BAB II Bayi Tabung, Anak Inseminasi Buatan dan Bank ASI dalam Pandangan Hukum Islam
A. Pengertian Bayi Tabung Bayi tabung adalah individu (bayi) yang di dalam kejadiannya, proses pembuatannya terjadi di luar tubuh wanita (in vitro), atau dengan kata lain bayi yang di dalam proses kejadiannya itu ditempuh dengan cara inseminasi buatan, yaitu suatu cara memasukkan sperma ke dalam kelamin wanita tanpa melalui senggama.1 Bayi tabung disebut sebagai istilah ب ِ ِطف ُل األَنَا بِيyang artinya jabang bayi; yaitu sel telur yang telah dibuahi oleh sperma yang telah dibiakkan dalam tempat pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk diletakkan ke dalam rahim seorang ibu.2
B. Pengertian Anak Inseminasi Buatan Kata inseminasi berasal dari bahasa inggris “insemination” yang artinya pembuahan atau penghamilan secara teknologi, bukan secara alamiah. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata inseminatus (latin) yang berarti pemasukan atau penyampaian. Kata inseminasi itu sendiri, dimaksudkan oleh dokter Arab, dengan istilah ح ُ اَلتَّل ِقيdari fi’il (kata kerja) لَقَّ َح- يُلَ ِق ُحmenjadi ت َل ِقي ًحاyang berarti mengawinkan atau mempertemukan (memadukan).3
C. Macam-macam Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung 1. Macam-Macam Inseminasi Buatan
1
Syarif Zubaidah, Bayi Tabung, Status Hukum, dan Hubungan Nasabnya dalam Prespektif Hukum Islam, 1999, Jogjakarta: UII, hlm: 46. 2 Majhuddin, Masail Fiqhiyyah (Kasus-Kasus Aktual dalam Hukum Islam), (Jakarta: Radar Jaya Offset), 2016, hlm: 12. 3 Majhuddin, Masail Fiqhiyyah… hlm: 11.
a. Inseminasi Heterolog atau yang disebut juga “artificial insemination donor (AID); yaitu inseminasi buatan yang selnya bukan berasal dari air mani suami-istei yang sah. b. Inseminasi Homolog atau yang disebut juga “artificial insemination husband” (AIH); yaitu inseminasi buatan yang berasal dari sel air mani suami isteri yang sah.4
2. Macam-Macam Bayi Tabung
D. Dampak Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung 1. Dampak Inseminasi Buatan Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas. Selain itu, pada sekitar 5% dari wanita yang mengalami stimulasi ovarium, terjadi kelainan yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium. Yang mana pada tingkatan derajat berat dari sindrom hiperstimulasi ovarium, dapat dilihat dengan adanya gejala seperti napas menjadi cepat dan dangkal, urin menjadi lebih gelap, nyeri dada, dinding perut menjadi tegang.5
4
Majhuddin, Masail Fiqhiyyah… hlm: 11. Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontemporer”, (UIN Alauddin Makassar, Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, Fakulatas Syari’ah, 2017), hal 20. 5
2. Dampak Bayi Tabung 1. Keguguran Sama seperti konsepsi alami, ada kemungkinan 15 sampai 25% seorang wanita akan mengalami keguguran pada anak yang dikandung melalui proses bayi tabung. Namun, tingkat kegugurannya tergantung dengan usia wanita itu sendiri. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada resiko keguguran saat menggunakan embrio yang telah dibekukan. 2. Stress Proses bayi tabung atau IVF dapat menguras seseorang secara emosional, fisik dan pastinya finansial. Inilah sebabnya mengapa ketika menjalani proses ini dianjurkan untuk didampingi oleh teman atau keluarga dekat. Dukungan dari orang terdekat dapat membuat proses ini menjadi lebih mudah sekaligus membantu mengurangi tingkat stress. 3. Kehamilan Ektopik Kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya di dalam tuba falopi. Pada kehamilan ektopik ini tentunya embrio akan mati karena tidak dapat hidup saat berada di luar rahim. Sekitar dua sampai lima persen wanita mengalami kasus seperti ini. 4. Komplikasi Saat Pengambilan Telur Penggunaan jarum saat pengambilan sel telur dapat menyebabkan pendarahan, infeksi atau kerusakan pada kandung kemih, pembuluh darah atau usus.
E. Pandangan Hukum Islam Terhadap Bayi Tabung dan Inseminasi Pada Manusia 1. Ulama yang Membolehkan Bayi Tabung dengan Syarat Pendonor Sperma adalah Suami yang Sah Para ulama yang membolehkan program bayi tabung adalah KH. Hasan Basri dan Sapiudin Shidiq. KH. Hasan Basri mengemukakan bahwa proses kelahiran melalui teknik bayi tabung menurut agama
Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan suami isteri. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi tabung dengan positif patut disyukuri. 6 Nahdhatul Ulama dalam keputusan Munas alim ulama di Kaliurang Yogyakarta, memutuskan bahwa apabila mani yang di tabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtarom, serta dimasukkan ke dalam rahim istrinya sendiri, maka hukumnya boleh. Majelis Ulama Indonesia mengemukakan bahwa inseminasi buatan atau bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami istri yang sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam, selama mereka dalam ikatan perkawinan yang sah.7 Kebolehan ini disebabkan inseminasi buatan dan bayi tabung itu dilakukan karena suami-istri mengalamai gangguan kelamin sehingga tidak bisa mengadakan pembuahan (kehamilan) dengan proses alamiah. Dengan demikian pembuahan di luar atau bayi tabung ini dianggap sebagai jalan darurah. Dalam hal ini hadist Nabi SAW yang bersifat jawami’ al-kalim berupa;
ار َ َل ِ َض َر َر َول َ ض َر “Tidak boleh membahyakan (mencelakai, memudharatkan) diri sendiri dan orang lain” Wajhul Istidlal: Hadist di atas dikuatkan oleh kaidah fiqhiyyah yang menyatakan;
اَلض ََّر ُريُزَ ا ُل 6
Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontemporer”, (UIN Alauddin Makassar, Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, Fakulatas Syari’ah, 2017), hal 5. 7 Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontemporer”… hal 24.
“Kesulitan yang dialami dapat dihindarkan” Wajhul Istidlal:
2. Ulama yang Mengharamkan Bayi Tabung Ulama yang mengharamkan bayi tabung diantaranya; Mahmud Syaltut dan Jawwad Mughniyah. Menurut Mahmud Syaltut bayi tabung yang berasal dari sperma donor atau orang lain yang sama sekali tidak memiliki keterikatan akad nikah (Inseminasi Heterolog) atau disebut juga Artificial lasemination Donor (AID) hukunrnya haram seperti yang dilakukan kebanyakan orang saat ini, kecuali pada hewan dan tumbuhan.8
اْل نْ سَ ا َن ف ِ ي أ َ ْح سَ ِن ت َقْ ِو يم ِ ْ ل َ ق َ دْ َخ ل َ قْ ن َا “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4) Wajhul Istidlal:
3. Ulama yang Membolehkan Inseminasi Buatan Ulama yang membolehkan iseminasi buatan; Masyfuk Zuhdi, dan M. Ali Hasan. M. Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam, inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri menurut hukum Islam adalah boleh. Inseminasi buatan dengan sperma donor adalah haram. Status anak hasil inseminasi ditinjau dari hukum Islam, adalah sama dengan status anak zina dalam masalah waris mewarisi dan perwalian dalam perkawinan bagi anak perempuan. Dalam hal ini hadist Nabi SAW yang bersifat jawami’ al-kalim berupa;
8
Muhammad Faisal Hamdani, Jurnal: “Hukum Inseminasi dan Bayi Tabung” vol. 8 no.1, 2010, hal 112.
“Tidak boleh membahyakan (mencelakai, memudharatkan) diri sendiri dan orang lain” Wajhul Istidlal: Hadist di atas dikuatkan oleh kaidah fiqhiyyah yang menyatakan; “Kesulitan yang dialami dapat dihindarkan” Wajhul Istidlal:
4. Ulama yang Mengharamkan Inseminasi Buatan Ulama yang mengharamkan inseminasi buatan diantaranya adalah Salim HS dan Yusuf al-Qaradhawi. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya yang berjudul Fatwa-fatwa Kontemporer, jika sperma berasal dari laki-laki lain baik diketahui maupun tidak, maka ini diharamkan. Begitu pula jika sel telur berasal dari wanita lain, atau sel telur milik sang istri, tapi rahimnya milik wanita lain, inipun tidak diperbolehkan. Bahkan, jika wanita tersebut adalah istri lain dari suaminya sendiri, maka ini tidak diperbolehkan juga.9 Hal ini sesuai dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’: 70.
َو ل َ ق َ دْ كَ َّر ْم ن َا ب َ ن ِ ي آ د َ َم َو َح َم لْ ن َا ه ُ ْم ف ِ ي الْ ب َ ِر َو الْ ب َ ْح ِر ت َو ف َ ضَّلْ ن َا ه ُ ْم عَ ل َ ٰى كَ ث ِ ير ِم َّم ْن ِ َو َر زَ قْ ن َا ه ُ ْم ِم َن الطَّ ي ِ ب َ ا ً ض يل ِ َْخ ل َ قْ ن َا ت َف “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’:70) Wajhul Istidlal: 9
Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontemporer”, hal. 5
F. Bank ASI 1. Pengertian ASI dan Bank ASI Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ASI adalah singkatan dari Air Susu ibu10. Sedangkan menurut istilah, ASI adalah suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam anorgonik yang sekresi oleh kelenjar susu ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya11. ASI adalah makanan dan minuman yang paling utama bagi para bayi selain karena tidak akan pernah manusia sanggup memproduksi susu buatan sekualitas dengan ASI, juga ASI merupakan pemberian Allah SWT kepada seluruh anak manusia. Untuk menjamin kesehetan ibu dan anak, serta menjamin kelangsungan hidup anak manusia itu kelak dikemudian hari. Perintah menyusui ini sudah tertulis dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT berfirman dalam sura Al-Baqarah ayat 233, sebagai berikut:
َ َ رضعنَ ا ضا َعةَ َو َعلَى ِ ين َك َّ ين ِل َمن ا َ َرادَا َن يُّتِ َّم َ الر ِ ُالوا ِلدتُ ي ِ َامل ِ َولدَ ُه َّن َحول َ َو َ سى اِلَ ُوسعَ َها ِ عر ُ ف نَف ُ سوت ُ ُه َّن باِل َم ُ َّوف لَت ُ َكل َ ال َمولُو ِد لَهُ ِرزقُ ُه َّن َو ِك صا ًل ِ الو ِار َّ ض َ ُ لت َ ث ِمث ُل دَ ِل َك فَاِن ا َ َرادَا ِف َ َاو َل َمولُودُلَهُ ِب َولَدِه َو َعلَى َ ار َوا ِلدَة ُ ِب َولَ ِده رضعُوااَولدَ ُكم ِ َاورف َل ُجنَا َح َعلَي ِه َما َواِن ا َ َردتًم ا َن تَست ُ َعن ت َ َراض ِمن ُه َم َاوتَش ف ِ عرو ُ سلَّمتُم َما اَتَيتُم ِبال َم َ فَلَ ُجنَا َح َعلَي ُكم اِذَا “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun 10 11
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapi ( sebelum dua tahun ) dengan keleraan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduannya.”(QS. Al-Baqarah: 233) Wajhul Istidlal: Sedangkan bank Air Susu Ibu adalah suatu lembaga atau yayasan yang berusaha menghimpun air susu dari ibu-ibu menyusui yang air susunya melimpah ruah, yang mana air susu yang telah di himpun itu di sterilkan dan disimpan dengan baik kemudian diberikan kepada bayi-bayi yang membutuhkannya. 2. Pandangan Hukum Islam Terhadap Bank ASI a. Ulama yang Membolehkan Bank ASI Menurut Yusuf Qaradhawi dan Syekh Ash-Shirbasi bahwa tidak diragukan lagi diadakannya Bank ASI karena merupakan tujuan yang baik dan mulia, yang didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua yang lemah apapun sebab kelemahannya. Lebih-lebih apabila yang bersangkutan adalah bayi yang lahir prematur yang tidak mempunyai daya dan kekuatan. Dan tidak disangsikan lagi bahwa perempuan yang menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan golongan anakanak lemah ini akan mendapatkan pahala dari Allah dan terpuji di sisi manusia. 12 Prof.DR. Ali Mustafa Ya’qub, MA., salah seorang Ketua MUI Pusat menjelaskan bahwa tidak ada salahnya mendirikan Bank ASI dan Donor ASI sepanjang itu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup anak manusia.
12
Desrikanti BK, Skripsi: “Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI Menurut Pandangan Ulama Empat Madzhab”, UIN Alauddin Makassar, Fakultas Syariah dan Hukum, 2014, hal. 75-76.
قوى َو َل ت َ َعا َونُوا َعلى ا َّل ِثم َ َّ َوت َ َع َاونُو َعلَى ال ِب ِر َوالت ان ِ دو َ َُوالع Wajhul Istidlal: b. Ulama yang Mengharamkan Bank ASI Wahbah Az-Zuhayli, dalam kitab Fatawa Mu’ashirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah.13
13
Desrikanti BK, Skripsi: “Konsep Al-Radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI Menurut Pandangan Ulama Empat Madzhab”, hal, 76.