Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus.docx

  • Uploaded by: saputra munthe
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,857
  • Pages: 6
MANUSIA PURBA MEGANTHROPUS PALAEOJAVANICUS

Berbagai jenis fosil manusia purba telah ditemukan di Indonesia. Antara lain di Jawa, Sumatra Utara, Aceh, Flores, Sulawesi Selatan Bahkan di Kalimantan Selatan. Namun penemuan fosil manusia banyak terdapat di Pulau Jawa, terutama di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia Antara lain Pithecanthropus Erectus, Homo, dan yang akan saya bahas kali ini, yaitu Meganthropus Paleojavanicus di temukan oleh VON KONINGSWALD di sanggiran pada tahun 1939-1941

Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini: 1. 2. 3. 4.

Mega yang artinya adalah "besar". Anthropus yang artinya adalah "manusia". Paleo yang artinya adalah "paling tua/tertua". Javanicus yang artinya adalah "Jawa".

Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "Manusia bertubuh besar yang paling tua dari Pulau Jawa". Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Ciri-ciri manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus sebagai berikut :           

Memiliki tulang pipi yang tebal Memiliki otot kunyah yang kuat Memiliki tonjolan kening yang mencolok Memiliki tonjolan belakang yang tajam Tidak memiliki dagu Memiliki perawakan yang tegap Memakan jenis tumbuhan busuk Menyerupai kera Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu Rahangnya kuat Hidup mengumpulkan makanan

HOMO ERECTUS

Homo erectus (bahasa Latin, berarti "manusia yang berdiri tegak") adalah jenis manusia yang telah punah dari genus Homo. Pakar anatomi asal Belanda, Eugene Dubois, pada tahun 1890-an menggambarkannya sebagai Pithecanthropus erectus atau "Manusia Jawa" berdasarkan fosil tempurung kepala dan tulang paha yang ditemukan timnya di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Sepanjang abad ke-20, antropolog berdebat tentang peranan H. erectus dalam rantai evolusi manusia. Pada awal abad tersebut, setelah ditemukannya fosil di Jawa dan Zhoukoudian, Tiongkok, para ilmuwan mempercayai bahwa manusia modern berevolusi di Asia. Hal ini bertentangan dengan teori Charles Darwin yang mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika. Namun demikian, pada tahun 1950-an dan 1970-an, beberapa fosil yang ditemukan di Kenya, Afrika Timur, ternyata menunjukkan bahwa hominin (Hominidae yang berjalan dengan kaki, atau manusia minus kera besar lainnya) memang berasal dari benua Afrika. Sampai saat ini para ilmuwan mempercayai bahwa H. erectus adalah keturunan dari makhluk mirip manusia era awal seperti Australopithecus dan keturunan spesies Homo awal seperti Homo habilis. H. erectus dipercaya berasal dari Afrika dan bermigrasi selama masa Pleistocene awal sekitar 2,0 juta tahun yang lalu, dan terus menyebar ke seluruh Dunia Lama hingga mencapai Asia Tenggara. Tulang-tulang yang diperkirakan berumur 1,8 dan 1,0 juta tahun telah ditemukan di Afrika (Danau Turkana dan Lembah Olduvai), Eropa (Georgia), Indonesia (hanya Jawa dan, mungkin, Flores), dan Tiongkok (Shaanxi). H. erectus menjadi hominin terpenting mengingat bahwa spesies inilah yang pertama kali meninggalkan benua Afrika. Penemuan di Jawa bertapak di Sangiran (perbatasan Karanganyar dan Sragen), Trinil (Ngawi), Sambungmacan (Sragen), dan Ngandong, Kradenan, Blora; semuanya di tepi Bengawan Solo. Sisa tempurung kepala H. erectus ditemukan di Situs Patiayam, Kabupaten Kudus pada tahun 1978 oleh tim Sartono[2]. Penemuan atap tempurung kepala pada tahun 2011 di Semedo, Kabupaten Tegal, juga ditafsirkan sebagai bagian H. erectus[3].

AUSTRALOPITHECUS AFRICANUS

Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja. ustralopithecus africanus pertama kali ditemukan pada 1924 di Desa Taung, Bechunaland, oleh Raymond Dart. Setelah itu, ditemukan lagi di Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948, dan Gladysvale pada 1992. Bagian tubuh dari manusia kera ini yang ditemukan hanyalah fosil tengkorak kepala. Australopithecus africanus adalah spesies hominid awal yang diperkirakan hidup sekitar 2 atau 3 juta tahun lalu di era Pliosen. Sisa fosil yang temukan memperlihatkan bahwa Australopithecus africanus ini lebih menyerupai manusia modern daripada Australopithecus afarensis.

Ciri-Ciri Australopithecus africanus :                   

Umur: 3,0-2,3 juta tahun Makanan: buah, kacang, biji dan umbi akar Daerah: Afrika Selatan Lingkungan: semak-semak di hutan kayu Perbedaan: dimorfisme Ukuran tubuh: Perempuan: 115 cm/3’9”, 30 kg/67 lbs, Laki-laki: 138 cm/4’6”, 41 kg/91 lbs. Memiliki tubuh yang ramping Australopithecus jantan lebih besar dalam ukuran tubuh. 20-40% lebih tinggi, 30-40% lebih berat dari perempuan. volume otaknya sama dengan Apes (435-530 cm3). Beberapa bagian posorbital terdesak. Gigi taring kecil dan tidak memiliki diastema. Gigi geraham depan bagian bawah mempunyai dua puncak. Lapisan email gigi tebal. Barisan gigi rata. Tangannya relatif panjang. Tulang jari-jarinya agak melengkung, rata-rata jari-jarinya panjang seperti pada manusia. Lumbar melengkung. Penyambung tulang pendek dan lebar. Penyambung tulang membelit ke arah samping. Batang lengan femur bersudut, ada pada lutut di atas kaki.

HOMO HEIDELBERGENSIS

Homo heidelbergensis ("Manusia Heidelberg", dinamakan dari Universitas Heidelberg jerman ) adalah sebuah spesies punah dari genus Homo yang mungkin merupakan nenek moyang langsung dari Homo neanderthalensis di Eropa dan Homo sapiens. Bukti terbaik yang ditemukan bagi anggota hominin ini berusia antara 600.000 dan 400.000 tahun lalu. Teknologi alat batu dari H. heidelbergensis sangat mirip dengan alat Acheulean yang digunakan oleh Homo erectus.

H. antecessor dan H. heidelbergensis kemungkinan keturunan dari Homo ergaster dari Afrika yang mirip secara morfologi. Tapi karena H. heidelbergensis memiliki rangka otak yang besar dengan isi kranial yang umumnya 1100–1400 cm³ melebihi rata-rata manusia modern 1350 cm³ dan memiliki alat-alat dan perilaku yang lebih maju, karenanya ia dimasukan pada klasifikasi spesies yang terpisah. Spesies ini tinggi, rata-rata 1,8 m, dan lebih berotot daripada manusia modern. Jantan memiliki berat 100 kg[butuh rujukan]. Menurut Profesor Lee R. Berger dari Universitas Witwatersrand, sejumlah fosil tulang mengindikasikan beberapa populasi dari Heidelberg adalah "raksasa" dengan tinggi 2,13 m dan menghuni Afrika Selatan antara 500.000 sampai 300.000 tahun lalu.

Perilaku sosial Penemuan terbaru di dalam jurang di Atapuerca (Spanyol) yaitu 28 kerangka manusia menyatakan bahwa H. heidelbergensis mungkin merupakan spesies pertama dari genus Homo yang memakamkan yang mati. Beberapa ahli percaya bahwa H. heidelbergensis, seperti turunannya H. neanderthalensis, memiliki suatu bentuk bahasa primitif. Tidak ada bentuk kesenian atau artifak yang canggih selain alat-alat batu yang telah ditemukan, walaupun red ochre, sebuah mineral yang dapat digunakan untuk membuat zat warna merah yang dapat berguna sebagai alat melukis, telah ditemukan di penggalian Terra Amata di bagian selatan Prancis.

Bahasa Morfologi dari telinga bagian luar dan tengah menyatakan mereka memiliki sensitifitas suara serupa dengan manusia modern dan sangat berbeda dari simpanse. Mereka kemungkinan mampu membedakan antara sejumlah suara yang berbeda. Analisis penggunaan gigi menyarankan bahwa mereka kemungkinan menggunakan tangan-kanan seperti orang modern.

Bukti berburu Sejumlah panah proyektil berusia 400.000 tahun ditemukan di Schöningen bagian utara Jerman. Alat-alat tersebut dianggap dibuat oleh Homo erectus atau H. heidelbergensis. Secara umum, senjata proyektil umumnya dihubungkan dengan H. sapiens. Tidak adanya persenjataan proyektil adalah suatu indikasi cara mencari makanan yang berbeda, daripada teknologi atau kemampuan yang lebih maju. Situasinya mirip dengan orang asli New Zealand Maori, H. sapiens modern, yang juga jarang melemparkan objek, tetapi menggunakan tombak dan pentungan.

PERIODISASI SECARA ARKEOLOGIS BERDASARKAN BENDA-BENDA MANUSIA PRAAKSARA Periodisasi secara arkeologis ditinjau dari benda-benda peninggalan manusia yang digunakan pada zaman praaksara. Berdasarkan benda-benda yang diteliti, peneleti membagi masa praaksara menjadi dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam. 1) ZAMAN BATU Pada zaman batu, selutuh perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi zaman Palaelithikum, Mesolithikum, dan Neolithikum.

a) Paleolithikum Palaeolithikum berasal dari dua kata, Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu, sehingga zaman ini disebut zaman batu tua. Pacitan dan Ngandong Jawa Timur menjadi daerah yang banyak ditemukan hasil kebudayaan Palaelithikum. Zaman ini terjadi 600.000 tahun yang lalu. Pada masa ini manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Manusia memperoleh makanan dengan cara berburu, mereka memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Alat-alat hasil kebudayaan Palaelithikum terbuat dari batu yang bertekstur kasar dan belum diasah, contonya kapak perimbas atau menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbiumbian. b) Mesolithikum Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). Pada zaman ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris sous Roche. Kjokkenmoddinger berasal dari dua kata dalam bahasa Denmark yaitu kjokken berarti dapur dan modding aberarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger berarti sampah dapur. Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur berbentuk kulit kerang dan siput yang sudah menggunung dan memfosil. Kjokkenmoddinger terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Abris Sous Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua) jika digabung berarti gua tempat tinggal manusia purba untuk melindungi diri dari ancaman cuaca dan binatang buas. Pada gua tersebut dapat ditemukan alat-alat seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche dapat ditemukan di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan. c) Neolithikum Neolithikum, terdiri dari dua kata yaitu Neo berarti “baru” dan Lithos berarti batu. Neolithikum disebut juga zaman batu baru. Terjadi perubahan mendasar pada zaman ini, yaitu ditandai dengan kehidupan masyarakat praaksara yang mulai menetap dan bercocok tanam. Hasil kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi memeunyai bentuk persegi panjang maupun trapesium. Ada dua jenis kapak persegi menurut ukurannya, yaitu kapak persegi yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Kapak berukuran besar atau kapak beliung berfungsi sebagai cangkul, sedangkan kapak yang berukuran kecil bernama tarah atau tatah memunyai fungsi sebagai alat pahat. Kapak lonjong memiliki bentuk lonjong, yang pada ujung lancip terdapat tangkai dan ujung yang lain merupakan asahan yang tajam. Ada dua kapak lonjong, yang berukuran besar biasa disebut Walzenbeil dan kecil biasa disebut Kleinbeil. Kapak lonjong berfungsi seperti kapak persegi. Selain kedua kapak tersebut, kebudayaan pada zaman Neolithikum adalah perhiasan, gerabah, dan pakaian. Perhiasan terbuat dari batu dan kulit kerang.

d) Tradisi Megalithik Megalithik terdiri dari dua kata yaitu Mega berarti ‘besar’ dan Lithos berarti ‘batu’. Megalithik berarti batu besar. Pada tardisi megalithikum dapat dijumpai bangunan dan batu-batu yang berukuran besar. Tradisi dizaman megalithikum erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Jenis-jenis bangunan megalithik antara lain sebagai berikut. (1). Menhir merupakan tugu tempat pemujaan roh nenek moyang dan dijadikan penanda orang yang meninggal. (2). Dolmen merupakan meja batu yang berwujud batu lebar yang ditopang oleh batu lain. Pada dolmen dijadikan sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur dan tempat duduk kepala suku atau raja. (3). Kubur peti batu merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan mayat. Kubur peti batu terdiri dari enam buah papan batu dan sebuah penutup peti. Kubur peti batu diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung. (4). Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil, berbentuk kubus dan bulat. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga terdapat di Sulawesi Tengah. (5). Sarkofagus berbentuk mirip lesung dan terdapat tutup di atasnya. Sarkofagus terdapat di Bali. (6) Punden berundak merupakan tempat pemujaan roh nenek moyang yang berbentuk bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. (7). Patung yang berbentuk binatang maupun manusia.

2) ZAMAN LOGAM Zaman ini merupakan perkembangan dari zaman batu. Pada zaman ini mulai muncul peralatan selain dari batu yaitu besi dan perunggu. Berdasarkan perkembangannya, zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu zaman perunggu, zaman tembaga dan zaman besi. Untuk Indonesia mengalami dua zaman saja, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Hasil kebudayaan zaman logam antara lain kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu).

Related Documents


More Documents from "tasya"