Latar Belakang Manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya, yaitu sebagai pegangan hidup baik untuk kehidupan di dunia maupun di akherat kelak. Sudah barang tentu agar semuanya itu dapat dicapai maka ia harus dapat menjaga keseimbangan antara dua kebutuhan, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani (agama) mengandung dua dimensi, yaitu hubungan vertikal (hubungan manusia dengan pencipta) dan hubungan horizontal (hubungan manusia dengan sesama mahkluk Tuhan lainnya). Agama merupakan sarana untuk mengatasi frustasi karena alam, sosial, moral, dan karena maut. Religi juga merupakan sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat, sarana untuk memuaskan intelektual yang ingin tahu, dan sarana mengatasi ketakutan, (Dister, 1990). Keyakinan beragama mempunyai peranan penting dalam membina moral, karena nilainilai moral yang datang dari agama tetap dan bersifat universal apabila dihadapkan pada suatu dilemma. Bahwa seseorang akan menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama. Allah Swt. berfirman: {س ْال ِجنُ َخلَ ْقتُ َو َما َُ ون ِإال َواإل ْن ُِ } ِل َي ْعبد Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (AdzDzariyat: 56) Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembahKu, bukan karena Aku membutuhkan mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepadaKu, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku. Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah. As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat. ُسأ َ ْلت َه ُْم َولَئ ِْن ُْ ت َخلَقَُ َم ُِ ض الس َم َاوا َُ ّللاُ لَيَقولنُ َو ْاْل َ ْر َ ن Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”ُNiscayaُmerekaُakanُmenjawab,ُ"Allah.”ُ(Az-Zumar: 38; Luqman: 25) Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mereka. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini (Adz-Dzariyat: 56) adalah orang-orang mukmin. Dalil diatas menunjukkan bahwa manusia itu diciptakan untuk beribadah menyembah Allah swt. Menyembah tentu perlu adanya panduan tentang tata caranya dan lain sebagainya. Hal itu dapat ditemukan dalam kitab suci yaitu Al-Qur’an.ُSemuaُituُmenunjukkanُbahwaُkitaُ mempunyai agama. Selanjutnya Allah swt berfirman:
ُاإلسْالم ّللاُِ ِع ْن َُد الدِينَُ ِإن Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu: ُْر يَ ْبت َُِغ َو َم ْن َُ غي َ ْالم ُِ اإلس ُْ َل فَل َُ َمِ ْنهُ ي ْقب ِ ْ ُن دِينا Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat. Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang dikasrah-kan dan anna yang di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam'. Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat. Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman: ْ َُِتاب أوتوا الذِين ف َو َما َُ َاختَل َُ مِن إِالُ ْالك ُْ بَ ْينَه ُْم بَ ْغياُ ْالع ِْلمُ جا َءهمُ َما بَ ْع ُِد Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. (Ali Imran: 19) Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar. Kemudian Allah Swt. berfirman: ُت يَ ْكف ُْر َو َم ْن ُِ ّللاِ بِآيا ُ Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. (Ali Imran: 19) Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
ُّللا فَإِن َُ ُس ِريع ُِ ْالحِ سا َ ب maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19) Artinya, sesungguhnya Allah akan membalas perbuatannya dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukurnnya akibat ia menentang Kitab-Nya.