MODUL 1 MATA MERAH Skenario 1 : Bola Mataku Dedi, anak laki-laki 10 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan mata kiri merah dan nyeri sejak 1 jam yang lalu. Diketahui sebelumnya mata kirinya terkena hantaman bola kasti saat bermain. Ketika dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan perdarahan di sklera disertai edema ringan. Untuk memastikan apakah terjadi gangguan pada media refrakta, dokter kemudian merujuk pasien ke poli mata untuk diperiksa dengan slit lamp setelah melakukan tata laksana sebelumnya. Pada saat yang sama, ibunya juga membawa adik Dedi yang selama ini mengeluh mata merah dengan belekan berwarna kekuningan. Keluhan ini sudah berlangsung selama 3 hari dan semakin memberat akibat sering mengucek matanya karena sangat gatal, dan seperti ada pasir Diketahui tetangga mereka mengeluhkan hal yang sama. Dokter kemudian memberikan salep topikal dan menyatakan bahwa penyakitnya ini mudah menular. Bagaimana Anda menjelaskan kasus di atas? Fisiologi penglihatan Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea,humour aqueous, lensa, dan korpus vitreus) yang mempunyai kepadatan yang berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan melepaskan lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan siliari, yang bias memendekkan jarak antara kedua sisi badan siliari yang diikuti dengan relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketengangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot siliaris. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dibantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melalui lensa yang tebal. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke korteks. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan mata kanan dan kiri), bagian medial dari masingmasing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual. Proses Fototransduksi Fototransduksi adalah pengubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik , pada dasarnya sama untuk semua fotoreseptor. Aktifitas fotoreseptor dalam gelap Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung saluran Na bergerbang kimia. Tidak seperti semua salaruran bergerbang kimiawi lainnya yang berespon terhadap pembawa pesan kedua internal GMP siklik atau cGMP (guanosin monofosfat siklik). Pengikatan cGMP ke saluran Na membuat saluran ini tetap terbuka. Tanpa cahaya, konsentrasi cGMP tinggi. Karena itu, saluran Na fotoreseptor tidak seperti kebanyakan fotoreseptor, terbuka jika tidak terdapat rangsangan, yaitu dalam keadaan gelap. Kebocoran pasif Na masuk ke sel menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebaran pasif depolarisasi ini dari segmen luar (tempat lokasi saluran Na) ke ujung sinaps (tempat penyimpanan neurotransmitter fotoreseptor) membuat saluran Ca berpintu voltase diujung sinaps tetap terbuka. Masuknya kalsium memicu pelepasan neurotransmitter dari ujung sinaps selama dalam keadaan gelap.
Aktifitas fotoreseptor dalam keadaan terang Pada pajanan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui serangkaian reaksi biokimia yang dipicu pengaktifan fotopigmen. Retinen berubah bentuk ketika menyerap sinar. Perubahan konformasi ini menyebabkan pengaktifan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung suatu protein G yang dinamai fototransdusin. Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin yang sebaliknya akan mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan cGMP sehingga konsentrasi pembawa pesan kedua ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya, penurunan cGMP memungkinkan saluran Na berpintu kimiawi tertutup. Penutupan saluran ini menghentikan kebocoran Na penyebab depolarisasi dan menyebabkan hiperpolarisasi membrane. Hiperpolarisasi ini, yang merupakan potensial reseptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps fotoreseptor. Di sini perubahan potensial menyebabkan penutupan saluran Ca berpintu voltase dan karenanya, penurunan pelepasan neurotransmitter dari ujung sinaps.Sehingga terjadi aksi potensial di jalur penglihatan.
Patomekanisme Mata Merah Seperti yang kita ketahui pada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar. Hyperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih. Mata terlihat merah akibatnya melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis , pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perokornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma akutkongestif. Pada konjungtivitis di mana akan terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.
Patomekanisme Nyeri Mata Apabila terjadi kerusakan pada jaringan, zat-zat inflamasi akan dikeluarkan. Di samping itu juga ada baradikidin. Zat-zat ini merangasang nosiseptor teraktivasi. Nosiseptor ini mengirim sinyal ke saraf aferen melalui serabut saraf alfa dan c. Serabut saraf alfa untuk rasa nyeri yang cepat, sementara sebut saraf c untuk rangsangan nyeri tipe lambat. Rangsangan ini diperantarai oleh substantia P. Adkanya zat ini, membuat rangsangan sampai ke korda spinalin. Dari sini akan dilanjutkan ke thalamus kemudian ke bagian somatosensorik untuk dipresepsikan sebagai rasa nyeri
Penyakit-penyakit yang menyebabkan keluhan utama mata merah disertai nyeri 1) Konjungtivitis 2) Iridoskleritis Akut
3) Episkleritis 4) Keratitis 5) Glaukoma akut 6) Skleritis
Tabel Perbandingan Kata Kunci
Konjungtivitis
Episkleritis
Keratitis
Wanita, 33 thn Mata Merah Nyeri
+ + +
+ + + (nyeri tekan)
+ + +
Di alami sejak 1 hari yang lalu
+
+
+/-
Skleritis
+/+ + (Nyeri bila bola mata digerakkan) (4-5 minggu setelah episkleritis)
Iridoskleritis
Glaukoma
Akut
Akut
+ + +
+/+ +
+
+
Perbedaan mata merah yang disebabkan oleh bakteri dengan virus Mata Merah Yang Disebabkan Virus Penyebab yang memimpin dari suatu mata merah yang meradang adalah infeksi virus. Sejumlah virus-virus yang berbeda dapat menjadi bertanggung jawab atas infeksi. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan virus biasanya dihubungkan lebih banyak dengan suatu pengeluaran cairan yang tidak berwarna hijau atau kuning. Seringkali, gejala-gejala virus seperti influensa, seperti hidung yang mampat dan hidung yang ingusan, juga hadir. Kelopak-kelopak mata mungkin juga bengkak. Adakalanya melihat pada sinar-sinar yang terang adalah menyakitkan. Ketika mata merah yang disebabkan virus mungkin tidak memerlukan suatu antibiotik, mereka yang terpengaruh harus menemui seorang dokter, karena adakalanya bentuk mata merah ini dapat berkaitan dengan infeksi kornea (bagian jernih dari depan bolamata). Infeksi ini harus dideteksi dan dirawat secara benar. Mata merah yang disebabkan oleh virus adalah sangat menular. Mata merah yang disebabkan virus biasanya hilang dalam tujuh sampai sepuluh hari setelah munculnya gejala-gejala. Mata Merah Yang Disebabkan Bakteri Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksius adalah staphylococci, pneumococci, dan streptococci. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan bakteri termasuk: •
sakit/nyeri mata,
•
bengkak,
•
kemerahan, dan
•
suatu jumlah kotoran yang sedang sampai besar, biasanya berwarna kuning atau kehijauan. Kotoran umumnya berakumulasi setelah tidur. Anak-anak yang terpengaruh mungkin terbangun paling
tidak senang bahwa mata mereka lengket tertutup, memerlukan suatu handuk yang hangat untuk mengangkat
kotorannya. Mata merah yang disebabkan bakteri dirawat dengan berulangkali penggunaan handuk-handuk hangat pada mata-mata (coba terapkan ini pada satu mata anak anda setiap waktu selama suatu video yang ia senangi) dan memerlukan obat-obat tetes antibiotik atau obat salep yang diresepkan oleh dokter. Hati-hati untuk tidak menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, atau dari suatu infeksi lama, karena mungkin ini tidak memadai untuk infeksi anda yang sekarang atau mungkin telah tercemar dari infeksiinfeksi lain dengan secara kebetulan menyentuhkan botol obat pada area-area yang terinfeksi. Suatu metode yang aman, efektif, dan kurang menakutkan untuk anak anda, untuk meneteskan obat tetes kedalam mata-mata melibatkan meminta anak anda untuk berbaring, dengan instruksi-instruksi untuk hanya "menutup mata-mata anda", dan menempatkan jumlah-jumlah tetesan yang direkomendasikan pada pojok bagian dalam dari
Perbedaan sakit pada permukaan mata dengan sakit pada orbital 1. Sakit dipermukaan mata Rasa sakit di permukaan mata adalah kondisi dimana rasa sakit berasal dari luar struktur permukaan mata, beberapa penyebabnya adalah: •
Konjungtivitis adalah salah satu masalah mata yang paling umum. Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh alergi, bakteri, kimia, atau peradangan virus dari konjungtiva (membran yang lembut melapisi kelopak mata dan menutupi bola mata). ciri-ciri sakit mata yang disebabkan oleh konjungtivitis ini adalah - mata berubah warna menjadi merah muda. rasa sakit biasanya ringan, atau tidak ada rasa sakit sama sekali. Gatal, kemerahan.
•
Lecet kornea juga penyebab umum sakit mata. kornea adalah salah satu bagian pada mata paling transparan, sensitif dan lembut. Lecet biasanya terjadi dikarenakan goresan ke permukaan kornea, seperti dari benda asing atau terlalu sering menggunakan lensa kontak.
•
Efek Kimia dan luka bakar merupakan penyebab signifikan pada sakit mata. Efek Kimia yang dimaksud berupa asam atau zat basa, seperti pembersih rumah tangga atau pemutih.
•
Adapun luka bakar biasanya berasal dari sumber cahaya yang kuat, seperti percikan las api atau juga berasal dari matahari dan alat-alat penerangan yang memiliki intensitas cahaya cukup tinggo.
•
Radang kelopak mata biasanya terjadi dikarenakan kelenjar minyak terpasang di tepi kelopak mata.
•
penyebab lainnya adalah adanya iritasi mata. ditandai dengan adanya benjolan kecil pada mata Anda, benjolan mata ini dibentuk oleh kelenjar minyak mata yang tidak normal. sehingga menyebabkan iritasi pada mata, rasa sakitnya cukup menyakitkan
2. Sakit didalam orbit mata (orbital) Sakit Orbital digambarkan sebagai sakit yang terdapat dibagian dalam mata atau di belakang permukaan mata. Berikut ini beberapa penyebab sakit mata yang berasal dari orbital : •
glaukoma menyebabkan nyeri orbital, walaupun sebagian besar kasus glaukoma tidak menyakitkan. Glaukoma disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular, atau tekanan internal mata, yang akhirnya dapat
menyebabkan cacat dalam penglihatan dan bahkan kebutaan jika tidak diobati. Tekanan intraokular dapat meningkat dikarenakan penyumbatan cairan mata atau peningkatan produksi aqueous humor (cairan yang menggenangi mata). Hal ini biasanya terjadi pada orang tua. •
iritis adalah peradangan pada iris, atau bagian berwarna dari mata, yang menyebabkan rasa sakit mata dalam.
•
neuritis Optik adalah suatu peradangan pada saraf optik. Saraf optik terhubung ke bagian belakang mata. Penyebab peradangan ini biasanya berasal dari multiple sclerosis, infeksi virus, atau infeksi bakteri.
•
Sinusitis, yang merupakan infeksi bakteri atau virus dari sinus, dapat menyebabkan rasa nyeri orbital atau lekuk mata.
•
Migran, adalah penyebab yang sangat umum nyeri orbital mata yang terkait dengan sakit kepala.
•
Trauma peristiwa, seperti cedera penetrasi ke mata, pukulan mata dengan benda asing, dan tabrakan kendaraan bermotor, yang menyebabkan rasa sakit mata signifikan dan cedera. Goresan ke kornea biasanya terkait dengan peristiwa traumatis yang sangat menyakitkan. Ini adalah mata masalah umum yang menyebabkan orang untuk mencari bantuan medis.
2.1 Penegakan Diagnosis Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat memalu, mengasah, atau ledakan 1. Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya11. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Apabila didapatkan gangguan penglihatan parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmos dapat ditentukan dengan melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit lamp, maka senter, kaca pembesar, atau dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera di permukaan tarsal kelopak dan segmen anterior 2. Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka, dan abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran , bentuk, dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera. Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra, dan forniks, dapat diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak mata atas. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk
mengamati lensa, korpus vitreous, discus optikus, dan retina. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma mata, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti2,5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG mata, CT scan, hingga MRI. Pemeriksaan darah lengkap, status kardiologi, radiologi dapat ditambahkan jika akan dilakukan tindakan tertentu yang membutuhkan pemeriksaan penunjang tersebut.
2.2 Penatalaksanaan Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat sikloplegik atau antiobiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung Fox (atau sepertiga bagian bawah corong kertas) pada mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus harus diberikan sesuai kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum jangan menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan di dalam bola mata sehingga mengingkatkan kecenderungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anestesi umum yang bekerja singkat2,6. Pada cedera yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. Perlu diperhatikan bahwa pemberian anestetik topical, zat warna, dan obat lain yang diberikan ke mata yang cedera harus steril. Tetrakain dan fluoresens tersedia dalam satuan-satuan dosis individual yang steril2,7. Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel1, yang lebih tepatnya jangan pernah memberi larutan anesteik topikal kepada pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini dapat memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea permanen 2. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida1. Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman serta lebih tertutup pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam2. 1.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan oftalmik lengkap termasuk pemeriksaan visus, reaksi pupil, lapangan pandang, pergerakan otot-otot ekstraokular, tekanan intraokular, pemeriksaan slit lamp, funduskopi dan lain-lain.
Setiap laserasi kelopak mata yang letaknya di kantus medialis hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terlibatnya sistem lakrimasi sehingga terbukti tidak. Pemeriksaan tulang-tulang orbita terhadap kemungkinan terjadinya fraktur harus dilakukan. Ruptur bola mata adalah segera ditentukan pada pemeriksaan fisis. Namun, biasanya ini tersembunyi. Pemeriksaan mata yang mengalami trauma harus diperiksa dengan sistematis dan hati-hati agar penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan mengurangi trauma yang lebih lanjut. 2. o
o o
o
Pemeriksaan penunjang Foto polos Foto polos orbita kurang membantu dalam menentukan kelainan berbanding CT-scan. Tetapi foto polos masih dapat dilakukan. Antaranya foto polos 3 posisi, proyeksi Water’s, posisi Caldwelldan proyeksi lateral. Posisi-posisi ini berfungsi untuk melihat dasar orbita, atap orbita dan sinus paranasalis. Ultrasonografi USG membantu dalam melihat ada tidaknya benda asing di dalam bola mata dan menentukan lokasi ruptur. CT-scan CT-scan adalah metode pencitraan paling sensitif untuk mendeteksi ruptur yang tersembunyi, hal-hal yang terkait dengan kerusakan saraf optic, adanya benda asing serta menampilkan anatomi dari bola mata dan orbita. Magnetic Resonance Imaging MRI sangat membantu dalam mengidentifikasi jaringan lunak bola mata dan orbita
Komplikasi
Sama halnya dengan penatalaksanaannya, komplikasi yang timbul akibat trauma okuli juga dibedakan berdasarkan mekanisme traumanya, yaitu : 1. o o o 2. o o o o o o
Komplikasi Trauma Tembus Okuli : Infeksi Iritis Katarak Komplikasi Trauma Tumpul okuli : Midriasis Glaukoma Katarak Dislokasi lensa Vitreous haemorrhage Atrofi N. Opticus
Anamnesis Keluhan utama pasien konjungtivitis adalah mata merah. Keluhan disertai rasa gatal, rasa panas terbakar, rasa mata mengganjal, silau, penurunan tajam penglihatan, sekret mata, riwayat alergi, dan riwayat paparan. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat penggunaan lensa kontak, riwayat penggunaan obat-obatan (termasuk tetes mata), dan riwayat hubungan seksual yang berisiko (bila dicurigai infeksi akibat kuman penyakit menular seksual). [1,2,6,7] Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang didapat dari masing-masing jenis konjungtivitis memiliki ciri khas masing-masing. Semua pasien dengan keluhan oftalmologi, sebaiknya menjalani pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat adanya defisit visus dan memastikan tidak ada gangguan oftalmologi yang lebih serius. Pemeriksaan tajam penglihatan dapat dilakukan menggunakan Snellen chart. Pada pasien yang menggunakan kacamata, sebaiknya tetap dipakai pada saat pemeriksaan. Konjungtivitis Bakterial Pemeriksaan fisik konjungtivitis bakterial yang dapat ditemukan adalah injeksi konjungtiva, palpebra bengkak dan eritema, sekret mata mukopurulen, papillae (banyak ditemukan pada konjungtivitis bakterial), serta erosi epitel kornea perifer dan infiltrasi ke stroma (lebih sering akibat infeksi Haemophilus influenzae). Limfadenopati biasanya tidak ditemukan pada konjungtivitis bakterial, kecuali pada infeksi berat oleh Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis. Pada konjungtivitis bakterial akibat Neisseria gonorrhoeae pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan eksudasi dalam jumlah banyak, sekret yang hiperpurulen, kemosis berat, hiperemia konjungtiva berat, edema palpebra. Pada kasus yang terlambat ditangani dapat ditemukan infiltrat, ulkus, bahkan perforasi pada kornea.
Konjungtivitis trakoma yang diakibatkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis memiliki pemeriksaan fisik yang khas seperti pembentukan folikel sangat banyak, sekret mukopurulen, jaringan parut pada konjungtiva tarsal superior berbentuk linear atau stelata (Arlt line) yang timbul pada proses penyembuhan setelah nekrosis folikel. Involusi dan nekrosis folikel juga dapat menimbulkan depresi (lekukan) pada area limbus yang disebut sebagai Herbert pits. Pada pemeriksaan dapat pula ditemukan kekeruhan kornea, vaskularisasi kornea, trikiasis, dan entropion.[1 Diagnosis Banding Diagnosis banding konjungtivitis antara lain blefaritis, dry eyes syndrome, keratitis bakterial, dan skleritis. Blefaritis Blefaritis adalah peradangan pada palpebra yang ditandai oleh iritasi mata, rasa gatal pada kelopak mata, edema palpebra, dan serbuk seperti ketombe pada ujung kelopak mata. Penyakit ini biasanya kronis dan berhubungan dengan dermatitis seboroik. Dry Eyes Syndrome Pada dry eyes syndrome, pasien umumnya datang dengan rasa perih di mata atau mata yang sering berair. Tidak ada sekret, edema palpebra, ataupun tanda inflamasi lainnya. Keratitis Bakterial Keratitis bakterial biasanya disebabkan oleh penggunaan lensa kontak, trauma pada kornea, atau penggunaan obat tetes mata steroid. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan ulkus epitel kornea, inflamasi area sekitar kornea, dan plak endotel inflamatorik. Skleritis Skleritis ditandai dengan kemerahan fokal atau difus, perubahan warna pada sklera, penebalan sklera inisial, penipisan sklera lanjut, dan nekrosis sklera. [3,6] Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis. Pemeriksaan penunjang dilakukan pada kasus yang tidak memberikan respon terhadap terapi yang diberikan, konjungtivitis yang dicurigai akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis, serta pada kasus konjungtivitis dengan gejala yang berat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pewarnaan gram, kultur, dan PCR DNA. [1,2]
Perawatan Konjungtivitis Obat tetes mata antibiotik bisa digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri pada konjungtivitis yang parah, namun kebanyakan konjungtivitis tidak memerlukan perawatan karena biasanya gejala akan hilang dalam dua pekan. Bersihkan kelopak dan bulu mata dengan menggunakan kapas dan air dari lapisan yang lengket atau berkerak. Sebelum gejala konjungtivitis hilang, jangan memakai lensa kontak terlebih dulu. Usahakan untuk menghindari pemicu alergi. Pengobatan dengan antihistamin biasanya digunakan untuk mengatasi konjungtivitis alergi. Untuk mencegah penyebaran, hindari berbagi penggunaan handuk atau bantal, dan cucilah tangan secara rutin.
a.
Tetes
mata
antibakteri
Jika konjungtivitis akibat dari infeksi bakteri, dokter mungkin meresepkan obat tetes mata antibiotik, dan infeksi dapat sembuh dalam beberapa hari.
b. Salep
Salep mata
antibiotik
mata kadang-kadang
diresepkan
antibiotik untuk
mengobati
konjungtivitis pada anak-anak. Salep sering lebih mudah diberikan pada bayi daripada obat tetes mata, meskipun salep dapat mengaburkan penglihatan selama 20 menit setelah aplikasi. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u. v. w. x. y.
z.
Terapi sesuai dengan agen mikrobiologinya. Sebelum didapatkan hasil laboratorium, dapat diberikan antibiotik spektrum luas. (eg:Makrolide, β -lactam). Terapi yang diberikan:
Chloramphenicol tetes mata 4-6x1 gtt
Amoxicillin sirup 3x 125 mg
Recovit sirup 1x 1cthEdukasi :
Menjaga hygiene rumah dan lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran penyakit
Membersihkan sekret mata dengan air hangat yang bersih (sebaiknya dengan cairan steril)
Mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi obat tetes kepada anak
Kontrol kembali ke Puskesmas jika obat habis untuk melihat respon terapi atau keluhan semakin bertambah beratPrognosis : Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, ± 10-14 hari; jika diobati dengan memadai ± 1-3 hari. Apabiladisebabkan S. sureus, N. meningitidis, N. gonorrhea dapat timbul komplikasi jika tidak diobati segera.