BAB II PEMBAHASAN
A. Review PSAK 10 a. Mata Uang Fungsional Dan Mata Uang Pelaporan Pada dasarnya, mata uang fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang yang digunakan dalam transaksi pengukuran.Sedangkan mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. PSAK 10 mensyaratkan bahwa suatu perusahaan mengukur transaksinya menggunakan mata uang fungsionalnya dan membolehkan perusahaan menyajikan laporan keuangannya dengan menggunakan mata uang apa saja. Namun PSAK 10 paragraf 38 juga menyatakan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia adalah Rupiah. Faktor-faktor dalam menentukan mata uang fungsional menurut PSAK 10 adalah: 1. Mata uang utama yang memengaruhi harga jual barang dan jasa 2. Mata uang utama yang memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lainnya dalam penjualan barang dan jasa. Jika kedua faktor tersebut tumpang tindih, maka PSAK 10 mensyaratkan bahwa suatu perusahaan juga dapat mempertimbangkan pendukung lain dalam menentukan mata uang fungsionalnya, diantaranya: 1. Mata uang yang digunakan dalam menghasilkan aktivitas pendanaan 2. Mata uang yang digunakan dalam menahan pendapatan dari aktivitas operasi PSAK 10 lebih lanjut menyatakan bahwa setelah ditentukan, mata uang fungsional tidak boleh diubah, kecuali terjadi perubahan transaksi, peristiwa, atau kondisi (paragraf 13).Jika diubah, mata uang fungsional itu harus diperhitungkan secara prospektif sejak tanggal perubahan itu (paragraf 35). b. Akuntansi Untuk Transaksi Dalam Mata Uang Asing Dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing, terdapat 2 isu terkait, yaitu: 1. Kurs mana yang digunakan untuk menyaji ulang mata uang asing ke dalam mata uang fungsional, dan 2. Bagaimana cara menangani perbedaan kurs yang timbul c. Kurs Tentang kurs valuta asing yang digunakan untuk menyaji ulang mata uang asing ke dalam mata uang fungsional, PSAK 10 menyatakan bahwa: 1. Pada saat pengakuan awal: Transaksi dalam mata uang asing harus disaji ulang ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs tanggal transaksi (paragraf 21), dan 2. Pada setiap tanggal pelaporan (paragraf 23): 1|MATA UANG ASING
Pos-pos moneter disaji ulang menggunakan kurs penutup Pos-pos non-moneter yang dicatat pada biaya historis harus dilaporkan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan Pos-pos non-moneter yang dicatat pada nilai wajar harus disaji ulang menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai etrsebut ditentukan. d. Penjabaran Laporan Keuangan Merujuk pada PSAK 10, ada 2 skenario dimana penjabaran laporan keuangan dianggap perlu, yaitu: 1. Ketika mata uang pelaporan suatu entitas tidak sama dengan mata uang fungsionalnya, dan 2. Ketika untuk kepentingan penyajian laporan keuangan konsolidasian mata uang pelaporan anak perusahaan dan perusahaan asosiasi tidak sama dengan induk perusahaan. Dalam penjabaran laporan keuangan mata uang asing, 2 persoalan akuntansi akan muncul: Manakah kurs yang akan digunakan untuk menjabarkan berbagai laporan posisi keuangan serta pos-pos laba rugi, dan Bagaimana menangani perbedaan kurs (disebut ‘perbedaan penjabaran’) yang diakibatkan oleh penjabaran ini. Oleh karena adanya perubahan kurs, pertanyaan pun muncul berkenaan dengan kurs mana yang harus digunakan untuk menjabarkan berbagai pos dalam laporan keuangan. Persoalan lain adalah bagaimana menangani perbedaan penjabaran. Perbedaan penjabaran terjadi ketika pos-pos dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berbeda dalam laporan keuangan suksesif (atau dalam laporan keuangan yang berbeda pada periode yang sama) Kedua persoalan tersebut, yaitu: 1. Kurs mana yang akan digunakan 2. Bagaimana perbedaan penjabaran ini harus dijelaskan, dapat dijawab dengan cara yang berbeda bergantung pada metode penjabaran yang digunakan. B. Konsep Pertukaran Mata Uang Asing a. Exchange Rate Exchange rate atau nilai tukar adalah harga mata uang satu negara dalam satuan mata uang lainnya yang biasa disebut dengan reference currency (Shapiro, Alan, 45). Exchange rate dapat diperdagangkan dengan dua cara, yaitu: dengan nilai sekarang (spot rate); transaksi yang dilakukan segera, atau dengan nilai masa depan (forward rate); transaksi dilakukan pada waktu tertentu di masa depan. Nilai suatu mata uang ditentukan oleh demand dan supply mata uang terkait. Pada kenyataannya, exchange rate mempunyai dua nilai baik untuk spot rate maupun forward rate, yaitu nilai jual (ask rate) dan nilai beli (bid rate), dilihat dari pihak dealer/bank pertukaran mata uang. Bid rate selalu lebih rendah daripada ask rate, dari selisih antara bid rate dan ask rate inilah dealer mendapat keuntungan. Menurut Shapiro (2006), beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi keseimbangan exchange rate diantaranya : 2|MATA UANG ASING
1) Tingkat inflasi relatif Kelebihan supply mata uang A akan menyebabkan inflasi di negara A, jika inflasi di negara A lebih tinggi daripada di negara B maka ini berarti kenaikan relatif harga barangbarang buatan negara A dibandingkan dengan harga barang-barang buatan negara B. Sebuah negara yang mempunyai tingkat inflasi yang relatif tinggi akan menyebabkan nilai mata uangnya turun jika dibandingkan dengan negara yang mempunyai tingkat inflasi yang relatif lebih rendah. 2) Tingkat bunga relatif Perbedaan tingkat bunga juga akan menyebabkan perubahan nilai mata uang. Kenaikan relatif tingkat bunga akan mendorong investor untuk memindahkan dana mereka ke aset-aset di negara yang tingkat bunga yang lebih tinggi. Tingkat bunga yang disebutkan disini adalah tingkat bunga real (real interest rate), tingkat bunga real adalah tingkat bunga nominal(nominal interest rate) dikurangi dengan tingkat inflasi. 3) Tingkat pertumbuhan ekonomi relatif Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik investor untuk membeli aset-aset negara tersebut. Kenaikan permintaan untuk aset-aset negara tersebut akan membuat permintaan mata uang negara tersebut meningkat, peningkatan permintaan mata uang ini akan membuat nilai mata uang tersebut menjadi lebih kuat. 4) Resiko ekonomi dan politik Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keseimbangan exchange rate adalah kondisi ekonomi dan politik negara terkait. Investor lebih memilih untuk memegang lebih sedikit aset beresiko; mata uang yang beresiko rendah – dikaitkan dengan stabilitas ekonomi dan politik negara terkait – daripada memegang mata uang yang beresiko tinggi. b. Floating Exchange Rate Floathing exchange rate merupakan sistem di mana nilai tukar mata uang domestik diambangkan terhadap nilai mata uang asing.terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Free Floating Exchange Rate System (kurs mengambang bebas) Sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) adalah sistem nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang nilai tukarnya ditentukan melalui mekanisme pasar, yaitu melalui kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di pasar valuta asing pada waktu tertentu. Dengan kata lain, melalui sistem ini kecenderungan suatu mata uang mengalami apresiasi ataupun depresiasi relatif terhadap mata uang lainnya akan sangat tergantung pada minat pasar untuk memegang mata uang yang bersangkutan, tanpa adanya pembatasan maupun intervensi secara langsung dari pihak-pihak tertentu, termasuk intervensi langsung dari pemegang otoritas moneter suatu negara. Jadi dengan sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang terhadapmata uang lainnya akan dibiarkan mengambang bebas, dalam arti 3|MATA UANG ASING
fluktuasinyadibiarkan bebas tanpa dibatasi atau dikendalikan secara langsung. (Kurs yang ditentukan oleh pasar tanpa campur tangan pemerintah).
Penerapannya di Indonesia
Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode 1997.Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar.Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia.Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah.Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasir rupiah semakin meningkat. Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang , pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar. 2) Managed floating exchange rate (kurs mengambang terkendali) Sistem kurs yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran namun pemerintah dapat juga mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi pasar.kurs penentuan kurs valas yang terjadi karna adanya campur tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas melalui berbagai kebijakannya di bidang moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri.
Penerapannya di Indonesia
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %.Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negaranegara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread. Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar.Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.
4|MATA UANG ASING
c. Fix Exchange(Kurs Tetap) Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kurs tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar. Keunggulan :
Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit. Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil. Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa. Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.
Kelemahan : Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas. Kurang fleksibel terhadap perubahan global. Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor. Penerapannya di Indonesia : Sistem nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32 tahun 1964 ditetapkan bahwa nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar. Sedangkan nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan berdasarkan nilai tukar dollar terhadap negara tersebut sesuai dengan yang berlaku di pasar valuta asing Jakarta dan internasional. Dalam periode penetapan kurs tetap tersebut, Indonesia juga menetapakan peraturan sistim kontrol devisa yang ketat. Dalam sistim ini, tidak ada pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun pembelian valas namun para eksportir wajib menjual devisanya kepada bak sentral.Sebagai dampak dari penetapan kurs tetap tersebut maka Bank Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valas bagi bank komersial maupun masyarakat. d. Spot Rate Spot rate yaitu kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Transaksi spot adalah pembelian atau penjualan mata uang asing dengan kurs yang berlaku dipasar spot. Kurs di pasar spot ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap mata uang asing dipasar antar bank. Transaksi didasarkan atas suatu kontrak yang disepakati oleh dua belah pihak. Satu pihak menawarkan sejumlah mata uang kepada penerima dengan sejumlah mata uang lain dengan kurs spot yang disepakati saat itu juga.
5|MATA UANG ASING
e. Current Rate Kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi. f.
Historical Rate Historical rate yaitu kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
C. Transaksi Dalam Mata Uang Asing 1. Non Forward Contract
2. Forward Contract Forward Contract adalah perjanjian antara bank dan pelanggan untuk menyerahkan sejumlah mata uang tertentu dengan yang lain pada waktu tertentu di masa datang dengan kurs yang ditetapkan pada saat kontrak disepakati /saat ini. Kontrak-kontrak tersebut dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan transaksi-transaksi mata uang dimasa datang untuk mengurangi risiko nilai tukar mata uang.Satu pihak setuju untuk membeli, pihak lain menjual, untuk suatu harga yang telah disetujui sebelumnya.Saat terjadi transaksi forward, belum terjadi pertukaran/pembayaran uang.Pembayaran dan pengiriman barang dilakukan sesuai dengan jadwal dan aturan yang telah disepakati. Spekulan-spekulan secara aktif memposisikan diri mereka terhadap risiko valas untuk memperoleh manfaat dari expected movements (pergerakan-pergerakan yang diharapkan) atas kurs valas. Kebanyak transaksi jenis ini dilakukan melalui telepon, telex dan faksimili (over the counter), baik secara langsung maupun melalui broker dan dealer, dan negosiasinya sering didasarkan pada harga-harga yang terbentuk dibursa berjangka. Kurs forward (Forward rate) Seperti kurs spot, kurs forward dapat didefinisikan dalam dua cara yakni : direct dan indirect quote. Kurs forward adalah kurs yang ditetapkan/diketahui sekarang pada saat transaksi dilakukan (t) untuk diselesaikan/diserahkan dikemudian hari (pada masa datang) (t + k), k adalah periode-periode dalam minggu, bulan atau tahun yang akan datang. Forward rate dapat dihitung dari spot rate dan interest rate dua mata uang. Kurs forward/forward rate berbeda dari spot rate merefleksikan perbedaan tingkat bunga yang ada dalam kedua valas tersebut. Ini menggambarkan pemegang tingkat bunga valas yang lebih tinggi bersedia dan diharapkan untuk mengkompensasi pemegang tingkat bunga valas yang lebih rendah. Kontrak forward ini digunakan untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko, sebagai contoh risiko perubahan nilai mata uang (contoh: kontrak forward untuk transaksi mata uang) atau transaksi komoditi (contoh: kontrak serah untuk minyak bumi).
6|MATA UANG ASING