Materi Ppt 2.docx

  • Uploaded by: isnamp
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Ppt 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,628
  • Pages: 7
LINGZHI Kingdom : Fungi Phylum

: Basidiomycota

Class

: Agaricomycetes

Ordo

: Polyporales

Family

: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Species

: Ganoderma lucidum (Curtis) P. Karst (Arora,1986)

Kandungan Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) Zat utama yang terkandung dalam Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) adalah ganodermin, ganoderan, asam ganodermin, triterpenoid, adenosin, peptidaglukan, germanium dan polisakarida (betaglukan). Kandungan lainnya yaitu thiamin, riboflavin, niasin, biotin dan vitamin C. Juga beberapa mineral antara lain seperti kalium, fosfor, kalsium, natrium, tembaga dan magnesium (Jaelani, 2008).

Jamur lingzhi dilaporkan mengandung senyawa organik, seperti polisakarida, adenosin, asam ganoderik, protein, asam oleat, vitamin, triterpenoid, germanium organik (GeO), asam askorbat, dan riboflavin (Habijanic dan Berovic, 2000). Salah satu kandungan jamur lingzhi yaitu triterpenoid diketahui berfungsi sebagai pemulih sistem kerja tubuh, penurun kolesterol dan gula darah, penstabil kerja hormon, dan mencegah alergi yang disebabkan oleh antigen (Suriawiria, 2001).

Jamur lingzhi (G. lucidum), di China sering disebut sebagai lingzhi, adalah jamur yang telah banyak digunakan selama berabad-abad untuk promosi umum kesehatan dan umur panjang di negara-negara Asia (Kao et al., 2013).Jamur lingzhi telah diketahui memiliki berbagai efek farmakologi

termasuk

immuno-modulasi,

antiinflamasi,

antikanker,

antidiabetes,

antioksidatif, pemusnah radikal (radical scavenging), dan efek antipenuaan (Sanodiya et al., 2009). Jamur lingzhi dilaporkan mengandung senyawa organik, seperti polisakarida, adenosin, asam ganoderik, protein, asam oleat, vitamin, triterpenoid, germanium organik (GeO), asam askorbat, dan riboflavin (Habijanic dan Berovic, 2000). Salah satu kandungan jamur lingzhi yaitu triterpenoid diketahui berfungsi sebagai pemulih sistem kerja tubuh, penurun kolesterol dan gula darah, penstabil kerja hormon, dan mencegah alergi yang disebabkan oleh antigen (Suriawiria, 2001). Mau et al., (2001) melaporkan G. lucidum mengadung 26-28% karbohidrat, 3-5% lemak kasar, 59% serat kasar, dan 7-8% protein kasar. Selain itu, G. lucidum mengandung berbagai unsur bioaktif seperti terpenoid, steroid, fenol, glikoprotein, dan polisakarida serta beberapa peneliti juga melaporkan bahwa triterpen dan polisakarida adalah komponen utama yang aktif secara fisiologis (Boh et al., 2007; Zhou et al., 2007). Secara umum mamfaat dari jamur GanodermalLucidium diantaranya yaitu untuk :  memelihara kesehatan  memperbaiki dan melindungi sistem peredaran darah  menstabilkan tekanan darah dan memperbaiki fungsi jantung  menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol jahat  melindungi lever / hati dan menawarkan racun  mengurangi kadar gula dalam darah dan memelihara fungsi pankreas  mencegah proses penuaan dini / meremajakan dan mempercantik kulit tubuh  anti alergi dan keradangan  memperkuat fungsi kekebalan tubuh  sebagai tonik otak ( otak lebih berkembang jika disuplai dengan oksigen yang optimal )  meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan dan menjinakkan sel kanker / tumor, serta mencegah efek samping dari kemoterapi dan tindakan medis dengan radiasi

METODE FRAP Metode FRAP adalah satu-satunya metode yang secara langsung mengukur antioksidan dalam bahan.

Vargia (2002) mengamukakan bahwa metode FRAP adalah metode yang

digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh – tumbuhan. Kelebihan metode FRAP ini yaitu metodenya yang murah, cepat, dan reagen yang digunakkan cukup sederhana serta tidak menggunakan alat khusus untuk menghitung total antioksidan. Prinsip dari uji FRAP adalah reaksi transfer elektron dari antioksidan ke senyawa Fe3+- TPTZ. Senyawa Fe3+- TPTZ sendiri mewakili senyawa oksidator yang mungkin terdapat dalam tubuh dan dapat merusak selsel. Pada penelitian ini penentuan kandungan antioksidan total dilakukan dengan menggunakan metode FRAP. Metode ini dapat menentukan kandungan antioksidan total dari suatu bahan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi ion Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga kekuatan antioksidan suatu senyawa dianalogikan dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut (Halvorsen dkk, 2002). Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) merupakan metode yang sederhana, cepat, reagen yang digunakan cukup sederhana dan tidak menggunakan alat khusus untuk menghitung total antioksidan. Prinsip metode ini adalah adanya reduksi ion ferri menjadi ion ferro oleh senyawa antioksidan dengan reaksi sebagai berikut (Jayanthy, 2011): K3Fe(CN)6 + A-OH

K4Fe(CN)6 + H+ + A=O

Fe3+ + e-

Fe2+ Gambar 8. Reaksi

reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ (Jayanthy, 2011) Metode FRAP dilakukan berdasarkan kemampuan suatu senyawa dalam mereduksi kalium ferrisianida (K3Fe(CN)6) menjadi kalium ferrosianida (K4Fe(CN)6). Antioksidan dalam sampel akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dengan memberikan sebuah elektron. Jumlah kompleks Fe2+ dapat diketahui dengan mengukur sampel pada panjang gelombang 700 nm (Halvorsen, 2002).

METODE ABTS Metode ABTS menggunakan senyawa (2,2’-azino-bis (3 etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat) sebagai sumber penghasil radikal bebas. Prinsip uji ABTS adalah penghilangan warna kation ABTS mengukur kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan radikal ABTS. Reaksi radikal ABTS adalah:

Suatu radikal ABTS dapat diproduksi dengan cara oksidasi kalium persulfat (K2S2O8) sebelum penambahan antioksidan. ABTS merupakan radikal dengan pusat nitrogen dengan karakteristik warna biru hijau, ketika tereduksi oleh antioksidan menjadi bentuk nonradikal yang tidak berwarna (Shalaby, 2013). Aktivitas antioksidan bahan alam pada metode ABTS seperti karotenoid dan senyawa fenolik dapat diukur berdasarkan penghilangan warna (decolorization) dari ABTS, yaitu mengukur serapan pengurangan radikal kation dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm sebagai persentase penghambatan. Metode ABTS baik digunakan pada sistem larutan berbasis air maupun organik, mempunyai serapan spesifik pada panjang gelombang dari bagian visible, dan membutuhkan waktu reaksi yang lebih sedikit (Mastuti, 2013). Pengujian ABTS dilakukan karena metode ini memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada DPPH dan dapat dipakai untuk menganalisa antioksidan pada makanan. Berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan antara DPPH dan ABTS memiliki perbedaan mekanisme reaksinya. Pada DPPH kemampuan antioksidan suatu senyawa dilihat berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk mendonorkan hidrogen. Sedangkan pada uji ABTS kemampuan senyawa antioksidan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk menyetabilkan senyawa radikal bebas dengan mendonorkan radikal proton (Y. H. Chu, C. L Chang, H.F. Hsu, “Flavonoid Content of Several Vegetables and Their Antioxidant Activity,” Journal of the Science of Food Agriculture 80, 561566 (2000)).

SPRAY DRYING Mikroenkapsulasi menawarkan solusi bagi permasalahan-permasalahan tersebut. Teknologi ini dapat mengkonversi suatu cairan menjadi bubuk dengan cara membungkus cairan tersebut dalam suatu bahan pengkapsul dalam ukuran yang sangat kecil (0,2-5.000m) (Sparks, 1981; King, 1995). Dalam bentuk bubuk, penanganan, penakaran dan pencampurannya ke dalam makanan dan minuman menjadi lebih mudah. Karena terbungkus di dalam kapsul, cairan atau bahan aktif tersebut terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan seperti kerusakan-kerusakan akibat oksidasi, hidrolisis, penguapan atau degradasi panas. Dengan demikian, bahan aktif akan mempunyai masa simpan yang lebih panjang serta mempunyai kestabilan proses yang lebih baik. Selain itu, pelepasan bahan aktif dari dalam kapsul juga dapat dikendalikan sehingga efektifitasnya dapat dirancang sesuai dengan keinginan. Spray drying merupakan suatu metode pengeringan yang banyak digunakan untuk menghasilkan partikel halus berupa serbuk atau kristal dengan cara mendispersikan larutan ke dalam udara panas dalam bentuk droplet (McCabe, 1999: 281). Droplet dapat meningkatkan luas permukaan kontak antara fluida dengan udara pengering, yang mengakibatkan meningkatnya laju pengeringan (Abate, 2012: 3). Pembentukan droplet pada proses spray drying dapat dilakukan dengan mengunakan tiga macam atomizer yaitu nozzle bertekanan tinggi; nozzle dengan dua fluida; dan piringan putar berkecepatan tinggi (Pery, 1997: 12-81). Kualitas dan efisiensi proses spray drying tergantung pada beberapa parameter diantaranya distribusi ukuran droplet, pola aliran udara di dalam kolom ruang udara, inlet temperatur, laju alir umpan, dan laju alir udara pengering (Nielsen, 2010: 1). Dengan demikian, proses spray drying melibatkan tiga unit proses yang fundamental: atomisasi larutan; pencampuran gas-droplet; dan pengeringan droplet (Perry, 1997: 12-81). Atomisasi larutan merupakan proses pembentukan larutan menjadi tetesan kecil atau droplet, ukuran droplet bisa mencapai 2 μm. Droplet kemudian kontak dengan udara panas pada unit proses pencampuran gas-droplet. Udara panas menguapkan kandungan air dalam droplet sehingga dihasilkan droplet kering yang berbentuk partikel halus.

Enkapsulasi ektrak cacing tanah dilakukan dengan teknik spray drying. Spray drying merupakan teknik paling lama dan paling banyak digunakan dalam enkapsulasi. Tahapan proses spray drying, dicapai dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mendispersikan ke dalam cairan pembawa, diikuti penyemprotan ke dalam bentuk kabut ke dalam chamber panas.[11] Luas permukaan bahan yang kontak langsung dengan media pengering dapat lebih besar sehingga menyebabkan penguapan berlangsung lebih baik. Keuntungan penggunaan spray drying adalah produk akan menjadi kering tanpa menyentuh permukaan logam yang panas, temperatur produk akhir rendah walaupun temperatur pengering relatif tinggi, waktu pengeringan singkat dan produk akhir berupa bubuk stabil. Kisaran kadar air yang diperoleh merupakan tipikal kadar air produk mikrokapsul yang diperoleh dari spray drying (2-6%) (Reineccius, 2004).

Kadar air mikrokapsul

dipengaruhi oleh suhu inlet spray drying dan laju alir umpan, tetapi tidak dipengaruhi oleh keduanya. Gambar 4 menunjukkan, bahwa peningkatan suhu inlet menyebabkan penurunan kadar air mikrokapsul. Pada laju alir umpan yang lebih tinggi dihasilkan mikrokapsul yang berkadar air lebih rendah. Trend kadar air mikrokapsul ini menyerupai surface oil dan hal ini juga diduga berhubungan dengan intensitas kontak bahan dengan udara pengering, dimana pada laju alir yang lebih rendah kontak bahan dengan udara pengering berjalan lebih intensif sehingga jumlah air yang teruapkan lebih besar. Peningkatan suhu inlet spray drying menghasilkan penurunan kadar air mikrokapsul. Penurunan kadar air dengan meningkatnya suhu inlet ini lebih besar terjadi pada laju alir umpan yang lebih rendah.

SEM Struktur mikrokapsul diamati dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Mikrokapsul ditempatkan di atas Specimen holder (dudukan sampel) lalu dilapisi dengan Au (emas) menggunakan alat gold sputter coater selama 30 menit. Sampel yang telah dilapisi ditempatkan ke dalam mikroskop SEM lalu diamati pada voltase akselerasi 20 kV. Gambar yang diperoleh direkam dan dicetak. Morfologi mikrokapsul mempengaruhi karakteristik mikrokapsul seperti laju pelepasan bahan aktif, surface oil, retensi dan lain-lain. Pada studi ini, struktur mikrokapsul diamati dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Beberapa mikrokapsul

mempunyai bentuk yang mengempis, yang diduga akibat peristiwa ballooning selama spray drying (Gambar 8). Ballooning merupakan peristiwa penggelembungan partikel mikrokapsul sebagai akibat pembentukan uap air di dalamnya. Penggelembungan ini dapat disebabkan oleh suhu spray drying yang terlalu tinggi atau ketidaksesuaian antara bahan pengkapsul dengan kondisi spray drying. Ketika dinding kapsul tidak cukup kuat untuk menahan tekanan di dalam partikel mikrokapsul, dinding akan pecah dan partikel akan mengempis. Pengempisan ini dapat pula terjadi apabila tekanan di dalam mikrokapsul tidak cukup kuat untuk menahan dinding kapsul. Ballooning dapat menyebabkan hilangnya komponen volatil dari dalam kapsul (Reineccius, 1988). Dalam Gambar 9 tampak adanya keretakan pada partikel mikrokapsul. Keretakan dapat disebabkan suhu spray drying yang terlalu tinggi atau kekuatan fisik dinding kapsul yang lemah. Balloning dan keretakan dapat menyebabkan tingginya surface oil mikrokapsul.

Related Documents

Materi Ppt 2.docx
December 2019 10
Materi 3 B3.ppt
May 2020 10
Materi 3 B3.ppt
December 2019 15

More Documents from "Vidya Anindita Gusdiarini"