Materi Kelompok 1 (presntasi) Xxx.docx

  • Uploaded by: Wira Santana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Kelompok 1 (presntasi) Xxx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,922
  • Pages: 15
A. PENGERTIAN TEORI Menurut Hedriksen (1992), pengertian teori adalah suatu susunan hipotesis, konsep, dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka umum referensi untuk suatu bidang yang dipertanyakan. Selain itu, ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengenal teori yaitu: 1. Teori adalah suatu proporsi yang terdiri dan konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas. 2. Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas. 3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel yang saling berhubungan.

B. PENGERTIAN RISET/PENELITIAN Riset (research) didefinisikan oleh Sekaran (2003) sebagai suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya. Sedangkan Kinney, Jr. (1986) mendefinisikan riset sebagai pengembangan dan pengujian dari teori – teori baru tentang bagaimana dunia nyata bekerja atau penolakan dari teori – teori yang sudah ada. 1. Konsep Dasar Riset Sekaran (1992, 2003) lebih lanjut membedakan riset saintifik dengan riset-riset lainnya sebagai berikut ini. a) Berketujuan (purposiveness). riset saintifik mempunyai tujuan yang jelas. b) Kokoh (rigor), menunjukkan proses riset saintifik dilakukan dengan hati-hati (prudent) dengan tingkat keakurasian yang tinggi. Basis teori dan rancangan riset yang baik akan menambah kekokohan dari riset saintifik.

c) Ujibilitas (testability), menunjukkan bahwa riset saintifik dapat menguji

hipotesis-hipotesis

dengan

pengujian

statistik

menggunakan data yang dikumpulkan. d) Replikabilitas (replicability), yaitu riset saintifik dapat diulang dengan menggunakan data yang lain. e) Ketepatan

dan

keyakinan

(precision dan confidence),

menunjukkan bahwa tidak ada riset yang sempurna dan ketepatannya tergantung dari keyakinan periset yang diterima umum. Kesalahan pengukuran data dan bias yang lainnya dapat menyebabkan ketepatan riset menurun. f) Objektivitas (objectivity), menunjukkan bahwa riset saintifik memberikan hasil dan konklusi yang objektif tidak dipengaruhi oleh faktor subjektif peneliti. g) Generalisabilitas (generalizability), yaitu riset saintifik mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, objek dan situasi yang berbeda. h) Sederhana (parsimony), yaitu riset saintifik mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan risetnya.

C. PERBEDAAN RISET ILMIAH DAN NATURALIS Lawan dari penelitian pendekatan ilmiah (scientific method) adalah penelitian pendekatan alamiah atau naturalis (naturalistic

approach). Pendekatan

naturalis menolak bentuk terstruktur dari riset. Proses pembentukan struktur teori tidak dilakukan. Tujuan riset yang umum dilakukan adalah untuk menemukan teori yang baru. Periset pendekatan naturalis bebas berpikir terhadap teori apapun. Pendekatan naturalis juga tidak membutuhkan hipotesishipotesis secara eksplisit.

Menurut Abdel-Khalik dan Ajinkya (1979), penelitian menggunakan metoda naturalis ini sejalan dengan grounded theory yang dikembangkan oleh Glaser

dan Straus (1967). Teori membumi (grounded theory) percaya bahwa cara terbaik

untuk

menjelaskan

dan

membangun

teori

adalah

dengan

menemukannya dari data. Pendekatan ini menganggap bahwa teori grounded di datanya. Pendekatan saintifik menolak hal ini dari berargumentasi bahwa "facts do not speak for themselves" (Blalock, 1969). Pendekatan saintifik membutuhkan pengujian secara kuantitatif dan statistik.

Riset Ilmiah

Riset Naturalis

Menggunakan struktur teori

Tidak menggunakan struktur teori karena lebih bertujuan menemukan teori bukan memverifikasi teori, kecuali jika tujuan penelitiannya ingin membuktikan atau menemukan keterbatasan dari suatu teori.

Struktur teori digunakan untuk

Hipotesis jika ada sifatnya implisit tidak

membangun satu atau lebih

eksplisit

hipotesis-hipotesis Pendekatan ilmiah melakukan

Pendekatan naturalis menolak bentuk

setting artifisial misalnya dengan

terstruktur dari riset. Pendekatan naturalis

metoda eksperimen dengan

juga menolak pengaturan riset secara

memanipulasi beberapa

artifisial. Penelitian pendekatan naturalis lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi.

Pendekatan saintifik menolak

Sejalan dengan konsep grounded theory

bahwa teori membumi (grounded) yang dikembangkan oleh di Glaser dan datanya dan berargumentasi

Straus (1967) yang percaya bahwa cara

bahwa "facts do not speak for

terbaik

themselves" (Blalock, 1969).

membangun

untuk teori

menjelaskan adalah

dan dengan

menurunkannnya dari data. Pendekatan ini menganggap

bahwa

teori grounded di

datanya Pendekatan saintifik membu

Pengikut grounded theory termasuk yang

tuhkan pengujian secara

mengembangkan

kuanti tatif dan statistik

eksplorasi yang tidak menggunakan data

metoda. Penelitian

kuantitatif dan teknik statistik untuk menyimpulkan hasil yang diobservasi. Metoda naturalis dan metoda eksplorasi bersifat

kualitatif

menggunakan

data

kualitatif.

E. DEDUKTIF DAN INDUKTIF Penelitian menurut pendekatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis penelitian, yaitu : 1) Pendekatan Deduktif Penelitian

deduktif

adalah

pendekatan

secara

teoritik

untuk

mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Suatu hipotesis lahir dari sebuah teori, lalu hipotesis ini diuji dengan dengan melakukan beberapa observasi. Hasil dari observasi ini akan dapat memberikan konfirmasi tentang sebuah teori yang semula dipakai untuk menghasilkan hipotesis. Contoh : pada teori pemasaran dinyatakan bahwa "Konsumen yang puas akan loyal”. Berdasarkan teori tersebut seorang peneliti merumuskan hipotesis “Nasabah bank yang puas akan loyal”. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 120 nasabah untuk mengukur tingkat kepuasan dan tingat loyalitas. Berdasarkan data tentang tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas dari 120 nasabah yang diperoleh kemudian dianalisis dengan regresi diperoleh simpulan

bahwa “Kepuasan nasabah berpengaruh positif terhadap loyalitas”, simpulan yang diperoleh terjata sejalan dengan teori yang sudah ada, sehingga simpulan ini memperkuat teori tersebut. 2) Pendekatan Induktif Pendekatan induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali-kali akan membentuk sebuah pola tertentu. Dari pola tersebut akan lahir hipotesis sementara atau hipotesis tentatif. Hipotesis yang terbentuk berasal dari pola pengamatan yang dilakukan. Setelah dilakukan berulang-ulang, barulah diperoleh sebuah teori. Contoh : pengujian yang dilakukan pada jasa perbankan diperolah simpulan bahwa ”Kepuasan nasabah berpengaruh positif terhadap loyalitas”, sedangkan pengujian yang dilakukan jasa rumah sakit diperoleh simpulan bahwa ”Kepuasan pasien berpengaruh positif terhadap loyalitas”, sedangkan penelitian yang dilakukan gedung film diperoleh simpulan bahwa ”Kepuasan penonton berpengaruh positif terhadap loyalitas”. Berdasarkan beberapa pengujian tersebut dapat diperoleh pola hubungan bahwa semakin tinggi kepuasan maka semakin tinggi loyalitas, sehingga dapat diperoleh hipotesis tentatif ”Kepuasan berpengaruh positif terhadap loyalitas”. Jika semakin banyak pengamatan yang berhasil membuktikan hipotesis tentatif tersebut maka akan tercipta teori yang menyatakan bahwa ”Kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas”. F. JENIS – JENIS RISET Riset

atau

penelitian

merupakan

suatu

penyelidikan,

pemeriksaan,

pencermatan, percobaan yang membutuhkan ketelitian dengan menggunakan metode tertentu untuk memperoleh suatu hasil dengan tujuan tertentu. Kegiatan riset meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian data yang

dilakukan secara sistematis dan objektif yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah. Jenis – jenis riset dilihat dari berbagai dasar pembagian, yaitu : 1) Penelitian menurut tujuannya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: a) Penelitian Eksploratif Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu konsep atau pola, sehingga pada penelitian ini peneliti belum memiliki gambaran tentang suatu konsep, justru gambaran suatu konsep ini yang akan dicari melalui penelitian ini. Penelitian eksploratif membuka kemungkinan untuk dilakukan penelitian lanjutan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Contoh : Parasuraman et al., (1998) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui faktor –faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis faktor dapat dikelompokkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Setelah ditemukannya faktor – yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan praktik manajemen laba maka membuka penelitian

berikutnya

untuk

memverifikasi

dan

mengembangakan penelitian ini. b) Penelitian Pengembangan Penelitian

ini

yang

bertujuan

untuk

mengembangkan,

memperluas, hasil penelitian atau teori yang telah diperoleh dari penelitian sebelumnya. Contoh : berdasarkan penelitian sebelumnya yang merupakan eksploratif, penelitian berikutnya ingin mengembangkan penelitian tentang faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Pengembangan peneliti berikutnya dapat menambah variabel independen, atau variabel moderasi. c) Penelitian Verifikatif

Merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji kembali suatu teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga hasil penelitian ini dapat memperkuat atau justru menggugurkan teori atau hasil penelitian sebelumnya. Contoh : bedasarkan hasil penelitian diatas seorang peneliti (misal Ketut, 2017) ingin menguji kebenaran hasil penelitian (misal Nyoman, 2015) dengan model penelitian yang sama tetapi pada subjek penelitian yang berbeda. Perbedaan hasil penelitian sekarang dengan yang sebelumnya membuka peluang bagi peneliti berikutnya untuk menganalisis faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini. 2) Penelitian berdasarkan tingkat eksplansi atau tingkat penjelasannya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : a) Penelitian Deskriptif. Merupakan penelitian yang dilakukan untuk menganalisis satu atau lebih variabel tanpa membuat perbandingan atau tanpa menghubungkan antarvariabel yang satu dengan variabel yang lain. Contoh : penelitian untuk menganalisis penjualan setelah krisis moneter atau penelitian untuk menganalisis kinerja keuangan bank pemerintah. b) Penelitian

Komparatif.

Merupakan

penelitian

yang

membandingkan dari sampel yang satu dengan sampel yang lain baik sampel bebas maupun sampel yang berpasangan. Jika penelitian menghubungkan antarsampel yang bebas maka disebut penelitian komparatif sampel bebas, sedangkan jika penelitian membandingkan antarsampel yang berpasangan maka disebut penelitian komparatif sampel berpasangan. Contoh : penelitian komparatif sampel bebas ”penelitian untuk membandingkan kinerja keuangan bank pemerintah dengan kinerja keuangan swasta atau penelitian untuk membandingkan tingkat kepuasan pasien rumah sakit swasta dengan tingkat

kepuasan pasien rumah sakit pemerintah”, sedangkan penelitian komparatif

sampel

berpasangan

”penelitian

untuk

membandingkan antara penjualan sebelum krisis moneter dengan

penjualan

setelah

krisis

moneter

atau

untuk

membandingkan antara kinerja karyawan dilatih dengan karyawan sebelum dilatih”. c) Penelitian Asosiatif Merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Jika peneliti hanya bertujuan untuk menganalisis hubungan antarvariabel maka disebut penelitian korelasional sedangkan jika penelitian bertujuan untuk antaravariabel,

maka

disebut

menganalisis

penelitian

pengaruh

kausal.

Untuk

membangun hubungan dan pengaruh antaravariabel harus disasarkan pada landasan teoritis yang kuat. Contoh : penelitian asosiatif korelasional ”penelitian untuk menganalisis hubungan daya beli masyarakat terhadap volume penjualan pada saat krisis moneter”, sendangkan penelitian asosiatif kausal ”penelitian untuk menganalisis pengaruh jumlah nasabah terhadap kinerja keuangan pada bank”.

3) Penelitian dilihat dari kehadiran variabel yang diteliti dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : a) Penelitian Historis Penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi pada masa lampau dengan tujuan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peristiwa yang diteliti. Contoh : seorang peneliti melakukan penelitian dengan tujuan memahami peristiwa terjadinya perang Diponegoro.

b) Penelitian Eks Pos Fakto Penelitian dilakukan dengan meneliti peristiwa yang letah terjadi dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi. Contoh : seorang peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis penyebab tingginya perputaran tenaga kerja di perusahaan XYZ. Berdasarkan hasil analisis diperoleh informasi bahwa penyebab tingginya perputaran tenaga kerja disebabkan karena rendahnya kepuasan kerja karyawan. Langkah berikutknya adalah menganalisis mengapa kepuasan kerja karyawan rendah, berdasarkan hasil analisis rendahnya kepuasan kerja karyawan disebabkan karena rendahnya tingkat upah dan tingginya risiko kerja. c) Penelitian Eksperimen Penelitian ini dilakukan terhadap objek penelitian, serta melakukan kontrol terhadap variabel secara ketat. Penelitian eksperimen dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang, karena pada saat akan melaukan penelitian variabel yang diteliti belum ada dan baru muncul pada saat melakukan percobaan. Contoh : seorang peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian pupuk terhadap produksi tomat. Pada penelitian ini peneliti memberi perlakukan ynag berbeda, yaitu tanaman tomat yang dipupuk dan tanaman tomat yang tidak dipupuk. Variabel lain yang dapat ikut mempengaruhi produksi tomat dikendalikan secara ketat, seperti jenis tanah, varietas tanaman, pengairan penyinaran dan sebagainya.

G. ETIKA DALAM RISET 1) Pengertian Etika Riset Etika adalah norma atau standar perilaku yang menuntut pilihan moral mengenai perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain. Dalam ranah kegiatan penelitian, etika dijadikan ukuran kepatutan tentang boleh atau tidaknya, baik atau buruknya sebuah aspek-aspek tertentu dalam kegiatan penelitian. Hal ini diperlukan karena esensi dari penelitian adalah untuk mencari kebenaran dari sebuah gejala yang muncul. Untuk itu, dalam rangka melahirkan sebuah kebenaran yakni kebenaran empirik dan logis sebagai hasil penelitian yang sitematis dan logis pula. Tujuan dari etika dalam riset adalah sebagai piranti sekaligus rambu bagi peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian, sehingga tidak serorang pun dibahayakan atau menderita kerugian akibat aktivitas riset.

2) Perlakuan Etis atas Peserta Ketika etika dibahas dalam desain riset, perlindungan atas hak peserta harus diperhatikan. Bagaimanapun metode pengumpulan data yang digunakan, peserta memiliki hak untuk dilindungi, tujuannya adalah agar peserta tidak menderita bahaya fisik, ketidaknyamanan, kesakitan, rasa malu, atau kehilangan privasi. a) Manfaat. Setiap kali melakukan kontak langsung dengan peserta, periset harus menjelaskan manfaat riset secara jujur, dengan kata lain periset tidak diperbolehkan untuk melebihkan atau mengurangi informasi mengenai manfaat riset yang akan dilakukan.

Peserta

harus

memulai

dengan

perkenalan,

menyebutkan nama dan organisasi risetnya, dan uraian singkat mengenai tujuan dan manfaat risetnya. Hal ini akan memotivasi peserta untuk menjawab pertanyaan dengan benar dan jujur.

b) Tipuan. Tipuan terjadi ketika peserta hanya diberitahu sebagian dari manfaat penelitian atau eksperimen yang dilakukan. Sebagian orang percaya bahwa hal ini sama sekali tidak boleh terjadi. Namun, ada yang mengusulkan dua alasan untuk membenarkan adanya tipuan: (1) untuk mencegah terjadinya bias oleh peserta sebelum eksperimen dan (2) untuk melindungi kerahasiaan pihak ketiga. Tipuan tidak boleh digunakan dalam upaya

untuk

memperbaiki

nilai

respons.

Apabila

memungkinkan, eksperimen harus dirancang ulang untuk mengurangi adanya tipuan, sehingga kesejahteraan peserta dapat dilindungi secara memadai. c) Persetujuan berdasarkan Informasi. Mendapatkan persetujuan berdasarkan informasi dari peserta adalah proses pengungkapan sepenuhnya atas prosedur dari survey yang diusulkan atau desain riset lain sebelum meminta izin untuk melanjutkan studinya. Jika ada kemungkinan data dapat membahayakan peserta atau apabila periset hanya memberikan perlindungan kerahasiaan yang terbatas, formulir berisi rincian keterbatasan yang ditandatangani oleh peserta harus diperoleh. d) Penjelasan kepada Peserta. Setelah pengumpulan data dan riset selesai dilakukan, ada beberapa aktivitas yang harus dilakukan yaitu (1) periset memberitahukan kepada peserta setiap tipuan yang dilakukan,(2) uraian tentang hipotesis, sasaran/tujuan studi, (3)

penyampaian

hasil

pascastudi,

dan

(4)

perhatian

medis/psikologis lanjutan pascastudi. Jika periset tidak menipu peserta, periset tetap memberikan perhatian lanjutan kepada peserta. Untuk survei dan wawancara, peserta dapat diberi laporan ringkas mengenai temuan. Untuk eksperimen, semua peserta harus diberi penjelasan ringkas mencakup uraian mengenai hipotesis yang diuji dan tujuan studi.

e) Hak atas Privasi. Jaminan privasi penting untuk menjaga keabsahan riset dan juga untuk melindungi peserta. Begitu jaminan

atas

kerahasiaan

diberikan,

perlindungan

atas

kerahasiaan itu mutlak untuk diperlukan. Cara periset melindungi kerahasiaan peserta: (1) memperoleh dokumen kerahasiaan yang ditandatangani, (2) membatasi akses ke identifikasi peserta, (3) mengungkapkan informasi peserta hanya dengan persetujuan tertulis, (4) membatasi akses ke instrument data

dimana

peserta

dapat

teridentifikasi,

(5)

tidak

mengungkapkan sub bagian data. Hak atas privasi berarti orang mempunyai hak untuk menolak diwawancarai atau menolak menjawab pertanyaan apapun dalam wawancara. f)

Pengumpulan Data di Cyberspace. Kenyamanan berkomunikasi melalui komputer sudah membawa periset ke cyberspace dalam mencari data yang melimpah. Masalah utama etis tidaknya perolehan data dalam cyberspace adalah privasi dan persetujuan. Dalam banyak kejadian, peserta memberikan informasi pribadi yang diminta dalam prosedur pendaftaran, meski terkadang memberikannya dengan enggan. Namun, dalam kejadian lain pendaftaran adalah kewajiban hukum. Intinya adalah bahwa organisasi yang mengumpulkan informasi memperoleh manfaat besar yaitu potensi adanya pemahaman yang lebih baik dan keunggulan bersaing.

3) Etika dan Sponsor Ada beberapa etika yang harus diperhatikan ketika berurusan dengan klien atau sponsor. a) Kerahasiaan. Beberapa sponsor ingin menjalankan riset tanpa mengungkapkan jati diri mereka. Mereka memiliki hak atas kerahasiaan seperti kerahasiaan sponsor, kerahasiaan tujuan, dan

kerahasiaan temuan. Kerahasiaan sponsor memiliki arti bahwa perusahaan mempunyai hak untuk memisahkan diri dari perusahaan sponsor suatu proyek riset. Dalam hal ini, tanggung jawab periset adalah untuk menghormati keinginan sponsor dan merancang sebuah rencana yang melindungi identitas sponsor riset. Kerahasiaan tujuan adalah perlindungan terhadap tujuan riset dan rinciannya. Pengujian terhadap ide baru yang belum dipatenkan oleh sponsor riset agar tidak diketahui oleh pesaing lain merupakan alasan bagi periset untuk memperhatikan kerahasiaan tujuan ini. Kerahasiaan hasil temuan merupakan jenis kerahasiaan dimana sponsor menginginkan agar data dan temuan riset dirahasiakan, setidaknya hingga keputusan manajemen dibuat. b) Hak atas Riset yang Bermutu. Pertimbangan etika bagi periset dan sponsor adalah hak sponsor atas riset berkualitas yang mencakup: (1) memberikan desain riset yang tepat untuk pertanyaan riset, (2) memaksimumkan nilai sponsor untuk sumber daya yang dikeluarkan, (3) menyediakan teknik penanganan data dan pelaporan data yang sesuai untuk data yang dikumpulkan. c) Etika Sponsor. Terkadang ada permintaan dari sponsor agar periset melakukan tindakan yang tidak etis. Sponsor mungkin menawarkan imbalan kepada periset atau justru memberikan ancaman pemecatan apabila periset tidak melakukan tindakan tersebut. Apabila hal ini dituruti maka akan menjadi pelanggaran standar etika, yang pada akhirnya akan mempengaruhi reputasi profesional dari periset. Pihak sponsor juga tidak diperbolehkan untuk melakukan ancaman terhadap reputasi profesional periset. Tindakan yang kita lakukan untuk menolak permintaan sponsor adalah: (1) mendidik sponsor mengenai tujuan riset, (2)

menjelaskan peran periset dalam menemukan fakta versus peran sponsor

dalam

mengambil

keputusan,

(3)

menjelaskan

bagaimana penyimpangan kebenaran/pelanggaran kepercayaan peserta dapat menyebabkan masalah pada masa yang akan datang, dan (4) jika gagal dengan bujukan moral, putuskan hubungan dengan sponsor tersebut.

4) Periset dan Anggota Tim a) Keamanan. Periset bertanggung jawab untuk mendesain proyek agar

keamanan

semua

pewawancara,

penyurvei,

pelaku

eksperimen, atau pelaku observasi dilindungi. b) Perilaku Etis Asisten. Periset menuntut kepatuhan etis dari anggota tim (asisten) dalam melakukan riset. Perilaku yang tidak etis dari asisten merupakan tanggung jawab dari periset. c) Perlindungan Anonimitas. Setiap periset beserta asistennya melindungi kerahasiaan informasi sponsor dan anonimitas peserta.

5) Standar Profesional Ada berbagai standar etika untuk periset profesional. Satu sumber lengkap yang berisikan 51 kode etik resmi yang dikeluarkan oleh 45 asosiasi dalam bisnis, kesehatan, dan hukum. Kode yang efektif bersifat (1) regulatif (2) melindungi kepentingan umum dan kepentingan profesi yang dilayani oleh kode bersangkutan (3) spesifik untuk perilaku tertentu, dan (4) dapat dilaksanakan. Pemerintah federal, negara bagian dan local juga mempunyai undang-undang, kebijakan dana prosedur yang dapat digunakan untuk mengatur riset atas manusia. Pemerintah A.S memulai suatu proses yang meliputi semua riset yang mendapatkan dukungan federal. Dimulai pada tahun 1966, Insitutional Review Boards (IRBs) terlibat dalam penilaian risiko dan tinjauan analis atas manfaat

dari riset yang diusulkan. Derpartemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat (Department of Health and Human Services atau HHS) menerjemahkan peraturan federal pmenjadi kebijakan. Kebanyakan badan federal dan negara bagian mengikuti pedoman yang dikembangan oleh HHS ini.

6) Sumber Daya untuk Kesadaran akan Etika Ada optimism untuk meningkatkan kesadaran akan etika. Menurut Pusat Etika Bisnis di Bentley College, lebih sepertiga perusahaan Fortune 500 mempunyai petugas etika, suatu kenaikan yang besar. Hampir 90 persen sekolah bisnis mempunyai program etika, naik dari jumlah yang sedikit sekali beberapa tahun yang lalu.

Related Documents


More Documents from "Faisal Falah"