Materi 1.docx

  • Uploaded by: Lina Lestari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,330
  • Pages: 7
PERTEMUAN KE1

MATERI 1 : TEORI UMUM FILSAFAT PENELITIAN & KONSEP KEBENARAN DALAM PENELITIAN KESEHATAN

Filsafat berasal dari bahasa Yunanai : “Philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa. Filsafah adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Sedangkan penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan. Filsafat penelitian merupakan eksplisitasi tentang realitas yang dihadapi manusia. Kebnyakan cabang ilmu mencari pemahaman untuk langsung dapat diterapkan dan bertindak dalam hidup sehari – hari. Dengan jalannyarefleksi filsafat dapat memberikan suatu pandangan hidup. Tetapi hasil filsafat berbeda dari pengertian awam tentang pandangan hidup, sebab filsafat menguraikan dan merumuskan hakikat realitas secara sistematis-metodis. Karena itu filsafat merupakan ilmu pengetahuan. Perkembangan illmu pengetahuan tidak terlepas dari pemahaman tetang filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakekat ilmu yang ditinjau dari 3 aspek yaitu aspek ontology (apa yang ingin diketahui), epistemology (bagaimana memeperoleh pengetahuan) dan aksiologi (untuk apa pengetahuan itu). Filsafat ilmu dijadikan sebagai landasan dalam perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tidak menyimpang dari kaidah disiplin ilmu pengetahuan.

Pemahaman tentang sudut pandang filsafat ilmu harus diaplikasikan dalam keperawatan sebagai landasan untuk mengembangkan ilmu keperawatandan praktik keperawatan. Jadi, apakah filsafat itu? Pertanyaan ini sama tuanya dengan filsafat itu sendiri, masih tetap diajukan dan telah dijawab dengan cara yang sangat beraneka ragam. Walaupun demikian, sekarang setidaknya Anda sudah mulai memahaminya. Supaya lebih paham mari kita tanyakan masalah ini kepada para filosof langsung. Asumsinya tentu para filosof tentu lebih mengerti tentang apa filsafat (kalau tidak mana mungkin ia mendapat gelar filosof). Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Bagi Aristoteles (384-322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis. Menurut Bertrand Russel, filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problemaproblema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaanpertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita seharihari (problemen der Philosophic, 1967: 7). Menurut R. Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als sciencefiction, 1968: 44).

Ciri-ciri Filsafat Dari begitu banyak definisi yang dikutip, apakah ciri utama filsafat yang tetap hadir? Ciri itu adalah bahwa filsafat adalah upaya manusia untuk

mendapatkan hakikat segala sesuatu. Apakah setiap upaya manusia menjawab persoalan hidup dapat dikatakan berfilsafat? Tentu tidak. Ada tiga ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan filsafat. 1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu saja. 2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental dan essensial. 3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis meskipun spekulatif.

Beberapa penulis menambahkan ciri-ciri lain, yaitu: 1. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu. 2. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat. 3. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia. 4. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguhsungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan kebaikan. 5. Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan, penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman indera dan pengamatan lahiriah.

Cabang-cabang Filsafat Harry Hamersma membagi cabang-cabang filsafat menjadi empat, yakni:

1. Filsafat tentang pengetahuan: a. Epistemologi b. Logika c. Kritik Ilmu 2.

Filsafat tentang kenyataan menyeluruh: a. Metafisika umum (ontologi) b. Metafisika khusus a) teologi metafisika b) anthropologi c) kosmologi

3.

Filsafat tentang tindakan: a. Etika b. Estetika

4. Sejarah filsafat. Di samping itu, masih menurut Hamersma, ada cabang-cabang filsafat khusus, antara lain: filsafat seni, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat hukum, filsafat agama, filsafat sosial, dan filsafat politik. Menurut The Liang Gie, filsafat dibagi menjadi: 1. Metafisika (filsafat tentang hal ada) 2. Epistemologi (teori pengetahuan) 3. Metodologi (teori tentang metode) 4. Logika (teori tentang penyimpulan) 5. Etika (filsafat tentang pertimbangan moral) 6. Estetika (filsafat tentang keindahan) 7. Sejarah filsafat Berdasarkan

pembagian

cabang

filsafat

tersebut,

maka

dapat

disimpulkan bahwa tampak demikian luas bidang penelaahan filsafat itu.

Padahal, cabang-cabang tersebut masih dapat diperinci lagi menjadi rantingranting, dan sebagiannya bahkan berkembang menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali kepada ciri filsafat bahwa ia bersifat umum, universal dan ultimate (tertinggi). Jadi, ilmu apa pun difinalkan dengan pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan disiplin itu. Setelah Anda mengenal dan menguasai ilmu hukum, contohnya, akhirnya Anda diperkenalkan dengan filsafat hukum.

(Sumber: Alisyahbana, S. Takdir. Pembimbing ke Filsafat Metafisika. Jakarta: Dian Rakyat, 1981)

2. KONSEP KEBENARAN DALAM PENELITIAN KESEHATAN Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara tentatif) dan hanya merupakan sebuah Pendekatan. Kebenaran intetektual yang ada pada ilmu bukantah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Selaras dengan Poedjawiyatna (1987) yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan objeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek objek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan objektif. Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek, dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Hal ini karena manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatantingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam

struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri.Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Adapun jenis pengetahuan itu berupa berikut ini. 1. Pengetahuan Biasa disebut juga Knowledge Of The Man In The Street atau Ordinary Knowledge atau Common Sense Knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya Subjektif. Artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. 2. Pengetahuan Ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas dengan menerapkan metodologis yang khas pula. Artinya, metodologi yang telah mendapatkan kesepnakatan diantara para ahli yang sejenis. Maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan REVISI yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian, kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir dan mendapatkan persetujuan, adanya agreement konvensi para ilmuwan sejenis 3. Pengetahuan Filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatanya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan rnenyeluruh dengan model pemikiran yang analistis, kritis dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung dalam penegetahuan filsafati adatah Absolute Intersubjektif. Maksudnya nilai kebenaran yang terkandung dalam Pengetahuan Filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat dari seorang pemikir filsafat serta selalu mendapat pembenaran dari filsafat yang kemudian

menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Jika pendapat filsafat ituditinjau dari pendekatan filsafat yang lain sudah dapat dipastikan hasilnya tidak akan berbeda atau bahkan bertentangan atau menghilangkan sama sekali. 4. Pengetahuan Agama, adalah jenis pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat DOGMATIS, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.

(sumber : Dharma Kelana Kusuma. 2015, Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Edisi revisi. Jakarta:Trans Info Media (TIM). )

Related Documents

Materi
August 2019 84
Materi
December 2019 69
Materi
June 2020 39
Materi
June 2020 53
Materi Phbs.docx
October 2019 15

More Documents from ""

Pengolahan Data.docx
November 2019 22
Tn.az.docx
October 2019 19
Materi 1.docx
October 2019 18
Input.docx
May 2020 7
Lembar Kuesioner.docx
October 2019 18
Denah.docx
October 2019 14