BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Perawatan luka merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan yang telah memperoleh banyak perhatian sejak dahulu. Berkat perkembangan sejarah perawatan luka yang sudah lama berjalan dan karena pandanganpandangan yang baik dan berkembang terus dalam perawatan luka, maka tidak ada metode standar dalam perawatan luka. Dan seringkali juga tidak ada standar metode perawatan luka yang dikembangkan secara tersendiri, karena alasan-alasan berikut : a. Besarnya rasa malu karena mempunyai luka b. Besarnya rasa malu yang ada pada pasien itu, dan setiap perawatan harus disesuaikan dengan masing-masing orang c. Adanya tujuan yang berbeda dari suatu perawatan luka Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaopersi terdapat dalam lapang operasi sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. Dampak yang terjadi apabila luka kotor dibiarkan atau tidak ditanggulangi dengan tepat maka akan berdampak pada pembusukan pada daerah luka, selain daripada itu terjadinya penambahan daerah luka atau pelebaran akan menimbulkan masalah yang serius, dan juga dapat menimbulkan infeksi secara sistemik. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Page 1
1. Bagaimana konsep dasar dan prinsip pemberian tindakan perawatan luka bersih dan luka kotor.
C. TUJUAN PENYUSUNAN Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah : 1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar dan prinsip pemberian tindakan perawatan luka bersih dan luka kotor.
Page 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perawatan Luka Bersih dan Luka Kotor Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses
penyembuhan, dan lama penyembuhan. (kartika, 2015) Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan. Kulit di sekitar luka tampak relatif normal seperti di Foto A. Kulit tidak perih jika disentuh dan tidak hangat ataupun bengkak. Jika luka tersebut adalah luka akut, otot yang terekspose akan tampak normal. Jika luka tersebut adalah luka yang sudah lama, mungkin dapat dijumpai jaringan granulasi (jaringan merah terang yang berdarah jika diusap) di atas luka. Tidak ada jaringan nekrotik di atas luka. Di atas luka mungkin dijumpai material fibrous (eksudat, lihat di bawah) di atas luka - tapi tidak cair, seperti nanah. Antibiotik sistemik tidak diperlukan untuk luka tipe ini.. (Semer,2013)
(Semer,2013) Perawatan Luka Bersih Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan. Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan Page 3
yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005) Pada luka yang terinfeksi, kulit di sekitar luka biasanya berwarna merah dan hangat dan bengkak seperti di Foto B. Pada luka tersebut bisa dijumpai nanah dan jaringan nekrotik. Pada umumnya luka terinfeksi lebih terasa nyeri dibanding luka yang bersih. Antibiotik sistemik dan debridemen diperlukan jika luka tersebut terinfeksi. (Semer,2013)
(Semer,2013) Perawatan Luka Kotor Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
Sangatlah penting untuk membedakan antara luka bersih dan luka terinfeksi karena berkaitan dengan kapan antibiotik sistemik diperlukan. Tidak setiap luka terbuka memerlukan antibiotik. Pemberian antibiotik hanya diperlukan ketika luka tersebut terinfeksi. B. Tujuan Perawatan Luka Bersih dan Luka Kotor Adapun tujuan dari perawatan luka bersih dan luka kotor secara umum, yaitu : 1. luka bersih a. Mencegah timbulnya infeksi. b. Observasi perkembangan luka. c. Mengabsorbsi drainase.
Page 4
d. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis. 2. Luka kotor a. Mempercepat penyembuhan luka. b. Mencegah meluasnya infeksi. c. Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain. Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah RYB/Red Yellow Black (Merah – Kuning – Hitam). 1.
Luka dasar merah Tujuan
perawatan
luka
dengan
warna
dasar
merah
adalah
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.
(Kartika, 2015) 2.
Luka dasar kuning Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis debridement agar luka berwarna merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi/menghindari kejadian infeksi.
(Kartika, 2015)
Page 5
3.
Luka dasar hitam Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik dengan autolysis debridement maupun dengan pembedahan.
(Kartika, 2015) C. Macam/ Klasifikasi Luka Bersih dan Luka Kotor Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997). 1.
Berdasarkan tingkat kontaminasi a. Clean Wounds (Luka bersih) yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%. b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%. c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran
Page 6
cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%. d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi) yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka. 2.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a. Stadium I Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.
Berdasarkan waktu penyembuhan luka a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Page 7
(Semer, 2013) b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
(Semer, 2013) 4.
Mekanisme terjadinya luka a. Luka insisi (Incised wounds) terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi). b. Luka memar (Contusion Wound) terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. c. Luka lecet (Abraded Wound) terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. d. Luka tusuk (Punctured Wound)
Page 8
terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. e. Luka gores (Lacerated Wound) terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. f. Luka tembus (Penetrating Wound) yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. g. Luka Bakar (Combustio) Yaitu luka yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
D. Persiapan alat Perawatan Luka Bersih dan Luka Kotor 1. Luka bersih a. Persiapan alat 1) Alat steril a) Pincet anatomi 1 buah b) Pinchet chirurgis 1 buah c) Gunting Luka (Lurus). d) Kapas Lidi. e) Kasa Steril. f) Kasa Penekan (deppers). g) Mangkok / kom Kecil h) Sarung tangan steril pada tempatnya dan sarug tangan bersih 2) Alat tidak steril a) Gunting b) Plaster. c) Bengkok/ kantong plastik.
Page 9
d) perlak 3) Bahan a) Alkohol 70 %. b) Betadine 10 %. c) Obat antiseptic/ desinfektan. d) NaCl 0,9 % 2.
Luka kotor a. Persiapan alat 1) Alat Steril a) Pincet anatomi 1 b) Pinchet chirurgie 2 c) Gunting jaringan/necrotomi 1 buah d) Kasa Steril e) Kasa Penekan (deppers) f) Sarung Tangan steril dan sarung tangan bersih g) Mangkok / kom Kecil 2) Alat tidak steril a) Gunting b) Plaster c) Bengkok/ kantong plastik d) Perlak b) Skort / clemek c) Masker d) Spuit untuk irigasi 3) Bahan a) Alkohol 70 % b) NaCl 0,9 % c) H2O2, savlon d) Obat antiseptic / topical (yg diresepkan dokter)
Page 10
E. Prosedur Perawatan Luka Bersih dan Luka Kotor 1.
Prosedur Perawatan Luka Bersih a. Menyiapkan alat b. Menyiapkan pasien
Perkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan prosedur perawatan pada pasien
Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
Berikan privasi pada pasien
c. Prosedur Pelaksanaan
Cuci tangan.
Pakai sarung tangan bersih
Letakan perlatan pada posisi yang agronomis (bak instrument dibuka, cairan dituang kedalam kom)
Kenakan masker muka (jika perlu)
Pasang perlak dan alas
Buka balutan lama (balutan atas) menggunakan pinset (tekhnik menggulung) dan buang ke tempat sampah
Lepas sarung tangan bersih dan ganti dengan sarung tangan steril
Bersihkan luka dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara perlahan-lahan
Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan.
Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
Oleskan obat antiseptic / topikal pada luka.
Fiksasi dengan plester atau balutan sesuai kondisi luka
Rapikan peralatan
Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah Page 11
2.
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Catat kondisi dan perkembangan luka
Prosedur Perawatan Luka Kotor a. Menyiapkan alat b. Menyiapkan pasien
Perkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan prosedur perawatan pada pasien
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Berikan privasi pada pasien
c. Prosedur Pelaksanaan
Cuci tangan.
Pakai sarung tangan bersih
Letakan perlatan pada posisi yang agronomis (bak instrument dibuka, cairan dituang kedalam kom)
Kenakan masker muka (jika perlu)
Pasang perlak dan alas
Buka balutan lama (balutan atas) menggunakan pinset (tekhnik menggulung) dan buang ke tempat sampah
Lepas sarung tangan bersih dan ganti dengan sarung tangan steril
Bersihkan luka dengan cairan (normal salin/betadin/alcohol /rivanol), bila perlu gunakan cairan H2O2 untuk luka yang sangat kotor, kemudian bilas dengan larutan NaCl
Bila ada jaringan nekrosis, lakukan nekrotomi
Bersihkan lagi dengan kassa NaCl dan keringkan dengan kasa steril
Page 12
Lakukan pembersihan luka dari dalam keluar (dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi)
Memasang balutan basa steril pada area luka
Pasang kasa berserat halus dan lembab pada area luka menggunakan NaCl/rivanol
Jika luka cukup dalam, masukan kasa lembap dengan hati-hati ke dalam luka menggunakan pinset sampai semua permukaan luka dapat kontak dengan kasa yang lembap
Pasang kasa steril yang kering di atas kasa basah sesuai kebutuhan
Fiksasi dengan plester atau balutan sesuai kondisi luka
Rapikan peralatan
Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Page 13
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Luka merupakan suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan atau dapat dikatan pula hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Luka terbagi atas luka bersih dan luka kotor. Dikatakan luka bersih jika luka tersebut tidak terinfeksi dan hanya memiliki inflamasi minimal serta tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan dan sebalikanya pada luka kotor dimana sudah terjadi infeksi sehingga membutuhkan penangnan khusus. Sangatlah penting untuk membedakan antara luka bersih dan luka terinfeksi karena berkaitan dengan kapan antibiotik sistemik diperlukan Perawatan luka yang cepat dan tepat dengan cara penggunaan standar operasional prosedur (SOP) yang baik sangat menentukan proses dari penyembuhan pada luka itu sendiri. B. SARAN Semoga dengan pembuatan makalah ini senantiasa dapat menambah wawasan serta pengatahuan kita konsep dasar dan prinsip pemberian tindakan perawatan luka bersih dan luka kotor. Dengan penuh pengharapan kepada Allah SWT. semoga makalah ini bisa menjadi pembuka jalan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak dan manfaat guna bekal untuk kehidupan yang akan datang.
Page 14
DAFTAR PUSTAKA
Kartika W. Ronald. 2015. Perawatan Luka Kronis Dengan Modern Dressing. Wound Care/Diabetic Centre, RS Gading Pluit, Jakarta Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Semer Nadine B. 2013. Panduan HELP untuk Dasar-Dasar Perawatan Luka. Global-HELP Organization Taylor C, Lilis C, LeMone. P. 1997. Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippinott-Raven Publishers.
Page 15