Materi Buat Sae Hiv.docx

  • Uploaded by: Muhammad Cholid Alfahrozi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Buat Sae Hiv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 694
  • Pages: 4
1

1.1 Patogenesis Cara penularan virus HIV-AIDS pada wanita hamil dapat melalui hubungan seksual. Virus ini hanya dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, semen, dan sekret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Bilamana virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase. DNA provirus tersebut diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus (Hartati et al., 2009). Penularan secara vertikal dapat terjadi setiap waktu selama kehamilan atau pada periode intrapartum atau postpartum. HIV ditemukan pada jaringan fetal yang berusia 12 dan 24 minggu dan terinfeksi intrauterin sejumlah 30-50% yang penularan secara vertikal terjadi sebelum persalinan, serta 65% penularan terjadi saat intrapartum. Pembukaan serviks, vagina, sekresi serviks, dan darah ibu meningkatkan resiko penularan selama persalinan (Verney’s, 1999 dalam Hartati et al., 2009). Lingkungan biologis dan adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks, dan SST (Serum Test for Syphilis) yang positif meningkatkan prevalensi infeksi HIV karena adanya luka-luka merupakan tempat masuknya virus HIV. Sel-sel limfosit T4/CD4 yang mempunyai reseptor untuk menangkap HIV akan aktif mencari luka-luka tersebut dan selanjutnya memasukkan HIV tersebut kedalam peredaran darah (Depkes RI, 1997 dalam Hartati et al., 2009). Perubahan anatomi dan fisiologi maternal berdampak pula pada perubahan uterus, serviks dan vagina dimana terjadi hipertropi sel otot oleh karena meningkatnya elastisitas dan penumpukan jaringan fibrous yang menghasilkan vaskularisasi, kongesti, udem pada trimester pertama, keadaan ini mempermudah erosi maupun lecet pada saat hubungan seksual. Keadaan ini juga merupakan media untuk masuknya virus HIV (Verney’s, 1999 dalam Hartati et al., 2009).

2

Penularan HIV yang paling sering terjadi antara pasangan yang salah satunya sudah terinfeksi HIV mendekati 20% setelah melakukan hubungan seksual dengan tidak menggunakan kondom pada pasangan yang memiliki lesi pada organ vital yang disebabkan oleh infeksi sifilis atau herpes simpleks, yang dapat meningkatkan transfer virus melalui lesi sehingga terjadi kerusakan membran mukosa dan merangsang limfosit CD4 untuk bergabung dengan jaringan yang mengalami inflamasi (Verney’s, 1999 dalam Hartati et al., 2009). 2.4.1 Pengaruh Kehamilan pada Perjalanan Penyakit HIV Pada kehamilan normal terjadi penurunan jumlah CD4 pada awal kehamilan untuk mempertahankan janin. Pada wanita yang tidak menderita HIV presentase CD4 akan meningkat kembali mulai trimester ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan sedangkan pada OHDHA penurunan tetap terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Kehamilan ternyata hanya sedikit meningkatkan kadar virus (viral load) HIV. Kehamilan juga tidak mempercepat progresivitas penyakit menjadi AIDS (Nasronudin, 2014). 2.4.2 Pengaruh Infeksi HIV pada Kehamilan Penelitian di Negara maju sebelum era antiretrovirus menunjukan bahwa, HIV tidak menyebabkan peningkatan prematuritas, berat badan lahir rendah, atau ganggguan pertumbuhan intrauterine. Dilain pihak, di Negara

berkembang

infeksi

HIV

meningkatkan

kejadian

aborsi,

prematuritas, gangguan pertumbuhan intrauterine, terutama pada stadium lanjut. Hal ini dikarena konsidi fisik ibu yang lebih buruk dan kemungkinan penularan perinatal yang lebih tinggi (Nasronudin, 2014). 2.4.3 Transmisi Vertikal HIV Tanpa intervensi, resiko penularan HIV dari ibu ke janin yang dilaporkan berkisar antara 15-40%. Penularan dapat terjadi pada saat

3

kehamilan, intrapartum dan postpartum. Sebagian besar penularan trejadi intrapartum (Nasronudin, 2014). Mekanisme transmisi pada kehamilan masih belum jelas, diduga melalui plasenta. Pemeriksaan patologi menemukan HIV dalam plasenta pada ibu yang terinfeksi HIV. Sel limfosit atau monosit ibu ynag terinfeksi HIV atau virus HIV itu sendiri dapat mencapai janin secara langsung melalui lapisan sinsitiotrofoblas, atau tidak langsung melalui trofoblas dan menginfeksi sel magkrofag plasenta (sel Hofbauer) yang mempunyai reseptor CD4. Menurut Pediatric Virology Committee Of The AIDS Clinical Trials Grub (PACTG), transmisi dikatakan in utero/infeksi awal jika tes virologi positif dalam 48 jam setelah kelahiran dan tes berikutnya juga positif (Nasronudin, 2014). Pada transmisi intrapartum, infeksi didiagnosis jika pemeriksaan virologis negatif dalam 48 jam pertama setelah kelahiran, dan tes 1 minggu berikutnya menjadi positif dan bayi tidak menyusui. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang mengandung HIV melaui paparan trakeobronkial atau tertelan pada janin (Nasronudin, 2014). Infeksi post partum berhubungan dengan laktasi. Partikel virus dapat ditemukan pada komponen sel dan nonsel air susu ibu. Konsentrasi virus tertinggi dalam kolostrum. Kadar HIV tertinggi dalam ASI terjadi mulai minggu pertama sampai tiga bulan setelah persalinan. HIV dalam kosentrasi rendah masih dapat dideteksi pada ASI sampai sembilan bulan setelah persalinan (Nasronudin, 2014).

4

Related Documents

Materi Buat Sae Hiv.docx
November 2019 7
Sae - Cipe.pdf
May 2020 5
Minicurso - Sae
June 2020 13
Sae - Rules.pdf
April 2020 10
Adr@sae
November 2019 36

More Documents from "api-3810976"