Materi Kep All

  • Uploaded by: mrtodi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Kep All as PDF for free.

More details

  • Words: 3,107
  • Pages: 59
KEP (Kurang Energi Protein)

Disusun oleh :

Kelompok 2 September 2009

1. Dyah Arini, S. Kep. NS 2. Adiyanti Handayadi , dr 3. Mujib Hannan, S.KM 4. Dya Sustrami, S.Kep. NS 5. Sri Sunariningsih Ika W, S.KM 6. Wahyu Herwati Cahyo, S.KM 7. Andrei Ramani, S.KM 8. Masithah, S.KM 9. Nanik Nuraini, S.KM 10. Maria Terok, S.Pd, SSiT

100941001 100941006 100941010 100941013 100941019 100941023 100941024 100941027 100941030 100941031

11. Aris Hartono, S.Kep. NS 12. Rahayu Sunu Utami, S.KM 13. Yulia Wardita, S.KM 14. Ansyiah Elly Yulianti, S.KM 15. Riris Diana R, S.KM 16. Chaerunnimah, S.KM 17. Muhammad Ratodi, S.T 18. Sukma Sahadewa, dr 19. Retno Sri Lestari, S.Pd 20. Irul Hidayati, S.KM 21. Nur Farida K, S.KM

100941032 100941039 100941041 100941042 100941045 100941048 100941046 100941049 100941051 100941053 100941055

Definisi KEP (Kurang Energi Protein) Pengertian: Suatu penyakit / kondisi klinis yang disebabkan oleh defisiensi energi dan protein, dan sering disertai defisiensi nutrien yang lain

Klafisikasi KEP

MENURUT WHO-NCHS KATEGORI BB/U KEP Ringan 70-80%

BB/TB 80-90%

KEP Sedang

60-70%

70-80%

KEP Berat

<60%

<70%

MENURUT GOMES KATEGORI (Derajat KEP) 0 = Normal 1 = Ringan 2 = Sedang 3 = Berat

BB/U (%) ≥ 90% 89 – 75 % 74 – 60 % < 60 %

MENURUT JELLIFFE KATEGORI KEP I KEP II KEP III KEP IV

BB/U (%) 90 – 80 80 – 70 70 – 60 < 60

MENURUT WATERLOW KATEGORI

0 1 2 3

SHUNTING WASTING (Tinggi Menurut (Berat Menurut Tinggi) Umur)

> 95% 95 – 90 % 89 – 85 % < 85 %

> 90 % 90 – 80 % 80 – 70 % < 70

MENURUT BENGOA KATEGORI

KEP I KEP II KEP III

BB/U

90 – 76 % 75 – 61 % Semua Penderita dengan edema

MENURUT LOKAKARYA ANTROPOMETRI KATEG BB/U ORI

TB/U

LLA/U

BB/TB

LLA/TB

Gizi Baik 100-80

100-95

100-85

100-90

100-85

Gizi kurang

<80-60 <95-85 <85-70 <90-70 <85-75

Gizi <60 buruk**

<85

<70

<70

<75

MENURUT DEPKES 1999 KATAGORI Gizi lebih Gizi baik Gizi sedang Gizi kurang Gizi buruk

CUT OF POINT*) >120% 80%-120% 70%-79.9% 60%-69,9% <605

MENURUT WELLCOME (BB) ≥ 60 % < 60 %

EDEMA TIDAK ADA GIZI KURANG MARASMUS

ADA KWASHIORKOR MARASMUSKWASHIORKOR

Penilaian KEP

PENILAIAN KEP

SECARA LANGSUNG

1. ANTROPOMETRI 2. BIOKIMIA 3. KLINIS 4. BIOFISIK 5. DIETETIK

SECARA TIDAK LANGSUNG

1. SURVEI KONSUMSI 2. STATISTIK VITAL 3. FAKTOR EKOLOGI

1. ANTROPOMETRIK GIZI

LINEAR • TB • L.DADA • L.KEPALA

Menunjukkan keadaan gizi (gizi kurang) akibat kekurangan energi dan protein yang diderita dimasa lampau

MASSA JARINGAN • BB • LILA • TEBAL LEMAK

Menunjukkan keadaan gizi (gizi kurang) akibat kekurangan energi dan protein yang diderita sekarang atau pada saat pengukuran

Con’t Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,otot dan jumlah air pada tubuh.

BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA/TB • LLA/U adalah indikator yang baik untuk menilai KEP berat • Lingkar Dada umur antara 6 bln- 5th rasio lingkar dada < 1 KEP pada balita

2. BIOKIMIA

Con’t pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.jaringan tubuh yang digunakan antara lain; terutama Hb, albumin, serum ferritin. Kadar prealbumin • marasmus : 12,4+/-1,0 µg/dl • marasmus-kwashiorkor : 3,3+/-0,2 µg/dl • kwasiorkor : 3,2+/- 0,4 µg/dl

Kadar serum protein dan albumin No

Senyawa&satuan

Umur(th)

Kurang

Margin

Cukup

1

Serum Albumin (gr/100ml)

<1

-

<2,5

2,5+

1-5

-

<3,0

3,0+

6-16

-

<3,5

3,5+

16+

<2,8

2,8-3,4

3,5+

Wanita hamil <3,0

3,0-3,4

3,5+

<1

-

<5,0

5,0+

1-5

-

<5,5

5,5+

6-16

-

<6,0

6,0+

16+

6,0

6,0-6,4

6,5+

Wanita hamil 5,5

5,5-5,9

6,0+

2

Serum protein (gr/100ml)

3. KLINIS a. Marasmus • anak tampak sangat kurus • wajah seperti orang tua. • cengeng dan rewel • kulit keriput jaringan lemak subkutis sedikit • sering disertai diare kronik/konstipasi, serta penyakit kronis. • tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang

b. Kwashiorkor • • •

oedema t.u pd kaki (dorsum pedis) wajah membulat dan sembab. otot mengecil, t.u pada posisi berdiri&duduk, anak berbaring terus menerus. • perubahan mental • anoreksia • pembesaran hati

Con’t

• Infeksi, anemia, dan diare • rambut berwarna kusam dan mudah dicabut • gangguan kulit berupa bercak merah meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis) • pandangan anak nampak sayu.

c. Marasmus-kwashiorkor •

gejala gabungan dari tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor.

4. BIOFISIK TES SITOLOGI (CYTOLOGICAL TEST) Tes ini digunakan untuk menilai KEP berat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel (stained epithelial smears). Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukkan bahwa perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini

5. DIETETIK Metode pengukuran dietetik meliputi 3 hal yaitu: 1.Tingkat nasional 2. Tingkat keluarga 3. Tingkat individu

Dalam menentukan KEP yang digunakan adalah metode pengukuran Individu: 1.Kuantitatif 24 hours recall method • repeated 24 hours recall method • estimated food record •Weighted food record •

2. Kualitatif • dietary history • Food frequency questionery

Distribusi KEP

DISTRIBUSI KEP •

Distribusi Per Kelompok Umur Usia rawan KEP  Balita, terutama yang berusia 12-23 bulan. hal tersebut disebabkan karena jumlah makanan yang dikonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu banyak bermain, dan keengganan terhadap beberapa makanan yang asing dan mulai lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka akan lebih sering kontak dengan orangorang di sekitarnya sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah.



Distribusi Per Kondisi Geografis Penderita KEP di pedesaan > penderita KEP di perkotaan hal tersebut di sebabkan kondisi geografis pedesaan yang terpencil, kurangnya sarana prasarana, tidak meratanya pendistribusian pangan, daerah tandus, Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan, minimnya tenaga kesehatan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat .



Distribusi Per Makanan Pokok Bila pola konsumsi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak akan mengganggu status gizi anak mereka. Dengan pola makanan yang tepat akan mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola makan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan pola belanja ibu, dimana ibu merupakan penentu kebijakan tentang kualitas dan kuantitas dari jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga



Distribusi Per Kondisi Ekonomi Golongan ekonomi rendah lebih rawan menderita KEP dibanding dengan golongan ekonomi tinggi. kondisi ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan pola makan serta kualitas dan kuantitas makanan seperti apa yang akan dibeli. Apabila tingkat pendapatan suatu keluarga itu rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli mereka, sehingga mereka tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif terutama untuk anak-anak mereka

Metabolisme KEP

Metabolisme Protein

Continoue

Lanjutan

USUS BESAR (KOLON) Asam Amino dialirkan ke Kapiler Darah

Asam Amino dialirkan ke Vena Portae

Asam Amino dialirkan ke HATI

Dalam tinja praktis tidak tersisa protein makanan. Bila dalam tinja ada protein, protein itu bukan berasal dari makanan melainkan dari cairan pencernaan, dari selsel epithel usus yang terlepas, dan sebagian besar dari mikroflora usus yang terbawa. Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam kolon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora usus menimbulkan proses pembusukan (putrefaction), dimana hasil pemecahan protein dan asam amino diantaranya gas H2S, indol, dan skatol yang berbau busuk.

Utilisasi Protein Langkah pertama dari penggunaan asam amino untuk sintesa zat-zat organic lain ialah melepaskan gugusan amino atau gugusan karboksil. Proses melepaskan gugusan amino dapat berlangsung melalui proses transaminasi atau deaminasi. Proses Transaminasi

Proses Deaminasi

gugusan amino dipindahkan dari asam amino asal ke asam keto (keto acid), sehingga terbentuk asam amino baru, yang berbeda dari asam amino asal. Ini terjadi bila diperlukan pembentukan asam amino non-essensial. Ini terjadi bila diperlukan pembentuk an asam amino nonessensial.

gugusan amino yang dilepaskan dari suatu asam amino asal, diproses lebih lanjut dalam suatu reaksi siklus

Enzim Transaminase

perlu tersedianya asam keto yang strukturnya sejenis dengan asam amino yang hendak dibentuk baru tersebut, dan ada asam amino yang gugusan aminonya dapat dipindahkan dengan proses transaminasi.

menghasilkan ikatan organic ureum (urea), yang kemudian dibuang melalui gijal di dalam air seni.

hasil transaminasi ialah suatu asam amino baru yang berbeda dari asam amino asal, tetapi diperlukan untuk sintesa protein tubuh.

Proses melepaskan gugusan amino dapat berlangsung melalui proses dekarboksilasi Reaksi dekarboksilasi adalah dilepaskannya gugus karboksil dari asam amino dan terjadilah ikatan organic dan terjadilah ikatan organic amino amino gugusan karboksil menghasilkan gas karbondioksida (CO2)

Gugusan CO2 dapat berupa gas yang kemudian diikat oleh hemoglobin

CO2 diproses mjd gugusan karbonat dan larut cairan darah

dibawa ke paru-paru utk dilepaskan didalam udara pernapasan,

Dibuang melalui ginjal ke dalam air seni

Setelah melepaskan gugusan amino, asam amino menjadi suatu asam keto (ketoacid) yang dapat mengalami proses metabolic lebih lanjut.

Jalur KBHa sam pyrufat

Jalur lemak gugusan Acethyl Co-A

Siklus KREBSS

Pool Asam Amino Asam amino dalam tubuh yang setiap saat siap dipergunakan sebagai cadangan gawat

Amino acid pool bbtk cadangan yang sewaktu-waktu dpt dimobilisasi oleh tubuh, padahal sebenarnya sedang memegang suatu fungsi tertentu di jaringan ---- sbg albumin dlm cairan darah, sbg sel otot skelet, sbg protein metabolic dalam cytoplasma

Bila diperlukan di dalam sintesa protein lain yg lebih penting, sedangkan makanan tidak cukup ---pool asam amino bisa melepaskan fungsinya dan dapat digunakan dalam sintesa protein baru

Otot-otot yg tdk begitu banyak diperlukan akan dikorbankan lebih dulu --- atrofi ---mengecil --- kekuatan otot menurun Tp tdk mengganggu fungsi tubuh keseluruhan krn otot tdk terlalu digunakan

Cadangan gawat berupa asam-asam amino di dalam darah maupun dalam jaringan (hati, otot) yang cukup labil dan mudah dimobilisasi untuk penggunaan yang lebih urgen dan yang lebih penting.

Bersifat tidak inert dan berperan aktif dalam fungsi fisiologis jaringan

Ada suatu keseimbangan dinamis antara asam amino dlm jaringan dan asam amino dlm pool --- selalu dapat dipertukarkan

Pool asam amino terbesar pd jaringan otot skelet Bila prot makanan tdk cukup dan diperlukan asam-asam amino untuk sintesa prot tubuh tdk dapat ditunda, mk sel otot tertentu dipecah dan asam aminonya masuk ked lm opool untuk digunakan

Metabolisme karbohidrat Pencernaan karbohidrat menghasilkan glukosa. Sebagian glukosa disimpan sebagai glikogen dan yang lain dibawa ke sel tubuh. Di dalam sel, glukosa mengalami glikolisis, yaitu dipecah menjadi piruvat dan asetil KoA untuk menghasilkan energi. Asetil KoA memasuki siklus krebs dan rantai transport elektron (RTE) untuk menghasilkan lebih banyak energi. Kelebihan karbohidrat dapat diubah menjadi lemak, yaitu melalui asam piruvat diubah menjadi gliserol dan asetil KoA menjadi asam lemak (Almatsier, 2004).

Metabolisme Lemak Lemak merupakan penghasil kalori yang terbesar. Pencernaan lemak dipengaruhi oleh enzim lipase. Setelah menjadi asam lemak dan gliserol, baru bisa diserap. Pencernaan lemak menghasilkan gliserol dan asam lemak. Sebagian dibentuk kembali di hati dan disimpan sebagai lemak di dalam jaringan adiposa. Sebagian asam lemak diubah menjadi asetil KoA, memasuki siklus krebs dan RTE untuk menghasilkan energi. Sebagian dari dari gliserol diubah menjadi asam piruvat yang dapat diubah menjadi glukosa atau asetil KoA untuk menghasilkan energi (Almatsier, 2004). Jaringan lemak merupakan cadangan energi bagi tubuh bila kadar glukosa darah menurun. Pada penderita KEP, jaringan lemak tidak ada karena kekurangan asupan energi yang terlalu lama, sehingga tubuh membongkar simpanan energi. Selain itu akan terjadi penumpukan lemak di hati karena trigliserida yang dibentuk di hati tidak bisa diangkut karena kekurangan protein albumin

Metabolisme Mineral Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh kontrol keseimbangan garam dan H2O. Kontrol keseimbangan tersebut di pegang oleh kadar mineral didalam tubuh. Tekanan dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler juga perlu dijaga untuk mencegah pergeseran osmotik H2O antara CES dan CIS. Pada penderita KEP, pasien dapat mengalami defisiensi mineral yang berfungsi dalam pengaturan keseimbangan ini. Turgor jelek juga dapat disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan cairan keluar dari CIS dan sel menciut

Faktor Internal terjadinya KEP, dampak & pencegahannya

Faktor Internal Penyebab Terjadinya KEP 1. Asupan Makanan Rendah Energi dan Protein Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Kebutuhan energi jika tidak diimbangi dengan asupan protein yang seimbang, maka bisa berdampak pada kurang energi protein (KEP). 2. Penyakit Infeksi Penyakit yang mengakibatkan infeksi dapat merusak beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan (protein) secara baik. seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik

3. Malabsorbsi karbohidrat, malabsorsi protein,Malabsorbsi lemak Sebagian besar karbohidrat yang dimakan terdiri dari disakarida dan polisakarida. Setelah masuk ke dalam usus disakarida diabsorbsi dan masuk kedalam mikrovili usus halus dan dipecah menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase (laktase, sukrase, dan maltase) yang ada di permukaan mikrovilli tersebut.

Dampak KEP 1. Sistem Alimentasi Bagian Atas Mukosa mulut, lidah, dan leher penderita KEP menjadi atrofis, papilla lidah sangat datar. Gusi sering-sering mengalami infeksi hingga tampak adanya ulserasi yang luas. 2. Saluran Pencernaan Malnutrisi dapat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Lapisan mukosa terlihat disepanjang edema. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaannya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. 3. Pankreas Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan mengganggu fungsi pancreas sebagai kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama-sama dengan intoleransi disakarida akan menimbulkan sindroma malabsorbsi yang selanjutnya berlanjut sebagai diare.

4. Hati Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama serta jenis zat yang berkurang. Glikogen pada penderita KKP cepat sekali terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati. 5. Ginjal Berdasarkan hasil penelitian dalam keadaan kondisi kelaparan (lebih dari 6 minggu) akan mengakibatkan poiuri dan nokturia. Gangguan kemampuan untuk pemekatan urine diperkirakan sebagai akibat dari penurunan jumlah urea dalam medula yang disertai dengan penyusutan medulary osmolar gradient. 6. Sistem hematologik Perubahan pada sistem hematologik meliputi anemia, leukopenia, trombositopenia, pembentukan akantosit serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan transformasi substansi dasar, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan kalori berlangsung.

7. Sistem kardiovaskuler Atrofi ringan otot jantung dapat ditemukan. Pemeriksaan radioogis jantung memperlihatkan gambaran jantung yang mengecil atau normal, walaupun pada penderita marasmus adakalanya membesar. 8. Sistem pernapasan Kematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan pneumonioa. Penyulit ini terutama disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot perut, sela iga, bahu dan diafragma. Akibatnya fungsi ventilasi terganggu, kemampuan untuk mengeluarkan dahak menjadi rusak sehingga eksudat menumpuk dalam bronkus. 9. Penyembuhan luka Gangguan penyembuhan luka baru akan timbul manakala berat badan menyusut lebih dari sepertiga berat badan menyusut lebih dari sepertiga berat badan normal karena kekuatan mekanis otot serta kulit perut berkurang. 10. Sistem endokrin Pada KEP-berat ditemukan perubahan produksi beberapa hormon kortisol,insulin,hormon pertumbuhan (human growth hormon); Thyroid Stimulating Hormon (TSH)

11. Perkembangan mental Winick dan Rosso (1975) berpendapat bahwa KEP yang diderita pada masa dini perkembangan otak akan mengurangi sintesis protein DNA, dengan akibat terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak itu normal. 12. Noma sebagai komplikasi Noma merupakan salah satu penyakit yang kadang-kadang menyertai KEP-berat terutama tipe kwashiorkor. Noma atau stomatitis gangrainosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progrsif sehingga dapat menembus pipi, bibir atau dagu, biasanya disertai nekrosis sebagian tulang rahang yang berdekatan dengan lokasi noma tersebut. Noma dapat terjadi bilamana daya tahan tubuh sedang menurun seperti pada KEP berat. 13. Dampak jangka panjang Mortalitas KEP-berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Pada penderita penyakit KEP- berat, tak jarang pula ditemukan tanda- tanda penyakit kekurangan gizi lain misalnya xeroftalmia, stomatitis angularis, dan lain-lain.

Pencegahan KEP 1. Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. 2. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. 3. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat, dengan rincian kebutuhan gizi sebagai berikut

Energi Umur (th)

Kecukupan energi pria (kkal/kg BB)

Kecukupan energi wanita(kkal/kg BB)

0-1 1-3 4-6 6-9 10-14 14-18

110-120 100 90 80-90 50-70 40-80

110-120 100 90 60-80 40-55 40

Umur (th)

Kecukupan protein (gr/kg BB)

0-1 1-3 4-6 6-9 10-18

2,5 2 1,8 1,5 1-1,5

Protein

Penanggulangan KEP 1. Pemberian Diet Zat gizi Energi

Stabilisasi (hari ke 1-2) 80-100 kkal/kg BB/hr

Protein 1-1,5 gr/kg BB/hr Cairan

Transisi (hari ke 3-7)

Rehabilitasi (mgg ke 2-6)

100-150

150-220

2-3 gr

3-4 gr

130 ml/kg BB/hr 150 ml/kg BB/hr 100 ml/kg BB/hr Bila ada oedema berat

150-200 ml

Jadwal Pemberian Makanan Anak Gizi Buruk Menurut Fase Stabilisasi

Waktu Pemberian Hari 1-2 Hari 3-7

Transisi

Hari 8-14

Rehabilitasi Minggu 2-6 BB <7 kg

BB > 7 kg

Jenis Makanan

Frekuensi

F-75/Modifikasi/Modisco ½ ASI F-75/Modifikasi/Modisco ½ ASI

12x Bebas 8x Bebas

F-100/Modifikasi/Modisco I/Modisco II ASI

6x Bebas

F-135/Modifikasi/Modisco III ASI Ditambah makanan lunak/makanan lembik Sari buah F-135/Modifikasi/Modisco III ASI Ditambah makanan lunak/makanan biasa Buah

3x Bebas 3x 1x 3x Bebas 3x 1-2x

2. Pemantauan dan Evaluasi Diet Timbang BB Hituing kenaikan BB dalam gr/kg BB/mg

Bila kenaikan BB < 50 gr/kg BB/mg

Bila kenaikan BB => 50 gr/kg BB/mg

Kurang Berhasil

Baik

Infeksi

Pemenuhan Zat gizi kurang

Masalah Psikologis

Teruskan pemberian makanan~jadwal

Asupan zat gizi kurang

Ada gangguan saluran pencernaan

Tindakan : Modifikasi diet~selera

Tindakan : Gunakan formula rendah laktosa

3. Penyuluhan Gizi • • • • • •

Gunakan leaflet yang berisi jumlah, jenis dan frekuensi/jadwal pemberian makanan Berikan contoh menu Promosikan ASi bagi anak kurang 2 tahun Perhatikan riwayat gizi Pertimbangkan sosial ekonomi Demonstrasikan praktek memasak makanan balita untuk ibu

4. Tindak lanjut • Merujuk ke PKM/RS • Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah • Merencanakan pemberdayaan keluarga

Faktor Eksternal terjadinya KEP, dampak & pencegahannya

KEP Makan Tidak Seimbang Tidak Cukup Persediaan Pangan

Penyakit Infeksi

Pola Asuh Anak Tidak Memadai

Sanitasi dan Air Bersih/ Yankes Dasar Tidak memadai

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Ketrampilan Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumberdaya masyarakat

Pengangguran, infeksi, kurang pangan dan kemiskinan Krisis Ekonomi, Politik dan Sosial

Dampak KEP • •

Kematian Anak Menurunnya Produktifitas Kerja

Pencegahan KEP •

Oleh Orang Tua – Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannnya – Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 24 bulan – Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun\Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan – Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya – Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan – Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

Pencegahan KEP •

Oleh Pemerintah – Menjamin ketersediaan pangan – Meningkatkan daya beli masyarakat – Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakatkesehatan.

Penanggulangan KEP • Upaya Langsung – pelayanan dasar gizi, – kesehatan – pendidikan. • Upaya tidak langsung – Jaminan ketahanan pangan (food security) – Memperluas kesempatan kerja daya beli meningkat – Membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah  meningkatkan pendapatan • Upaya Lain  pemantauan secara periodik

Terimakasih

Related Documents

Materi Kep All
June 2020 4
Kep Anak.docx
June 2020 21
Kep Jiwa.docx
April 2020 23
Materi
August 2019 84
Kep Jiwa.docx
April 2020 20

More Documents from "Ekka Nurfitrya Agustin"

Materi Kep All
June 2020 4