A.
Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak
Organ dalam tubuh kita yang mengatur langsung pikiran, emosi, dan motivasi kita. Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh. Otak berada di dalam tulang tengkorak dan dielubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan terluar yang dekat dengan tulang,durameter; lapisan tengah, orachoid; lapisan dalam yang melekat pada permukaan sumsum, piamete. Peradangan pada meninges dinamakan meningitis. Besar otak kita kira-kira sebanding dengan sebuah jeruk manis yang besar, benda manakjubkan seberat satu setengah kilogram ini sebagian besar terdiri atas air 78%, sedikit lemak 10%, dan sedikit protein 8%. Bagian terbesar, yang merupakan porsi terbesar dari otak kita 80% disebut otak besar (cerebrum). Otak besar ini terdiri atas miliaran sel dan terbagi menjadi dua bagian (hemisfer kanan dan kiri). Otak besar inilah yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi berpikir tingkatan tertinggi dan pengambilan keputusan. Otak manusia normal berwarna mendekati warna kulit putih manusia (flesh-colored) dan cukup lunak sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau roti, bagian terluar dari otak kita, cerebral cortex (bahasa Latin untuk ‘kulit kayu’ atau ‘kulit buah’) cukup berbeda, terlihat seperti lipatan-lipatan atau berkerut yang tebalnya kira-kira setebal kulit jeruk. Lapisan pelindung dari kumpulan sel ini, kaya akan sel-sel otak, yang ukurannya mencapai sekitar satu halaman koran yang dibentangkan. Fungsi pentingnya ditegaskan oleh fakta bahwa korteks merupakan tujuh puluh persen bagian yang membentuk bagian saraf: sel-sel saraf ayau neuronini dihubungkan oleh hampir sekitar satu juta miliar serat saraf. Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tidak terikat (tidak memiliki fungsi tertentu) dibandingkan spesies lainnya yang ada di muka bumi ini. Hal ini memebrikan fleksibelitas dan kapasitas yang luar biasa bagi otak manusia untuk pembelajaran. Otak besar manusia terbagi menjadi empat bagian utama yang disebut lobus (lobe), yaitu lobus depan (frontal), lobus tengah (parietal), lobus penglihatan (occipital), dan lobus pendengaran (temporalis). Lobus penglihatan (occipital) terletak sedikit di belakang bagian otak dan terutama bertanggung jawab pada penglihatan. Lobus depan (frontal) terletak di wilayah skitar kening dan punya andil terhadap tindakan-tindakan yang disengaja, seperti memberi penilaian, kreativitas, menyelesaikan masalah, dan merencanakan. Lobus tengah (parietal) terletak pada bagian atas dari otak. Tugasnya adalah memproses sesuatu yang berhubungan dengan sensori yang lebih tinggi dan fungsi-fungsi bahasa. Lobus pendengaran (temporal) terletak di bagian kiri dan kanan berada di bagian atas dan sekitar telingan. Bagian ini terutama bertanggung jawab terhadap pendengaranan, memori, pemaknaan, dan bahasa, meskipun ada beberapa fungsi yang saling tumpang tindih antara masing-masing lobus ini.
Bagian otak tengah atau inti dari otak (kadang-kadang dirujuk sebagai otak tengah atau sistim limbik) meliputi hipokampus, talamus, hipotalamus, danamigdala. Bagian ini adalah bagian yang menyumbang sekitar dua puluh persen dari seluruh volume otak, bertanggung jawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Otak tengah membantu mengontrol gerakan mata dan koordinasi. Di dalam otak tengah terdapat sistem pengaktif retikularis (RAS, reticular activating system; disebut juga ‘formasi retikularis’), sebuah serabut neuron yang esensial bagi pengaturan kesadaran (tidur, keterjagaan, bangun dari tidur dan bahkan perhatian pada sejumlah dan bagi fungsi-fungsi vital seperti detak jantung dan pernapasan). Sebenarnya, RAS juga meluas sampai otak belakang. Baik RAS maupun talamus esensial bagi kepemilikan kita terhadap kesadaran alam sadar atau kemampuan mengendalikan eksistensi kita. Batang otak menghubungkan otak depan dengan saraf tulang belakang. Struktur yang disebut pariaqueductal gray(PAG) terdapat di dalam batang otak ini. Wilayah ini tampaknya menjadi kunci bagi jenis-jenis perilaku adaptif. Suntikan sejumlah asam amino yang dapat membangkitkan halusinasi atau alternatifnya, stimulasi listrik ke area ini akan menghasilkan berbagai respons. Yang pertama adalah respons agresif dan konfrontasi. Yang kedua adalah respons penghindaran atu melarikan diri. Yang ketiga adalah reaksi defensif yang tinggi. Dan keempat adalah pengurangan reaksi seperti yang dialami setelah seseorang kalah bersaing, sebuah perasaan lemas dan tak berdaya. Para dokter menentukan batas kematian otak didasarkan pada fungsi-fungsi batang otak ini. Khususnya, seorang dokter harus menentukan apakah batang otak sudah begitu rusak sehingga beberapa refleks kepala (contohnya refleks pupil) tidak ada selama lebih dari dua belas jam. Atau otak menunjukkan tidak ada aktivitas listrik atau sirkulasi darah di dalamnya. Selain itu, ada bagian yang disebut rostral anterior cingulated cortex (RACC). Bila RACC bekerja, orang cenderung akan berpikir hal-hal indah yang mungkin akan terjadi di masa depan. Orang jadi bersemangat dan yakin bisa meraihnya. Sebaliknya, bila RACC tidak bekerja, orang lalu berpandangan buruk, tidak yakin, dan tidak punya harapan. Hal itu juga menyebabkan orang tidak memunyai semangat untuk melakukan berbagai hal bagi masa depannya ketika RACC-nya tidak bekerja dengan baik. Bagian dari otak yang kita kenal sebagai sisi dalam diri atau pemikiran sadar, tidak begitu jelas. Hal ini mungkin karena kesadaran kita tersebut terletak di seluruh bagian korteks, atau mungkin terletak di dekat formasi jala di bagian atas batang otak. Namun, ada beberapa ilmuwan yakin bahwa letak kesadaran itu adalah pada bagian kiri depan belahan otak atau orbitofrontalcortex. Korteks sensori (yang memonitor reseptor kulit) dan korteks motorik (yang dibutuhkan untuk bergerak) berbentuk semacam pita kecil yang terletak melintasi bagian tengah atas otak di bagian lobus tengah (parietal). Di bagian bawah belakang terdapat otak kecil (cerebellum), yang terutama bertanggung jawab atas beberapa aspek seperti keseimbangan, postur, gerak motorik, musik, dan kognisi. Penjelasan lebih lanjut mengenai struktur dan fungsi yang ada pada otak dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Struktur dan fungsi bagian otak manusia
Struktur-struktur utama
Fungsi dari struktur ini
Terlibat di dalam pencerahan dan pemrosesan Kulit otak (lapisan terluar hemisfer informasi indrawi, berpikir, proses kognitif otak) lainnya, dan perencanaan serta pengiriman informasi motoric Ganglia basali (kumpulan nukleon Krusial bagi fungsi sistem motorik dan jaringan saraf) Terlibat dalam pembelajaran, emosi dan Sistem-sistem limbik (hipokampus, motivasi (detailnya, hipokampus amigdala, dan septum) memengaruhi rasa marah dan agresi, dan septum memengaruhi rasa marah dan takut)
Talamus
Stasiun pemancar utama bagi informasi sendorik yang datang menuju otak; menyalurkan informasi ke wilayah kulit otak yang tepat melalui urat-urat saraf yang berangkat dari talamus ke wilayah-wilayah spesifik korteks; memadukan sejumlah nukleus yang menerima jenis-jenis spesifik informasi sensorikdan menyalurkannya ke wilayah kulit otak
Hipotalamus
Mengontrol sistem endokrin; mengontrol sistem saraf otonom seperti regulasi suhu tubuh internal, pengaturan indra pengecap dan rasa haus, dan fungsi-fungsi kunci lainnya; terlihat di dalam pengaturan perilaku yang terkait dengan kelangsungan hidup spesies (berkelahi, makan, melarika diri, dan kawin); terlibat di dalam emosi rasa senang, sakit, dan reaksi terhadap tekanan dan stress
Kolikuli superioris (atas)
Terlibat di dalam penglihatan (khususnya refleksi-refleksi visual)
Kolikuli inferioris (bawah)
Terlibat di dalam pendengaran
Penting untuk mengontrol kesadaran (terjaga dari Sistem pengaktifan retikularis (RAS; tidur), atensi, fungsi kardiorespiratoris, dan gerak juga meluas sampai otak belakang) tubuh
Materi abu-abu, nukleus merah, nigra Penting untuk mengontrol gerak tubuh substantia, wilayah ventralis
Serebelum
Esensial bagi keseimbangan. Koordinasi dan keharmonisan gerak otot
Terlibat di dalam kesadaran (tidur dan terjaga); Pons (sampai ke area yang mengandung menjembatani transmisi neuron dari satu bagian RAS) otak ke bagian lain; terlibat dengan urat-urat saraf di wajah
Medula oblongata
Berfungsi sebagai titik persimpangan tempat saraf mengarah silang dari satu sisi tubuh ke sisi otak sebaliknya (kontralateralis); terlibat di dalam fungsi-fungsi seperti kardiorespiratoris, pencernaan dan menelan
B. Fungsi Kebahasaan Otak Sudah dikemukakan bahwa kedua hemisfer otak mempunyai perananyang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal (cekat tangan kanan,right handed). Hemisfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa,dan korteksnya dinamakan korteks dewasa. Hemisfer dominan atau superior secara mofologis memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan atau inferior. Hemisfer dominan lebih berat,lebih besar,girusnya dan lebih panjang,juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya,hemisfer kanan untuk fungsi emosi,lagu isyarat,baik yang emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa,tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan,maka pembicaraan seseorang akan menjadi menonton,tak ada prosodi,tak ada lagu kalimat;tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Penentuan dan pembuktian daerah-daerah tertentu dalam otak dalam kaitannya dengan fungsi bicara-bahasa dan fungsi-fungsi lain pada awalnya dilakukan dengan penelitian terhadap orang-orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan yang
1. 2. 3.
4.
5.
mengenai kepala. Kemudian dilakukan juga dengan berbagai eksperimen terhadap orang sehat. Pada tahun 1848 Phineas Gage, seorang pekerja jalan kereta api di negara bagian vermount,Amerika Serikat,akibat ledakan bagian depan kepalanya tekena lemparan balok bantalan rel,dan mencederainya (fromkin dan Rodman,1974). Saat itu dikabarkan,gage yang terkena lemparab balok itu tidak akan sembuh. Namun sebulan kemudian ternyata dia sembuh dan dapat bekerja kembali dan tidak terdapat kerusakan pada indra penglihatan maupun ucapannya. Dia tetap berbicara dengan lancar berdasarkan peristiwa yang dialami Phineas Gage ini dapat disumpulkan bahwa daerah kemampuan berbahasa tidak terletak dibagian depan otak. Hal ini membantah pendapat Franz Josep Gall (1758-1828) yang mengatakan bahwa kemampuan memori verbal mempunyai pusat dibagian depan otak (kusumoputro,1981) Pada tahun 1861,seorang ahli bedah prancis, Paul Broca menemuan seorang pasian yang tidak dapat berbicara,hanya dapat mengucapkan “tan-tan”. Kemudian setelah pasian itu meninggal dan dibedah ditemukan kerusakan otak diderah frontal yang kemudian daerah itu disebut daerah Broca; sesuai dengan namanya sebagai penemu. Jadi, kerusakan pada daerah broca itu menyebabkan seseorang mendapatkan kesulitan dalam menghasilkan ujaran. Hasil penelitian tentang kerusakan otak oleh Broce dan Wernicke serta penelitian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Krashen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan itu. Kelima alasan itu adalah berikut ini : Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri dari pada hemisfer kanan. Ketika Hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang; tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada. Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik,ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telinga kanan itu karena hubungan antara telinga kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan telinga kiri dengan hemisfer kanan. Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan. Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup,hemisfer kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif sedikit dalam menghasilkan helombang alpha.
D. Teori Lateralisasi Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi,bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa. Pendapat ini dalam psikologi disebut “holisme” (Simanjuntak,1990). Namun demikian,dari bukti-bukti experimental yang dilakukan terhadap otak yang normal (bukan otak yang rusak seperti yang dilakukan broca dan wernicke),kebenaran teori lateralisasi itu bisa dipertimbangkan. Berikut dikemukakan beberapa eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu. a. Tes Menyimak Rangkap (Dichtic Listening) Tes ini pertama kali di perkenalkan oleh Broadbent (1954), lalu banyak dilakukan oleh Kimura (1963, 1964) dan Ling (1969). Tes ini didasarkan pada teori bahwa hemisfer kiri menguasai kerja anggota tubuh sebelah kanan dan hemisfer kanan menguasai kerja anggota tubuh sebelah kiri. Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata yang berbeda (misalnya boy and girl atau dog dan cat, atau apa saja) pada waktu yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan telinga kanan orang yang di tes dengan kenyaringan yang sama. Umpamanya pada telinga kiri orang yang di tes di perdengarkan kata girl dan pada telinga kanan di perdengarkan kata boy. Ternyata pada kata boy yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat di ulangi dengan baik dari pada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Tes yang dilakukan berulang-ulang terhadap orang-orang yang berbeda (baik anak-anak maupun dewasa) dan dengan pasangan kata-kata yang berbeda ternyata memberi hasil yang sama : kata yang diperdengarkan di telinga sebelah kanan dapat di ulang dengan baik sedangkan yang diperdengarkan pada telinga sebelah kiri tidak dapat. Hasil tes ini membuktikan bahwa telinga kanan (yang dilandasan oleh hemisfer kiri) lebih peka terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh hemisfer kanan). Dalam hal ini kira nya kata girl yang diperdengarkan pada telinga sebelah kiri. Untuk bisa “dipahami” dan “diresapi” perlu diseberangkan dulu dari hemisfer kanan ke hemisfer kiri. b. Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation of Brain) Dengan tes ini pusat bahsa pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui talamus lateral kiri (talamus = satu struktur jaringan jauh di dalam otak) sehingga menimbulkan anomia, dimana subjek yang diteliti tidak dapat menyebutkan nama benda yang ada di depannya, meskipun dia masih lancar bercakap-cakap. Stimulus Electris yang sama yang dilakukan terhadap hemisfer kanan melalui talamus lateral kanan tidak menyebabkan terjadinya anomia. Tes Stimulus Electris ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfer kiri untuk bahasa telah merupakan satu kenyataan yang tidak dapat di bantah. c. Tes Grafik kegiatan Electris (Electris-encephalo-Graphy)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Schafer (1967); dan yang pertama kali yang menggunakan adalah whitaker (1971). Namun, yang pertama kali melaporkan setelah merekam grafik eletris itu adalah Mc.Adam dan Witaker. Kedua mencatat bahwa kegiatan elektris itu terdapat pada hemisfer kiri dan lokasinya terdapat pada medan Broca, yang mereka sebut sebagai daerah frontal ineferior hemisfer kiri otak. Grafik kegiatan elektris seperti ini tidak terdapat hemisfer kanan. d. Tes Wada (Tes Amysal) Tes wada ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar Jepang bernama J.Wada (1959). Dalam tes ini obat sodium amysal di injeksikan kedalam sistem peredaran salah belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini menjadi lumpuh untuk sementara. Jika hemisfer kanan yang dilumpuhkan sodium amysal ini, maka anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama sekali, namun fungsi bahasa tidak terganggu sama sekali, dan orang yang diteliti ini dapat bercakapcakap dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer kiri yang diberi sodium amysal, maka anggota badan sebelah kanan menjadi lumpuh, termasuk fungsi bahasa. Jika, hasil tes ini membuktikan bahwa pusat bahasa berada pada hemisfer kiri. e. Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiologi Technique) Teknik ini dilakukan oleh Chon (1971) untuk memperkuat hasil yang dilakukan dengan teknik psikopisologi, yaitu teknik menyimak rangkap seperti yang di terangkan pada bagian (a).pada tes menyimak rangkap menyangkut juga faktor psikologi karena subjek orang yang di tes ditanyakan oleh orang yang mengetes apa yang dia dengar. Teknik psiologi langsung ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara seperti yang di jelaskan pada (c) diatas, setelah ke telinga kiri dan di telinga kanan secara berturut-turut di perdengarkan dengan bunyi bising dan bunyi ujaran biasa. Ternyata suara bising terekam dengan baik hemisfer kanan sedangkan bunyi ujaran bahasa terekam dengan baik pada hemisfer kiri. f. Teknik Belah Dua Otak Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja di pisahkan dengan memotong orgn yang menghubungkan kedua hemisfer kiri dan kanan, sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan (Gazzaniga, 1970 dalam Simanjuntak 1990). Kemudian pada tangan kiri pasien orang yang di teliti yang mata nya ditutup dengan kain diletakkan sebuah benda misalnya anak kunci ternyata subjek orang yang diteliti itu mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan menggunakan anak kunci itu, tetapi ia tidak dapat menyebutkan nama benda itu. Mengapa? Karena penyebutan nama benda di landasi oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang memegang benda itu dilandasi dengan hemisfer kanan. Dengan kata lain, hemisfer kiri tidak
mengetahui apa yang di kerjakan oleh hemisfer kanan karena hubungan keduanya telah diputuskan. Jadi dengan memutuskan korpus kalosum itu, pasien tidak lagi mempunyai satu akal melainkan mempunyai dua akal (Gazzaniga, 1973 dalam Simanjuntak, 1990).