MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS I “FAMILY CENTERD CARE MATERNITY”
Oleh :
1. Jihan Fadila
(11171022)
2. Karmila Wulansari
(11171003)
3. Mega Aulia
(11171026)
4. Sammy Febriyani
(11171036)
5. Rika Andriani
(11171034)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA Jl. Bintaro Raya, No.10 Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12240 (021)7234122 2017/2018
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Family Centered Care Maternity” ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 1. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini telah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta yakni Allah SWT. Tidak terkecuali makhluk yang menempatinya, khususnya manusia. Mungkin makalah ini dapat sedikit membantu dalam mengenal dan mempelajarinya. Namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah berikutnya. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan dari pembaca sekalian.
Jakarta, 19 September 2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Hospitalisasi pada anak pra sekolah akan menimbulkan ketidaknyaman, anak pra sekolah akan merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, takut cidera dan nyeri pada tubuh.perpisahan dalam halini akan mempengaruhi anak yang mengganggap haltersebut sebagai perasaan ditinggalkan. Hospitalisasi ini mengakibatkan ansietas perpisahan pada anak (Muscary, 2009). Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang selama 24 jam mendampingi pasien harus memberikan kontribusi dalam perannya sebagai perawatan terutama membantu anak dan keluarga unuk meperoleh pengalaman positif selama hospitalisasi. Perawat anak harus memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenal pertumbuhan dan perkembangan anakuntuk merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga membantu anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik eksternal maupun internal (Potter & Perry, 2007). Dalam praktik keperawatan anak, asuhan keperawatan yang diterapkan berdasarkan padafilosofi keperawatan anak. Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki oleh perawat untukmemberikan pelayanan kepada anak. Salah satunya adalah Family Center Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Family Center Care menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak di rumah sakit (Hidayat, 2008). Family Center care (FCC) merupakan pendekatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua. Family Center Care juga menekankan keterlibatan orang tua atau keluarga anak dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit (hidayat, 2008). Keluarga didukung dalam peran pemberian asuhan keperawatan dan keputusan dengan melihat keluarga sumeber kekuatan dalam masalah keperawatan(Wong, 2008).
Penerapan Family Center Care bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga (Saleeba, 2008). Tujuan penerapan Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner & Sudard (1986dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua merawat anak mereka dalam proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat dengan aturan yang berlaku. Pelaksanaan Family Center Care pada rumah sakit anak di negara-negara maju sudah terstandar dengan baik, namun di Indonesia kemungkinan dapat diterapkan tetapi untuk mewujudkannya secara ideal tidak mudah, karena banyak petugas terutama perawat yang belum memahami family Center Care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan sering terjebak dalam kegiatan rutinitas di rumah sakit (Purmailani 2014). Family Center Care merupakan suatu metode perawatan bagi anak dan keluarganya, tidak hanya ditujukan padaindividu tetapi semua anggota keluarga dianggap sebagai menerima perawatan. Konsep FCC didasrkan padasejumlah elemen pendukung yang diantaranya: adanya pengakuan bahwa keluarga merupakan konstanta dalam kehidupan anak, pengakuan terhadap kekuatan keluarga, serta fasilitas koaborasi antara keluarga pasien dengan tenaga professional kesehatan (Institute for patient and family centered care, 2011). Patient and family Centered care setelah sekian lama dilupakan, kini concern dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dahulu, dokter adalah captain of ship yang menjadi center dalam segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan dan tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan kepada pasien.perubahan paradigm ini tidak lain bertujuan untuk mendapatkan outcomes pelayanan kesehatan yang lebih baik, pengalokasian sumber daya yang tepat, dan mencapai kepuasan pasien dan keluarga yang lebih besar.halini dimungkinkan karena patien and family centered care adalah pendekatan yang melibatkan pasien.keluarga pasien dan staf dalam pembuatan kebijakan,program kesehatan, fasilitas yang didapatkan, dan program perawatan dari hari ke hari. (Piper, 2009). Perawat merupakan salah satu tenaga professional kesehatan yang berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan. Dalam penerapan di lapangan, perawat memegang peranan sebagai agen pembawa perubahan (change agent), sebagai fasilitator dalam pemberdayaan, dan sebagai praktisi pembuat strategi (Piper, 2009).
Oleh karena itu perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang cukup dalam pelaksanaan Family Center Care sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebaginya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2007). B. TUJUAN PENULISAN a. Tujuan Umum Untuk mengetahui dengan jelas tentang Family Center Care b.
Tujuan Khusus 1) Mendeskripsikan pengertian Family Center Care 2) Mendeskripsikan Tujuan Family Center Care 3) Mendeskripsikan Elemen Family Center care 4) Mendeskripsikan Prinsip Family Center Care 5) Kebijakan terkait Family Center Care 6) Stategi dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah
C. MANFAAT PENULISAN Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi perawat Memberikan wawasan agar perawat dirumah sakit dapat menerapkan aplikasi family center care dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak b. Bagi orang tua Ikut terlibat untuk memberikan masukan dalam memberikan asuhan keperawatankepada anaknya yang dirawat di rumah sakit. c. Bagi ilmu pengetahuan Memberikan gambaran tentang family centercare dan dapat diterapkan bagi sebagai materi pembelajaran bagi mahasiswa lainya. d. Bagi penulis lainnya Bahan bacaan atau referensi untuk menambah wawasan mahasiswa S1 keperawatan tentang pengetahuan aplikasi family centercare di rumah sakit terutama diruang anak
BAB II KONSEP TEORI A. PENGERTIAN 2.1 Family Centered Maternity Care Family centered maternity care (FCMC) atau keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga didefinisikan sebagai melahirkan secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien, bayi dan keluarga. Penekanannya adalah pada pelayanan ibu dan bayinya yang mendukung kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan keselamatan fisik (May, & Mahlmiester, 1994). Konsep keperawatan maternitas berpusat pada keluarga, diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan, dan postpartum, dengan melibatkan keluarga dan lingkungannya sebagai sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan dan mempromosikan ibu dan bayinya (Pilliteri, 2003). Untuk mewujudkan pelayanan maternitas yang berpusat pada keluarga, perawat harus berupaya berubah sikap dan perilaku dalam hal pemberian pelayanan. Perawat diharapkan dapat menggali apa yang diinginkan. (Yayat, 2008) 2.1.1 Pendekatan Family Centered Maternity Care Sepuluh pendekatan yang digunakan pada model family centered maternity care menurut Phillip dan Zwelling (1996) adalah : Peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera (normal dan alamiah) bukan suatu keadaan sakit, tetapi ibu saat ini mengalami perkembangan kedewasaan, sehingga ibu dapat melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri dengan batuan keluarga. Pelayanan perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan fisik, psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya dari setiap ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga dapat melakukan aktifitasnya sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya. Program komprehensif edukasi perinatal, mempersiapkan keluarga untuk aktif berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta masa menjadi orang tua. Program ini
mempersiapkan ibu dan keluarga sesuai kemampuannya belajar merawat diri, bayi dan keluarganya. Penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai dengan harapannya. Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi pengalaman positif dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih pelayanan yang berkualitas. Pasangan/suami/orang yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya secara aktif selama proses perinatal. Dalam hal ini FCMC memfasilitasi pasangan/orang yang dipercaya ibu untuk belajar merawat bayinya selama di.rumah sakit, agar dapat membantu istrinya/ibu postpartum setelah pulang perawatan (di rumah). Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarga selama perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga bagaimana mengetahui masalah dan memecahkan/mengatasi masalahnya, Perawatan rooming-in diberikan kecuali pada ibu dengan persalinan seksio sesarea. Model ini memberi gambaran bagaimana peran keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam menjalankan perannya masing-masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk melakukan perawatan sendiri dengan pemantauan perawat. Pemulangan dini dapat dilakukan setelah melihat kesiapan ibu dan keluarga, seperti hasil penelitian Grullon, dan Grimes (1997) bahwa pemulangan dini postpartum akan nampak aman bila dilakukan sesuai dengan kriteria secara umum atau kriteria ibu dan bayi Ibu adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Perawat memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang menjadi tanggung jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan keluarga, kebutuhan mana yang memerlukan bantuan orang lain. (Yayat, 2008) Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi mereka yang sakit/resiko tinggi setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya sesuai dengan kondisinya, memberi kesempatan pada ibu dan keluarga dengan melibatkan ibu dan pasangan dalam merawat bayi yang bermasalah sesuai kemampuannya dengan melihat kondisi bayi, sehingga keluarga tahu masalahbayi dan dapat mengambil keputusan dalam meminta bantuan untuk mengatasinya. (Yayat, 2008)
B. TUJUAN FAMILY CENTER CARE
Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner and Suddarth (1986 dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu Family Center Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma selama perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kulaitas hidup dapat tercapai. FCMC (Family Centered Maternity Care) Proses keperawatan maternitas yang ditangani oleh tenaga terlatih dan mampu melaksanakan proses keperawatan maternitas mulai dari proses kehamilan calon ibu sampai perawatan bayi dan masa nifas ibu pasca melahirkan. a. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua. b. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas. c. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi. d. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah. e. Menetapkan peraturan yang flexibel. f. Menjalankan system kunjungan tidak ketat. g. Mengadakan kontak dini bayi dan orang tua. h. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil). i. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan. j. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU. k. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up. Contoh dari konsep FCMC adalah tindakan Kurtase dan metode kanguru. Tindakan kurtase adalah tindakan yang dilakukan pada klien abortus yang dikarenakan keabnormalan dari janin klien tersebut yang dapat membahayakan jiwa klien. Pada masa TC, abortus hanya dilakukan oleh tenaga tidak terlatih, sehingga proses abortus hanya sebatas mengeluarkan janin yang ada dalam kandungan tanpa adanya usaha untuk membersihkan seluruh sisa dari janin yang telah dikeluarkan. Proses kurtase ini baru digunakan dalam konsep FCMC karena konsep kurtase ini membutuhkan tenaga ahli dan profesional serta harus didukung oleh peralatan yang memadai.(Penjelasan Kurtase terlampir) Sedangkan metode kanguru adalah metode yang diterapkan pada bayi prematur. Metode kanguru ini merupakan pengganti metode inkubator. Di beberapa negara maju di dunia, lebih memilih menggunakan metode kanguru dibandingkan dengan metode inkubator. Karena dengan metode kanguru, kontak batin antara ibu-anak akan lebih terbentuk dibandingkan dengan menggunakan inkubator yang membuat ibu dan bayinya terpisah.(Penjelasan Metode Kanguru Terlampir)
C. ELEMENT FAMILY CENTER CARE
Menurut Shelton (1987, dalam Fretes, 2012), terdapat beberapa elemen Family Center Care, yaitu: a. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstanmerupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan social dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga.oleh karena itu, dalam menjalankan system perawatan
kesehatan,keluarga
dilibatkan
dalam
membuat
keputusan,
mengasuh,mendidik,dan melakukan pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Eputusan keluarga dalam perawatan anak merupakan pertimbangan yang utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa
hal
yang
diterapkan
untuk
menghargai
dan
mendukung
individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti : 1) Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi yang disepakati bersama keluarga. 2) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga. 3) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi focus utama dari perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan anak. 4) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada anak, dukungan kepada orang tua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012).
b. Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan. Halini ditujukan ketika :
1) Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama anatar orang tua dan tenaga professional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orang tua berkontribusi dengan memberikan informasi tentang anak mereka. Dalam kerjasama antara orang tua dengan tenaga professional, orang tua bias memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan kerjasama dengan orang tua (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012). 2) Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit. Pada tahap ini anak-anak dengan kebutuhan khusus merasakan manfaat
dari
kemampuan
orang
tua
dan
perawat
dalam
mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahapini adalah kolaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan. Family Ceenter Care meberikan kesempatan kepada orang tua dengan professional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah sakit. Pengalaman merawat anak membuat orang tua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012). 3) Kolaborasi dalam tahap kebijakan Familiy Center Care dapat tercapai melalui kolaborasi orang tua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan. Kolaborasi ini untuk memberikan manfaat kepada orang tua, anak dan tenaga professional. Orang tua bias menghargai kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang system pelayanan kesehatan serta kompetensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambah kulaitas pelayanan kesehatan.
c. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan social ekonomi dalam keluarga. Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak diagnosamedis.halini akan menjadi sulit apabila program perawatan diterapkan bertentangan dengan nilai- nilai yang dianut dalam keluarga (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
d. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga. Elemen ini mewujudkan dua konsep yang seimbang pertama, Family Center Care harus menggambarkan keseimbangan anak dan keluarga. Hal ini berarti dalam menemukan masalah pada anak, maka kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangkan dengan baik. Kedua, menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan mereka.
e. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orang tua dan secara berkelanjutan dengan dukungan penuh. Memberikan informasi kepada orang tua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orang tua terhadap perawat anak mereka. Selain itu,dengan demikian informasi orang tua akan merasa menjadi bagian yang penting dalamperawatan anak. Ketersediaan informasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan factor kritikal dalam melibatkan partisipasi orang tua secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
f. Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan khusus misalnya down syndrome atau autism. Perawat ataupun tenaga professional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang
juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk: 1) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan 2) Bertukar informasi mengenai kondisi dan perawatan anak 3) Memanfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk kebutuhan perawatan anak mereka. g. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak- anak, remaja dan keluarga mereka kedalam system perawatan kesehatan Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap anak dan keluarga agar mampu dalam melewati setiap tahap perkembangan dengan baik (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
h. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan untk memenuhi kebutuhan keluarga. Dukungan kepadakeluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka, pelayanan home care,pelayanan konseling,promosi kesehatan, program bermain, serta koordinasi
layanan
kesehatan
yangada
untuk
membantu
keluarga
memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara finansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami oleh keluarga karena ketidakseimbangan tuntutan keadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan kebijakan yang berlaku baik dirumah sakit maupun untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga. (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
i. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsive terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman
bahwa setiapanak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga.oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi yang berbeda untuk setiap anak. Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Center Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga misalnya system pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani perawatan di rumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehaatan pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan selama anak menjalani rawat inap dirumah sakitdan sebagainya. Oleh karena itu perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga terhdap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang direncanakan fleksibel dan dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih responsive karena memprioritaskan kebutuhan anak dan keluarga (Shelton,1987 dalam Fretes, 2012).
4. Prinsip FCC menurut Potter & Perry (2007) a.
Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan,nilai, kepercayaan, dan latar belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan.
b.
Berbagi
informasi
Praktisi
keperawatan
berkomunikasi
dan
memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan. c.
Partisipasi Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.
d.
Kolaborasi Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam
pengambilan
kebijakan
dan
pengembangan
program,
implementasi dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan pendidikan professional terutama dalam pemberian perawatan (Potter & Oerry 2007).
e. Kebijakan terkait Family Center Care (Harson 1997 dalam Fiane, 2012) adalah : 1. Pengaturan jadwalkegiatan untuk anak-anak Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak dan orang tua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas yang dilakukan dirumah seperti jam mandi, makan, nonton televisi, bermain.pengaturan jadwal ini akan membantu anak beradaptasi,meningkatkan control diri terhadap aktivitas selama dirawat dan meminimalkan kejaadian anak kekurangan istirahat seperti : anak sedang istirahat kemudian ada suster yang memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu istirahat anaak berkurang. 2. Fasilitas kemandirian anak Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan melibatkan kemandirian melalui self care seperti: mengatur jadwal kegiatan,memilih makanan,mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini adalah perawat respek terhadap individualitas pasien dan keputusan yang diambil. 3. Berikan pemahaman atau informasi Anak pra sekolah memiliki kemampuan kognitif berfikir magis yang mengakibatkan kesalahan interpretasi terhadap sakit sebagai hukuman.petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan anak memegang alat yang akan dilakukan, misalnya stetoskop atau kompetensi anak selama dan menggunakan sebagai dasar pengalaman untuk dimasa mendatang. 4. Mempertahankan sosialisasi Memfasilitasi terbentuknya support group diantara orang tua dan anak, sehingga orang tua dan anak mendapatkan dukungan dari lingkungan. Misalnya grup orang tua dengan talasemia, grup anak dengan penyakit asma. Perawat dapat memfasilitasi grup untuk tukar menukar pengalaman selama merawat anak baik melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar. 5. Fasilitas Ruangan pengkajian khusus untuk anak.pengadaan ruangan khusu yang menjamin privacy orang tua untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan memberikan dampak orang tua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi
dipertahankan oleh tenaga kesehatan.setelah data tentang anak didapatkan petugas kesehatan dapat melibatkan orang tua dalam perencanaan asuhan keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip Family Center Care.
Selain itu terkait dengan konsep autraumatik care dan hospitalisasi, maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Room’s setting, colour, pictures) untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan harus dapat menurunkan kecemasan toddler. Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam permainan (Toys in pediatric room) untuk menunjang dan menstimulasi tumbuh kembang, menurunkan stranger ansietas, takut dalam pain, dan hospitalization.
6. Menyediakan ruangan bermain Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi selama perawata dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan stimulasi perkembangan motoric halus, kasar, personal social dan bahasa pada anak.kegiatan bermain akan menimbulkan perasaan relaks pada anak dan meminimalkan kebosanan selama perawatan. Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan dan perasaan (Dennis, 2012). Stategi dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah a. Sosialisasi kepada pihak yang terlibat, terutama pembuat kebijakan b. Aplikasi pilot projek pada area yang kecil dan evaluasi keberhasilan Evaluasi pelaksanaan Faily Center Care akan nampak pada Syandar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan FCC misalnya adanya SOP komunikasi yang baik, inform consent, discharge planning dsb. c. Pengembangan Family Center Care pada unit yang lebih besar (Wong, 2008).
BAB III RINGKASAN ARTIKEL
PENERAPAN KONSEP FAMILY CENTERED MATERNITY CARE : HOME CARE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN BAYI DAN KEMANDIRIAN PADA IBU POSTPARTUM PRIMIPARA DI PURWOKERTO Masa nifas (post-partum) merupakan masa yang rawan bagi ibu. Di Indonesia sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga yaitu FCMC: home care diarahkan pada pemenuhan kebutuhan ibu pada masa nifas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian pada ibu postpartum primipara di purwokerto sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen. Tindakan home care dapat meningkatkan pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian ibu postpartum. FCMC: home care dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian ibu postpartum.
FAMILY CENTERED MATERNITY CARE (FCMC) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA SKRINING / DETEKSI DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA DI DESA DANGURAN Salah satu kegiatan FCMC dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu hamil risiko tinggi adalah penyelenggaraan kelas prenatal (prenatal class). Kegiatan ini berbeda dengan konsep asuhan kebidanan tardisional, yaitu dalam kunjungan antenatal care (ANC) ibu hamil tidak disarankan didampingi oleh pasangan atau keluarganya. Ibu hamil risiko tinggi lebih utama dilakukan pemeriksaan fisik dan selanjuntnya diberikan tablet vitamin jika diperlukan. Dalam kelas prenatal, ibu hamil risiko tinggi dimotivasi untuk didampingi terutama oleh pasangan. Ibu hamil beresiko. Dengan meningkatnya kemampuan keluarga, maka harapannya kasus-kasus ibu hamil beresiko dapat dideteksi sedini mungkin untuk segera dilaporkan oleh kader, dan dilakukan penanganan segera oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, dengan terselenggaranyakegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) ini dapat memperkuat
program pendampingan ibu hamil beresiko oleh keluarga. Berdasarkan wawancara secara langsung yang dilakukan pada ibu hamil dan keluarga, mereka mengatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi mereka.
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada kehamilan resiko tinggi merupakan suatu salah satu upaya skrining / deteksi dini resiko tinggi ibu hamil berbasis keluarga karena mendapatkan dukungan penuh dan keterlibatan dari semua anggota keluarga. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga sebagai pendamping ibu hamil dalam menekan angka kematian ibu. Dengan diselenggarakannya Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam deteksi dini dan upaya promotif pada kasuskasus kehamilan resiko tinggi meningkat.
Dengan kesiagaan dan kemampuan keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu hamil, dapat mempermudah kader dan bidan dalam melakukan deteksi dini kehamilan beresiko. Peningkatan pengetahuan dan dukungan keluarga dalam deteksi dini kehamilan beresiko tinggi melalui kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC), dapat memperkuat program pendampingan ibu hamil resiko tinggi di desa Danguran, berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya lanjutan yang dilakukan oleh: bidan desa, kader dan masyarakat. Bidan desa Melaksanakan kegiatan serupa dan melaksanakan evaluasi program secara berkala, guna memperkuat keberlangsungan program. Kader Senantiasa melakukan pendampingan pada ibu hamil, dan melalukan identifikasi/ pendataan pada kasus-kasus baru kehamilan, untuk kemudian melakukan pencatatan dan pelaporan kepada bidan desa wilayah. Keluarga dan Masyarakat Proses kehamilan merupakan suatu hal yang alamiah, namun perlu adanya perhatian khusus, untuk itu perlu adanya keterlibatan antara ibu, suami, keluarga dan masyarakat. Guna mendukung program pemerintah maka masyarakat diharapkan berperan aktif dalam setiap program yang diselenggarakan. Family Centered Maternity Care ... REFERENSI Afiyanti, Y (2003). Persepsi Menjadi Ibu yang Baik: Suatu Pengalaman Wanita Pedesaan Pertama Kali Menjadi Seorang Ibu. Jurnal keperawatan Indonesia, 7(2),54-60. May, A.K., & Mahlmeister, M. (1990) Maternal and Newborn Nursing. Philadelphia, J.B. Lippincot
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pdfcoke.com/doc/134192763/Makalah-Menkep-Kel-1 Afiyanti, Y (2003). Persepsi Menjadi Ibu yang Baik: Suatu Pengalaman Wanita Pedesaan Pertama Kali Menjadi Seorang Ibu. Jurnal keperawatan Indonesia, 7(2),54-60. May, A.K., & Mahlmeister, M. (1990) Maternal and Newborn Nursing. Philadelphia, J.B. Lippincot
LAMPIRAN PENERAPAN KONSEP FAMILY CENTERED MATERNITY CARE : HOME CARE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN BAYI DAN KEMANDIRIAN PADA IBU POSTPARTUM PRIMIPARA DI PURWOKERTO Article Info PublishDate 12 Nov 2013 Abstract Dina Indrati Dyah Sulisty Dowati*Siti Mulidah*Munjiati* ABSTRAK Masa
nifas
(post-partum)
merupakan
masa
yang
rawan
bagi
ibu.
Di
Indonesia sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga yaitu FCMC: home care diarahkan pada pemenuhan kebutuhan ibu pada masa nifas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian pada ibu postpartum primipara di purwokerto sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen. Jumlah sampel 48 ibu primipara direkrut di wilayah Purwokerto. Analisis data penelitian ini menggunakan korelasi, pair t-test, dan independent t-test. Hasil analisis didapatkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat pengetahuan perawatan bayi perawatan bayi dan kemandirian pada kelompok kontrol dan intervensi, demikian juga sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok intervensi ( p<0.001). Tindakan home care dapat meningkatkan pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian ibu postpartum. FCMC: home care dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan perawatan bayi dan kemandirian ibu postpartum. Kata Kunci: Family centered, Home care, Pengetahuan Perawatan Bayi, Kemandirian, Partum
Post
ABSTRACT Post partum phase is critical period for mothers. In Indonesian, Maternal mortality is mainly caused by post partum complications approximately at 60% and 50% of maternal mortality occurs during the first 24 hours after delivery. The most common cause of maternal mortality is complication of post partum. Concept of maternity nursing applied in family focuses on Family Center Maternity Care (FCMC) by preparing home care in fulfilling needs of post partum period. The objective of the study was to compare the levels of baby care knowledge and self-care in mothers experiencing first birth in Purwokerto between experimental and control group. This research using Quasi-experimental. Forty-eight mothers experiencing first birth were recruited from Prof. dr. Margono Soekarjo hospital and maternal clinic in Purwokerto. Data analysis by using SPSS software employed independent t-test and paired t-test. The findings of the study show that the levels of baby care knowledge and selfcare in mothers experiencing first birth were significantly different between experimental and control group as well as before and after intervention in experimental group (p<0.001). Application of FCMC: home care could enhance the level of baby care knowledge and selfcare in mothers experiencing first birth during post-partum phase. FCMC by home care was effective to improve baby care knowledge and self-care in mothers experiencing first birth. Keywords: Family centered, Home care, Baby care knowledge, Self-care, Post-partum
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018
FAMILY CENTERED MATERNITY CARE (FCMC) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA SKRINING / DETEKSI DINI RESIKO TINGGI IBU HAMIL BERBASIS KELUARGA DI DESA DANGURAN Henik Istikhomah Poltekkes Surakarta, Jurusan Kebidanan Email:
[email protected] ABSTRACT Background: Family centered maternity care (FCMC) activity in high-risk pregnancy is one of the high risk screening / early detection of family-based pregnant women because it gets full support and involvement from all family members. This activity aims to improve the ability of the family as a companion of pregnant women in suppressing maternal mortality. With the introduction of Family Centered Maternity Care (FCMC) activities, family knowledge and ability in early detection and promotive efforts in high-risk pregnancy cases increases. With family awareness and ability to monitor pregnant women’s health, it can make it easier for cadres and midwives to make early detection of pregnancy at risk. Keywords: Family centered maternity care (FCMC); GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 21 Pendekatan ini merupakan bentuk pelayanan yang lebih mengarahkan dukungan sosial untuk memberikan kekuatan pada ibu hamil risiko tinggi. Keluarga diarahkan untuk bertanggung jawab dan mengontrol peristiwaperistiwa penting dalam kehamilan dan proses persalinan yang akan dilalui ibu hamil risiko tinggi (May & Mahlmeister, 1990). Salah satu kegiatan FCMC dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu hamil risiko tinggi adalah penyelenggaraan kelas prenatal (prenatal class). Kegiatan ini berbeda dengan konsep asuhan kebidanan tardisional, yaitu dalam kunjungan antenatal care (ANC) ibu hamil tidak disarankan didampingi oleh pasangan atau keluarganya. Ibu hamil risiko tinggi lebih utama dilakukan pemeriksaan fisik dan selanjuntnya diberikan tablet vitamin jika diperlukan. Dalam kelas prenatal, ibu hamil risiko tinggi dimotivasi untuk didampingi terutama oleh pasangan,
selain dilakukan pemeriksaan rutin terhadap kesehatan ibu dan bayi, ibu hamil risiko tinggi dan pasangan diberikan berbagai penyuluhan, diantaranya tentang perubahan fisik dan psikologi pada ibu hamil, faktor risiko pada kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan dan upaya yang harus dilakukan keluarga secara cepat dan tepat jika terjadi tanda bahaya. Selain itu pada ibu hamil resiko tinggi beserta keluarganya ditekankan bahwa kesehatan dan keselamatan ibu hamil ditentukan oleh partisipasi mereka (May & Mahlmeister, 1990). Bentuk pelayanan Family centered Maternity Care (FCMC) lebih mengarahkan dukungan sosial untuk memberikan kekuatan pada ibu hamil resiko tinggi dan keluarga agar mampu bertanggungjawab dan mengontrol kesehatan ibu hamil resiko tinggi. Melalui pelayanan asuhan kebidanan yang berfokus pada keluarga. Menurut data dari Puskesmas Klaten selatan, pada desa Danguran terdapat 10% dari 82 ibu hamil dengan faktor resiko tinggi (RISTI). Salah satu faktor penyebab adalah partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu khususnya ibu hamil masih rendah 63%.target penurunan AKI tahun 2015 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKP menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup, untuk mencapai target di perlukan pengembangan program yang mampu mencapai penurunan AKI dan AKP. Dari Uraian di atas, maka “Pemberdayaan Keluarga Melalui Kegiatan centered maternity care (FCMC) sebagai Salah Satu Upaya Skrining Family Centered Maternity Care. GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 22 Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga Di Desa Danguran, Klaten Selatan” sangat perlu dilakukan. MASALAH DAN TARGET LUARAN Masalah berkaitan dengan kehamilan beresiko tinggi yang dihadapi masyarakat desa Danguran dikarenakan masih rendahnya partisipasi keluarga dalam keikutsertan pemantauan kehamilan, kehamilan masih menjadi tanggungjawab ibu hamil, hal ini bisa dilihat dari wawancara 3 ibu hamil yang mengatakan bahwa “Suami saya bekerja dikantor berangkat pagi, pulang malam sehingga dak sempat mengantar saya periksa kehamilan.” “Kalau saya suami bekerja sebagai buruh, waktu sich ada cuma katanya urusan kehamilan urusan wanita, jadi ya dak pernah mau tahu saya sudah periksa apa belum.” “Kalau saya karena ini anak yang ketiga, saya sudah tahu banyak tentang cara mengurus anak dan suami juga sibuk jadi
dak pernah ngatar periksa.” Target luaran yang diharapkan dari penyelenggaraan kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) adalah Sebagai Salah Satu Upaya Skrining/Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga yang akan dilihat dari meningkatnya pengetahuan keluarga dalam deteksi dini resiko kehamilan oleh keluarga. METODE PELAKSANAAN Kegiatan dilaksanakan dengan metode: Kelas prenatal (prenatal class) melalui kunjungan rumah yang melibatkan ibu hamil dan keluarga, brainstorming, diskusi, simulasi dan praktek. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan prenatal class dengan metode Family Centered Maternity Care (FCMC) tidak jauh beda dengan prenatal class pada umumnya yaitu: lembar balik, alat peraga berupa bedong kangguru, modul kehamilan resiko tinggi, dan alat tulis untuk ibu dan pasanganya/keluarga pendamping. Pelaksanaanya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pendataan ulang ibu hamil dengan faktor resiko. 2. Pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah pada ibu hamil dengan faktor resiko untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengabmas serta meminta kesedian ibu dan keluarga untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengabmas. Family Centered Maternity Care.
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 23
3. Kunjungan rumah kedua dengan waktu yang telah disepakati bersama ibu dan keluarga untuk dilakukan pre test dan KIE sesuai modul kehamilan resti yang telah diberikan kepada ibu dan keluraga pada kunjungan pertama. 4. Kunjungan rumah ketiga untuk simulasi tentang keadaan tanggap darurat apabila
sewaktu-waktu
ibu
mengalami
kegawatdaruratan
termasuk
menyiapkan ibu dan keluarga, dan apa yang harus disiapkan keluarga. 5. Kunjungan keempat untuk evaluasi seluruh kegiatan prenatal class dengan metode Family Centered Maternity Care (FCMC) termasuk post test. HASIL KEGIATAN Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil dengan faktor resiko dilakukan melalui prenatal class dan kunjungan rumah di desa Danguran wilayah Puskesmas Klaten Selatan.Konsep kegiatan
FCMC sebenarnya adalah prenatal class, namun karena kendala sulitnya mempersatukan ibu hamil dan keluarga maka kegiatan prenatal class dilakukan melalui kunjungan rumah pada 7 keluarga ibu hamil yang memiliki faktor resiko. Kegiatan diawali dengan perijinan pada Puskesmas Klaten Selatan, koordinasi dengan bidan coordinator (BIKOR), perencanaan kegiatan bersama tim pengabmas, pre test pada ibu hamil dan keluarga, kunjungan rumah sebanyak 4 kali, post test pada ibu hamil dan keluarga, evaluasi kegiatan oleh tim pengabmas dan penyusunan laporan kegiatan pengabmas. Faktor Resiko yang ditemukan pada 7 ibu hamil adalah sebagai berikut:Gemeli, Faktor umur diatas 35 Tahun Kekurangan Energi Kronis (KEK) Grande Multipara, Primi Tua, Riwayat SC dan Jarak Kelahiran kurang 2 tahun. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Ibu Hamil dan Keluarga mengenal tentang resiko tinggi pada kehamilan, macam faktor resiko serta kemungkinan terjadinya resiko kematian/kesakitan pada ibu dan atau bayinya. 2. Ibu Hamil dan Keluarga dapat melakukan pengendalian/pencegahan pro-aktif terjadinya komplikasi persalinan. 3. Ibu
Hamil
dan
Keluarga
dapat
melakukan
persiapan/perencanaan
tempat/penolong persalinan sesuai kondisi ibu/janin. 4. Ibu Hamil dan Keluarga teredukasi melalui kegiatan penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), Family Centered Maternity Care
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 24
Mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental, biaya dan transportasi dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong munuju persalinan aman.
5. Ibu Hamil dan Keluarga terbantu dan terpecahkan permasalahan yang ada oleh Dosen dengan cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil,sehingga dapat menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya. Peserta Kegiatan Family centered maternity care (FCMC) mengikuti serangkaian kegiatan (koordinasi, pelaksanaan
prenatal class dan evaluasi melalui kunjungan rumah selama 4 kali) dengan antusias. Pemberian materi terkait pengetahuan (dasar teori) tentang kehamilan resiko tinggi, menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kegiatan Asuhan FCMC (Family Centered Maternity Care) yang telah dilakukan meliputi: Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua. 1. Mengikut serta keluarga dalam KIE tentang perawatan kehamilan persalinan, dan nifas. 2. Mengikut sertakan keluarga dalam mempersiapkan Persalinan termasuk suasana rumah, peraturan yang flexible, kontrak dini bayi dan orang tua, roomingin (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil) 3. Mengikut sertakan anak-anak dalam dalam KIE tentang proses perawatan bayi 4. Edukasi tentang masalah yang dihadapi oleh keluarga terkait dengan faktor resiko yang dialami oleh ibu hamil dan berusaha untuk memecahkan dengan sumberdaya yang berasal dari keluarga. Gambar pelaksanaan kelas ibu hamil Sebelum diberikan materi tentang faktor resiko dan deteksi dini kehamilan beresiko, diberikan kuesioner terkait materi tersebut untuk menilai prior knowledge ibu hamil (pre test), dan kemudian di akhir kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) (minggu keempat April) diberikan kembali kuesioner Family Centered Maternity Care ...
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 25
Menilai peningkatan pengetahuan ibu hamil (post test). Hasil pre test dan post test disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3 Hasil Pre Test dan Post Test Pengetahuan tentang Kehamilan Resiko Tinggi Nilai Terendah Rata-Rata Tertinggi PreTest 30 47,14 60 PostTest 60 74,8 80 Berdasarkan tabel 1.di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ratarata pengetahuan peserta antara sebelum dan sesudah diberikan pelatihan sebesar 30 poin, dari skor maksimal 100. Terjadi peningkatan nilai terendah dari 30 menjadi 60.Pada pencapaian nilai tertinggi juga mengalami peningkatan dari 60 menjadi 80. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil dengan kehamilan beresiko di desa Danguran berdasarkan indikator pengetahuan ibu hamil berhasil dilakukan. Pada akhir kegiatan, dosen memberikan kuesioner tentang pelaksanaan kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) yang bertujuan untuk menilai keberhasilan kegiatan secara
keseluruhan, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Kader tentang Deteksi Dini Kehamilan Beresiko No. Aspek Penyuluhan Skore 1. Tujuan kegiatan ini tercapai 9.5 2. Penjelasan terhadap materi 9.0 3. Alokasi waktu 9.0 4. Relevansi materi 9.2 5. Pengelolaan kegiatan 9.3 6. Presentasi narasumber 9.2 7. Ketersediaan materi 9.7 8. Kualitas kegiatan secara keseluruhan 9.5 Berdasarkan penjumlahan skor rata-rata yang telah dilakukan pada 7 ibu hamil, diketahui bahwa dari delapan aspek penilaian didapatkan skor terendah sebesar 9.0 (indikator alokasi waktu) dengan skor tertinggi 9,7 (indikator ketersediaan materi), dari skor maksimal 10. Skor ratarata secara keseluruhan adalah 9,3 lebih besar dari skor terendah yaitu 9,0. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) pada ibu hamil dengan kehamilan beresiko di desa Danguran dan Tegalyoso secara keseluruhan dikatakan berhasil. Kegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) dapat menambah pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang faktor resiko yang mereka hadapi, keluarga lebih siap dan siaga sehingga dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam melakukan pendampingan Family Centered Maternity Care.
GEMASSIKA Vol. 2 No. 1 Mei 2018 26
Ibu hamil beresiko. Dengan meningkatnya kemampuan keluarga, maka harapannya kasus-kasus ibu hamil beresiko dapat dideteksi sedini mungkin untuk segera dilaporkan oleh kader, dan dilakukan penanganan segera oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, dengan terselenggaranyakegiatan Family Centered Maternity Care (FCMC) ini dapat memperkuat program pendampingan ibu hamil beresiko oleh keluarga. Berdasarkan wawancara secara langsung yang dilakukan pada ibu hamil dan keluarga, mereka mengatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi mereka. Mereka berharap bahwa kegiatan serupa dapat dilaksanakan kembali pada periode berikutnya.