Masalah Sosial Kekeringan Di Indonesia.docx

  • Uploaded by: Jihan Huda Lailla
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Masalah Sosial Kekeringan Di Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,725
  • Pages: 26
MASALAH SOSIAL KEKERINGAN DI INDONESIA MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Yang di ampu oleh Drs. Hery R., M.Si

Disusun oleh :

Dinda Oktaria Azzahra

(102017008)

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO SEMESTER 3 2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmu sosial dan budaya dasar tentang masalah sosial kekeringan di Indonesia. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dalam segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik agar penulis dapat memperbaiki makalah yang akan datang. Akhir kata penulis sampaikan semoga makalah ilmu sosial dan budaya dasar tentang masalah sosial kekeringan di Indonesia dapat bermanfaat untuk para pembaca serta menjadi inspirasi terhadap pembaca.

Purworejo, 18 November 2018 Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekeringan B. Jenis-jenis Kekeringan C. Tanda-tanda Terjadinya Kekeringan D. Faktor Penyebab Kekeringan E. Dampak Kekeringan Fisik dan Non Fisik F. Cara Mengatasi Kekeringan G. Mitigasi untuk Menangani Bencana Kekeringan pada Pra Bencana, Saat Terjadinya Bencana dan Pasca Bencana BAB 3 PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian. Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino). Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan

air pada suatu

daerah dalam masa

yang

berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang

dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah berikut dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan ? 2. Apa saja jenis-jenis kekeringan ? 3. Apa saja tanda-tanda kekeringan ? 4. Apa saja faktor penyebab kekeringan ? 5. Bagaimana dampak kekeringan fisik maupun non fisik ? 6. Bagaimana cara mengatasi kekeringan ? 7. Bagaimana usaha untuk mitigasi dalam menangani bencana kekeringan baik pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana ?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui yang dimaksud kekeringan 2. Untuk menegtahui jenis-jenis kekeringan 3. Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan 4. Untuk mengetahui faktor penyebab kekeringan 5. Untuk mengetahui dampak kekeringan fisik maupun non fisik 6. Untuk mengetahui cara mengatasi kekeringan 7. Untuk mengetahui usaha untuk mitigasi dalam menangani bencana kekeringan baik pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kekeringan Kekeringan sulit untuk dapat didefinisikan secara tepat, secara umum kekeringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan (Bayong, 2004). Adapun definisi lain kekeringan merupakan suatu fenomena yang normal, biasanya terjadi secara berulang sesuai dengan iklimnya. Mendefinisikan kekeringan merupakan hal yang sulit karena sangat bergantung pada perbedaan wilayah, kebutuhan, sudut pandang disiplin ilmu. Secara garis besar, kekeringan terjadi akibat kurangnya curah hujan yang turun selama beberapa kurun waktu tertentu dan mengakibatkan kekurangan air untuk beberapa kegiatan, kelompok, di beberapa wilayah (The National Drought Mitigation Center, 2014). Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang sering muncul ketika musim kemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia mengalami masalah kekurangan air atau defisit air atau kekeringan. Dari perspektif kebencanaan kekeringan didefinisikan sebagai kekurangan curah hujan dalam periode waktu tertentu (umum-nya dalam satu musim atau lebih) yang menyebabkan kekurangan air untuk berbagai kebutuhan (UN-ISDR, 2009). Kekurangan air tersebut berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan pada suatu DAS. Pada umumnya bencana kekeringan tidak dapat diketahui mulainya, namun dapat dikatakan bahwa kekeringan terjadi saat air yang ada sudah tidak lagi mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Kerusakan lahan dan dampak kerugian yang diakibatkan oleh kejadian kekeringan sangat luas dan nilai ekonomi kerugian cukup besar. Secara umum kejadian kekeringan dapat ditinjau dari aspek: hidro- meteorologi, pertanian, dan hidrologi (Wilhite, 2010). Dari aspek hidro- meteorologi kekeringan timbul dan disebabkan oleh berkurangnya curah hujan selama

periode tertentu. Dari aspek pertanian dinyatakan kekeringan jika lengas tanah berkurang sehingga tanaman kekurangan air. Lengas tanah (soil moisture) merupakan

parameter yang menentukan potensi produksi

tanaman. Ketersediaan lengas tanah juga erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah. Secara hidrologi kekeringan ditandai dengan berkurang-nya air pada sungai, waduk dan danau (Nalbantis et al., 2008). Kekeringan berkaitan dengan kondisi rata-rata jangka panjang kesetimbangan antara presipitasi dan evapotranspirasi (yaitu evaporasi+transpirasi) di daerah tertentu pada kondisi yang sering dianggap “normal”.Kekeringan juga berkaitan dengan waktu (adanya penundaan pada awal musim penghujan, sehingga periode musim kemarau lebih panjang) dan tingkat keefektifitasan hujan (yaitu intensitas curah hujan, jumlah kejadian hujan).Faktor iklim lainnya seperti temperatur yang tinggi, angin kencang dan kelembapan relatif yang rendah sering dikaitkan sebagai faktor-faktor yang memperparah kekeringan di banyak daerah di dunia. Fenomena IOD ( Indian Ocean Dipole) dan El Nino mempunyai dampak terhadap curah hujan di Indonesia (Bayong, 2008). Fenomena IOD disebabkan oleh interaksi atmosfer laut di Samudera Hindia Ekuatorial, dimana terjadi perbedaan beda temperatur permukaan laut antara Samudera Hindia tropis bagian barat atau pantai Afrika Timur dan Samudera Hindia Tropis bagian timur atau Pantai Barat Sumatera (Yamagata et al., 2000). Periode kekeringan di Indonesia sendiri dipengaruhi oleh peristiwa El Nino di Samudera Pasifik ekuator dan pantai barat Amerika Selatan El Nino mempengaruhi aktivitas curah hujan terutama di bagian timur dari pada bagian barat Kontinen Maritim Indonesia (Bayong, 2002). El Nino menyebabkan variasi iklim tahunan.Ketika tahun El Nino, sirkulasi zonal di atas Indonesia divergen, sehingga terjadi subsidensi

udara

atas.

Divergensi

massa

udara

mengakibatkan

penyimpangan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengah dan timur (Bayong, 2003). Fenomena El Nino dapat menimbulkan bencana

kekeringan, banjir, dan bencana lain yang dapat mengacaukan dan merusak pertanian, perikanan, lingkungan, kesehatan, kebutuhan energy, kualitas udara dan sebagainya (Bayong, 2008). Dampak dari kekeringan muncul sebagai akibat dari kurangnya air, atau perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Kekeringan paling sering dihubungkan dengan curah hujan yang rendah atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga terjadi pada daerah-daerah dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar. Manusia cenderung mematok aktivitas-aktivitas mereka di sekitar keadaan kelembaban yang sudah biasa. Dengan demikian, setelah bertahun-tahun hidup dengan curah hujan di atas rata-rata, manusia bisa menganggap tahun pertama sewaktu curah hujan rata-rata kering terjadi kekeringan. Lebih jauh lagi,tingkat curah hujan yang bisa memenuhi kebutuhan seorang peladang mungkin merupakan kekeringan yang serius bagi seorang petani yang menanam jagung. Untuk mendefinisikan kekeringan di suatu daerah, perlu dipahami dengan baik karakteristik meteorologi dan juga persepsi manusia tentang kondisi-kondisi kekeringan. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahuntahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terusmenerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

B. Jenis-Jenis Kekeringan Kekeringan hampir terjadi dimanapun, walaupun kejadiannya bervariasi dari wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Kekeringan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Kekeringan Meteorologis (Meteorological Drought)

Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim.Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Intensitas kekeringan berdasarkan definisi meteorologis adalah sebagai berikut; 1. Kering : apabila curah hujan antara 70% -85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 2. Sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh dibawah normal) Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014), Meteorological drought di definisikan

berdasarkan tingkat kekeringan (perbandingan antara

jumlah “normal” atau rata-rata) dengan lamanya masa kering. Definisi Meteorological Drought harus dianggap sebagai wilayah khusus karena kondisi atmosfer yang mengakibatkan kekurangan curah hujan sangat bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya. Beberapa contoh dari meteorological drought mengidentifikasi kekeringan berdasarkan jumlah hari dengan curah hujan kurang dari threshold yang telah ditetapkan.Langkah ini hanya cocok untuk ambang pintu daerah yang karakteristik dengan curah hujan yang turun sepanjang tahun seperti wilayah hutan hujan tropis, beriklim lembab subtropics, atau beriklim lembab di lintang menengah.

2. Kekeringan Pertanian Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014) kekeringan pertanian atau Agricultural Drought berhubungan erat dengan karakteristik kekeringan meteorologi (Meteorological Drought) maupun kekeringan hidrologi (Hydrological Drought ) yang berpengaruh pada pertanian dengan fokus pada kekurangan curah hujan, perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan aktual, deficit air tanah, berkurangnya air tanah atau tingkat reservoir, dsb. Kebutuhan air untuk tanaman

bergantung pada kondisi cuaca, karakteristik biologis dari tanaman tertentu, tahap pertumbuhan, dan sifat-sifat fisis dan biologis tanah. Definisi yang baik mengenai agricultural drought harus dapat menjelaskan

variabel

kerentanan

tanaman

selama

tahap-tahap

pertumbuhan tanaman sejak awal masa pertumbuhan.

3. Kekeringan Hidrologis Menurut BNPB pada tahun 2014, kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara

berkurangnya curah hujan dengan

berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awaln terjadinya kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai berikut: 1) Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan. 2) Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25 tahunan. 3) Amat Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah periode 50 tahunan

C. Tanda-tanda Terjadinya Kekeringan Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut: 1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan. 2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi

muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan. 3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.

D. Faktor-faktor Terjadinya Kekeringan Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan: 1. Lapisan tanah tipis Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.

2. Air tanah dalam Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliranaliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau, karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.

3. Tekstur tanah kasar

Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.

4. Iklim Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim kemarau. 5. Vegetasi Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.

6. Topografi Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran

tinggi

tidak

mampu

menyimpan

air

lebih

lama.

E. Dampak Kekeringan 1. Fisik  Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.  Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.  Kerusakan spesies tanaman.  Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).  Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang).  Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retakretak, sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.  Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.

2. Non Fisik a. Ekonomi  Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.

 Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.  Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.  Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.  Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biayabiaya energi.  Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.  Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.  Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.  Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.

b. Sosial Budaya  Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.  Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).  Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan.  Konflik di antara penggunan air. Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.  Ketidakadilan

dalam

distribusi

akibat

dampak-dampak

kekeringan dan bantuan pemulihan.  Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.  Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.

 Kekacauan sosial, perselisihan sipil.  Pengangguran

meningkat,

karena

yang

tadinya

bertani

kehilangan mata pencaharian.  Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.

c. Politik Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan

bencana

kekeringan.

Badan

khusus

penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk

di

Indonesia

yaitu

BNPB

(Badan

Nasional

Penanggulangan Bencana).

F. Cara Mengatasi Kekeringan Mengingat kondisi yang hampir selalu terjadi setiap tahunnya ini, diperlukan cara mengatasi kekeringan yang setidaknya dapat menangani dan membantu kita melewati kondisi yang satu ini. 1. Cara mengatasi kekeringan dengan embung Cara mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan membuat embung alias penampung air hujan. Nantinya, embung ini dapat digunakan sebagai penyedia air ketika musim kemarau panjang tiba. Embung ini dapat membantu untuk mengairi tanaman-tanaman yang ‘terjebak’ ketika musim kemarau tiba, sehingga tanaman-tanaman tersebut tidak akan mati karena kekurangan air. Cara ini cukup efektif dan dapat digunakan oleh para petani, mengingat seringnya terjadi gagal panen karena kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan. Pertimbangkanlah seberapa banyak air yang akan dibutuhkan ketika membuat embung. Semakin besar embung yang dibuat maka akan semakin banyak pula air yang tertampung, maka akan semakin banyak pula lahan dan tanaman yang dapat diairi.

2. Cara mengatasi kekeringan dengan memelihara waduk Selanjutnya, ketika musim kemarau banyak sumber air yang mengalami kekeringan. Misalnya, waduk. Untuk mengatasi hal tersebut maka cara mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah waduk mengalami pendangkalan. Pasalnya, jika terjadi pendangkalan maka kapasitas air dalam waduk akan berkurang dan menyebabkan waduk menjadi cepat kering ketika musim kemarau tiba. Penyebab dari pendangkalan ini adalah karena adanya sedimentasi butiran tanah yang dibawa oleh aliran sungai dari daerah hulu akibat dari rusaknya ekosistem hulu. Untuk menghindari pendangkalan waduk ini, maka perlu dilakukan pengerukan agar waduk menjadi lebih dalam lagi. Dengan begitu, waduk pun mampu menampung air lebih banyak lagi. 3.

Cara mengatasi kekeringan dengan penghijauan Jangan lupa juga untuk selalu melakukan penghijauan. Ini merupakan cara mengatasi kekeringan yang paling klasik tapi tidak boleh dilewatkan. Penghijauan sebaiknya di lakukan di daerah hulu disertai dengan pengurangan konversi lahan di daerah hulu. Konversi lahan ini mampu mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap air hujan. Penghijauan ini nantinya bisa mengurangi terjadinya sedimentasi sehingga tidak akan terjadi pendangkalan waduk. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong mampu menjaga butiran tanah ketika hujan tiba. Tanaman yang rapat juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga akhirnya air tanah akan tersedia lebih lama.

4. Terakhir, sebaiknya berikan peringatan kepada masyarakat bahwa akan terjadi kekeringan. Dengan begitu masyarakat dapat bersiap-siap untuk mencari cara mengatasi kekeringan yang dapat membantu mereka. Peringatan ini sangat penting untuk dilakukan. Terutama bagi para petani. Sehingga mereka dapat mempertimbangkan kapan saat yang pas untuk menanam, sehingga tidak akan terjadi gagal panen karena

kekeringan. Selain itu, pemerintah seharusnya bisa membantu masyarakat dengan memberikan pompa air. Pompa air sangat penting karena dapat membantu pengadaan air untuk irigasi ketika pasokan air yang dibutuhkan kurang atau tidak mencukupi. Nantinya dengan pompa air tersebut, petani dapat mengatasi kelangkaan air dengan memompa air dari sungai atau sumber-sumber air sekitar.

G. Mitigasi Dampak Kekeringan Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana 1. Penyusunan

peraturan

pemerintah

tentang

pengaturan

sistem

pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data. 2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan 3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah. 4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan. 5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerahdaerah rawan kekeringan. Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut : 1. Pra Bencana a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif. b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih. c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita. d. Membuat lingkungan.

waduk

(embung)

disesuaikan

dengan

keadaan

e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik. f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya. h. Panen dan konservasi air Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran

permukaan dan sekaligus juga tindakan

konservasi air. Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan. 1) Rorak Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi. Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya rendah dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2) Saluran Buntu Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak boleh

tergenang

menyebabkan

terlalu

lama

terganggunya

(berhari-hari)

pernapasan

akar

karena tanaman

dapat dan

berkembangnya berbagai penyakit pada akar. 3) Lubang Penampungan Air (catch pit) Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian tanaman.

4) Embung Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau. Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.

5) Bendungan Kecil (cek dam) Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan

berbagai

keperluan lainnya. 6) Panen air hujan dari atap rumah Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi. Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang : -

Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering) a. Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan. b. Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan. c. Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk. d. Perbaikan sarana dan prasarana pengairan. e. Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya. f. Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak. g. Persiapan tindak darurat.

h. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air. i. Penyediaan air minum dengan mobil tangki. j. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan. k. Penyediaan pompa air -

Perencanaan jangka panjang meliputi antara lain : a. Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu. b. Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung). c. Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai. d. Penggunaan air secara hemat. e. Penciptaan alat sanitasi hemat air. f. Pembangunan prasarana daur ulang air. g. Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.

2. Bencana Sasaran

penanggulangan

kekeringan

ditujukan

kepada

ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui: Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air : a. Penyediaan air minum dengan mobil tangki. b. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan. c. Penyediaan pompa air. d. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring). Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara lain dengan upaya : a) Dampak Sosial



Penyelesaian konflik antar pengguna air.



Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan

b) Dampak Ekonomi 

Peningkatan cadangan air melalui pembangunan wadukwaduk

baru,

optimalisasi

fungsi

embung,

penghijauan daerah tangkapan air,

situ,

penghentian

perusakan hutan, dll. 

Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.



Mempertahankan

produksi

pertanian,

peternakan,

perikanan, dan kayu/ hutan melalui diversifikasi usaha. 

Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem pemasaran.

c) Dampak Keamanan 

Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.



Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehatihatian dalam penggunaan api

d) Dampak Lingkungan 

Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).



Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.



Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.



Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan

kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara. 

Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa pembakaran.

3. Pasca Bencana Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana kekeringan antara lain: a. Bantuan sarana produksi pertanian. b. Bantuan modal kerja. c. Bantuan pangan dan pelayanan medis. d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll. e. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi. f. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air. Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial, yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan dampak.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Kekeringan merupakan suatu peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas alam tetapi aktivitas alam ini sangat menggangu dan merugikan banyak aspek seperti aspek fisik dan non fisik (sosial budaya, ekonomi, politit). kerugian fisik yang di timbulkan misalnya terutama rusaknya tanaman petani yang menggakibatkan gagal panen dan kelaparan, selain itu kerugian fisik selalu menggarah pada manusia karena kekeringan menyebabkan kekurangan air bersih yang memaksa orang untuk mengkonsumsi air yang tidak sehat, bahkan banyak hewan, tanaman dan manusia mati karena kekurang air yang sangat di butuhkan untuk bertahan hidup. Kerugian non fisik yaitu terjadi kerugian terhadap pemasukan negara dan ekonomi. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekeringan sebelum terjadi dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi di masyarakat akan bahaya kekeringan yang tejadi apabila masyarakat menggunakan air berlebihan diluar batas kebutuhan.

B. Saran 1. Bagi institusi Diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan bimbingan kepada para mahasiswa untuk menerapkan teori yang didapat agar lebih mampu diaplikasikan ketika praktik di lahan serta memnambah fasilitas untuk mendukung efektifitasnya dalam pembelajaran.

2. Bagi Mahasiswa Kepada mahasiswa untuk dapat memahami dan mngerti lebih dalam teori tentang ilmu sosial dan budaya dasar khususnya pada masalah

sosial serta mahasiswa dapat menyelesaikan atau menyikapinya sesuai dengan wawasan yang telah didapat.

3. Bagi Masyarakat Kepada masyarakat hendaknya menggunakan air dengan baik, jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan air kerena bisa meyebabkan kekuranagan air. Gunakanlah air secukupnya atau sesuai kebutuhan. Juga tidak melakukan hal apapun yang berdampak atau berpotensi merusak lingkungan. Ikut menjaga kelestarian alam dengan cara menanam pohon atau paling tidak jangan merusak pohon dan tanaman sembarangan .Menurut keagamaan kekeringan itu di sebabkan oleh tingkah laku manusia sendiri yang terlalu serakah serta faktor kemaksiatan yang merajalela.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Permasalahan Kekeringan dan Cara Mengatasinya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Bandung.

Anonim, 2017. Mitigasi Bencana Kekeringan. Bandung.

Kodoatie, R.J dan Sjarief R. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta.

Supriharyono, 2000, Pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wilhite, D. A. 2010. Quantification of agriculture drought mitigation, in agriculture drought indices, Proceedings of an Expert Meeting 2-4 June. Murcia, Spain, WMO, Geneva

Related Documents


More Documents from ""