Materi Komunikasi.docx

  • Uploaded by: Maya Kumalasary
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Komunikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,808
  • Pages: 18
PENUGASAN

Penugasan diberikan sebelum dan setelah mahasiswa menyelesaikan perkuliahan pada setiap materi. Penugasan berbentuk penugasan mandiri, terstruktur, dan makalah seminar. 1.

Penugasan Mandiri Setiap penugasan mandiri mahasiswa diberikan tugas baca dan meringkas materi pada buku tugas masing-masing mahasiswa, serta dikumpulkan paling lambat satu hari setelah perkuliahan pada pukul 16.00 WIB.

2.

Penugasan Terstuktur Penugasan terstruktur diberikan dalam bentuk penyusunan makalah tentang materi kuliah yang terdapat pada rencana perkuliahan. Ketentuan penyusunan penugasan terstruktur adalah sebagai berikut : a. Merupakan penugasan individu dikumpulkan pada masing-masing dosen yang mengajarkan materi tersebut. b.Dikumpulkan satu hari setelah jadwal penugasan terstuktur tersebut, paling lambat jam 16.00 WIB. c. Tugas diketik rapi dengan jenis huruf times new roman 12 spasi 1,5 dan dijilid. d.Outline : 1. Cover 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi 4. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat D. Sistematika Penulisan 5. BAB II Tinjauan Teoritis sesuai topik/materi perkuliahan 6. BAB III Penutup A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka 

Seluruh sumber yang dirujuk dalam makalah harus di masukkan dalam daftar pustaka.



Sedapat mungkin sumber rujukan dengan tahun terbit 15 tahun terakhir.



Sumber rujukan yang dianjurkan berasal dari buku Riset keperawatan, metodologi penelitian kesehatan, dan metodologi penelitian umum.



Pengambilan rujukan dari sumber online harus dari sumber dan pengarang yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya secara ilmiah, yang disertai dengan alamat website dan nama pengarang/penulis.



Tidak diperbolehkan/dianjurkan untuk mengambil sumber dari blog.

3. Penugasan Makalah Seminar Penugasan seminar merupakan penugasan kelompok, yaitu berupa pembuatan makalah untuk diseminarkan di depan kelas. Adapun ketentuan pembuatan makalah seminar sebagai berikut : 1. Outline Makalah Seminar : 1. 2. 3. 4.

Cover Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang b. Tujuan c. Manfaat d. Sistematika Penulisan 5. BAB II Tinjauan Teoritis sesuai topik seminar 6. BAB III Pembahasan a. Penerapan di rumah sakit dan permasalahan/kendala yang dihadapi b. Pemecahan masalah 7. BAB IV Penutup a. Kesimpulan b. Saran/Rekomendasi 8. Daftar Pustaka - Seluruh sumber yang dirujuk dalam makalah harus di masukkan dalam daftar pustaka. - Sedapat mungkin sumber rujukan dengan tahun terbit 15 tahun terakhir. - Sumber rujukan yang dianjurkan berasal dari buku sumber manajemen dan kepemimpinan keperawatan. - Pengambilan rujukan dari sumber online harus dari sumber dan pengarang yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya secara ilmiah, yang disertai dengan alamat website dan nama pengarang/penulis. - Tidak diperbolehkan/dianjurkan untuk mengambil sumber dari blog.

2. Makalah diketik rapi dengan jenis huruf times new roman 12 spasi 1,5 dan dijilid. 3. Makalah disajikan dengan program computer Power Point 4. Waktu penyajian makalah disepakati dengan dosen yang bertanggung jawab dengan materi seminar. 5. Kelompok seminar akan ditentukan pada saat awal perkuliahan berdasarkan undian atau urutan nama pada daftar hadir mahasiswa. Kelompok seminar berjumlah enam kelompok yang terdiri dari 9-10 orang mahasiswa perkelompok. 6. Topik makalah seminar adalah sebagai berikut : a. Kel I : Makalah 1 b. Kel II : Makalah 2 c. Kel III : Makalah 3 d. Kel IV : Makalah 4

PERTEMUAN I KONSEP KOMUNIKASI By. Mardiani, S.Kep.,Ners., M.M. A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi berasal dari perkataan ”communicare” yang artinya berpartisipasi atau memberitahukan atau ”communis” yang artinya milik bersama atau berlaku dimana-mana. Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain (Azwar, 1996). Menurut Taylor, C.et.al, (1993 dalam Utami 1998) komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu. Sedangkan Huber (2000) menyebutkan bahwa, komunikasi adalah seni tentang struktur dan pengiriman pesan, sehingga orang lain dapat mengerti dan menerimanya. Demikian juga Anderson & Treadway (1999) dalam Huber (2000) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana informasi ditranmisikan melalui sebuah sistem lewat simbol, tanda atau perilaku. Model komunikasi menggambarkan suatu proses lingkaran dari pengirim yang mengirimkan suatu pesan melalui suatu media, dan penerima dapat menerima pesan tersebut yang memungkinkan terjadinya umpan balik antara pengirim dan penerima. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti dari sesuatu. Pada umumnya tujuan orang berkomunikasi antara lain untuk : membagi informasi yang dimiliki kepada orang lain : mempengaruhi orang lain, saling mengerti satu sama lain; menyampaikan sesuatu yang dirasakan dan memperoleh informasi tentang sesuatu. Cusway & Lodge, (1995) menyatakan komunikasi dianggap efektif bila gagasan yang disampaikan kepada seseorang berhasil diterima dengan baik. Halangan besar untuk mencapai komunikasi yang efektif adalah jika terjadi aneka macam persepsi. Feldman (1983) menyatakan bahwa persepsi adalah cara seseorang mengolah dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima, dibentuk oleh harapan dan pengalaman individu. Persepsi individu pada suatu situasi yang sama dapat berbeda, hal ini terjadi karena masing-masing individu memiliki kepribadian, nilai dan pengalaman hidup yang unik, sehingga masing-masing akan menerima dan menginterpretasikan pesan secara berbeda. Sebagai contoh, persepsi perawat dan keluarga pasien dapat berbeda dalam melihat perilaku pasien depresi. Pengirim informasi merupakan unsur yang penting dalam berkomunikasi, demikian pula penerima informasi tidak boleh diabaikan karena dapat memberikan umpan balik kepada pengirim informasi. Pentingnya umpan balik tidak dapat disangkal lagi, karena efektivitas komunikasi sangat tergantung pada adanya umpan balik tersebut. Thoha (1996) menguraikan karakteristik umpan balik yang efektif adalah sebagai berikut: 1) diarahkan untuk membantu staf, 2) dirancang untuk membekali penerima dengan informasi yang khusus dan terperinci, sehingga mereka mengetahui apa yang seharusnya dilakukan pada situasi yang tepat, 3) lebih menekankan pada pemberian penjelasan mengenai pelaksanaan pekerjaan, 4) mengandung informasi yang dapat digunakan oleh staf untuk memperbaiki pekerjaannya, 5) tepat waktu, artinya semakin segera umpan balik diberikan semakin baik, 6) kesiapan staf untuk menerima dan memberi umpan balik, 7) jelas atau mudah dimengerti oleh penerima, 8) benar dan sah. 2.

Tujuan dan Fungsi dan manfaat Komunikasi a. Tujuan secara umum adalah; 1. Supaya pesan yang disampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan) 2. Untuk memahami orang lain 3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan komunikator dapat diterima orang lain (komunikan). b.

Manfaat 1. Mencapai pengertian satu dengan yang lain 2. Membina keperacayaan 3. Mengkoord tindakan

4. 5. 6. 7. c.

M.renc strategi u/ pencapaian s/u tujuan Do it pembagian job Do it aktiv klp Mencari pemecahan masalah bersama

Fungsi Seatt & Mitchell dalam Higgins 82, mengidentifikasi 4 fungsi komunikasi : 1. EMOSI Orientasinya perasaan, mengekspresikan tdk puas, kegemb/kepahitan 2. MOTIVASI Orient – give dorongan : instruksi, penghargaan, tindk disiplin 3. INFO Orient – penyamp info u/ p.ambilan keptsan 4. KONTROL Orient – perilaku : kontrol perilaku orla – peraturan, penjlsan tgs otoritas & struktur organisasi William I. Gorden (2005) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Sebagai komunikasi sosial Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. 2. Sebagai komunikasi ekspresif menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)

3. Sebagai komunikasi ritual Kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. 3.

Bentuk dan Jenis Komunikasi. 1). Jenis Komunikasi menurut Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal (dg diri sendiri), interpersonal (dg org lain) dan publik. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal. a. Komunikasi Verbal. Komunikasi verbal terkait dengan penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif bila pengirim dan penerima mengerti pesan secara jelas. Seorang perawat sering kali merawat klien dari berbagai daerah yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerahnya. Perbedaan bahasa ini biasanya dapat menimbulkan salah paham/persepsi. Oleh karena itu untuk membuat pesan menjadi jelas dan relevan, maka seorang perawat harus menguasai teknik komunikasi verbal yang efektif. Menurut utami (1998) karakteristik komunikasi verbal yang efektif adalah : 1) Jelas dan Ringkas. Komunikasi yang efektif harus pendek, sederhana dan langsung. Biasanya penggunaan contoh dapat membuat penjelasan lebih mudah dimengerti, mengulangi bagian yang penting dari pesan serta meringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. 2) Perbendaharaan kata. Dalam keperawatan dan kedokteran sangat banyak istilah teknis, dimana jika hal ini digunakan seringkali klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari

informasi penting. Untuk itu agar klien mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan, maka ucapkanlah pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien. 3) Arti Denotatif dan Konotatif. Arti denotatif mempunyai pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Penggunaan kata ”serius” untuk menggambarkan kondisi klien dapat ditafsirkan keluarga sebagai kondisi yang mendekati kematian, padahal untuk menjelaskan kondisi tersebut perawat akan menggunakan kata ”kritis” oleh sebab itu berkomunikasi dengan klien dan keluarganya perawat harus hati-hati dalam memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalahartikan. 4) Intonasi. Emosi seseorang secara langsung mempengaruhi intonasi suaranya, bunyi suara pembicara dapat mempengaruhi arti pesan, sehingga perawat harus menyadari hal ini ketika berinteraksi dengan klien. Sebagai contoh kalimat sederhana seperti : ”apa kabar?” dapat diekspresikan dengan penuh perhatian, gembira, susah dan lain-lain. 5) Kecepatan berbicara. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat, sehingga kata-kata tidak jelas. Keberhasilan perawat dalam melakukan komunikasi verbal sangat dipengaruhi oleh kecepatan bicara. Dalam hal ini perawat dapat menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat. 6) Humor. Tertawa dapat mengurangi ketegangan, rasa sakit yang mengakibatkan stres dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien (Dugan, 1989). b.

Komunikasi Non Verbal. Komunikasi non verbal disebut juga bahasa tubuh, isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik, selama berkomunikasi dengan klien perawat perlu memperhatikan pesan verbal dan non verbal yang telah disampaikan oleh klien, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal yang disampaikan (Utami, 1998). Pada percakapan sehari-hari, komunikasi non verbal dapat teramati melalui: 1) Penampilan fisik seseorang. Potter dan Perry (1993) mengatakan bahwa delapan puluh empat persen (84%) dari kesan yang timbul terhadap seseorang adalah berdasarkan penampilannya. Penampilan tersebut meliputi karakteristik fisik dan caranya berpakaian. Pakaian dapat menggambarkan status sosial seserang, budaya, agama dan konsep dirinya. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. 2) Sikap Tubuh dan Cara Berjalan. Sikap tubuh dan cara berjalan menggambarkan konsep diri, perasaan dan kesehatan seseorang. Melalui pengamatan terhadap sikap tubuh dan cara berjalan klien perawat dapat memperoleh informasi yang bermanfaat. Sikap tubuh yang tegang dan melangkah dengan cepat menunjukkan seseorang sedang cemas atau marah. Cara berjalan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat atau fraktur tulang. 3) Ekspresi wajah. Keadaan emosi yang dapat terlihat melalui ekspresi wajah adalah perasaan marah, sedih, terkejut, takut, bahagia dan keadaan yang menjijikkan. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menetapkan pendapat interpersonal.

4) Sentuhan. Perhatian, kasih sayang dan dukungan emosional dapat disampaikan melalui sentuhan terhadap suatu obyek. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat klien, namun harus diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien. 3.

Komunikasi Tertulis Komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media.

Menurut Widjaja (2000), dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: 1. Komunikasi tertulis 2. Komunikasi verbal 3. Komunikasi non verbal 4. Komunikasi satu arah Kom mengirim pesannya mll saluran/media & diterima o/ komunikan & tidak ada umpan balik 5. Komunikasi dua arah komunikator memberi pesan/berita → diterima o/ komunikan → memberi umpan balik 2). Bentuk Komunikasi a. Komunikasi antar personal Komunikasi yang terjadi antar individu secara langsung dengan berhadapan/tatap muka. b. Komunikasi kelompok Komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan kelompok tertentu (small, medium dan large group) c. Komunikasi massa Menggunakan media atau sarana bantu (media elektronik ; TV, radio, surat kabar, dll). 4.

Tahapan Komunikasi : Menurut Courtland L.Boree dan John U.Thil 1. Pengirim mempunyai suatu ide/gagasan 2. Ide diubah menjadi suatu pesan 3. Pemindahan pesan 4. Penerima menerima pesan 5. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim

5. Proses Komunikasi

PROSES KOM

6 1

5

KETERANGAN 1.SUMBER Pihak yang punya k.but & keinginan u/ m.kom s/u gagasan, pemikiran, info kpd pihak lain 2.ENCODING

3.

PENGIRIMAN BERITA Mengubah berita kedalam Pilihan komunikator thd media /sal sandi2/simbol2 verbal/non kom lisan : tlp, org/videotape yg mampu memindahkan Keuntungan : K.semp u/ interaksi langsung berita pengertian →cpt sampai, kata2 feed back segera p.cakapan, tulisan, angka, Kom tulisan : memo, surat, lap, gerakan buletin keuntungan : penyediaan lap & dokumen u/ kepentingan wkt mendatang PENERIMA USE PANCA INDERA DECODING Pengertian simbol2 oleh penerima FEED BACK

2

4

3

4. 5. 6.

Komunikasi sebagai suatu Proses :  Bermaksud mberikan pengertian mll pengiriman berita simbolis  Dapat menghubungkan para anggota sbg satuan orgns berbeda dg bidang berbeda  Memiliki konsep dengan unsur-unsur : 1. S/u keg u/ membuat org mengerti 2. S/u sarana pengaliran informasi 3. S/u sistem bagi terjalinnya komunikasi antara indiv2 Pandangan tradional thd kom tlh banyak b.ubah oleh perkembangan teknologi “bahwa kom tdk hanya tjd antara 2/>> indv but jg ant org2 & mesin2 bahkan ant mesin dg mesin” STRATEGI MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF :  MENGETAHUI SIAPA MITRA BICARA  MENGETAHUI APA TUJUAN KOM - KITA HARUS HEMAT MENGELOLA RP - MENURUT HEMAT SAYA BIDAN DST.  MENGETAHUI KULTUR  MENGETAHUI BAHASA

PERTEMUAN II, IV KOMUNIKASI THERAPEUTIK By. Mardiani, S.Kep.,Ners., M.M.

1.

PENGERTIAN Stuart dan Sundeen (1998) menguraikan pengertian komunikasi terapeutik yaitu suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk membina hubungan terapeutik antara perawat-klien dan saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu interaksi antara perawat-klien yang dapat meningkatkan tumbuh kembang pada klien. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Bila perawat tidak memperhatikan kualitas hubungan tersebut, maka hubungan perawat-klien bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang akhirnya akan mempercepat proses penyembuhan klien, akan tetapi lebih kapada hubungan sosoial.

2.

KEGUNAAN Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, ddk. 2003) adalah : a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan perawat dan klien. b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

3.

TUJUAN Menurut Stuart dan Sundeen juga Linberg, Hunter dan Kruszweski (dikutip dari Hamid, 1996) bahwa tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: a. Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri. b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi. c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai. d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis. Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik : 1. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. 2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada 3. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lain lingkungan fisik dan dirinya.

4.

PERBEDAAN KOMUNIKASI THERAPEUTIK DENGAN KOMUNIKASI SOSIAL KOMUNIKASI SOSIAL Komunikasi diarahkan pada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Merupakan suatu proses pengaruh mempengaruhi mencapai keterkaitan sosial yg dicita-citakan antar individu yang ada di masyarakat

KOMUNIKASI SOSIAL :

KOMUNIKASI THERAPEUTIK Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya berfokus untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994) Teknik kom therapeutik merupakan cara utk membina hub therapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart n Sundeen 1995). KOMUNIKASI THERAPEUTIK : 1. Terjadi antara P-K atau team kesehatan

1. Terjadi setiap hari antar orang per orang baik dalam pergaulan maupun lingkungan kerja; 2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan; 3. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan aktivitas sosial dll 4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu tapi lebih mengarah kebersamaan dan rasa senang 5. Dapat direncanakan , tetapi dapat juga tidak direncanakan

5.

lainnya; 2. Komunikasi lebih akrab karena mempunyai tujuan, berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan; 3. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada pesan dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau memahami------ mendorong pasien utk berbicara terbuka tentang dirinya dan membantu pasien untuk melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK HELPING RELATIONSHIP

Hubungan yang terjadi diantara dua atau lebih individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Helping relationship : proses dinamik dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber agar tumbuh ke dalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensi untuk sebuah kehidupan yang bermakna. 6.

KARAKTERISTIK PERAWAT DALAM MELAKUKAN HELPING RELATIONSHIP Tujuan hubungan terapeutik akan tercapai apabila dalam melakukan helping relationship perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 1998): a. Kesadaran diri terhadap nilai yang dianutnya. Perawat harus mampu menjelaskan tentang dirinya sendiri, keyakinannya, apa yang menurutnya penting dalam kehidupan. Setelah itu baru ia akan mampu menolong orang lain menjawab pertanyaan tentang hal-hal tersebut. b. Kemampuan untuk menganalisa perasaannya sendiri. Perawat secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi bebagai perasaan yang dialaminya seperti rasa malu, kecewa dan putus asa. c. Kemampuan menjadi contoh peran. Perawat perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat, termasuk kemampuannya dalam menjaga kesehatan, agar dapat dicontoh orang lain. d. Altruistik. Perawat merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara yang manusiawi. e. Rasa tanggung jawab etik dan moral. Setiap keputusan yang dibuat selalu mempehatikan prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan/kesejahteraan manusia. f. Tanggung jawab dan etik Ada dua dimensi tanggung jawab yang perlu diperhatikan, yaitu tanggung jawab dengan orang lain. Menurut Roger dalan Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) dalam melakukan helping relationship : 1. Kejujuran 2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif 3. Bersikap positif 4. Empati 5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Dengan memiliki karakteristik-karakteristik tersebut diatas, maka diharapkan perawat dapat menggunakan dirinya sebagai terapeutik (therapeutic use of self), sehingga secara kondisi helping relationship dapat tercapai. Selain itu, untuk mempertajam persepsi terhadap kebutuhan orang lain perlu dikembangkan kemampuan empati. Empati adalah suatu kemampuan untuk memasuki kehidupan orang lain agar dapat mempersepsikan pikiran dan perasaannya (Hamid, 1996). Melalui empati perawat dapat mengetahui lebih dalam kebutuhan klien akan intervensi keperawatan yang sesuai.

7.

SIKAP KOMUNIKASI THERAPEUTIK Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.

Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Sikap Komunikasi Terapeutik 1. Sikap kesejatian Menghindari membuka diri yg terlalu dini sampai dgn pasien menunjukkan kesiapan utk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada pasien 2. Sikap empati Bentuk sikap dgn cara menempatkan diri kita pada posisi klien dan klg. 3. Sikap hormat Bentuk sikap yg menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien. EX : senyum pada saat yg tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan yang lembut dgn seizin komunikan. 4. Sikap Konkret Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yg spesifik dan bukan abstrak pada saat kom dgn klien , EX : gambar, mainan, dll. 8.

PERBEDAAN HUBUNGAN SOSIAL DAN HUBUNGAN THERAPEUTIK

KOMUNIKASI SOSIAL Pengertian : pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak (Harold Koont) Tujuan : 1. Mampu memahami perilaku orla 2. Mengenali perilaku orla 3. Memahami perlunya memberi pujian 4. Memperoleh info ttg situasi/ sikap

KOMUNIKASI TERAPEUTIK Lihat def Tujuan : 1. Kesadaran diri 2. Klarifikasi nilai 3. Eksplorasi perasaan 4. Kemamp utk jd model peran 5. Motivasi altruistik 6. Rasat TJ e r t t

5. Untuk menentukan suatu k e s a n g g u p a

n 6. Untuk meneliti pola kesehatan

9.

KOMPONEN HUBUNGAN Saling membuka diri

HUB. SOSIAL Bervariasi

Fokus percakapan Topik yang tepat Hub pengiriman dg topik percakapan

Tidak dikenal oelh partisipan Sosial, bisnis, umum dan tidak pribadi Tidak terkait dan menggunakan pengertian

Orientasi waktu Pengungkapan perasaan

Masa lalu dan masa mendatang Ungkapan perasaan dihindari

HUB. THERAPEUTIK Klien membuka diri, perawat membuka diri dlm rangka menanggapi saja Dikenal oleh perawat dan klien Pribadi dan berhubungan dengan P-K Ada keterkaitan dan menggunakan pengetahuan yg berkaitan Sekarang Ungkapan perasaan disorong oleh perawat Sangat diakui

Pengakuan harkat individu Tidak diakui PRINSIP KOMUNIKASI THERAPEUTIK a. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan. b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devito yaitu keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan kesetaraan. c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien. e. Perawat harus menghargai keunikan klien. f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI SECARA UMUM: 1. Suatu proses simbolik. bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Gerak tubuh, ekspresi wajah(komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. 3. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi yg bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. 4. Berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan komunikasi yang tidak direncanakan, sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja. 5. Terjadi dalam konteks ruang dan waktu Proses komunikasi berlangsung kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. 6. Melibatkan prediksi peserta komunikasi 7. Bersifat sistemik Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. 8. Kemiripan latar belakang sosial budaya contoh ; komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. 9. Komunikasi Bersifat non sekuensial Proses komunikasi bersifat sikular dalam arti tidak berlangsung satu arah. 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. 11. Komunikasi bersifat irreversible

Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. 12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.       

KESIMPULAN PRINSIP KOMUNIKASI Relevan Kesederhanaan Definisi Struktur (pengorganisasian pesan) Pengulangan Perbandingan Penekanan

Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5.

Membangun jar. Komunikasi formal & informal antar manajer & staf Konsultasi isi komunikasi & minta feed back dari org kompeten Kom harus jelas, sederhana & tepat Minta feed back kepada penerima pesan Menjadi pendengar yang baik

Prinsip Komunikasi Perawat Profesional 1. 2. 3. 4.

Complete Acurate Rapid English

10. UNSUR/KOMPONEN KOMUNIKASI THERAPEUTIK Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998) : a. b. c. d. e.

Pengirim : yang menjadi asal dari pesan. Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima. Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan. Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan. Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.

11. FASE KOMUNIKASI THERAPEUTIK terbagi menjadi empat tahapan yaitu : tahap persiapan atau tahap pra interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Stuart,G.W.,1998, Mundakir,2006).

Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan petugas yang harus terselesaikan. a.

Fase preinteraksi Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas petugas pada fase ini yaitu :

1. 2.

3. 4.

b.

Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya; Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok; Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi; Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien. Fase orientasi

Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan petugas untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama petugas pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas petugas pada tahap ini antara lain : 1.

2.

3. 4.

Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya petugas harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien; Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan; Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka; Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi.

Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 ) Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.

6.

Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan Memperkenalkan diri petugas Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama petugas perlu melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada petugas. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan petugas bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya. c.

Fase kerja. Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini petugas bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Petugas dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan petugas antara lain mengeksplorasi, mendengarkan

dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005) d.

Fase terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Petugas dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat petugas mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Petugas dan klien bersama-sama meninjau kembali proses kepetugasan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, petugas menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan petugas, yang dibagi dua yaitu: 1. 2.

Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; Terminasi akhir, terjadi jika petugas telah menyelesaikan proses kepetugasan secara menyeluruh.

Tugas petugas pada fase ini yaitu : 1.

2. 3.

4.

Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005); Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu; Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses kepetugasan dalam 24 jam; Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

12. TEKNIK KOMUNIKASI THERAPEUTIK Wilson dan Kneisi (1992) juga Stuart dan Sondeen (1998) menyatakan beberapa teknik komunikasi, yaitu : 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan kepada perawat tentang perasaan, pikiran dan persepsi klien dengan klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah : pandang klien pada saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan yang tidak perlu, anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik, condong tubuh kearah lawan bicara.

2.

3.

Menunjukkan penerimaan. Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang menyatakan tidak percaya. Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan adalah : mendengarkan tanpa memutus pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, menggunakan isyarat non verbal yang cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan, dan ekspresi keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran klien. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya klien. Sebagai contoh : ” Tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasa paling dekat dengan anda?” Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan. Contoh : Klien : ” Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga” Perawat : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur......”. Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata. Teknik ini untuk menyamakan pengertian. Contoh : Perawat dapat mengatakan : ”apa yang anda maksudkan dengan.......”. Memfokuskan. Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah mengusahakan tidak memutus pembicaraan ketika klien membicarakan masalah yang penting. Contoh : ” Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi ” atau ” apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?”. Menyatakan hasil observasi. Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan pesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini seringkali membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya. Contoh : ”Anda tampak tegang ” atau ” anda tampak tidak tenang apabila anda...... Menawarkan informasi. Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika memberi informasi, karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Diam. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metoda ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan. Meringkas. Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya. Disamping itu, meringkas membantu perawat untuk mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan kepada interaksi berikutnya. Contoh : ” Selama lima belas menit ini anda dan saya telah membicarakan........” Memberikan Penghargaan. Penghargaan janganlah menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya, selain itu, teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang sebaliknya buruk contoh : ”ibu tampak cocok sekali menggunakan baju berwarna kuning ini”. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan. Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam interaksi ini, perawat dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan. Contoh : ”Adakah sesuatu yang anda bicarakan ?” atau ”apakah yang sedang anda pikirkan?”. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Contoh : ”....Teruskan....” atau dan kemudian....? atau ”coba ceritakan kepada saya tentang hal tersebut”. Menempatkan kejadian secara berurutan. Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya. Contoh : ”Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut ?” atau ”kapan kejadian tersebut terjadi ?”. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya.

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Sementara itu perawat harus waspada terhadap gejala ansietas yang mungkin muncul. Contoh : ”Coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan dioperasi”. 16. Refleksi. Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan dan memikirkan dirinya sendiri. Contoh : Klien : ”Apakah menurut anda saya harus mengatakannya kepada dokter ?” Perawat : ”Apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya ?”. 13. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI THERAPEUTIK Faktor-Faktor Yg mempengaruhi Komunikasi dengan klien 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. Usia Tumbuh kembang 5. Status kesehatan klien 6. Sistem sosial 7. Saluran 8. Lingkungan. Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter : & Perry 1993) 1. Perkembangan Pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berfikir. 2. Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap sesuatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya KOMUNIKASI 3. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat saat berinteraksi . 4. Latar belakang sosial Bahasa dan gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. 5. Emosi Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi dalam berkomunikasi 6. Jenis Kelamin Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. 7. Pengetahuan 8. Peran dan Hubungan Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. 9. Lingkungan Mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan. 10. Jarak Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman. 11. Citra diri Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan kekurangannya 12. Kondisi Fisik Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya, indra pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.

KETERAMPILAN DALAM BERBICARA AGAR BERKOMUNIKASI YANG BAIK, BENAR DAN EFEKTIF  PERCAYA DIRI  UCAPKAN KATA-KATA DENGAN JELAS DAN PERLAHAN-LAHAN  BICARA DENGAN WAJAR SEPERTI BIASANYA JANGAN TERKESAN SEBAGAI PENYAIR ATAU SEDANG DEKLAMASI. KAIDAH MENJADI PENDENGAR YANG BAIK :  HINDARI BICARA KETIKA MENDENGAR  JAGA PERASAAN SI PEMBICARA PADA SITUASI YANG NYAMAN  PERLIHATKAN MINAT ANDA UNTUK MENDENGARKAN  HILANGKAN SEGALA SESUATU YG MENGGANGGU  BERBUATLAH EMPATI THD PEMBICARA  BERSABARLAH  KONTROL EMOSI ANDA  KURANGILAH SANGGAHAN DAN KRITIK  AJUKAN PERTANYAAN-PERTANYAAN  KESIMPULAN, PENGULANGAN & PANTULAN

Related Documents

Materi
August 2019 84
Materi
December 2019 69
Materi
June 2020 39
Materi
June 2020 53
Materi Phbs.docx
October 2019 15
Materi Kbi.docx
June 2020 5

More Documents from "Tria Maya"