahwa bagan kendali adalah identik dengan pengujian hipotesis. Sebagaimana halnya dalam pengujian hipotesis yang melibatkan nilai salah jenis I dan salah jenis II, maka penentuan batas-batas kendali pada bagan kendali juga melibatkan kedua salah jenis tersebut. Dengan memperlebar interval batas kendali, artinya menjauhkan batas kendali dari CL, maka sama dengan menurunkan resiko terjadinya salah jenis I. Salah jenis I adalah peluang suatu titik yang diplotkan jatuh di luar batas kendali yang mengindikasikan bahwa proses tidak terkendali secara statistik, padahal tidak didapati penyebab munculnya variabilitas non-inheren. Selain itu, dengan menjauhkan batas kendali dari CL, juga akan meningkatkan resiko terjadinya salah jenis II. Salah jenis II adalah peluang suatu titik yang diplotkan jatuh di antara batas kendali yang menyatakan proses terkendali secara statistik, padahal sebenarnya proses yang terjadi adalah tidak terkendali secara statistik. Demikian sebaliknya, jika mempersempit interval batas kendali, artinya mendekatkan batas kendali ke CL, maka akan menaikkan resiko terjadinya salah jenis I dan akan menurunkan resiko terjadinya salah jenis II.
Batas Peringatan Pada Bagan Kendali Jarak, L, yang menyatakan unit standar deviasi pada bagan kendali umumnya bernilai 3, atau biasa ditulis dengan 3σ. Oleh karena itu, jika ada titik yang diplotkan jatuh di luar batas kendali ini, maka perlu dicari sebab terdeteksinya. Namun, tidak sedikit para analis kualitas yang menyarankan untuk menggunakan dua set batas kendali pada bagan kendali. Yang pertama adalah batas kendali 3σ dan kedua adalah batas kendali 2σ (Gambar 2.2). Batas kendali yang menggunakan L = 2 disebut sebagai batas peringatan (warning limit). 15 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
Gambar 2.2. Batas Kendali dan Batas Peringatan Contoh: Ketahui suatu proses produksi mempunyai target rata-rata operasi 1,75 dan standar deviasi 0,025. Maka:
UCL 1,75 3(0,025) 1,825 CL 1,75 LCL 1,75 3(0,025) 1,675 dan
UWL 1,75 2(0,025) 1,80 CL 1,75 LWL 1,75 2(0,025) 1,70
2.3.5. UKURAN DAN FREKUENSI SAMPEL Hal yang tidak kalah penting dalam membuat bagan kendali adalah menentukan ukuran sampel dan frekuensi pengambilan sampel. Secara umum, semakin besar ukuran sampel yang digunakan maka semakin mudah untuk mendeteksi adanya pergeseran kecil pada suatu proses produksi. Tentu, yang idealnya dan yang diharapkan adalah menggunakan ukuran sampel yang besar dengan frekuensi pengambilan sampel yang tinggi. Namun, hal ini tidaklah ekonomis. Sehingga, disarankan untuk memilih di antara dua kondisi berikut, yakni menggunakan ukuran sampel kecil namun dengan frekuensi pengambilan sampel tinggi atau menggunakan ukuran sampel yang lebih besar namun dengan frekuensi pengambilan sampel yang lebih rendah. Perusahaan-perusahaan saat ini lebih banyak mempraktekkan kondisi yang pertama, ukuran sampel kecil dengan frekuensi pengambilan sampel 16 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
yang tinggi. Hal ini dikarenakan, pada proses produksi dengan jumlah yang besar maka dimungkinkan akan terjadi banyak jenis dari sebab-sebab terdeteksi, sehingga pengendalian proses agar tetap berada dalam kondisi terkendali secara statistik lebih terjaga. Cara lain yang digunakan untuk mengevaluasi ukuran sampel dan frekuensi pengambilan sampel adalah dengan mempertimbangkan nilai average run length (ARL) dari suatu bagan kendali. ARL didefinisikan sebagai rata-rata banyaknya titik yang harus diplotkan pada bagan kendali sebelum satu titik diindikasikan berada pada kondisi tidak terkendali secara statistik. Jika, nilai amatan tidak berkorelasi, maka untuk setiap bagan kendali Shewhart dapat ditentukan besar dari ARLnya dengan rumusan:
ARL
1 p
(2.2)
dengan p adalah peluang suatu titik jatuh di luar batas kendali. Contoh: Untuk bagan kendali x dengan batas 3σ, nilai p = 0,0027 adalah peluang bahwa satu titik jatuh di luar batas ketika proses terkendali secara statistik. Maka ARL dari bagan kendali x pada saat proses terkendali (disebut ARL0) adalah
ARL0
1 1 370. p 0,0027
Jadi, meskipun proses masih dalam keadaan terkendali secara statistik, suatu sinyal bahwa kemungkinan keadaan berubah menjadi tidak terkendali secara rata-rata terjadi pada tiap-tiap 370 sampel. Tidak jarang juga untuk menyatakan performa dari bagan kendali dalam bentuk average time to signal (ATS). Jika sampel diambil dari suatu interval waktu yang konstan, yakni misal tiap h jam, maka
ATS ARL h
(2.3)
Contoh: Ingin diketahui performa bagan kendali dalam mendeteksi pergeseran rata-rata proses. Asumsikan bahwa digunakan ukuran sampel n = 5 dan dimisalkan bahwa proses menuju keadaan tidak terkendali dengan rata-rata bergeser ke nilai 1,725 mikron. Dengan melihat kurva karakteristik operasi pada gambar 2.3, diketahui bahwa peluang suatu titik jatuh di antara batas 17 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
kendali sekitar 0,5. Sehingga nilai p = 0,5 dan ARL untuk proses yang tidak terkendali secara statistik (disebut ARL1) adalah
ARL1 Jadi,
bagan
kendali
rata-rata
1 1 2,86 p 0,35
akan
membutuhkan
dua
sampel
untuk
mendeteksi pergeseran proses dan karena interval waktu antar pengambilan sampel h = 1, misalnya, maka rata-rata waktu yang diperlukan untuk mendeteksi pergeseran rata-rata proses adalah
ATS ARL h 2,86 1 2,86 jam.
Gambar 2.3. Kurva Karakteristik Operasi Suatu Bagan Kendali x
2.4. AMATAN BERKELOMPOK RASIONAL Dalam bagan kendali, amatan dilakukan terhadap sampel dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Misal, digunakan bagan kendali x untuk mendeteksi perubahan pada rata-rata proses. Konsep amatan berkelompok rasional berarti bahwa kelompok-kelompok sampel harus dipililh sedemikian rupa sehingga jika sebab terdeteksi muncul maka diharapkan perbedaan nilai amatan antar kelompok dapat dimaksimalkan sedangkan nilai amatan dalam kelompok dapat diminimalkan. Sehingga dengan konsep amatan berkelompok rasional akan memudahkan penanggungjawab kualitas dalam mencari sebab terdeteksi karena sampel berkelompok-kelompok.
18 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk membangun amatan berkelompok rasional, yaitu 1. Kelompok sampel diambil dari unit-unit produk yang diproduksi pada waktu yang bersamaan (Gambar 2.4) 2. Kelompok sampel diambil secara random dari sekumpulan unit produk yang diproduksi pada interval waktu tertentu (Gambar 2.5)
Gambar 2.4. Amatan Berkelompok Rasional Pendekatan Pertama
Gambar 2.5. Amatan Berkelompok Rasional Pendekatan Kedua
2.5. ANALISA POLA TITIK PADA BAGAN KENDALI Kondisi tidak terkendali secara statistik dapat diindasikan oleh dua hal berikut: a. Satu atau lebih titik yang diplotkan berada di luar batas kendali b. Pola titik-titik yang diplotkan tidak random dan sistematik Western Elektrik (gambar 2.6) mempunyai aturan baku terkait dengan dua hal yang mengindikasikan bahwa proses berada pada kondisi tidak terkendali secara statistik baik atas dasar letak jatuh titik maupun analisa pola titik pada bagan kendali, yaitu: 19 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
1. Satu titik jatuh di luar batas kendali 3σ 2. Dua dari tiga titik yang berurutan jatuh melebihi batas peringatan 2σ 3. Empat dari limat titik yang berurutan jatuh melebihi batas 1σ 4. Delapan titik yang berurutan jatuh pada satu sisi CL
Gambar 2.6. Zona Aturan Western Elektrik
2.6. PENGGUNAAN BAGAN KENDALI PADA FASE I DAN FASE II Penggunaan
bagan
kendali
melibatkan
dua
fase
yang
berbeda,
demikian juga tujuan penggunaannya pada kedua fase tersebut, yaitu: 1. Fase I, data yang dihasilkan dari proses produksi dikumpulkan dan dianalisis untuk membangun batas kendali percobaan. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah proses telah terkendali secara statistika selama data tersebut dikumpulkan atau tidak, selain itu, untuk mengetahui apakah batas kendali percobaan tersebut dan dijadikan batas kendali untuk mengawasi proses produksi yang akan datang. Intinya, bagan kendali pada fase I digunakan untuk membantu penanggungjawab
kualitas
membawa
proses
ke
dalam
kondisi
terkendali secara statistik.
20 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Metode Pengendalian Kualitas Secara Statistika
2. Fase II, adalah kondisi di mana proses telah dalam performa yang stabil dan dalam kondisi terkendali secara statistik. Pada fase II bagan kendali digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan apakah data dari proses yang saat ini berjalan telah mengalami pergesaran baik rata-rata ataupun varians proses ataukah proses yang saat ini berjalan tetap menghasilkan produk dengan karakteristik kualitas sesuai dengan atau mendekati nilai spesifikasi.
21 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
LATIHAN BAB 2 1.
------------------------------------------------
Apa yang Anda ketahui tentang variabilitas inheren? Jika suatu proses produksi muncul variabilitas jenis ini, apa yang Anda katakan tentang proses tersebut?
2.
Jelaskan arti proses terkendali secara statistik!
3.
Mengapa bagan kendali dikatakan identik dengan pengujian hipotesis? Jelaskan!
4.
Beri penjelasan tentang salah jenis I dan salah jenis II terkait dengan dilebarkan atau disempitkan batas kendali ke CL dari suatu bagan kendali!
5.
Jelaskan arti ARL! Jika ARL = 360, apa artinya?
6.
Sebutkan analisa pola titik dalam bagan kendali yang dikemukakan oleh Western Elektrik!
7.
Jelaskan penggunaan bagan kendali pada fase I dan fase II!
22 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
BAB
----------------------------------------------------------------
3
BAGAN KENDALI VARIABEL 3.1. PENDAHULUAN Variabel diartikan sebagai karakteristik kualitas yang dinyatakan dalam
bentuk
numerik
atau
dihasilkan
dari
proses
mengukur.
Misal:
kecepatan, masa aus ban, gaya gesek lantai, dll. Sehingga jika karakteristik kualitas dinyatakan dalam bentuk variabel, maka biasanya para analis kualitas sangat tertarik untuk menganalisa rata-ratanya ( x ) dan variabilitasnya (s atau R). Apabila proses beroperasi tanpa ada pergeseran, maka produk yang dihasilkan akan mempunyai nilai amatan untuk karakteristik kualitas yang diamati berada pada CL = μ0 dan mempunyai variabilitas sebesar σ0. Sebaliknya, jika suatu proses bergeser rata-ratanya maka nilai amatan untuk karakteristik kualitas yang diamati berada pada suatu nilai tertentu lebih kecil atau lebih besar dari CL, katakan μ1, sedangkan perubahan pada variabilitas akan mengubah standar deviasi σ0 menjadi σ1. Gambar 3.1 menunjukkan kondisi di mana proses berada pada wilayah sesuai target dan gambar 3.2 serta 3.3 menunjukkan kondisi proses yang tidak sesuai dengan target berdasarkan rata-rata atau standar deviasi-nya.
Gambar 3.1. Rata-Rata dan Standar Deviasi Proses Pada Nilai Target
Gambar 3.2. Proses Mengalami Pergeseran Rata-Rata μ1 > μ0 23 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Gambar 3.3. Proses Mengalalami Pergeseran Variabilitas σ1 > σ0
3.2. BAGAN KENDALI x R Anggap bahwa karakteristik kualitas yang diamati berdistribusi normal dengan rata-rata μ dan standar deviasi σ, di mana kedua nilai μ dan σ tidak diketahui. Jika x1, x2 ,..., xn adalah suatu sampel berukuran n, maka rata-rata dari sampel ini adalah
x
x1 x2 ... xn n
(3.1)
Sehingga, x adalah berdistribusi normal dengan rata-rata μ dan standar deviasi x
n
.
Nilai rata-rata μ dan standar deviasi σ karena tidak diketahui, maka harus diestimasi dari sampel atau kelompok sampel yang diambil dari suatu proses produksi yang diasumsikan terkendali secara statistik. Estimasi kedua nilai parameter berdasarkan minimal 20 hingga 25 sampel. Misalkan terdapat m sampel masing-masing terdiri atas n observasi. Ukuran n biasanya kecil, 4, 5 atau 6 dan merupakan kelompok rasional. Jika
x1, x2 ,..., xm adalah rata-rata sampel ke-1 sampai ke-m, maka penduga terbaik dari μ adalah
x
x1 x2 ... xm m
(3.2)
Di mana nilai x akan menjadi CL dari bagan kendali. Jika x1, x2 ,..., xn adalah sampel berukuran n, maka jarak (range/R) adalah selisih antara nilai amatan terbesar dengan nilai amatan terkecil, atau ditulis: 24 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
R xmax xmin
(3.3)
Dan untuk masing-masing sampel diperoleh R1 , R2 ,..., Rm secara berurutan untuk sampel pertama, kedua, hingga ke-m. Rata-rata dari R adalah
R Sehingga,
R1 R2 ... Rm m
dengan
(3.4)
menggabungkan
kedua
ukuran
statistik
tersebut
didapatkan batas kendali untuk bagan kendali x sebagai berikut:
UCL x A2 R x
CL
(3.5)
LCL x A2 R Untuk batas kendali pada bagan kendali R adalah
UCL D4 R x
CL
(3.6)
LCL D3 R Di mana nilai A2, D3 dan D4 ditabulasi untuk berbagai ukuran sampel (lihat lampiran).
Asal Persamaan Batas Kendali Pada Bagan Kendali
xR
Telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara R dengan σ dari suatu sampel yang berdistribusi normal. Variabel random W R
disebut sebagai
jarak relatif (relative range) dan parameter dari distribusi W merupakan fungsi dari ukuran observasi n. Rata-rata dari W adalah d2. Diperoleh
W
R
d2
R R , sehingga ˆ ˆ d2
25 | S t a t i s t i k a
(3.7)
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
dan diperoleh:
UCL x CL
3 d2 n
d2 n
R
x
(3.8)
LCL x
Jika
3
3 d2 n
R
A2 , maka (3.8) dapat ditulis kembali seperti (3.5).
Sekarang, perhatikan bagan kendali R. CL dari bagan adalah R . Untuk menentukan batas kendali, maka perlu untuk mengestimasi nilai dari σR. Diasumsikan
bahwa
nilai
amatan
untuk
karakteristik
kualitas
adalah
berdistribusi normal, sehingga nilai ˆ R dapat ditentukan dari distribusi yang melandasi jarak relative, W, yang juga berdistribusi normal. Standar deviasi dari W, misal: d3, adalah suatu fungsi dari n. Jadi dikarenakan R W , maka standar deviasi dari R adalah
R d3
(3.9)
Karena tidak diketahui maka nilai R diestimasi, sehingga diperoleh
ˆ R d3 Akibatnya,
R d2
parameter
batas
(3.10)
kendali
dari
bagan
kendali
R
dengan
menggunakan konsep dasar bagan kendali Shewhart 3 adalah
UCL R ˆ R R 3d3 CL
R d2
R
(3.11)
LCL R ˆ R R 3d3
R d2
26 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Jika 1 3
d3 d D3 dan 1 3 3 D4 , maka (3.11) dapat ditulis kembali menjadi d2 d2
(3.6).
3.2.1. PENERAPAN BAGAN KENDALI
xR
Penerapan bagan kendali x R dapat digunakan untuk fase I dan fase II. Pada fase I, sampel diambil secara acak dari suatu proses yang dianggap terkendali secara statistik untuk membangun batas kendali awal dari bagan kendali x R .
Batas
kendali
yang
seperti
ini
disebut
batas
kendali
percobaan dan sampel yang diambil untuk membangun batas kendali percobaan
disebut
sampel
pendahuluan.
Untuk
menentukan
apakah
anggapan bahwa proses di mana sampel diambil tersebut terkendali secara statistik benar adanya, maka plot-kan titik-titik dari sampel yang ada pada bagan kendali x R kemudian menganalisa hasil yang terjadi. Jika semua titik yang di-plot-kan jatuh di dalam batas kendali dan tidak ada pola yang sistematik dari titik-titik yang di-plot-kan, maka dapat disimpulkan bahwa proses yang awal tadi benar-benar terkendali secara statistik. Batas kendali percobaan yang sekarang digunakan untuk menganalisa kemudian dapat digunakan untuk mengendalikan proses saat ini dan proses-proses produksi selanjutnya. Namun, jika dari sampel pendahuluan tersebut ada satu atau lebih titik yang jatuh di luar batas kendali dan/atau titik-titik tersebut membentuk pola sistematik, maka batas kendali percobaan tidak dapat digunakan sebagai batas kendali untuk proses sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu, pihak manajemen, operasional dan penanggungjawab kualitas perlu untuk mengidentifikasi sebab terdeteksi yang menjadi penyebab titik-titik yang diplotkan berada di luar batas kendali. Jika telah ditemukan, misal: karena kalibrasi alat pada mesin tidak tepat, maka setelah diperbaiki, proses produksi dijalankan kembali untuk mendapatkan nilai-nilai dari sampel yang dipilih dan selanjutnya
dilakukan
evaluasi
kembali
seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya. Demikian seterusnya hingga ditemukan bentuk bagan kendali di mana semua titik berada di dalam batas-batas kendali. Pada fase II, batas kendali yang digunakan adalah batas kendali yang dihasilkan pada final dari fase I, artinya nilai karakteristik kualitas yang diamati pada sampel yang diambil dari proses saat ini dan proses produksi selanjutnya diplotkan pada bagan kendali yang batasnya dihasilkan dari fase I, yaitu batas kendali yang terkendali secara statistik dan telah stabil. Namun secara umum, fase II digunakan untuk mendeteksi adanya pergeseran proses 27 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
baik pada rata-rata maupun variabilitas yang sangat kecil. Pada fase II, bagan kendali Shewhart kurang efektif lagi untuk mendeteksi adanya pergeseran proses yang kecil, < 2 ,sehingga digunakan bagan kendali lain yang lebih sensitif dalam mengidentifikasi adanya pergeseran rata-rata dan variabilitas proses kurang dari 2 , misal: Bagan kendali Jumlah Kumulatif (cumulativesum/Cu-SUM), bagan kendali Rata-rata Bergerak Eksponensial Terboboti (Exponential Weigthed Moving Average / EWMA), dll. Contoh 3.1. Ketebalan dari papan suatu sirkuit pencetak merupakan karakteristik kualitas yang sangat penting. Perusahaan pembuat papan ingin mengetahui apakah proses untuk memproduksi papan ini berada dalam keadaan
terkendali
secara
statistik
ataukah
tidak.
Oleh
karena
itu,
penangggung jawab kualitas dari perusahaan tersebut mengevaluasi proses produksi dengan mengambil 25 secara acak sampel pendahuluan kemudian mengukur ketebalan papan (dalam inci) dan tiap-tiap sampel terdapat tiga amatan. Tabel 3.1 berikut adalah data ketebalan papan sirkuit pencetak: Tabel 3.1. Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak (dalam inci) Bagan Kendali x R Sampel ke-
x1
x2
x3
xi
Ri
1
0,0629
0,0636
0,0640
0,0635
0,0011
2
0,0630
0,0631
0,0622
0,0628
0,0009
3
0,0628
0,0631
0,0633
0,0631
0,0005
4
0,0634
0,0630
0,0631
0,0632
0,0004
5
0,0619
0,0628
0,0630
0,0626
0,0011
6
0,0613
0,0629
0,0634
0,0625
0,0021
7
0,0630
0,0639
0,0625
0,0631
0,0014
8
0,0628
0,0627
0,0622
0,0626
0,0006
9
0,0623
0,0626
0,0633
0,0627
0,0010
10
0,0631
0,0631
0,0633
0,0632
0,0002
11
0,0635
0,0630
0,0638
0,0634
0,0008
12
0,0623
0,0630
0,0630
0,0628
0,0007
13
0,0635
0,0631
0,0630
0,0632
0,0005
14
0,0642
0,0640
0,0631
0,0638
0,0011
15
0,0619
0,0639
0,0632
0,0630
0,0020
16
0,0631
0,0627
0,0630
0,0629
0,0004
17
0,0616
0,0623
0,0631
0,0623
0,0015
18
0,0630
0,0630
0,0626
0,0629
0,0004
19
0,0636
0,0631
0,0629
0,0632
0,0007
20
0,0640
0,0635
0,0629
0,0635
0,0011
21
0,0628
0,0625
0,0616
0,0623
0,0012
22
0,0621
0,0621
0,0624
0,0622
0,0003
23
0,0630
0,0632
0,0630
0,0631
0,0002
28 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
24
0,0635
0,0629
0,0635
0,0633
0,0006
25
0,0623
0,0629
0,0630
0,0627
0,0007
x
i
1,573767
x 0, 062951 Solusi.
R
i
0, 02150
R 0, 00086
Langkah pertama yang tepat ketika ingin menggunakan
bagan kendali x R adalah memulainya dengan membuat bagan kendali R. Hal ini dikarenakan batas kendali pada bagan kendali x tergantung pada variabilitas proses. Jika variabilitas proses tidak terkendali secara statistik maka batas kendali pada bagan kendali
x tidak begitu berarti. Dengan
menggunakan data pada Tabel 3.1, dapat ditentukan Cl untuk bagan kendali R, yakni 25
R
R i 1
25
i
0, 0215 0, 00086 25
Untuk amatan per sampel sebesar n = 5, nilai D3 = 0 dan D4 = 2,574 (lihat lampiran). Dengan demikian batas kendali untuk bagan kendali R adalah
UCL D4 R 2,574 0,0215 0,0022136 LCL D3 R 0 0,0215
0
Menggunakan Minitab, nilai R untuk tiap-tiap sampel diplotkan pada bagan kendali R dengan batasan kendali yang telah diperoleh,
Gambar 3.4. Bagan Kendali R untuk Data Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak Berdasarkan Gambar 3.4 diketahui bahwa tidak ada R dari 25 sampel yang berada di luar batas kendali, artinya variabilitas proses terkendali secara statistik. Dikarenakan variabilitas proses telah terkendali, maka selanjutnya adalah membuat bagan kendali x . Dari Tabel 3.1 didapatkan CL:
29 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel 25
x
x i 1
25
i
1,573767 0,062951 25
Guna menghitung batas kendali pada bagan kendali x , digunakan A2 = 1,023 untuk observasi tiap sampel berukuran n = 3 dan rumus (3.5), didapatkan
UCL x A2 R 0, 062951 1, 023 0, 00086 0, 063830 dan LCL x A2 R 0, 062951 1, 023 0, 00086 0, 062071
Gambar 3.5. Bagan Kendali x Data Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak Dari bagan kendali x pada gambar 3.5, diketahui bahwa tidak ada ratarata sampel yang jatuh di luar batas kendali. Oleh karena itu, batas kendali percobaan
yang
dihitung
berdasarkan
sampel
pendahuluan
ini
dapat
digunakan sebagai batas kendali untuk proses-proses produksi selanjutnya, yakni pada fase II.
3.2.2. KURVA KARAKTERISTIK OPERASI Kemampuan bagan-bagan kendali x R untuk mendeteksi pergeseran kualitas
proses
digambarkan
oleh
masing-masing
kurva
karakteristik
operasinya. Misal: Kurva karakteristik operasi dari suatu bagan kendali x dengan nilai standar deviasi diketahui sebesar σ dan konstan. Jika rata-rata bergeser dari suatu nilai yang terkendali, katakan μ0, ke suatu nilai lain yakni
1 0 k , maka peluang tidak terdeteksinya pergeseran ini pada sampel pertama berikutnya (resiko salah jenis II / resiko β ) adalah
30 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
P LCL x UCL 1 0 k
Karena x ~ N , adalah UCL 0 L
n
2
n
(3.12)
, dan batas kendali atas dan bawah berturut-turut
dan LCL 0 L
n
, maka
UCL 0 k LCL 0 k n n 0 L n 0 k 0 L n 0 k n n
L k n L k n
(3.13)
Di mana adalah fungsi kumulatif distribusi normal baku. Contoh 3.2. Misalkan bagan kendali x digunakan untuk mengendalikan suatu proses produksi dengan L = 3 dan ukuran sampel n = 4. Ingin ditentukan peluang mendeteksi suatu pergeseran proses ke suatu nilai
1 0 2 pada sampel pertama berikutnya. Diketahui resiko adalah peluang tidak mendeteksi pergeseran tersebut yang nilainya
3 2 4 3 2 4
1 5 0,158655 0 0,158655 Jadi, peluang bahwa suatu pergeseran dideteksi pada sampel pertama berikutnya adalah 1 1 0,158655 0,841345 .
31 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Gambar 3.6. Kurva Karakteristik Operasi Suatu Bagan Kendali x Sebagai contoh, jika pergeserannya adalah 1,5 dan n = 4, dari Gambar 3.6 secara kasar didapatkan nilai 0,57 . Sehingga, peluang bahwa suatu
pergeseran
dideteksi
pada
sampel
pertama
berikutnya
adalah
1 0, 43 . Kemudian, peluang bahwa suatu pergeseran terdeteksi pada sampel kedua adalah 1 0, 2451 dan peluang terdeteksi pada sampel ketiga adalah 2 1 0,139707 . Atau mudahnya, peluang bahwa suatu pergeseran akan dideteksi pada sampel ke-r berikutnya adalah perkalian antara peluang terdeteksi dengan peluang tidak terdeteksi pada sampel ke- r1, yakni
P terdeteksi pada sampel ke-r r 1 1
(3.14)
Pada umumnya, banyaknya ukuran sampel yang diambil sebelum pergeseran proses terdeteksi adalah suatu nilai dari ARL, atau
ARL r r 1 1 r 1
1 1
(3.15)
Dari contoh, didapatkan banyak ukuran sampel yang harus diambil untuk mendeteksi adanya pergeseran yang pertama kali adalah
ARL
1 1 2 1 0, 43
32 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Yakni, dibutuhkan sebanyak 2 sampel untuk dapat mendeteksi pergeseran proses sebesar 1,5 dengan n = 4.
3.3. BAGAN KENDALI x S Bagan kendali variabel selain x R adalah x S . Bagan kendali x S sangat efektif untuk mengendalikan variabilitas proses karena bagan kendali
x R tidak lagi efisien dalam mengestimasi besar variabilitas proses jika ukuran observasi (n) tiap-tiap sampel lebih dari 10. Diketahui bahwa s adalah estimator paling efisien untuk mengestimasi
, yakni
1 n 2 2 2 E s n 1 n 1 2 c4
dengan c4
(3.16)
4 n 1 Sehingga, 4n 3 UCL c4 3 1 c42 CL c4
(3.17)
LCL c4 3 1 c42 Jika B5 c4 3 1 c42 dan B6 c4 3 1 c42 , maka (3.17) dapat dituliskan kembali menjadi,
UCL B6 CL c4 LCL B5
(3.18)
Pada prakteknya, tidak pernah diketahui nilai standar deviasi populasi
sehingga harus diestimasi berdasar data sampel. Misal diambil sebanyak m sampel pendahuluan dengan banyak observasi tiap sampel adalah n, dimisalkan pula bahwa si adalah standar deviasi tiap-tiap sampel, i = 1, 2, …, m, maka rata-rata m standar deviasi adalah
33 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
s
1 m si m i 1
(3.19)
Dengan demikian, batas kendali untuk bagan kendali
x S didefinisikan
sebagai
UCL s 3
s 1 c42 c4
CL s
(3.20)
LCL s 3
Jika
B3 1
s 1 c42 c4
3 3 1 c42 dan B4 1 1 c42 , c4 c4
maka
(3.20)
dapat
dituliskan
kembali menjadi,
UCL B4 s CL s LCL B3 s Dengan B4
(3.21)
B6 B dan B3 5 . c4 c4
Untuk bagan kendali x yang memanfaatkan s sebagai estimator dari standar deviasi populasi, didapatkan batas kendali untuk x adalah
UCL x
s c4 n
CL x
(3.22)
LCL x
Dengan memisalkan A3
s c4 n
3 c4 n
, maka (3.22) menjadi
UCL x A3 s CL x
(3.23)
LCL x A3 s 34 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Contoh 3.3. Perhatikan kembali contoh 3.1., dengan mengganti ukuran variabilitas proses R dengan s diperoleh, Tabel 3.2. Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak (dalam inci) Bagan Kendali x S Sampel ke-
x1
x2
x3
xi
si
1
0,0629
0,0636
0,0640
0,0635
0,0006
2
0,0630
0,0631
0,0622
0,0628
0,0005
3
0,0628
0,0631
0,0633
0,0631
0,0003
4
0,0634
0,0630
0,0631
0,0632
0,0002
5
0,0619
0,0628
0,0630
0,0626
0,0006
6
0,0613
0,0629
0,0634
0,0625
0,0011
7
0,0630
0,0639
0,0625
0,0631
0,0007
8
0,0628
0,0627
0,0622
0,0626
0,0003
9
0,0623
0,0626
0,0633
0,0627
0,0005
10
0,0631
0,0631
0,0633
0,0632
0,0001
11
0,0635
0,0630
0,0638
0,0634
0,0004
12
0,0623
0,0630
0,0630
0,0628
0,0004
13
0,0635
0,0631
0,0630
0,0632
0,0003
14
0,0642
0,0640
0,0631
0,0638
0,0006
15
0,0619
0,0639
0,0632
0,0630
0,0010
16
0,0631
0,0627
0,0630
0,0629
0,0002
17
0,0616
0,0623
0,0631
0,0623
0,0008
18
0,0630
0,0630
0,0626
0,0629
0,0002
19
0,0636
0,0631
0,0629
0,0632
0,0004
20
0,0640
0,0635
0,0629
0,0635
0,0006
21
0,0628
0,0625
0,0616
0,0623
0,0006
22
0,0621
0,0621
0,0624
0,0622
0,0002
23
0,0630
0,0632
0,0630
0,0631
0,0001
24
0,0635
0,0629
0,0635
0,0633
0,0003
25
0,0623
0,0629
0,0630
0,0627
0,0004
x
i
1,573767
x 0, 062951
s
i
0, 011265
s 0, 000451
Solusi. Dengan menggunakan (3.21) dan (3.23) didapatkan batas kendali untuk bagan kendali x S sebagai berikut: Bagan kendali S (gambar 3.7):
UCL B4 s 2,568 0,000451 0,001157 CL s
0, 000451
LCL B3 s 0 0,000451
0
35 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Bagan kendali x (gambar 3.8):
UCL x A3 s 0, 062951 1,954 0, 000451 0, 063831 CL x
0, 062951
LCL x A3 s 0, 062951 1,954 0, 000451 0, 062070
Gambar 3.7. Bagan Kendali S
Gambar 3.8. Bagan Kendali x
Estimasi dari Dapat diestimasi standar deviasi proses menggunakan kenyataan bahwa
s merupakan estimator tidak bias dari . Dikarenakan c4 0,8862 c4
untuk n = 3, maka besar nilai estimasi standar deviasi proses adalah
ˆ
s 0,000451 0,000508 . c4 0,8862
Bagan Kendali x S untuk Amatan Tiap Sampel Berbeda Sangat dimungkinkan bahwa jumlah amatan/observasi tiap sampel dari sejumlah sampel yang diambil mempunya ukuran yang berbeda. Pada kasus
36 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
ini nilai rata-rata dan standar deviasi sampel diukur dengan pembobotan untuk masing-masingnya. Jika ni menyatakan banyaknya observasi pada sampel ke-i untuk i = 1, 2, …, m, maka m
x
n x i 1 m
i i
(3.24)
n i 1
i
1
2 m 2 n 1 s i i s i 1 m ni m i 1
(3.25)
Contoh 3.4. Dimisalkan data ketebalan papan sirkuit pencetak adalah sebagaimana pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3. Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak (dalam inci) Bagan Kendali x S untuk Observasi Berbeda Tiap Sampel Sampel ke-
x1
x2
x3
xi
si
1
0,0629
0,0636
0,0640
0,0635
0,0006
2
0,0630
0,0631
0,0628
0,0005
3
0,0628
0,0631
0,0633
0,0631
0,0003
4
0,0634
0,0630
0,0631
0,0632
0,0002
5
0,0619
0,0628
0,0630
0,0626
0,0006
6
0,0613
0,0629
0,0634
0,0625
0,0011
7
0,0630
0,0639
0,0625
0,0631
0,0007
8
0,0628
0,0627
0,0626
0,0003
9
0,0623
0,0626
0,0627
0,0005
10
0,0631
0,0631
0,0632
0,0001
11
0,0635
0,0630
0,0634
0,0004
12
0,0623
0,0630
0,0630
0,0628
0,0004
13
0,0635
0,0631
0,0630
0,0632
0,0003
14
0,0642
0,0640
0,0631
0,0638
0,0006
15
0,0619
0,0639
0,0630
0,0010
16
0,0631
0,0627
0,0630
0,0629
0,0002
17
0,0616
0,0623
0,0631
0,0623
0,0008
18
0,0630
0,0630
0,0626
0,0629
0,0002
19
0,0636
0,0631
0,0632
0,0004
20
0,0640
0,0635
0,0629
0,0635
0,0006
21
0,0628
0,0625
0,0616
0,0623
0,0006
22
0,0621
0,0621
0,0622
0,0002
0,0633
37 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
23
0,0630
0,0632
0,0630
0,0631
0,0001
24
0,0635
0,0629
0,0635
0,0633
0,0003
25
0,0623
0,0629
0,0627
0,0004
x
i
s
1,573800
i
0, 010691
s 0, 000428
x 0, 062952
Dengan menggunakan (3.24) dan (3.25) diperoleh perhitungan sebagai berikut: Sampel ke-
ni
xi
si
A3
1
3
0,0635
0,000557
2
2
0,0631
3
3
4
3
5
x
B3
B4
UCL
LCL
1,954
0,0622
0,0637
0
0,000071
2,659
0,0621
0,0639
0,0631
0,000252
1,954
0,0622
0,0632
0,000208
1,954
0,0622
3
0,0626
0,000586
1,954
6
3
0,0625
0,001097
7
3
0,0631
8
2
0,0628
9
3
10
S UCL
LCL
2,568
0
0,0011
0
3,267
0
0,0014
0,0637
0
2,568
0
0,0011
0,0637
0
2,568
0
0,0011
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
0,000709
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
0,000071
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
0,0627
0,000513
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
2
0,0631
0,000000
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
11
2
0,0633
0,000354
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
12
3
0,0628
0,000404
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
13
3
0,0632
0,000265
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
14
3
0,0638
0,000586
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
15
2
0,0629
0,001414
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
16
3
0,0629
0,000208
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
17
3
0,0623
0,000751
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
18
3
0,0629
0,000231
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
19
2
0,0634
0,000354
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
20
3
0,0635
0,000551
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
21
3
0,0623
0,000624
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
22
2
0,0621
0,000000
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
23
3
0,0631
0,000115
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
24
3
0,0633
0,000346
1,954
0,0622
0,0637
0
2,568
0
0,0011
25
2
0,0626
0,000424
2,659
0,0621
0,0639
0
3,267
0
0,0014
38 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Gambar 3.9. Bagan Kendali S untuk Amatan Berbeda
Gambar 3.10. Bagan Kendali x untuk Amatan Berbeda Dari Gambar 3.9, bagan kendali S, terlihat bahwa sampel ke-15 keluar dari batas kendali atas. Hal ini mengindikasikan bahwa variabilitas proses tidak terkendali secara statistik. Di awal pembahasan telah dijelaskan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat bagan kendali untuk variabilitas
proses,
jika
variabilitas
proses
menunjukkan
kondisi
yang
terkendali maka batas kendali untuk rata-rata proses mempunyai arti, namun sebaliknya, jika tidak terkendali maka batas kendali untuk rata-rata tidak dapat dipertanggungjawabkan atau tidak memiliki arti. Oleh karena itu, gambar 3.10 meskipun hanya satu titik yang di luar batas kendali, namun akibat variabilitas proses yang terukur tidak terkendali maka informasi yang dihasilkan tidak begitu berarti.
3.4. BAGAN KENDALI UNTUK AMATAN TUNGGAL Tidak semua proses produksi memberikan keluasan untuk melakukan lebih dari satu amatan untuk tiap-tiap sampel, terutama untuk produk-produk yang berbahan mahal atau bersifat destruktif atau proses yang menghasilkan produk yang sedikit pada interval proses produksi yang panjang, sehingga tidak ada alasan untuk membuat amatan berkelompok. Artinya, ukuran n = 1 untuk tiap-tiap sampel sebanyak m. Bagan kendali yang banyak digunakan dalam mengendalikan suatu proses
produksi
dengan
amatan
tunggal
adalah
Moving
Range
yang
memanfaatkan dua sampel berurutan sebagai dasar untuk mengestimasi variabilitas proses. Moving Range didefinisikan sebagai nilai mutlak dari selisih sampel ke-i terhadap sampel sebelumnya, yakni
MRi xi xi 1
(3.26)
39 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Sehingga banyak MR adalah m-1. Kemudian, batas kendali untuk bagan kendali MR adalah
UCL x 3
MR d2
CL x LCL x 3
(3.27)
MR d2
dan
d UCL MR 1 3 3 d2 CL MR
(3.28)
d LCL MR 1 3 3 d2 Contoh 3.5. Masih data tentang ketebalan papan sirkuit pencetak. Misal: tiap sampel hanya terdiri atas observasi ke-2 saja.
Sampel ke-
x
1
0,0636
MR
2
0,0631
0,0005
3
0,0631
0,0000
4
0,0630
0,0001
5
0,0628
0,0002
6
0,0629
0,0001
7
0,0639
0,0010
8
0,0627
0,0012
9
0,0626
0,0001
10
0,0631
0,0005
11
0,0630
0,0001
12
0,0630
0,0000
13
0,0631
0,0001
14
0,0640
0,0009
15
0,0639
0,0001
16
0,0627
0,0012
17
0,0623
0,0004
18
0,0630
0,0007
19
0,0631
0,0001
40 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
20
0,0635
0,0004
21
0,0625
0,0010
22
0,0621
0,0004
23
0,0632
0,0011
24
0,0629
0,0003
25
0,0629
0,0000
x 0, 06304
MR 0, 000438
Dengan menggunakan rumus (3.27) dan (3.28) diperoleh:
UCL x 3 CL x LCL x 3
MR 0,000438 0,06304 3 0,064204 d2 1,128 0,06304 MR 0,000438 0,06304 3 0,061876 d2 1,128
dan
d 0,853 UCL MR 1 3 3 0,000438 1 3 0,00143 d2 1,128 CL MR 0,000438 d 0,853 LCL MR 1 3 3 0,000438 1 3 0 d2 1,128 Dengan
meletakkan
semua
titik
sampel
pada
bagan
kendali
menggunakan batasan yang telah diperoleh, maka dapat dilihat bahwa dari semua titik sampel yang diplotkan (gambar 3.11 dan gambar 3.12) tidak ada yang keluar dari batas kendali. Artinya, proses terkendali secara statistik.
Gambar 3.11. Bagan Kendali MR untuk Amatan Tunggal
41 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Gambar 3.12. Bagan Kendali x untuk Amatan Tunggal
42 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
LATIHAN BAB 3 1.
------------------------------------------------
Salah satu karakteristik kualitas yang penting dari minuman botol adalah volume minuman. Volume diukur dengan cara menempatkan alat ukur di sisi luar dengan melihat batas volume di leher botol minuman dan dibandingkan dengan skala yang telah distandarkan oleh perusahaan. Skala ini, nilai 0 jika volume tepat sesuai dengan standar perusahaan. Lima belas sampel yang masing-masing berukuran n = 6 dianalisis dan berikut data tinggi isi botol: Sampel
x1
x2
x3
x4
x5
x6
1
2,5
0,5
2,0
-1,0
1,0
-1,0
2
0,0
0,0
0,5
1,0
1,5
1,0
3
1,5
1,0
1,0
-1,0
0,0
-1,5
4
0,0
0,5
-2,0
0,0
-1,0
1,5
5
0,0
0,0
0,0
-0,5
0,5
1,0
6
1,0
-0,5
0,0
0,0
0,0
0,5
7
1,0
-1,0
-1,0
-1,0
0,0
1,5
8
0,0
-1,5
-0,5
1,5
0,0
0,0
9
-2,0
-1,5
1,5
1,5
0,0
0,0
10
-0,5
3,5
0,0
-1,0
-1,5
-1,5
11
0,0
1,5
0,0
0,0
2,0
-1,5
12
0,0
-2,0
-0,5
0,0
-0,5
2,0
13
-1,0
-0,5
-0,5
-1,0
0,0
0,5
14
0,5
1,0
-1,0
-0,5
-2,0
-1,0
15
1,0
0,0
1,5
1,5
1,0
-1,0
ke-
a. Buat bagan kendali x S untuk proses ini. Apakah proses terkendali secara statistik? b. Buat bagan kendali R, bandingkan dengan bagan kendali S pada (a)! 2.
Berat bersih dari suatu produk makanan kering dimonitor dengan bagan kendali x R . Sampel pendahuluan sebanyak 20 yang terdiri atas 5 unit observasi tiap sampel diamati dan dicatat berat bersihnya sebagai berikut:
43 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
Sampel
x1
x2
x3
x4
x5
1
15,8
16,3
16,3
16,6
16,2
2
16,3
15,9
15,8
16,2
16,3
3
16,1
16,2
16,3
16,5
16,6
4
16,3
16,2
16,4
15,8
16,3
5
16,1
16,1
16,4
16,4
15,8
6
16,1
15,8
16,3
16,2
16,4
7
16,1
16,5
15,8
15,8
16,3
8
16,2
16,1
16,2
16,5
15,8
9
16,4
16,2
16,3
16,3
16,2
10
16,3
16,6
16
16
15,9
11
16,6
16,1
16,2
16,6
16,4
12
16,2
16,3
16,3
16,3
15,8
13
15,9
16,2
16,2
16,2
16,5
14
16,4
16,2
15,9
16,3
15,9
15
16,5
16,4
16,5
16,6
16,2
16
16,4
16,2
15,9
16,5
16
17
16,4
16
16
15,9
16,3
18
16
16,3
16,6
16,5
16,2
19
16,4
16,2
16
16,6
16
20
16
16,2
16,3
16,2
16,3
Ke-
a. Buat bagan kendali x R ! Apakah proses terkendali secara statistik? b. Estimasi rata-rata proses dan standar deviasinya! c. Apakah data berat bersih mengikut distribusi normal? d. Buat bagan kendali S! Bandingkan dengan R pada (a)! 3.
Dimisalkan soal no (2), observasi per sampel berbeda yakni: Sampel
x1
x2
x3
x4
x5
1
2,5
0,5
2,0
-1,0
1,0
2
0,0
0,0
0,5
1,0
3
1,5
1,0
1,0
-1,0
0,0
-1,5
4
0,0
0,5
-2,0
5
0,0
0,0
0,0
-0,5
0,5
1,0
6
1,0
-0,5
0,0
0,0
0,0
7
1,0
-1,0
-1,0
-1,0
0,0
8
0,0
-1,5
-0,5
1,5
0,0
9
-2,0
-1,5
1,5
ke-
44 | S t a t i s t i k a
x6
0,0
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Variabel
10
-0,5
3,5
0,0
-1,0
11
0,0
1,5
0,0
0,0
2,0
12
0,0
-2,0
-0,5
0,0
-0,5
13
-1,0
-0,5
-0,5
-1,0
0,0
0,5
14
0,5
1,0
-1,0
-0,5
15
1,0
0,0
1,5
1,5
1,0
-1,0
-1,5
a. Buat bagan kendali x R ! b. Buat bagan kendali S! c. Apakah proses terkendali secara statistik? 4.
Dimisalkan kasus sama seperti no. 2, hanya saja tiap sampel terdiri atas satu observasi saja dengan hasil amatan sebagai berikut: Sampel Ke-
x
Sampel Ke-
x
Sampel Ke-
x
1
15,8
21
16,3
41
16,2
2
16,3
22
15,8
42
16,3
3
16,1
23
16,3
43
16,6
4
16,3
24
16,4
44
16,3
5
16,1
25
16,4
45
15,8
6
16,1
26
16,3
46
16,4
7
16,1
27
15,8
47
16,3
8
16,2
28
16,2
48
15,8
9
16,4
29
16,3
49
16,2
10
16,3
30
16
50
15,9
11
16,6
31
16,2
51
16,4
12
16,2
32
16,3
52
15,8
13
15,9
33
16,2
53
16,5
14
16,4
34
15,9
54
15,9
15
16,5
35
16,5
55
16,2
16
16,4
36
15,9
56
16
17
16,4
37
16
57
16,3
18
16
38
16,6
58
16,2
19
16,4
39
16
59
16
20
16
40
16,3
60
16,3
Buat bagan kendali yang sesuai! Interpretasikan!
45 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
---------------------------------------------------------------
BAB
4
BAGAN KENDALI ATRIBUT 4.1. PENDAHULUAN Pada bab sebelumnya, dijelaskan tentang karakteristik kualitas yang bersifat variabel, artinya karakteristik kualitas yang diamati dengan cara mengukur atau dinyatakan dalam bentuk numerik (data kontinyu). Namun, tidak sedikit karakteristik kualitas yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. Sebagai misal: kesesuaian warna, pola tulisan, kondisi plastik pembungkus dan lainnya. Jika demikian halnya, maka para penanggungjawab kualitas melakukan pengujian atau pemeriksaan terhadap kualitas produk dengan cara mengklasifikasikan produk yang diperiksa ke dalam dua wilayah: sesuai dengan standar atau tidak sesuai dengan standar. Karakteristik kualitas yang dinyatakan seperti ini disebut atribut. Ada dua cara memutuskan suatu produk untuk karakteristik kualitas bersifat atribut: 1. Pernyataan cacat atau tidak cacat (conforming – nonconforming) 2. Pernyataan sesuai atau tidak sesuai (conformity – nonconformities) Perhatikan, misal karakteristik kualitas yang diamati pada suatu produk sebanyak 9. Nonconforming atau cacat dinyatakan ketika penguji mendapati satu saja dari
9 karakteristik kualitas yang diamati tidak sesuai dengan
standar. Sedangkan nonconformities atau tidak sesuai dinyatakan ketika penguji menghitung seberapa banyak dari 9 karakteristik kualitas yang diamati tidak sesuai dengan standar. Ada beberapa bagan kendali yang digunakan untuk mengendalikan proses dengan karakteristik kualitas yang bersifat atribut, di antaranya: 1. Bagan kendali p 2. Bagan kendali c Bagan kendali atribut memang tidak seinformatif bagan kendali variabel yang dapat mengukur rata-rata dan variabilitas proses. Bagan kendali atribut 46 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Atribut
sangat bermanfaat untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa karena banyak sekali karakteristik kualitas yang tidak mudah jika dinyatakan dalam bentuk variabel.
4.2. BAGAN KENDALI p Bagan kendali p digunakan untuk produk yang dinyatakan sebagai nonconforming atau cacat. Bagian cacat (fraction nonconforming) merupakan rasio antara banyaknya produk cacat dengan total produk yang diperiksa. Penguji melakukan pemeriksaan terhadap beberapa karakteristik kualitas secara simultan. Yakni, jika didapati produk yang satu karakteristik kualitas saja tidak sesuai dengan standar, maka produk tersebut dinyatakan sebagai cacat. Konsep pengklasifikasian semacam ini mengikuti konsep distribusi Binomial. Asumsikan bahwa proses produksi beroperasi dalam keadaan stabil di mana peluang suatu produk tidak sesuai dengan spesifikasi atau standar adalah p (peluang cacat) dan peluang cacat suatu produk bersifat saling bebas atau independen. Jika terdapat n sampel yang diperiksa, dan D menyatakan banyaknya produk yang cacat, maka D berdistribusi Binomial dengan parameter n dan p. Jadi,
D ~ Bin n, p n n x P D x p x 1 p , x 0,1, x
(4.1)
,n
Bagian cacat (fraction nonconforming) dari sampel didefinisikan sebagai rasio antara banyaknya cacat D pada suatu sampel berukuran n, sehingga
pˆ
D n
(4.2)
Dengan rata-rata dan varians
p dan p2
p 1 p n
47 | S t a t i s t i k a
(4.3)
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Atribut
Menggunakan konsep umum bagan kendali Shewhart, batas kendali untuk bagan kendali p jika nilai p diketahui maka ditulis
UCL p 3
p 1 p n
CL p LCL p 3
(4.4)
p 1 p n
Jika nilai p tidak diketahui, maka p diestimasi menggunakan p yang diperoleh dari tiap-tiap sampel, sehingga (4.4) dituliskan kembali menjadi
UCL p 3
p 1 p n
CL p LCL p 3
(4.5)
p 1 p n
Contoh 4.1. Suatu proses yang memproduksi titanium tempaan untuk dinamo pompa ban modil dikendalikan menggunakan bagan kendali p. Ukuran sampel yang sama sebesar 150 diambil tiap hari selama 20 hari dengan hasil amatan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Banyak Titanium Tempaan yang Cacat Hari
Banyak
Bagian
Hari
Banyak
Bagian
Ke-
Cacat
Cacat
Ke-
Cacat
Cacat
1
3
0,0200
12
4
0,0267
2
2
0,0133
13
1
0,0067
3
4
0,0267
14
3
0,0200
4
2
0,0133
15
6
0,0400
5
5
0,0333
16
0
0,0000
6
2
0,0133
17
1
0,0067
7
1
0,0067
18
2
0,0133
8
2
0,0133
19
3
0,0200
9
0
0,0000
20
2
0,0133
10
5
0,0333
D 50
p 0, 0167
11
2
0,0133
48 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Atribut m
p
D i 1
mn
i
50 0,0167 20 (150)
Sehingga diperoleh perhitungan dan bagan kendali p pada gambar 4.1 berikut:
UCL p 3
p 1 p 0,0167 0,0314 0,04802 n
LCL p 3
p 1 p 0,0167 0,0314 0 n
Gambar 4.1. Bagan Kendali p untuk Titanium Tempaaan
4.3. BAGAN KENDALI c Produk Nonconforming atau cacat adalah produk yang mempunyai satu atau lebih karakteristik kualitas yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Banyaknya spesifikasi yang tidak sesuai dari suatu produk dinyatakan sebagai ketidaksesuaian
atau
nonconformities.
Jadi,
dalam
produk
yang
cacat
(nonconforming) terdapat minimal satu ketidaksesuaian (nonconformity). Pernyataan ketikadsesuaian mengikuti distribui Poisson dengan fungsi peluang:
p x
e c c x , x!
x 0,1, 2,
49 | S t a t i s t i k a
(4.6)
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Atribut
Menggunakan konsep umum bagan kendali Shewhart, batas kendali untuk bagan kendali c jika nilai c diketahui maka ditulis
UCL c 3 c CL c
(4.7)
LCL c 3 c Jika nilai c tidak diketahui, maka c diestimasi menggunakan c yang diperoleh dari tiap-tiap sampel, sehingga (4.7) dituliskan kembali menjadi
UCL c 3 c CL c
(4.8)
LCL c 3 c Contoh
4.2.
Data
pada
Tabel
4.2
menunjukkan
banyaknya
ketidaksesuaian per 1000 meter kabel telepon. Tabel 4.2. Banyak Ketidaksesuaian per 1000 meter Kabel Telepon sampel ke-
c
sampel ke-
c
1
1
12
6
2
1
13
9
3
3
14
11
4
7
15
15
5
8
16
8
6
10
17
3
7
5
18
6
8
13
19
7
9
0
20
4
10
19
21
9
11
24
22
20
Dari 22 sampel yang diamati terdapat 189 ketidaksesuaian, sehingga didapatkan estimasi untuk c adalah 22
c
c i 1
22
i
189 17,38 22
50 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Bagan Kendali Atribut
Sehingga, diperoleh batas kendali untuk bagan kendali c adalah
UCL c 3 c 8,59 3 8,59 17,38 LCL c 3 c 8,59 3 8,59 0
Gambar 4.2. Bagan Kendali c untuk Contoh 4.2 Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui pada obervasi ke 10, 11 dan 22, banyak ketidaksesuaian per 100 meter dari kabel telepon melebihi batas kendali. Oleh karena itu, batas kendali ini masih belum dapat digunakan sebagai standar untuk mengendalikan proses-proses produksi selanjutnya. Untuk mendapatkan batas kendali yang bersifat umum, artinya dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya, maka perlu diambil sampel kembali, diamati banyaknya ketidaksesuaian per 1000 meter, kemudian dibuat bagan kendali c yang baru. Jika tidak ada titik yang keluar batas kendali dari sampel ini, maka batas kendali percobaan ini dapat digunakan untuk mengendalikan proses produksi selanjutnya. Jika tidak demikian halnya, maka dilakukan lagi hal yang sama seperti sebelumnya.
51 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
LATIHAN BAB 4 1.
------------------------------------------------
Diketahui suatu proses yang menghasilkan produk ban dikontrol dengan menggunakan bagan kendali bagian cacat. Setiap hari selama 20 hari diambil sampel berukuran 150 dan dicatat berapa banyak ban yang cacat yang disajikan dalam tabel berikut: Hari ke- Banyak Cacat Hari ke- Banyak Cacat 1
3
11
2
2
2
12
4
3
4
13
1
4
2
14
3
5
5
15
6
6
2
16
0
7
1
17
1
8
2
18
2
9
0
19
3
10
5
20
2
Buat bagan kendali p untuk sampel tersebut! Apakah proses terkendali secara statistik? Jika tidak, apa yang akan Anda sarankan untuk prosedur selanjutnya? 2.
Perusahaan pembuat sabuk melakukan pengawasan dan pengendalian banyaknya sabuk yang cacat ketika produksi. Perusahaan tersebut menggunakan bagan kendali bagian cacat untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu, pihak penanggungjawab kualitas mengambil 20 sampel yang berukuran 2500 sabuk tiap sampel dan dicatat banyaknya sabut yang dinyatakan cacat dikarenakan ada satu atau lebih karakteristik kualitas yang tidak memenuhi spesifikasi perusahaan. Berikut data banyaknya cacat: Sampel Banyak Sampel Banyak keCacat keCacat 1 230 11 456 2 435 12 394 3 221 13 285 4 346 14 331 5 230 15 198 6 327 16 414 7 285 17 131 52 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
8 9 10
311 342 308
18 19 20
269 221 407
Buat bagan kendali bagian cacat! Interpretasikan! 3.
Pihak perusahaan telepon komunikasi ingin mengetahui banyaknya ketidaksesuaian per 1000 meter kabel yang dikirim oleh pemasok. Dari 400 km kabel yang dikirim oleh pemasok diambil sebanyak 22 sampel per 1000 meter dan dicatat banyak ketidaksesuaiannya. Berikut datanya: Sampel Banyak Sampel Banyak keKetidaksesuaian keKetidaksesuaian 1 1 12 6 2 1 13 9 3 3 14 11 4 7 15 15 5 8 16 8 6 10 17 3 7 5 18 6 8 13 19 7 9 0 20 4 10 19 21 9 11 24 22 20 Buat
bagan
kendali
ketidaksesuaian
untuk
data
tersebut!
Interpretasikan!
53 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
---------------------------------------------------------------
BAB
5
ANALISA KEMAMPUAN PROSES 5.1. PENDAHULUAN Kemampuan proses didefinisikan sebagai kemampuan suatu proses produksi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah ditetapkan untuk setiap karakteristik kualitas. Termasuk dalam analisa kemampuan proses adalah mengembangkan aktivitas-aktivitas sebelum proses produksi dilaksanakan, misal: rancangan percobaan yang tepat, sampling penerimaan untuk bahan baku dan lainnya. Selain itu, analisa kemampuan proses juga memberikan informasi terkait variabilitas proses. Lebih
singkatnya,
analisa
kemampuan
proses
bertujuan
untuk
mengembangkan proses produksi dalam mengeliminasi atau mengurangi variabilitas proses. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 2, bahwa variabilitas proses ada dua macam, yaitu pertama variabilitas inheren yang senantiasa melekat pada suatu proses produksi. Variabilitas inheren bernilai kecil dan tidak dapat dihindarkan. Kedua, variabilitas yang disebabkan oleh sebab terdeteksi. JIka dalam suatu proses muncul variabilitas jenis kedua ini, maka proses produksi dikatakan tidak terkendali secara statistik. Kemampuan proses diukur dengan mengambil dispersi enam sigma dari distribusi suatu karakteristik kualitas. Batas toleransi natural atas (upper natural tolerance limit /UNTL) dan batas toleransi natural bawah (lower natural tolerance limit/LNTL) dinyatakan dengan
UNTL 3 LNTL 3
(5.1)
Misal: karakteristik kualitas berdistribusi Normal dengan rata-rata
dan
2 varians , maka
54 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Gambar 5.1. Batas Toleransi Natural Dist. Normal Berdasar gambar 5.1, untuk karakteristik kualitas yang berdistribusi normal, maka diasumsikan bahwa sebanyak 99,73% produk berada pada wilayah toleransi atau dikatakan lolos kualifikasi kualitas atau sesuai dengan spesifikasi perusahaan, sedangkan sisanya yakni 0,27% dinyatakan tidak sesuai. Perlu diingat bahwa nilai 0,27% yang seolah kecil, namun jika dikorespondenkan dengan banyak produksi sebesar satu juta, maka itu sama dengan 2700 produk yang cacat. Tentu, jumlah sebesar itu bukanlah permasalahan yang ringan. Besaran 99,73% tersebut akan menjadi nilai yang tepat untuk menyatakan banyak produk yang lolos kualifikasi jika dan hanya jika karakteristik kualitas yang diamati berdistribusi normal. Namun, jika tidak berdistribusi normal, maka lebar selang LNTL dan UNTL akan bergeser menjauh dari angka-angka tersebut. Perlu untuk diketahui juga bahwa analisa kemampuan proses berbeda dengan analisa produk. Ketika analis dapat mengobservasi secara langsung suatu proses dan dapat mengontrol dan memonitor aktivitas pengumpulan data, maka hal ini termasuk dalam ranah mempelajari kemampuan proses. Dengan mengontrol dan memonitor pengambilan data dan mengetahui rangkaian kapan data diambil, maka kesimpulan tentang stabilitas proses disepanjang waktu itu dapat dibuat. Lain halnya jika yang tersedia hanya unit sampel produk, yang mungkin disuplai oleh vendor atau yang diambil melalui proses inspeksi, dan di sana tidak ada observasi secara langsung terhadap proses atau waktu produksi, maka hal ini lebih tepat disebut analisa produk (product characterization). Ada beberapa kegunaan dari analisa kemampuan proses. Di antaranya: 1. Memprediksi seberapa baik suatu proses akan mencapai batas toleransi 2. Membantu pengembang/desainer produk dalam menyeleksi dan memodifikasi proses
55 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
3. Membantu dalam menentukan interval waktu sampling untuk proses monitoring 4. Menspesifikasi
performa
peralatan
baru
sesuai
dengan
yang
dikehendaki 5. Menyeleksi vendor yang saling bersaing 6. Merencanakan serangkaian proses produksi agar sesuai dengan tahapan/prosedural 7. Mengurangi variabilitas pada proses produksi Dalam
menganalisa
kemampuan
proses,
teknik
yang
biasanya
digunakan di antaranya adalah 1. Histogram atau probability plot 2. Bagan kendali (control chart) 3. Rancangan percobaan (experimental design) Namun, teknik yang akan dijelaskan dalam buku ini adalah histogram, probability plot, dan bagan kendali.
5.2. ANALISA
KEMAMPUAN
PROSES
DENGAN
HISTOGRAM Salah satu cara visual yang dapat digunakan untuk menganalisa kemampuan proses suatu proses produksi adalah menggunakan histogram. Hanya saja, agar estimasi kemampuan proses yang dihasilkan konsisten dan reliabel maka diperlukan sedikitnya 100 observasi atau sampel. Ada beberapa tahapan sebelum observasi dilakukan: 1. Tentukan mesin representatif yang akan digunakan. 2. Pilih kondisi operasi proses. 3. Pilih operator yang representatif. 4. Pantau proses pengumpulan data dan cata secara runtun waktu masing-masing unit produk diproduksi Contoh 5.1. Berikut data ketebalan papan 100 sirkuit pencetak (inci): 0,0629
0,0636
0,0640
0,0635
0,0635
0,0630
0,0638
0,0634
0,0628
0,0625
0,0630
0,0631
0,0622
0,0628
0,0623
0,0630
0,0630
0,0628
0,0621
0,0621
0,0628
0,0631
0,0633
0,0631
0,0635
0,0631
0,0630
0,0632
0,0630
0,0632
0,0634
0,0630
0,0631
0,0632
0,0642
0,0640
0,0631
0,0638
0,0635
0,0629
0,0619
0,0628
0,0630
0,0626
0,0619
0,0639
0,0632
0,0630
0,0623
0,0629
0,0613
0,0629
0,0634
0,0625
0,0631
0,0627
0,0630
0,0629
0,0616
0,0623
0,0630
0,0639
0,0625
0,0631
0,0616
0,0623
0,0631
0,0623
0,0624
0,0622
0,0628
0,0627
0,0622
0,0626
0,0630
0,0630
0,0626
0,0629
0,0630
0,0631
56 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses 0,0623
0,0626
0,0633
0,0627
0,0636
0,0631
0,0629
0,0632
0,0635
0,0633
0,0631
0,0631
0,0633
0,0632
0,0640
0,0635
0,0629
0,0635
0,0630
0,0627
Diperoleh:
x 0,063
dan
S 0,000541
Sehingga kemampuan proses diestimasi dengan selang:
x 3S 0,063 3 0,000541 0,063 0,001622
0,064574;0,06133 Tabel 5.1. Frekuensi Data Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak (inci) Kelas (Inci)
Frekuensi
x x x x x x x x
0,0617
3
0,0620
2
0,0624
11
0,0628
12
0,0631
27
0,0635
26
0,0638
9
0,0642
8
0,0613 0,0617 0,0620 0,0624 0,0628 0,0631 0,0635 0,0638
Gambar 5.2. Histogram Ketebalan Papan Sirkuit Pencetak Artinya, diestimasi bahwa sekitar 99,73% dari produksi papan sirkuit pencetak dengan menggunakan proses yang ada akan menghasilkan ketebalan papan sirkuit antara 0,06133 hingga 0,064574 inci (lihat gambar 5.2). Keuntungan menggunakan histogram adalah dapat diketahui performa proses secara visual dan juga sekaligus menunjukkan penyebab buruknya 57 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
performa proses, apakah disebabkan oleh target proses yang tidak tepat (poor process centering) (gambar 5.3) ataukah dikarenakan variabilitas yang terlalu besar (excess process variability) (gambar 5.4).
Gambar 5.3. Target Proses Tidak Tepat
Gambar 5.4. Variabilitas Proses Besar
5.3. ANALISA
KEMAMPUAN
PROSES
DENGAN
PROBABILITY PLOT Selain menggunakan histogram, alternatif lain yang dapat digunakan untuk
menganalisa
kemampuan
proses
secara
visual
adalah
dengan
menggunakan probability plot. Keuntungan yang paling tampak dalam penggunaan probability plot adalah data observasi tidak perlu diklasifikasikan ke dalam kelas interval. Selain itu, untuk mendapatkan analisa kemampuan proses, dapat menggunakan ukuran sampel yang kecil (< 30). Contoh 5.2. Dimisalkan 20 observasi ketebalan papan sirkuit pencetak adalah sebagai berikut: 0,0629
0,0636
0,0640
0,0635
0,0635
0,0630
0,0638
0,0634
0,0628
0,0625
0,0630
0,0631
0,0622
0,0628
0,0623
0,0630
0,0630
0,0628
0,0621
0,0621
58 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Maka, Ketebalan
Ran
(Rank-
Ketebalan
Ran
(Rank-
Papan
k
0,5)/n
Papan
k
0,5)/n
0,062
1,5
0,050
0,063
11,5
0,550
0,062
1,5
0,050
0,063
11,5
0,550
0,062
3,0
0,125
0,063
11,5
0,550
0,062
4,0
0,175
0,063
14,0
0,675
0,063
5,0
0,225
0,063
15,0
0,725
0,063
7,0
0,325
0,064
16,5
0,800
0,063
7,0
0,325
0,064
16,5
0,800
0,063
7,0
0,325
0,064
18,0
0,875
0,063
9,0
0,425
0,064
19,0
0,925
0,063
11,5
0,550
0,064
20,0
0,975
Gambar 5.5. Probability Plot Ketebalan Papan Probability plot juga dapat digunakan untuk mengestimasi hasil proses dan persentase ketidaksesuaian. Misalkan LSL dari ketebalan papan sirkuit pencetak adalah 0,0622 inci (gambar 5.5), maka dapat diestimasi bahwa sekitar 15% papan sirkuit akan mempunyai ketebalan di bawah LSL. Hanya saja, jika data hasil observasi tidak berarasal dari asumsi distribusi, maka inferensial (kesimpulan) tentang kemampuan proses yang diambil dari plot akan keliru. Selain itu, baik probability plot maupun histogram merupakan prosedur yang tidak objektif, sehingga dimungkinkan dua analis akan memberikan kesimpulan yang berbeda pada data yang sama.
59 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
5.4. RASIO KEMAMPUAN PROSES Rasio kemampuan proses (Process Capability Ratios / PCR) adalah suatu ukuran kemampuan dari suatu proses dalam memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi.
Cp
USL LSL 6
(5.2)
Di mana USL dan LSL berturut-turut adalah batas spesifikasi atas dan batas spesifikasi bawah yang telah ditetapkan perusahaan. Jika standar deviasi populasi tidak diketahui, maka diestimasi dengan
E ( ) S E ( )
R d2
(5.3)
Sehingga (5.2) ditulis kembali menjadi
Cp
USL LSL 6S
Cp
USL LSL 6R d2
(5.4)
Sedangkan untuk proses produksi yang hanya menggunakan batas spesifikasi satu sisi (atas atau bawah) maka
USL ˆ ˆ LSL Cˆ pu dan Cˆ pl 3ˆ 3ˆ
(5.5)
Contoh 5.3. Perhatikan contoh 3.1, dengan menggunakan bagan kendali x R didapatkan ˆ
R 0,00086 5,079.104 . Misal: diketahui batas d2 1,693
spesifikasi ketebalan papan sirkuit pencetak USL = 0,0631 inci dan LSL = 0,0628 inci. Menggunakan (5.4) diperoleh
Cp
USL LSL 0,0635 0,0620 0, 49 4 R 6 5,079.10 6 d2
Kemudian nilai C p yang didapatkan dikonversi ke cacat per juta bagian (part per million/ppm). Untuk memanfaatkan konversi C p ke dalam cacat ppm, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yakni 1. Karakteristik kualitas yang diamati berdistribusi normal 2. Proses dalam keadaan terkendali secara statistik
60 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
3. Jika batas spesifikasi menggunakan 2 sisi, maka rata-rata proses harus terletak tepat di tengah antara USL dengan LSL.
Tabel 5.2. Konversi Cp ke Cacat ppm Cp
Z-score=3Cp
Z Curve Area
0.25
0.75
0.5
Process Fallout (in defective ppm) Two-Sided
One-Sided
0.773373
453,254.70
226,627.35
1.5
0.933193
133,614.40
66,807.20
0.6
1.8
0.96407
71,860.64
35,930.32
0.7
2.1
0.982136
35,728.84
17,864.42
0.8
2.4
0.991802
16,395.07
8,197.54
0.9
2.7
0.996533
6,933.95
3,466.97
1
3
0.99865
2,699.80
1,349.90
1.1
3.3
0.999517
966.85
483.42
1.2
3.6
0.999841
318.22
159.11
1.3
3.9
0.999952
96.19
48.10
1.4
4.2
0.999987
26.69
13.35
1.5
4.5
0.999997
6.80
3.40
1.6
4.8
0.999999
1.59
0.79
1.7
5.1
1
0.34
0.17
1.8
5.4
1
0.07
0.03
2
6
1
0.00
0.00
Sehingga diartikan nilai C p 0, 49 diestimasi akan menghasilkan cacat sebanyak sekitar 133614 cacat setiap satu juta produksi.
PCR Proses Tidak Terpusat PCR
Cp
tidak
memperhitungkan
letak
proses
relative
terhadap
spesifikasi. Cp yang telah dijelaskan secara sederhana hanya mengukur lebar (spread) spesifikasi relative terhadap lebar 6-σ pada suatu proses. Oleh karena itu, ketika proses produksi berjalan dalam keadaan tidak terpusat, maka penghitungan Cp sebagai parameter untuk mengetahui seberapa besar suatu proses dapat memberikan keluaran yang seragam tidak lagi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Perhatikan gambar 5.6. (a) dan (b), kedua panel tersebut mempunyai nilai Cp yang sama yaitu 2,0. Namun, proses pada gambar (b) mempunyai kemampuan proses yang lebih rendah dari pada proses (a) karena proses (b) tidak dioperasikan di tengah interval antar batas spesifikasi (USL dan LSL). 61 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Gambar 5.6. PCR-proses Tidak Terpusat Dikarenakan Cp tidak lagi akurat dalam menginterpretasikan kondisi dari berjalannya suatu proses produksi, maka didefinisikan PCR baru yang melibatkan pemusatan proses dalam penghitungan,
Cpk min Cpu, Cpl
(5.6)
Jad, Cpk adalah rasio kemampuan proses satu sisi untuk batas spesifikasi terdekat terhadap pusat proses. Sehingga, untuk panel (b) didapatkan nilai dari Cpk,
Cpk min Cpu, Cpl USL LSL min Cpu , Cpl 3 3 62 53 53 38 min Cpu , Cpl 3(2) 3(2) min Cpu 1,5, Cpl 2,5 1,5 Jika nilai dari Cp sama dengan Cpk, maka dapat dikatakan bahwa proses dioperasikan pada titik tengah spesifikasi dan jika nilai Cpk < Cp, maka proses dikatakan tidak terpusat. Demikian pula panel (c), diketahui bahwa Cpk = 1,0 sedangkan Cp = 2,0. Jika dimisalkan Cp pd panel (c) = 1,0, maka menurut tabel konversi ke 62 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
ppm cacat diketahui bahwa secara aktual proses menghasilkan 2700 cacat ppm. Oleh karenanya, Cp disebut potensial kemampuan proses (potential process capability), dan Cpk disebut aktual kemampuan proses (actual process capability).
PCR dan Normalitas Asumsi penting dalam AKP dan PCR Cp, Cpk yang telah didiskusikan adalah
kenormalan
karakteristik
kualitas.
Jika,
tidak
terpenuhi,
maka
pernyataan tentang jumlah cacat, nilai Cp atau Cpk adalah tidak benar. Luceňo (1996), mengusulkan Cpc (first generation;c = confidence) sebagai indek kemampuan proses,
USL LSL
Cpc 6
2
di mana T
E X T
1 USL LSL 2
(5.7)
Clement (1989), mengusulkan Cp(q) dengan memanfaatkan dua titik quantil yang setara dengan distribusi normal, yakni
x0,00135 3 dan
x0,99865 3 , Cp(q)
USL LSL x 0,99865 x0,00135
(5.8)
PCR dan Kajian Pemusatan Proses Cpk awalnya dikembangkan karena Cp tidak cukup baik jika μ proses tidak terletak di tengah batas-batas spesifikasi. Namun, Cpk juga tidak cukup baik untuk mengukur pemusatan proses. Perhatikan:
Gambar 5.7. Dua Proses dengan Cpk = 1,0
63 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Pada gambar 5.7, proses A, Cpk = Cp = 1,0 (proses terpusat), sedangkan proses B, Cp = 2,0 > Cpk = 1,0 (proses tidak terpusat). Untuk sebarang nilai μ dalam interval LSL hingga USL, Cpk berbanding terbalik thdp σ dan akan membesar jika σ mendekati 0. Kondisi ini menjadikan Cpk tidak tepat sebagai ukuran pemusatan. Sehingga, besarnya nilai Cpk tidak benarbenar menunjukkan bahwa lokasi dari μ berada di LSL hingga USL. Diusulkan generasi kedua dari Cp,
Cpm
USL LSL 6
(5.9)
di mana:
2 E ( x T )2 E ( x 2 2 xT T 2 ) 2E ( x) 2 2 E ( x 2 ) 2 E ( x)T T 2 2 E ( x) 2 2 E ( x 2 ) 2 E ( x) 2 2 2 E ( x)T T 2 E ( x )2 ( T )2 2 ( T )2 Persamaan (5.9) dapat ditulis kembali menjadi,
USL LSL
Cpm
6 2 ( T )2
(5.10)
T di mana 1 2 Cp
Sedangkan nilai duga untuk Cpm adalah
C pm
Cp 1V 2
di mana V
x T S
(5.11)
Sekarang, perhatikan kembali gambar 5.7, maka didapatkan nilai Cpm untuk proses A dan Cpm untuk proses B adalah sebagai berikut:
Cpm A Cpm B
Cp 1
2
Cp 1 2
1,0 1,0 1 0 2,0 1 (3)2
0,63
64 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Pearn, et al (1992) mengusulkan generasi ketiga dari Cp:
Cpk
Cpkm
(5.12)
1 2
Selang Kepercayaan untuk PCR Jika
karakteristik
kualitas
berdistribusi
normal,
maka
selang
kepercayaan (SK) (1- )100% dari Cp adalah 2 2 USL LSL 1 / 2,n1 USL LSL / 2,n1 Cp 6S n 1 6S n 1
Cˆ p
12 / 2,n1 n 1
C p Cˆ p
2 / 2,n1
(5.13)
n 1
Contoh 5.4. Anggap bahwa suatu proses yang stabil mempunyai USL = 62 dan LSL = 38. Sampel berukuran n = 20 dan diketahui S = 1,75. Jadi,
USL LSL 62 38 Cˆ p 2.29 6S 6(1.75)
Dan selang kepercayaan 95% untuk Cp adalah
12 / 2,n1 2 / 2,n1 ˆ ˆ Cp Cp Cp n 1 n 1 2.29
8.91 32.85 C p 2.29 19 19 1.57 C p 3.01
Selang kepercayaan untuk Cpk,
Cˆ pk 1 Z / 2W C pk Cˆ pk 1 Z / 2W di mana W
1 1 2 9nCˆ pk 2(n 1)
65 | S t a t i s t i k a
(5.14)
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Contoh 5.5. Misal diketahui nilai dari Cˆ pk = 1,33 dan n = 20, maka selang kepercayaan 95% untuk Cpk adalah
Dengan W
1 1 0,17163 2 9(20)(1,33) 2(19)
1,331 (1,96)(0,17163) C pk 1,331 (1,96)(0,17163) 0.99 C pk 1.67
PCR dan Pengujian Hipotesis Perusahaan, sebagaimana yang telah dijelaskan, mempunyai standar nilai PCR (katakan: Cp0 yang harus dipenuhi oleh pemasok agar bahan baku yang dikirim dapat dipertimbangkan untuk diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu pihak pemasok berkewajiban untuk memberikan seberapa besar nilai PCR dari proses yang menghasilkan bahan baku yang kemudian bahan baku tersebut dikirim ke perusahaan. Dari PCR yang diberikan oleh pemasok, pihak perusahaan tidak langsung menerima apa adanya, melainkan dilakukan pengujian terhadap nilai PCR yang diberikan pemasok. Pengujian hipotesis terhadap PCR dalam prakteknya digunakan untuk membuktikan kemampuan proses dari pemasok yang merupakan bagian dari kontrak kesepakatan antara perusahaan dengan pemasok. Bentuk hipotesis dari uji hipotesis terhadap PCR adalah H0:
Cp = Cp0 (proses tidak mampu)
versus H1:
Cp > Cp0 (proses mampu)
Kane (1986) telah melakukan kajian terhadap uji ini dan menyediakan tabel yang berisi ukuran sampel dan nilai kritis C untuk membantu pengujian kemampuan proses.
66 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Tabel 5.3. Tabel Uji Hipotesis PCR oleh Kane (1986)
Cp
(High)
menyatakan
kemampuan
perusahaan dengan peluang 1-
proses
yang
akan
diterima
dan Cp (Low) merupakan kemampuan
proses yang akan ditolak oleh perusahaan dengan peluang 1-β. Contoh 5.6. Perusahaan mengatakan kepada pemasok bahwa untuk dapat dikualifikasikan menjadi salah satu pemasok bahan baku di perusahaan, maka pemasok harus dapat mendemonstrasikan kemampuan prosesnya dalam menghasilkan bahan baku melebihi Cp = 1,33. Maka, bentuk hipotesisnya: H0:
Cp = 1,33 (proses tidak mampu)
versus H1:
Cp > 1,33 (proses mampu)
Diketahui pula bahwa, pihak pemasok dengan tingkat kebenaran 90%, menyatakan bahwa jika PCR dari prosesnya mempunyai Cp terendah 1,33 dan dapat juga mencapai nilai Cp hingga 1,66. Maka, dapat diperoleh rasio
Cp( High) 1,66 1, 25 Cp( Low) 1,33
67 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
Dari tabel 5, dengan nilai 0,1 dan yang setara dengan rasio antara Cp (High) dan Cp (Low) adalah
n 70 C 1,10 Cp( Low) C Cp( Low) (1,10) (1,33)(1,10) 1, 46 Jadi, untuk mendemonstrasikan kemampuan prosesnya, pemasok harus mengambil sampel sebanyak 70 dan PCR sampel yang dihasilkan harus lebih dari nilai C = 1,46.
68 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
LATIHAN BAB 5
------------------------------------------------
1.
produksi
Diketahui
suatu
proses
yang
terkendali
secara
statistik
mempunyai x = 100 dan s = 1,05 dan n = 5. Proses tersebut mempunyai batas spesifikasi 95 ± 10 dan karakteristik kualitas yang diamati berdistribusi normal.
2.
a.
Hitung potensial kemampuan proses!
b.
Hitung aktual kemampuan proses!
Suatu proses produksi dalam keadaan terkendali secara statistik dengan
x = 39,7 dan R = 2,5. Bagan kendali menggunakan sampel dengan banyak observasi 2 untuk tiap sampel. Batas spesifikasinya adalah 40±5 dan diasumsikan bahwa karakteristik kualitas yang diamati berdistribusi normal. a. Hitung potensial kemampuan proses! b. Hitung aktual kemampuan proses! c. Hitung Cpkm dan Cpm! 3.
Suatu proses yang terkendali secara statistika mempunyai x = 75 dan s = 2. Batas spesifikasi proses adalah 80±8 dengan ukuran n = 5. a. Hitung potensial kemampuan proses! b. Hitung actual kemampuan proses! c. Hitung Cpkm dan Cpm!
4.
Ingin
ditentukan
satu
di
antara
dua
proses
produksi.
Proses
A
mempunyai x = 100 dengan s = 3 dan proses B mempunya x = 105 dengan s = 1. Jika spesifikasi proses dari perusahaan adalah 100±10, hitung nilai Cp, Cpk, dan Cpm! Interpretasikan! Proses manakah yang Anda pilih? Jelaskan!
69 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Analisa Kemampuan Proses
5.
Sejumlah kantong berisi 1 kg bahan kimia dikirim ke perusahaan oleh pemasok. Perusahaan ingin memastikan apakah benar, secara rata-rata, kantong tersebut mempunyai massa 1 kg. Oleh karena itu, diambil beberapa kantong dan ditimbang massanya. Berikut hasilnya: 0,9547 0,9705 0,9770
0,9775 0,9860 0,9960
0,9965 0,9975 1,0050
1,0075 1,0100 1,0175
1,0180 1,0200 1,0250
Buat probability plot untuk data tersebut dan tentukan kemampuan prosesnya!
6.
Asumsikan bahwa data massa pada no 5 mempunyai batas spesifikasi bawah 0,985 kg. Hitung PCR untuk data ini! Berapa persenkah kantong yang berada di bawah batas spesifikasi ini!
70 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
--------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Bower, KM. Process Capability Analysis Using http://www.mintab.com. Akses: April 14, 2010.
Minitab
(I).
http://elsmar.com. Akses: April 14, 2010. http://en.wikipedia.org. Process Capability Indexes. Akses: April 14, 2010. John, Peter W.M. 1990. Statistical Method in Engineering and Quality Assurance. John Wiley & Sons, New York. Montgomery, Douglas, C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. Edisi ke-6. John Wiley & Sons, New York. Pearson, E.S. dan H.O. Hartley. 1966. Biometrika Tables for Statisticians. Volume 1. Edisi ke-3. Cambridge University Press, Cambridge. Ross, Sheldon. 2002. A First Course in Probability. Edisi 6. Prentice Hall, New Jersey. Shewhart, W. A. 1931. Economic Control of Quality of Manufactured Product. Van Nostrand, New York. Souzzi, M. Process Capability Studies. 1990. Hughes Aircraft Company, Tucson, Arizona. Steiner, S., et al. Understanding Process Capability http://www.stats.uwaterloo.ca. Akses: April 14, 2010.
Indices.
Walpole, R. E. 1982. Introduction to Statistics. Edisi 3. Macmillan Publishing Company, New York. Walpole, R. E. dan Raymond H Myers. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Alih bahasa: RK Sembiring. Edisi 4. ITB, Bandung.
71 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
----------------------------------------------------
LAMPIRAN
Tabel Distribusi Chi-Square
72 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Lampiran
Tabel Distribusi Normal Baku
73 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Lampiran
Tabel Distribusi t
74 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Lampiran
Tabel Distribusi F
75 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu
Lampiran
Tabel Bilangan Untuk Membuat Bagan Kendali Variabel
76 | S t a t i s t i k a
Pengendalian
Mutu