7. Konsep Pengembangan Teknologi Setelah manusia diciptaan Allah tidaklah dibiarkan dalam kebodohan sehingga mahluk ini mengembara diatas bumi dengan tidak berdaya. Tapi Tuhan Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa akal dan pengertian, diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu menyelidiki dan menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit demi memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta karakteristikkarakteristiknya dari benda-benda (segala sesuatu). Yang demikian itu adalah jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat mahal bagi manusia, seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam QS.17 (al-Isra’) : 70 :
Artinya : Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan Ketika Al-Qur’an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT. Dalam QS. 13 (al-Ra’du) : 2 Allah berfirman :
Artinya : Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar, hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu menyakini pertemuan(mu) dengan Rabb-mu
Kata sakhhara, artinya memberi kemudahan atau dapat memberi keuntungan. Sakhhara mempunyai dua arti. Pertama;
seseuatu yang dapat
diambil manfaatnya dibawah kantrol yang sempurna dari manusia dan dapat digunakan dalam beberapa cara menurut kehendak-Nya. Kedua, berarti susuatu itu tetap teratur dan sitem reguler hukum-hukumnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Malah mahluk langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia, agar tunduk kepada manusia. Alam dengan hukum-hukumnya yang teratur dapat dimanfaatkan manusia. Dengan kemapuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang keudara seperti burung, manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Malah dengan teknologinya manusia dapat membuat terowongan untuk jalan kereta api atau mobil. Dan dengan teknologinya pula manusia dapat membuat terowongan di bawah dasar laut. Manusia mulai berpikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai kekuatan dan kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik. Siapakah sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan manusia untuk menguasai benda-benda material dan memanfaatkannya demi
mencukupi kebutuhannya sendiri? Ini semua untuk memberikan keuntungan, dari Allah, bahwa manusia diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi. Ingatlah iqra’ bismirabikalladzi khalaq (bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk, bukan kepada alam dan segala yang diciptakan. Allama bil-qalam (yang mengajar dalam qalam). Sampai arti qalam di abad modern ini, seperti mesin tik. Komputer, mesin-mesin percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini yang mengagumkan adalah hand phone dengan aneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam adalh alat tulis dan alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat.
8. Arah Pengembangan Teknologi Nabi bersabda: “sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat (HR.Bukhari Muslim). Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu kehendak atau sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah SWT. Tuhan dalam QS. 98 (al-Bayinah) : 5 berfirman :
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu dengan basmalah (dengan nama Allah), karena dalam islam segala amal perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan menurut ridha Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah
baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat. Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini al-Qur’an memberikan arahan, jika seorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan ditambah pahalanya, tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan diberikan disini, hanya di akhirat nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi kehidupan manusia yang dipermudah Berpijak kepada dasar dan motif dalam pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah, sehingga dapat dicapai kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat kelak.
9. Ilmu Dan Teknologi Ketika Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, malaikat protes. Tapi kata Tuhan, ia lebih tahu dari para mereka. Adam di ajari segala nama-nama, dan ketika Adam diperhadapkan dengan para malaikat, malaikat ditanyai tentang nama-nama benda itu. Malaikat tak bisa menjawab, dan hanya mengatakan : “subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana”. (Maha Suci Engkau Ya Tuhan, kami tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami). Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya. Adanya potensi itu, dan terjadinya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya mengembangkan terhadap perintah dan hukumhukum Tuhan, menjadikan ilmuan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-
hukum alam. Karenanya, semua mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Allah. Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi. Al-Qur’an memuji sekelompok manusia yang dinamainya albab. Ciri mereka antar lain disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 190-191 :
Artinya : 190. Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini siasia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka
Dalam ayat tesebut tergambar ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir, kemudian keduanya menghasilkan natijah (hasil), seperti disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 195 :
Artinya : Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lai]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah[4]. Di sisi Allah ada pahala yang baik
Lebuh jauh dapat ditambahkan bahwa khalqu as-samaawaat wal ardl di samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna memikirkan tentang sistem tata kerja alam semesta. Karena kata khalaq selain berarti penciptaan, juga berarti pengaturan dan pengukuran yang cermat. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan al-Qur’an. Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik (dengan nama Tuhanmu). AlQur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuara
kepada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak mungkin dibutuhkan, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan di alam raya melalui keahlian di bidang teknik. Dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini. Kalau alat atau mesin sebagai gambaran konkrit teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat menjadi perpanjangan tangan. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadin mesin,. Kereta api, mesin giling, dan sebagainya, semua berkembang, khusus ketika mesin tidak lagi menggunaka sumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, air, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat tidak lagi menjadi budak, tetapi telah menjadi kawan manusia. Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Mesinmesin tersebut melalui daya akal manusia, digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin kompleks, serta tidak bisa dikendalikan oleh seseorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti di lakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini telah lahir teknologi khusus di bidang rekayasa genetik yang dikhawatirkan dapat menjadikan majikan sebagai budak,. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal majikan yang akan diperbudak yang ditundukkan alat. Jika begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu,. Berdasarkan petunjuk kitab sucinya al-Qur’an, seorang muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan
maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur debu tanah (lambang kehinaan) manusia maupun unsur ruh ilahi (lambang kemuliaan) manusia Seandainya penggunaan satu hsil teknologi telah melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketika itu bukan hasil teknologi yang mesti ditolak, melainkan penggunaan teknologi itu,. Jika hasil teknologi sejak mula digunakan dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak itu pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara menundukan kemampuan mekanik dan penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nila-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dangan kata lain, bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman? Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus mencari dan berusaha mencari tahu dan bagaimana caranya memanfaatkan alam yang terhampar luas ini. Bukankah Tuhan telah menyediakan alam semesta ini untuk manusia. Bersumber pada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya ini, akal manusia melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang terkait dengan benda-benda mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi, dan lainlain. Jika menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia, mengundang kita untuk menengok kepada setiap banyak ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750 ayat al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan berulang-ulaang al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dalam QS.45 (al-Jatsiyah) : 13 Allah berfirman :
Artinya : Dan Dia menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir
Alam ditundukkan bagi manusia bagi manusia menguasai ilmu tentang aturan hukum-hukum yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang kita kenal dengan sunattullah. Sunattullah buaknlah hukum alam yang secara otomatis
berlaku
dengan
sendirinya
secara
alamiah
tanpa
ada
yang
menciptakannya, melainkan hukum itu ada bersamaan dengan penciptaannya oleh Yang Maha Pencipta. Dalam QS. 25 (al-Furqan) : 2 Allah berfirman :
Artnya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapi-nya
Hukum-hukum itu dicptakan Peciptanya bersamaan dengan penciptaan alam ini. Segala sesuatu di alam ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya tersendiri, seperti dinyatakan dalam firman Allah QS. 13 (al-Ra’du) : 8 :
Artinya : Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya Al-Qur’an ketika mula pertama diturunkan, telah menegur kekeliruan yang dilakukan manusia. Selama ini, di era kejahilan Tuhan-tuhan diciptakan dan disembah sebagai berhala. Masyarakat tersentak ketika muncul suatu informasi yang bertentangan dengan keyakinan mereka, bahwa diri mereka sendiri diciptakan secara berproses dari segumpal darah kemudian diciptakan menjadi manusia, dan kemudian lahir ke dunia. Agar mereka belajar, mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membaca, mencoba, memperhatikan, menyelidiki, dan merumuskan suatu teori. Kesemuanya hendaklah dilakukan dengan berbasis iman, dengan menyebut nama Tuhan atau mengucap bismi rabbika allazi khalaq (membaca dan belajar dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan). Tuhan mengajar manusia (wa’allama Adamal asmaa kullaha) mengajari Adam nama-nama benda seluruhnya. Alam semesta ini sebagai kosmos yang berarti serasi, harmonis. Dalam bahasa Arab, alam adalah satu akar kata dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan ‘alamah (alamat,pertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya Yang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu sebagai pertanda adanya Tuhan, jagat raya ini disebut ayatayat yang menjadi sumber ajaran dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran yang diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban. Hakikat kosmos adalah teologis, yakni, penuh maksud, memenuhi maksud Penciptanya, dan kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan (teknologi). Alam tidaklah diciptakan dengan sia-sia, atau secara main-main.
Alam bukanlah ada secara kebetulan, ada dengan tidak disengaja. Alam diciptakan dengan kondisi sempurna. Al-Qur’an sangat konsen dalam mendorong manusia untuk terus mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkannya menjadi nyata dalam teknologi agar manusia menyadari akan kebesaran Pencipta-Nya. Apapun yang akan ditemukan oleh manusia dalam kemajuan ilmu dan teknologi, akan mengantar manusia pada suatu pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, penciptanya, seperti difirmankan dalam QS. 41 (Fushshilat) : 53 :
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu
Manusia bukan hanya dituntut menguasai bumi, malah ditantang untuk menerobos langit, dan mahluk ini memang juga diberi potensi-potensi untukm keluar batas-batas bumi agar dapat mengamati alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Penciptanya. Di dalam al-Qur’an, Allah menantang makhluk-Nya, jin dan manusia dengan firman-Nya yang termaktub dalam QS. 55 (al-Rahman) : 33 :
Artinya : Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)
Perkataan sulthan dalam ayat tersebut bearti kekuatan, dari masa ke masa membawa makna yang terus berkembang. Kalau dulu mungkin sulthan diartikan sebagai penguasa, tetapi sekarang ini artinya harfiah adalah penguasa dan kekuatan, yang disumbangkan oleh kekuatan dan kekuasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan iptek itu manusia telah dapat mencapai tepian untuk langit hingga sampai ke bulan, dan kini serta terus menerus tiada henti manusia terus berupaya untuk menggapai cakrawala, ufuk langit yang lebih tinggi. Sebaliknya menembus bumi dan langit tanpa teknologi akan sia-sia. Petani dengan alat sederhana, seperti cangkul dan linggis umpamanya, seberapa dalamkah ia mampu manggali bumi. Paling dalam 10 sampai 20 m. Lebih dalam dari pada itu, manusia sudah mulai memerlukan alat-alat yang lebih canggih, dan itu akan dapat dipenuhi oleh teknologi. Maka dengan teknologi, manusia telah menggali sampai jauh kae dasar bumi, malah kedasar bawah laut telah dibuat jalan kereta api, seperti terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis. Dengan teknologi manusia dapat mengirimkan robot-robot untuk menyelidiki dasar laut. Malah ada yang telah berancang-ancang untuk membuat pemukiman di dalam laut. Al-Qur’an
menyodorkan
kepada
manusia
pedoman
sains-sains
(pengetahuan) yang berhubungan dengan pengetahuan bumi dan pengetahuan angkasa luar serta memberinya perkengkapan-perlengkapan agar dapat melakukan penyelidikan tentang segala sesuatu untuk membuka dan membedah urai akan materi-materinya. Cara demikian yang mendorongnya memperoleh segala sesuatu yang dapat dimungkinkan hidup di dunia dan menggunakannya demi mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk itu segala sesuatu dan perilaku mukminmuslimin tidak terlepas dari al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun diperintahkan-Nya agar selalu berusaha menambah pengetahuannya, seperti firman Allah dalam QS. 20 (Thaha) : 114 :
Artinya : Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca (ayat-ayat) Al-Qur'an, sebelum disempurnakan diwahyukannya kepadamu (sebagai pengetahuan, pemahaman dan keyakinan yang utuh atas kebenaran kebenaran ayat-ayat-Nya itu), dan katakanlah: 'Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan
Dalam QS. 12 (Yusuf) : 72 Allah juga berfirman :
Artinya : Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta) berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi penjamin.") yang menanggungnya
Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah SAW bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”. Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan
teknologi
dengan
memanfaatkan
anugrah
Allah
yang
dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu atau teknologi yang dapat membahayakan dirinya. Agar tidak menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.
Telah dikatakan tentang adanya unsur kesejatian dan kebenaran dalam pandangan keritis banyak orang terhadap kehadiran teknologi modern dan akibatakibatnya . Mereka memperingatkan bahwa disamping manfaatnya yang tidak diragukan dalam meningkatkan kemakmuran umat manusia, teknologi modern juga mengandung unsur-unsur yang dapat membahayakan harkat dan martabat manusia, serta merusak keseimbangan ekologis lingkungan hidupnya. Beberapa jargin sosial politik seperti alienasi, dehumanisasi,konsumerisme, dan lain-lain., sebagaimana digunakan kalangan kaum Marxis merupakan ungkapan tentang bagaimana teknologi modern merusak keseimbangan ekologis. Hal itu telah mendorong tumbuhnya beberapa gerakan lingkungan (environmentalism), salah satunya adalah Green Peace yang sangat militan. Sikap mempertanyakan kembali hubungan manusia dengan teknologi selalu dipelopori oleh individu-individu dari masyarakat-masyarakat berteknologi maju sendiri, atau oleh mereka yang berkebelakangan tapi mempunyai pengalaman perorangan tentang kehidupan modern. Dari sudut pandang tertentu, perkembangan dan kemajuan teknologi modern adalah kelajuan logis sejarah umat manusia sendiri. Disebabkan beberapa faktor tertentu yang sampai sekarang masih menjadi bahan pembahasan para ahli, teknologi modern muncul dari Eropa Barat Laut, dalam hal ini Inggris (Revolusi Industri), sehingga zaman modern pun dimulai dari sana. Ini cukup menarik, karena sejauh itu Eropa Barat Laut khususnya Inggris, dari tinjauan klasik, itu pusat dunia peradaban yang dalam bahasa yunanai dinamakan oikoumeane (dalam bahasa arab disebut al-Ma’murah-daerah berpenghuni banyak dan berperadaban), berpusat pada kawasan timur dekat. Kawasan-kawasan peradaban besar adalah Yunani-Romawi di sebuah barat, India dan Cina sebelah timur. Maka lahirnya zaman modern dari Eropa Barat Laut itu merupakan suatu anomali (ketidaknormalan). Normalnya, zaman modern akan lebih logis bila muncul dari salah satu kawasan oikumene, sebagaimana peradaban itu sendiri, yaitu fase perkembangan kehidupan sosial manusia yang membawanya kepada fajar sejarah, muncul dan dimulai dari Sumeria di lembah Mesepotamia (Irak sekarang). Karena itu ada hipotesa bahwa zaman modern, sebagai kelanjutan logis peradaban
manusia, kalaupun tidak muncul di Eropa Laut sebagaimana telah terjadi, tentu akan muncul dari daerah lain dalam kawasan al- Ma’murah. Tetapi sebenarnya teknologi tidaklah muncul di zaman sekarang. Meskipun ia memainkan peran sentral dalam zaman modern, namun teknologi telah ada sejak peradaban manusia (atau sejakzaman sejarah), terutama sejak tumbuhnya masyarakat kota pada bangsa Sumeria 5000 tahun yang lalu. Karena itu Hodgson misalnya, menyatakan kemustahilan memandang zaman modern sebagai satu kesatuan terpisah, tetapi sabagai bagian dari peradaban umat manusia secara keseluruhan. Teknologi dapat ditelusuri unsur-unsurnya yang berasal dari berbagai bangsa dan masa. Barkenaan dengan unsur-unsurnya yang berasal dari bangsa-bangsa muslim, seperti penggunaan kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dalam teknologi kimia modern semisal kata-kata Inggris alambique, alchemmy, alcohol, azimuth, alixir, henna, nadir, saffron, dan lain-lain. Telah diketahui bahwa kotak-kotak orang Barat dengan Timur melalui berbagai saluran telah membawa ilmu pengetahuan dan teknologi Islam khususnya dan Timurada umunya ke Eropa. Dunia Barat saat itu masih sedemikian terbelakangnya dibanding dengan Dunia Timur, sehingga hampir apa pun yang dibawa dari Timur merupakan sentuhan kamajuann bagi Barat.