Materi Epidemiologi.docx

  • Uploaded by: devibau
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Epidemiologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,066
  • Pages: 4
KETERPAPARAN DAN KERENTANAN A.

Keterpaparan Pengertian Pajanan atau keterpaparan Pajanan merupakan konsep yang penting dalam epidemiologi, karena pajanan itu sendiri adalah syarat bagi determinan penyakit untuk bisa menyebabkan penyakit atau memulai terjadinya infeksi. Pengetahuan tentang pajanan adalah suatu faktor sebagai kausa penyakit berguna untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari atau mengubah kausa. Pemajanan merupakan kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya, sehingga dapat dikatakan bahwa pemajanan sama dengan keterpaparan. Dalam mempelajari angka kejadian dengan menggunakan pendekatan epidemiologi dikenal istilah pemajanan atau disebut juga keterpaparan. Pemajanan atau yang biasa disebut keterpaparan adalah suatu keadaan ketika pejamu atau host berada pada pengaruh ataupun berinteraksi dengan unsur penyebab, baik penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit. Penyebab primer pemajanan meliputi unsur penyebab biologis, unsur penyebab nutrisi, unsur penyebab kimiawi, dan unsur penyebab fisika serta unsur penyebab psikis. Sedangkan penyebab sekunder pemajanan terdiri atas unsur pembantu atau penambah lain dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya suatu penyakit. Dengan demikian untuk menilai tingkat pemajanan atau keterpaparan harus selalu dihubungkan degan sumber dan sifat unsur penyebab, keadaan pejamu yang mengalami pemajanan atau keterpaparan tersebut serta cara berlangsungnya proses pemajanan atau keterpaparan. Pengukuran pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi atau dengan cara melihat ada tidaknya pajanan dan penyakit dapat digunakan dalam penelitian epidemiologi yang mempelajari tentang hubungan antara pajanan dengan terjadinya penyakit. Pajanan dapat berasal dari luar diri subjek yang dipelajari seperti kebisingan lingkungan, zat toksik dalam makanan dan sebagainya, perilaku subjek misalnya merokok, penggunaan sabuk pengaman saat berkendara, dan faktor internal pada subjek misalnya usia, dan jenis kelamin. Contoh: Misalkan akan dipelajari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan kejadian diare dalam satu bulan terakhir pada 100 orang penduduk desa. Disini kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan pajanan, sedangkan penyakitnya adalah kejadian diare. Dengan memperhatikan tabel 2 di atas maka jelas bagi kita bahwa seseorang dapat menjadi sakit, maka orang tersebut harus mengalami keterpaparan terhadap unsur penyebab tertentu yaitu primer maupun sekunder, dan di lain pihak orang tersebut sekaligus harus berada pada tingkat kerentanan tertentu. Kedua faktor pemajanan atau keterpaparan dan kerentanan sangat di pengaruhi pula oleh berbagai unsur, terutama unsur lingkungan dan unsur pejamu. Oleh karena itu, dalam epidemiologi terapan,

keadaan ini harus benar-benar disadari, terutama tingkat kuantitas maupun kualitas atau derajat serta sifat dan bentuk dari unsur yang menimbulkan keterpaparan atau pemajanan. Adapun faktor yang berhubungan erat dengan unsur penyebab primer maupun sekunder antara lain: Lingkungan tempat unsur penyebab berada atau lingkungan tempat pejamu dan penyebab berinteraksi Sifat dan jenis unsur penyebab tersebut Unsur penjamu sebagai sifat individu yang bervariasi dalam hubungannya dengan unsur penyebab serta hubungannya dengan sifat maupun bentuk keterpaparan atau pemajanan seperti sifat patologis karakteristik dari pejamu terhadap penyebab serta sifat intimasi (erat tidaknya) kontak antara pejamu dengan penyebab. Adapun keterpaparan yang berhubungan erat dengan unsur pejamu antara lain sifat karakteristik pejamu secara perorangan atau individu dan sifat karakteristik kelompok sosial tertentu. Sedangkan sifat kekebalan tiap pejamu secara perorangan dalam masyarakat, akan sekaligus memenuhi kedua sifat tersebut karena tingkat kekebalan perorangan yang membentuk suatu kelompok masyarakat tertentu akan menentukan tingkat kekebalan masyarakat tersebut. Faktor lain yang berhubungan erat dengan derajat pemajanan antara lain: Sifat pemajanan, yaitu indentifikasi tentang intensitas terjadinya proses pemajanan, apakah hanya sekali, beberapa kali atau berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sifat lingkungan, merupakan tempat terjadinya proses pemajanan, apakah keadaan lingkungan lebih menguntungkan pejamu atau sebaliknya. Tempat dan keadaan konsentrasi dari unsur penyebab. Faktor tempat sangat berhubungan erat dengan lingkungan, sedangkan konsentrasi sangat mempengaruhi derajat pemajanan pejamu. Faktor tempat sangat erat hubungannya dengan lingkungan terjadinya unsur penyebab berinteraksi atau mempengaruhi pejamu, sedangkan konsentrasi dari unsur penyebab akan sangat mempengaruhi derajat keterpaparan atau pemajanan dari pejamu.

Jalur pemajanan mencakup semua elemen yang menghubungkan sumber pencemaran dengan penduduk yang terpajan. Jalur pemajanan terdiri dari 5 elemen antara lain. Sumber pencemar adalah asal tempat pencemar terjadi seperti pabrik yang membuang limbah ke lingkungan dan media lingkungan seperti timbunan sampah.

Media lingkungan dan mekanisme penyebaran adalah lingkungan dimana pencemar dilepaskan, seperti air, tanah, dan udara serta biota yang kemudian disebarkan dengan mekanisme penyebaran tertentu ketitik-titik pemajanan. Titik pemajanan adalah suatu area potensial tempat terjadi kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar, seperti sumur atau lapangan bermain. Cara pemajanan adalah bagaimana cara pencemar masuk atau kontak dengan tubuh manusia, seperti tertelan, melalui pernapasan dan kontak kulit. Penduduk berisiko adalah orang-orang yang terpajan atau berpotensi terpajan oleh pencemar pada titik-titik pemajanan.

B.

Kerentanan Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;

Kerentanan merupakan suatu keadaan dimana seluruh aktivitas yang ada dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang ada dalam lingkungan tersebut. Karakteristik dari suatu keadaan tersebut biasanya meliputi: 1. Karakteristik biologis 2. Karakteristik geografis 3. Karakteristik sosial 4. Karakteristik ekonomi 5. Karakteristik politik 6. Karakteristik budaya 7. Karakteristik teknologi Sehingga dapat dikatakan bahwa kerentanan merupakan suatu keadaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor atau larakteristik yang dimiliki dalam lingkungn tersebut dengan jangka watu yang telah ditetapkan. Tujuan dari jangka waktu yang telah ditetapkan tadi adalah untuk mengurangi segala resiko serta mencegah, mencapai suatu kesiapsiagaan dan menanggapi segala bahaya yang akan datang. Sebab bahaya yang akan datang dan mengancam tanpa adanya suatu rencana. Pada dasarnya kerentanan juga mencakup lebih seringnya terkena dampak dari bahaya yang dihasilkan. Misalnya saja penduduk yang tergolong miskin dan tinggal di daerah gempa bumi akan lebih sering mengalami kerentanan. Dari hal tersebut juga disebabkan oleh berbagai faktor yaitu slah satunya tentu saja kondisi perekonomian mereka. Mereka yang tergolong memiliki perekonomian renndah, tidak akan mampu membangun bangunan sebagai tempat tinggal yang kokoh dan dapat dikatakan aman dari gempa bumi. Kontruksi yang rendah terhadap bangunan rumah tersebut akan menimbulkan berbagai masalah kedua ketika terjadinya gempa bumi.

Pada dasarnya kerentanan memiliki berbagai jenis yang dapat diketahui sebagai sikap antisipasi terhadap gempa atau bencana lainnya.

Adapun jenis-jenis kerentanan meliputi: 1. Kerentanan fisik 2. Kerentanan sosial 3. Kerentanan mental Dalam menghadapi suatu kerentanan bencana, tentu saja akan melahirkan suatu resiko yang harus dihadapi dan melakukan tindak lanjut yang tepat untuk menanggapi resiko tersebut. Tindak lanjut tersebut tentu saja bertujuan untuk mengurangi kerentanan yang ada, yang diakibatkan dari resiko yang ada. Dalam melakukan tindak lanjut, tentu saja dibutuhkan suatu upaya atau kegiatan yang mampu mengurangi resiko bencana. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana meliputi: 1. Relokasi penduduk 2. Pelatihan kesiapsiagaan 3. Pengkondisian bangunan rumah 4. Penyebaran kearifan lokal

Related Documents

Materi
August 2019 84
Materi
December 2019 69
Materi
June 2020 39
Materi
June 2020 53
Materi Phbs.docx
October 2019 15
Materi Kbi.docx
June 2020 5

More Documents from "Tria Maya"