RINGKASAN MATERI FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia, Filsafat dan Pendidikan DOSEN: Drs. H. ANANG ABDUL RAJAK, M.Pd.
DISUSUN OLEH: Eka Lusiandani Koncara
SEMESTER 5 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI DR. KHEZ. MUTTAQIEN - PURWAKARTA 2007/2008
KATA PENGANTAR Filsafat atau falsafah berasal dari kata Philore dan Sophia dari bahasa Yunani kuno. Philore berarti cinta dan sophia berarti kebajikan, kebaikan atau kebenaran, dan bisa diartikan cinta atau hikmah (Ariefin, 1993 : 1). Beranjak dari pengertian tersebut maka filosof adalah orang yang mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatiannya padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selain itu filosof juga mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berupaya melakukan penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia. Menurut Hasbullah Bakry (1970 : 9) bahwa ilmu filsafat merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu secara mendetail mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana tentang sikap manusia semestinya ketika telah memperoleh pengetahun. Ada pula, pendapat yang mengatakan bahwa filsafat ialah suatu ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan budi pekerti (Salam, 1988 : 5). Definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan di atas pada prinsipnya menempatkan suatu berdasarkan kemampuan nalar manusia. Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa maka tak mengherankan bila filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara dipengaruhi oleh filsafat hidup menjadi anutan bangsa di negara itu masing-masing. Ringkasan materi ini membahas tentang pemahaman yang komperhensif mengenai filsafat pendidikan yang dapat membantu kita dalam memahami hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikan.
Purwakarta, Januari 2008 Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN ................................................................
1
A. Pengertian Filsafat .....................................................................
1
B. Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................. 2 C. Ruang Lingkup Bahasa Filsafat dan Filsafat Pendidikan ......... 3 D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ....................... 5 E. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Program Fakultas Tarbiyah ..................................................................................... 6
BAB II
LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN .................................................................................. 8 A. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno ........... 8 1. Timur Jauh ........................................................................... 8 2. Timur Tengah ...................................................................... 10 3. Romawi dan Yunani: Antromorpisme ................................ 12 B. Reaksi Terhadap Spiritualisme di Yunani ................................ 13 1. Idealisme .............................................................................. 13 2. Materialisme ........................................................................ 14 3. Rasionalisme ........................................................................ 15 C. Pemikiran Filsafat Pra-Socrates ................................................ 15 D. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates (470-399 SM) ............................................... 16 E. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM).. 17 F. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Aristoteles (367-345 SM) .............................................................................. 18
ii
BAB III BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EFISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI .......................................................................................................... 19 A. Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi .................. 19 B. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern ............................... 19 1. Aliran Progressivisme .......................................................... 19 a. Pandangan Ontologi ........................................................ 20 b. Pandangan Epistemologi ................................................. 21 c. Pandangan Aksiologi ....................................................... 21 d. Progressivisme dan Pendidikan ...................................... 21 2. Aliran Essensialisme ............................................................ 21 a. Pandangan Ontologi Essensialisme ................................ 22 b. Pandangan Epistemologi Essensialisme ......................... 22 c. Pandangan Aksiologi Essensialisme................................ 24 d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar .................. 24 3. Aliran Perennialisme ........................................................... 24 a. Pandangan Ontologi Perennialisme ............................... 25 b. Pandangan Epistemologi Perennialisme ........................ 25 c. Pandangan Aksiologi Perennialisme ............................... 26 4. Aliran Rekonstruksionisme ................................................. 26 a. Pandangan Ontologi ........................................................ 26 b. Pandangan Epistemologi ................................................. 26
iii
BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN A. PENGERTIAN FILSAFAT Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata Philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philoshoper (Inggris), dan orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis. Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Harun Nasution berpendapat, filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. Jujun S. Suriasumantri berpandangan bahwa berpikir secara filsafat merupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu permasalahan yang mendalam. Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa : Filsafat adalah sesuatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengetian bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha
Filsafat Pendidikan
1
untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Barnadib (1993 : 3) mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Menurut seorang ahli filsafat Amerika Brubachen , filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-didik menuju terbentuknya manusia memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi) manusia. Prof. DR. Omar Muhammad Al-Taomy al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.
Filsafat Pendidikan
2
Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalaman dan kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Filsafat merupakan
arah dan pedoman
atau
pijakan dasar
bagitercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaapertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa filosofis dalam lapangan pendidikan. Aripin mengungkapkan bahwa keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan bukan merupakan insindental, artinya, filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran menganai pendidikan. Filsafat pendidikan memiliki batasan-batasan, sebagai berikut: Pertama, filsafat pendidikan merpakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan.
Ketiga,
filsafat
pendidikan
memiliki
prinsip-prinsip,
kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama lainnya. Prinsipprinsip yang dimaksudkan ialah kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian yang dipercayai terhadap masalah-masalah pendidikan.
C. RUANG
LINGKUP
BAHASAN
FILSAFAT
DAN
FILSAFAT
PENDIDIKAN Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada
Filsafat Pendidikan
3
dan benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas. Secara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi: 1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education). 2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature of Man). 3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan. 4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan. 5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan). 6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang : 65) Will Durant dalam Hamdani Ali membagi ruang lingkup bidang studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika. a. Logika Studi mengenai metode-metode ideal menganai berpikir (thingking) dan meneliti (research) yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami. b. Estetika Studi
tentang
bentuk
dan
keindahan
atau
kecantikan
yang
sesungguhnya. c. Etika Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated). d. Politik
Filsafat Pendidikan
4
Studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor. e. Metafisika Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber: a. Manusia (people) masyarakat kebanykan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana mempunyai dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan diyakini, terhadap sesuatu yang terjadi. b. Sekolah
(school),
pengalaman-pengalaman
seseorang
kekuatan-
kekuatan (forces), jenis sekolah dan guru-guru di dalamnya, merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan. c. Lingkungan (environment), lingkungan sosial budaya di mana seorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.
D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Hasan Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebutkan pendidikan. Prof. DR. Oemar Muhammad Al-Toumy al-Syaibani secara rinci menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang meliputi:
Filsafat Pendidikan
5
1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh. 2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan. 3. Pokok-pokok yang menjdai dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia (Jalaludin & Said, 1994 : 1112). Kilpatrik dalam Noor Syam (1988 : 43) mengatakan bahwa : Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan citacita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and Philosophy secara tegas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah merupaka tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan. Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu sebagai berikut: 1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli. 2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevensi dengan kehidupan yang nyata. 3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedogogik). Menurut Ali Saifullah antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer, yaitu filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
Filsafat Pendidikan
6
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat menusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan. b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi, politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat (Zuhairini, 1992 : 18).
E. HUBUNGAN
FILSAFAT
PENDIDIKAN
DENGAN
PROGRAM
FAKULTAS TARBIYAH Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka fakultas tarbiyah sebagai fakultas yang mencetak atau memproduksi calon pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan merupakan MKDK (Mata Kuliah Dasar Khusus) yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Merujuk Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi maka cita-cita dan tujuan IAIN dapat dirumuskan: a) Menyiapkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur, yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Agama Islam dalam bermasyarakat; b) Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan Agama Islam serta
mengupayakan
pengalamannya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memperkaya nilai-nilai kehidupan Indonesia (RIP-IAIN Raden Fatah, 1994/1999 : 19). Menurut Woodsidge dalam Barnadib (1994 : 16) mempelajari dan memperdalam filsafat pendidikan khususnya bagi mereka yang bergelut dengan ilmu pengetahuan dan keguruan, yang mempunyai beberapa alasan: a). munculnya problem-problem pendidikan dari masa ke masa yang
Filsafat Pendidikan
7
menjadi perhatian para ahli (experts) masing-masing. b). dengan mempelajari filsafat pendidikan akan memiliki wawasan yang luas dan didapat secara eksperimental dan empirik. c). mempelajari filsafat juga memenuhi tuntunan intelektual dan akademik hal ini dikarenakan filsafat meletakkan landasan berpikir logis, sistematis, kritis dan teratur. Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat pendidikan Islam mempunyai hubungan yang erat sekali dalam peranannya sebagai sumber idealisme pada program pendidikan Fakultas Tarbiyah dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana-sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan pendidikan program Fakultas Tarbiyah.
Filsafat Pendidikan
8
BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT SPIRITUALISME KUNO Sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengatahui salah satu cerita dalam kategori filsafat spiritualisme kuno diantaranya adalah: kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathusthara dari keluarga Sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang didorong oleh Ahura Mazda dalam masa pemerintahan raja-raja Akhmania (550-530 SM). 1. Timur Jauh a. Hindu Pemikiran spiritualisme Hindu ialah konsep karma yang berarti setiap individu menurut kepercayaan telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi) yang pada akhirnya karma akan menentukan statusnya sebagai seorang anggota suatu kasta. Poedjawijatna (1986 : 54) mengatakan bahwa para ahli pikir (filosof) Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk ke dalam kebebasan (yang bagi mereka) suatu kesempurnaan. b. Budha Pencetus ajaran Budha ialah Pangeran Sidarta Gautama (kira-kira 563-483 SM) sebagai akibat dari ketidakpuasaannya terhadap penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Meskipun di Indonesia, ajaran Budha telah disebut agama, namun sebenarnya ia bukanlah agama dalam arti sesungguhnya, karena tidak ditemukan dalam agama Budha suatu ajaran tentang
Filsafat Pendidikan
9
Tuhan. Dalam hal pemurniaan dalam keadaan yang sempurna, Budha menyalurkan 8 (delapan) jalur yang mulia (The Noble Eighfold Path), yakni: a). pandangan yang benar (pengetahuan tentang apaapa yang jahat dan bagaimana caranya mendengarkannya); b). aspirasi yang benar (motivasi yang benar untuk menaklukan perbuatan-perbuatan yang baik hati); c). berbicara yang benar (menjauhi bohong, fitnah, gunjingan, dan kata-kata yang hina); d). berbuat yang benar (menjauhi pencurian, mabuk, melukai makhlukmakhluk hidup dan imoral seksual); e). mata pencaharian yang benar (menghindari pekerjaan yang berbahaya, perbudakan dan karir militer); f) berusaha yang benar (usaha untuk menghapuskan emosiemosi yang jahat, untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang baik); g). kesadaran yang benar (menghapus kekuasaan, ambisi dan rasa
kekesalan);
h).
renungan
yang
benar
(rasa
terpesona
perenungan yang tercapai melalui Yoga). c. Tao Pendiri Taoisme ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna filsafat: jalan Tuhan atau Sabda Tuhan, Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Manusia harus hidup selaras dengan Tao dan harus bisa menahan nafsunya sendiri. Peperangan menurut Lao Tse hanya memusnahkan manusia saja, kebahagiaan hidup sulit dicapai dengan peperangan (Jumhur & Danasaputra, 1979 : 18). Pada filsafat Lao Tse pengertian Tao dapat dimasukan ke dalam aliran yang cenderung kepada spiritualisme. Ajaran-ajaran pokok Taoisme dimuat dalam buku kecil Tao Te Ching (ajaran-ajaran Tao). Taoisme menganggap adanya suatu pandangan yang mistik bahwa alam semesta sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan menurut suatu kekauatan ber-Tuhan.
Filsafat Pendidikan
10
d. Shinto Shinto (shintoisme) merupakan salah satu kepercayaan yang diperlukan
masyarakat
Jepang.
Kojiki
sebagai
kitab
suci
menerangkan proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh para dewa, dan menjelaskan bahwa manusia itu abadi dan menegaskan bahwa setiap orang harus memiliki bagi dirinya sendiri, kelakuan yang mengandung nilai budi luhur, dan mengajarkan mencuci dengan air sebagai metode pencucian keagamaan (Smith, 1986 : 16), ajaran-ajarannya mengandung nilai atau ekspresi antara lain sozo (kreasi), sizi (generasi) dan hatten (pembangunan), sehingga ia menjadi jalan hidup(a way of life) dan kehidupan (living), dan mengandung nilai optimis (optimistic). Dalam agama Shinto memiliki ajaran-ajaran moral (a moral instructions), sebagai berikut: 1. Jangan melanggar keinginan (kecintaan) terhadap Tuhan (Gods). 2. Jangan lupa kewajiban atas. 3. Jangan melanggar pernyataan (peraturan) negara. 4. Jangan lupa atas kebaikan yang mendalam dari Tuhan, di mana kesalahan kesempatan dihindari dan menyakitkan diakhiri (dioabti). 5. Jangan lupa bahwa alam ini merupakan satu keluarga besar. 6. Jangan lupa atas keterbatasan-keterbatasan sendiri. 7. Meskipun orang lain marah jangan kamu menjadi marah pula. 8. Jangan malas dalam urusan bisnismu. 9. Jangan menjadi seseorang yang melakukan kesalahan dalam mengajar. 10. Jangan terbuai dengan ajaran-ajaran luar negeri. (Dixen, 1988 : 64)
2. Timur Tengah a. Yahudi
Filsafat Pendidikan
11
Asal mula Yahudi berasal dari nama seorang putera Ya’kub, yakni Yahuda, putera keempat dari 12 orang bersaudara. Bangsa Yahudi dinamakan bangsa Israel. Agama Yahudi pada prinsipnya sama dengan agama Nasrani dan agama Islam. Kaum
Yahudi
sangat
mementingkan
pendidikan
bagi
generasinya. Karenanya, pandangan ini sangat mengilhami akan rasa kecintaan kepada anak-anak, kepercayaan terhadap keadilan, kebenaran dan potensial masyarakat beserta ganjaran-ganjarannya di syurga. Kemudian pemikiran Philo (30-50) sempat mempengaruhi penyesuaian agama Yahudi dengan filsafat Helenisme. Menurutnya, Allah merupakan seorang figur adikodrati yang berbeda dengan kosmos atau dengan lainnya, karena Allah dan roh yang transenden, tampak di dunia ini. Pemikiran para filosof Yahudi, termasuk Philo, telah menempatkan pandangannya tentang kelebihan-kelebihan (superiority) kaum Yahudi dari bangsa lain. Dalam kitab suci agama Yahudi, Talmud salah satu ajarannya adalah umat Yahudi wajib untuk berusaha semaksimal mungkin agar kekuatan umat lain di muka bumi dapat dicegah, dan kekuatan harus dipegang oleh kaum Yahudi. b. Kristen Setelah melalui perkembangannya, pengikutnya telah berasal dari kalangan atas, ahli pikir, (filosof) dan kemudian pemikir Kristen pun mulai bangkit. Zaman ini disebut zaman rasul (pada abad pertama) sampai abad kedelapan. Ada dua tokoh yang pantas disebut mewakili dari aliran tersebut. Mereka adalah Pertualinus (160-22) dilahirkan di Katargo dan kemudian ia menjadi pemeluk agama Kristen di Roma, dan kemudian Agustinus (354-430) ajarannya tampak menunjukkan sistem yang merupakan totalitas.
Filsafat Pendidikan
12
Pertumbuhan agama Kristen ditandai oleh dua hal yang unik. Dari satu sekte Yahudi, agama ini telah menjadi satu agama dunia, dan agama inipun untuk sebagian telah meninggalkan dan untuk sebagian kehilangan tanah asalnya dan menjadi agama yang terutama dibagian dunia sebelah barat (Roham, 1993 : 3). Agama Kristen ini mempunyai kitab suci (suatu kepercayaan) yang dikenal dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. Kitab suci agama Kristen ini berasal dari Injil yang diturunkan kepada Isa AlMasih guna dijadikan tuntunan bagi umat Bani Israil, Injil yang diakui syah oleh gereja ada 4 yaitu: 1. Injil karangan Markus ditulis tahun 60. 2. Injil karangan Matius ditulis tahun 70. 3. Injil karangan Lukas ditulis tahun 95. 4. Injil karangan Yahya ditulis tahun 100. Agama Kristen ini juga mempunyai ajaran-ajaran, pokok ajarannya pada masa Yesus mengajarkan konsep Tuhan, dalam arti monoteisme murni, kemudian dikembangkan oleh Paulus dalam lingkungan jemaat-jemaat Asing di Asia Kecil tersimpul dalam dokrin-dokrin (Sou’yab, 1993 : 329) Yesus
Kristus
dikenal
sebagai
guru,
ajaran-ajaran
yang
diberikannya sangat mempengaruhi ilmu pengetahuan, dan caracara menagajar di sekolah seluruh dunia sampai sekarang. Adapun tokoh-tokoh Kristen diantaranya adalah Martin Luther ia anak seorang pekerja tambang, yang dibesarkan salah satu desa di Jerman. Ia seorang yang cerdas dan ayahnya memasukannya ke universitas di Erfurt. Akhirnya ia jadi seorang biarawan. John Calvin, ia dibesarkan dalam keluarga yang cukup terkenal, ayahnya sekretaris pada seorang uskup di Prancis. Ia belajar di Paris dan tamat sebagai Doktor Hukum tahun 1531. Yang ketiga adalah John Wesley di Inggris, di rumah seorang pendeta yang miskin, lahirlah
Filsafat Pendidikan
13
anak ke 15 dari 19 bersaudara pada tahun 1707, tetapi orang-orang memusuhi ayahnya.
3. Romawi dan Yunani : Antromorpisme Antromorpisme adalah suatu paham yang menggunakan antara sifatsifat yang ada pada manusia (yang diciptakan). Paham ini muncul pada zaman Patristik dan Skolastik, yaitu pada akhir zaman kuno dan selama zaman pertengahan filsafat barat yang dikuasai oleh pemikiran Kristiani. Secara garis besar, zaman Patristik dapat dibedakan menjadi dua zaman, yaitu a). zaman patristik Yunani, dan b). zaman patristik Latin. Aliran-aliran filsafat yang mempunyai pengaruhnya yang sangat besar di Roma, adalah pertama, Epistemologi, yang dimotori oleh Epicuros (341-270). Epicuros mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia, yang mana rasa suka itu anggaplah sebagai sifat yang hendaknya selalu dimiliki. Kedua, aliran Stoa, yang dipelopori oleh Zeni (336-126). Aliran ini mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan apabila manusia hidup sesuai dengan alam (Poedjawijatna, 1986 : 22). Romawi dan Yunani sama-sama memiliki paham Antromorpisme. Dalam hal ini dipahami dalam sifat-sifat yang ada persamaannya pada manusia tentunya tidak sama dengan paham yang dianut oleh aliran dalam Islam, misalnya Qadariyah.
B. REAKSI TERHADAP SPIRITUALISME DI YUNANI 1. Idealisme Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), ia adalah murid Sokrates (Ali, 1996 ; 23). Aliran Idealisme, adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa, menurutnya cita adalah gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera
Filsafat Pendidikan
14
(Suryadipura, 1994: 133), dalam pertemuannya antara jiwa dan cita melahirkan sesuatu angan-angan yaitu idea. Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua maca realita; pertama, yang nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku mahluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang mati demikian seterusnya.; kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan fikiran yang utuh didalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang nampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki (Ibid., 1978: 61). Adapun bua pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian, yamg keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandanganya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990: 28).
2. Materialisme Aliran Materialisme adalah sesuatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan menurut matearilisme (Poewadarminta, 1984: 683). Aliran ini, berfikir dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya, kenyataannya aliran ini memberikan pernyataan bahwa segala sesuatu yang ada di semua alam ini adalah semua yang dapat dilihat atau diobservasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwaperistiwanya.
Filsafat Pendidikan
15
Tokoh-tokoh metrialisme di antaranya Leukipos dan Demokritos (460-370 SM), mereka mengemukakan pendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi oleh atom kecil, yang mempunyai bentuk dan bertubuh dan lanjutnya jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk
bulat
dan
mudah
bereaksi
untuk
mengadakan
gerak
(Suryadipura,1994: 130), demikian atom-atom tersebut membentuk satu kesatuan yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atomatom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan ditambahkan juga bahwa kemungkinan yang dimiliki manusia tidak melebihi kemungkinan kombinasi-kombinasi atom oleh karena itu atom itu tidak pernah melampaaui potensi-potensi jasmani karena keduaduanya memiliki sumber yang sama, demikian juga bahwa adanya suatu keberakhiran itu atau kematian itu karena hancurnya struktur atomatom, peleburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya. Karls Marxs, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang nyata adalah dunia materi dan didalam suatu susunan kehidupan yaitu masyarakat. Demikian halnya dengan Thomas Hobbes yang disebut dengan materialismus monistis, yaitu sangat mengagung-agungkan materi atau kebendaan (Suryadipura, 1994: 130).
3. Rasionalisme Aliran ini memfokus akal (rasio) sebagai satu-satunya alat yang paling fundamental dan tepat untuk dijadikan basis pencarian kebenaran. Pelopor aliran Rasionalisme adalah Rene Descartes (15951650), ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17 (Salam, 1988: 78), menurutnya sumber pengetahuan yang dapat dijadikan patokan dan dapat diuji kebenarannya adalah rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syaratsyarat yang dituntut ilmu pengetahuan ilmiah, dengan demikian dunia
Filsafat Pendidikan
16
pengetahuan (empirik) bukanlah utama untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang didapat dari proses akal. Dalam pendapat yang agak berbeda filosuf Blaise Pascal (1632-1662), menyatakan
akal
adalah
tumpuan
utama
dalam
menjelajahi
pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kesanggupan dalam menganalisa bahan (objek), tetapi pada sisi lain, akal idak dapat menemukan pengertia yang sempurna tanpa adanya keterkaitan atau keterpaduan dengan pengalaman. Demikian dengan halnya Spinoza (1632-1677), ia mengeluarkan pendapat bahwa akal adalah tumpuan dari segala sesuatu, tidak ada pengetahuan yang terlepas dari akal, bahkan Tuhanpun menjadi sasaran akal dengan interprestasi religius.
C. PEMIKIRAN FILSAFAT PRA-SOCRATES Pada masa ini keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya,
yang
mana
keterangan
tersebut
masih
berdasarkan
kepercayaan. Para pemikir belum puas atas dengan keterangan itu kemudian mencoba mencari keterangan melalui budinya. Oleh karena filosuf-filosuf itu berusaha mencari inti alam, dalam sejarah mereka disedut filosuf alam dan filsfat mereka dinamakan filsafat alam. Menurut Poedjawijatna (1983: 23-25) filosuf filosuf alam yang terkenal pada masa ini adalah: 1. Thales (624-548 SM) berpendaoat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air. 2. Anaximandros, menyatakan bahwa dasar pertama atau intisari alam ini ialah zat yng tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinamakan to apeiron. 3. Anaximanes (590-528 SM) menngatakan bahwa intisari alam adalah udara.
Filsafat Pendidikan
17
4. Pitagoras, menyatakan dasar segala sesuatunya ialah bilangan sehingga orang yang tahu dan mengerti betul akal bilangan, maka ia akan mengetahui segala sesuatunya. 5. Heraklitos, mengatakan bahwa di dunia ini segala sesuatunya berubah. 6. Parmenides, ia dilahirkan di Elea, maka itu penganutnya disebut kaum Elea. Pendapatnya merupakan kebalikan filsafat Heraklitos. Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubahubah itu, serta pengetahuan mengenai yang tetap;pengetahuan budi dan pengetahuan indera.
D. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT SOCRATES (470399 SM) Socrates yang dilahirkan di Athena, ia adalah putra seorang pemahat dan seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu Sophonicus dan Phaenarete (smith, 1986: 19). Adapun prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah, metode diakletis, yang digunakan oleh Socrates yang mana telah menjadi dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorang belajar untuk berfikir secara cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan memperbaiki pengetahuannya. Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akanmenghasilkan perkembangan intelektual yang terus mnerus dan standar moral yang tinggi (Smith, 1986: 25). Salah satu pendirian Socrates yang terkenal bahwa kekuatan utama adalah pengetahuan. Jadi bagi Socrates yang terkenal adanya pendidikan sudah membuktikan bahwa keutamaan tidak dapat diajarkan dan pendidikan tidak mungkin dijalankan. Cara mengejar Socrstes pada dasarnya disebut dialekta, yang disebabkan dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting (Hadiwijono, 1980: 36). Dalam pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara brpikir secara
Filsafat Pendidikan
18
induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari banyak pengetauan tentang hal khusus.
E. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURU PLATO (427-347 SM) Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato dilahirkan dalam keluarga Aristoraksi yang kaya (mungkin di Athwna disekitar tahun 427 SM). Bagi Plato, pendidikan itu adalah suatu bangsa dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendidikan itu memberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri pribadinya. Menurut Plato di dalam
negara idealnya pendidikan
memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah untuk menemukan kemampuankemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia akan menjadi sorang warga negara yang baik, dalam suatu masyarakat yang harmonis, melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang anggota kelasnya.
F. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ARISTOTELES (367-345) Aristoteles adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek yang terkemuka, mungkin sepanjang masa. Aristoteles dilahirkan tahun 394 SM di Stagira sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice yang meonjol di sebelah barat Laut Egea. Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik, maka ia harus mendapatkan pendidikan. Menurut Aristoteles, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus lebih dari binatang
Filsafat Pendidikan
19
binatang lain berdasarkan kekuatanya untuk berfikir, harus mengamati secara hati-hati menganalisa struktur-struktur, fungsi-fungsi organisme itu, dan segala yang ada dalam alam. Oleh karena itu prinsip pokok pendidikan menurut Aristoteles adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu belajar induktif.
Filsafat Pendidikan
20
BAB III BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI A. PENGERTIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI Ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ontologi berupaya mengetahui tentang hakikat sesuatu. Ontologi dibatasi adanya mutlak, keterbatasan, umum dan khusus. Epistemologi
adalah
pertanyaan-pertanyaan
pengetahuan
seperti
apakah
yang
berusaha
pengetahuan,
cara
menjawab manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari benda atau diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek), manusia juga melakukan berbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal yang telah diselidiki tadi (subjek). Epistemologi membahas sumber , peroses, syarat, batas fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya. Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan, apakah yang baik atau yang bagus itu. Definisi lain mengatakan aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan yang mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian anak.
B. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN 1. ALIRAN PROGRESSIVISME Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangkan rasa progressivisme dalam semua realita,terutama dalam kehidupan adalah
Filsafat Pendidikan
21
tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progressivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan,
untuk
mengembangkan
kepribadian
manusia.
Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan memperaktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Prossivisme dinamakan environmentalusme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian (Noor Syam,1987:228-229). Aliran
progressivisme
memiliki
kemajuan
dalam
bidang
ilmu
pengetahuan yang meliputi : Ilmu Hayat, Antropologi, dan Psikologi. Adapun tokoh-tokoh Progressivisme ini adalah: 1. William james(New York,11 Januari 1842) James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti, juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. 2. John dewey(Vermont,20 oktober 1859) Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktek. 3. Hans Vaihinger, menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satusatunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. 4. Ferdinant Schiller dan Georges santayana.
a. Pandangan Ontologi Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci
Filsafat Pendidikan
22
pengertian manusia atas segala sesuatu. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi maju setapak demi setapak. Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. b. Pandangan Epistemologi Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. c. Pandangan Aksiologi Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. d. Progressivisme dan Pendidikan Aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James dan John Dewey yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Oleh karena itu Filsafat Progressivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak absolutisme dan otoriterisme dalam segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, sebagaimana dikembangkan oleh Imanuel Kant. Progressivisme dianggap sebagai The Liberal Road of Culture (kebebasan mutlak menuju ke arah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open minded).
2. ALIRAN ESSENSIALISME Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilainilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991 : 21)
Filsafat Pendidikan
23
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak essensialisme. Realisme modern, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme , pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos.
a. Pandangan Ontologi Essensialisme Sifat yang menonjol dari ontologi essensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela pula. Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Adapun uraian mengenai realisme dan idealisme ialah: 1. Realisme yang mendukung essensialisme yang disebut realisme obyektif karena mempunyai pandangan sistematis mengenai alam serta tempat manusia di dalamnya. 2. Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa pandangan-pandangannya
bersifat
menyeluruh
yang
boleh
dikatakan meliputi segala sesuatu.
b. Pandangan Epistemologi Essensialisme Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi essensialisme.
Filsafat Pendidikan
24
1. Kontraversi Jasmaniah Rohaniah Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama menganggap bahwa rohani kunci kesadaran tentang realita. Sebaliknya realist berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di dalam melalui jasmani. Konsekkuensinya kedua unsur rohani dan jasmani adalah realita kepribadian manusia. 2. Pendekatan (Approach) Idealisme pada Pengetahuan a) Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain. b) Menurut T.H Green, approach personalisme itu hanya melalui introspeksi. c) Dalam filsafat religious yang modern, ada teori yang mengatakan bahwa apa yang dimengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan. 3. Pendekatan (Approach) Realisme pada Pengetahuan a) Menurut Teori Asosiasionisme Pikiran atau ide-ide serta isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan. b) Menurut Teori Behaviorisme Perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku, sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalisme mekanisme biologis. c) Menurut Teori Koneksionisme Semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus dan respon. 4. Tipe Epismologi Realisme a) Neorealisme
Filsafat Pendidikan
25
Menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek. b) Cretical Realisme Menyatakan bahwa media antara intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan. c. Pandangan Aksiologi Essensialisme 1. Teori Nilai Menurut Idealisme Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. 2. Teori Nilai Munurut Realisme Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa
sumber
semua
pengetahuan
manusia
terletak
pada
keteraturan lingkungan hidupnya.
d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Dengan mengambil landasan pikiran tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1993 : 120-121). Pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas: 1. Determinisme mutlak 2. Determinisme terbatas
3. ALIRAN PERENNIALISME Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, pendidikan.
Filsafat Pendidikan
Untuk
mengembalikan
terutama
keadaan
dalam
krisis
ini,
bidang maka
26
perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Perennialisme memandang pendidikan sebgai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Noor Syam, 1986 : 296). Filsafat perennialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13. Perennialisme
memandang
bahwa
kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interprestasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
a. Pandangan Ontologi Perennialisme Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda
individual,
esensi,
aksiden
dan
substansi.
Perennialisme
membedakan suatu relaita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini.
b. Pandangan Epistemologi Perennialisme Perennialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan.
Filsafat Pendidikan
27
Menurut perennialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Jadi epistemologi dari perennialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perennialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.
c. Pandangan Aksiologi Perennialisme Perennialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supranatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subyek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu adapula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik.
4. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris rekonsttruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstrusinisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
Filsafat Pendidikan
28
a. Pandangan Ontologi Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita itu ada di mana dan sama di setiap tempat.
b. Pandangan Epistemologi Kajian epistemologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme (progressive) dan perennialisme. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence), dengan jalan pemikirannya adalah silogisme.
Filsafat Pendidikan
29