HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP FLEKSIBILITAS TUBUH PADA REMAJA SMA
RELATIONSHIP BETWEEN OBESITY AND FLEXIBILITY IN SENIOR HIGH SCHOOL ADOLESCENTS
Jaya Saraswati1 Nuryani Sidarta2
Alamat korespondensi: 1
Apartemen Royal Mediterania tower Marigold, Telp: 081999888217. Email:
[email protected] 2
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa no.260, Grogol, Jakarta Barat. Email:
[email protected]
1
ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP FLEKSIBILITAS TUBUH PADA REMAJA SMA LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas telah menjadi pandemi global dan dinyatakan sebagai masalah kesehatan kronis terbesar di seluruh dunia. Obesitas terjadi tidak hanya dikarenakan makanan yang berlebihan, melainkan juga dikarenakan oleh aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi kelebihan energi. Perubahan gaya hidup, yakni dari traditional life style menjadi sedentary life style yaitu kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang serta penyimpangan pola makan. Kesemuanya dianggap bertanggung jawab atas overweight dan kejadian obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas terhadap fleksibilitas tubuh. METODE Penelitian ini dilakukan pada 98 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) usia 15-17 tahun pada bulan April 2018 di International Islamic High School (IIHS). Metode yang digunakan adalah analisis observasional dengan pendekatan potong silang (cross sectional). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurva Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan Central of Disease Control (CDC) yang digunakan dalam pengukuran IMT, serta metode Sit and Reach Test yang digunakan dalam pengukuran fleksibilitas tubuh. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji korelasi Pearson. HASIL Dari uji korelasi Pearson menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan fleksibilitas tubuh (p= 0,004) dan (r = -0,286). Hasil korelasi menunjukkan arah negatif, artinya semakin tinggi IMT maka fleksibilitas tubuh akan semakin menurun, atau sebaliknya. Kata kunci : IMT, Fleksibilitas tubuh, Remaja SMA
2
ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN OBESITY AND FLEXIBILITY IN SENIOR HIGH SCHOOL ADOLESCENTS BACKGROUND Over the past decade, obesity has become a global pandemic and has been declared as the biggest chronic health issue across the world. Allegedly obesity is an outcome of an imbalanced individual’s calorie intake and their daily physical activities. And in a rapid world development, it requires a change in our lifestyle that has shifted from a traditional lifestyle to a sedentary life style. Which allegedly contributes to an increased cases of overweight and obesity across the world. This research aims to determine the relationship between obesity and body flexibility in high school adolescents. METHODS The research was conducted on 98 high school students aged 15-17 years old on April 2018. The method that was used for this research is an observational analysis with a cross sectional approach. The instrument that was used in this research is a Body Mass Index (BMI) Curve from Central of Disease Control (CDC) to determine each individual’s body mass index, and a Sit and Reach Test to determine each individual’s body flexibility. The result that we obtained from the research was analyzed by Pearson Correlation test. RESULTS The result from Pearson Correlation Test, stated that there is likely a significant relationship between body mass index and body flexibility (p = 0,004) and (r = 0,286) with a negative result obtained from the correlation on each variable. Which likely shows a significant dependency between body mass index and body flexibility. CONCLUSION Based on the result of Pearson Correlation Test concludes that there is a significant correlation between obesity and body flexibility. Keywords : obesity, body flexibility, adolescents
3
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas telah menjadi pandemi global dan dinyatakan sebagai masalah kesehatan kronis terbesar di seluruh dunia.(1) Prevalensi obesitas di dunia telah meningkat sekitar tiga kali lipat sejak tahun 1975. Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat lebih dari 650 juta orang mengalami obesitas dan sebanyak 1,9 milyar orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun mengalami kelebihan berat tubuh.(1) Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan Mediterania Timur namun juga di beberapa negara berkembang di Asia Tenggara dan Afrika.(1) Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di Asia Tenggara, memiliki tingkat prevalensi obesitas yang cukup mengkhawatirkan.(2) Berdasarkan data dari Riskesdas pada tahun 2013, tingkat prevalensi obesitas di Indonesia mencapai 32,9%, mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 18,1%. Pada kelompok anak usia 5-12 tahun didapatkan angka obesitas sebesar 8,8% , sedangkan pada kelompok anak usia 13-15 sebesar 2,5%, usia 16-18 tahun sebesar 1,6% , dan usia diatas 18 tahun sebesar 32,9%. (2) Obesitas terjadi tidak hanya dikarenakan makanan yang berlebihan, melainkan juga dikarenakan oleh aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi kelebihan energi. Perubahan gaya hidup, yakni dari traditional life style menjadi sedentary life style yaitu kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang serta penyimpangan pola makan dimana asupan cenderung tinggi energi (lemak,protein dan karbohidrat) serta rendah serat. Kesemuanya dianggap bertanggung jawab atas overweight dan kejadian obesitas.(3)
4
Serupa dengan penelitian Brick pada tahun 2009, faktor yang paling besar pengaruhnya pada kelenturan adalah kemampuan otot-otot di sekitar persendian untuk merenggang secara optimal.(4) Peningkatan fleksibilitas statik dapat ditingkatkan dengan latihan fisik yang rutin. Program peregangan secara teratur membantu menjaga rentang gerak sendi serta meningkatkannya. (5)
Pada penelitian yang dilakukan pada anak usia 7 sampai 15 tahun oleh Fiona Hawke(6), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap fleksibilitas tungkai bawah dan fleksibilitas tubuh. Serupa pada penelitian oleh Pasbakhsh, Ghanbarzadeh dan Ebadi(7) pada anak perempuan usia 11-13 tahun didapatkan korelasi yang kuat antara IMT
dengan fleksibilitas
dimana semakin tinggi IMT responden maka fleksibilitasnya semakin rendah. Selain itu korelasi IMT dan fleksibilitas tubuh juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rezky Amaliah Usman(8) yang dilakukan pada anak perempuan usia 11-13 tahun didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara fleksibilitas tubuh pada kelompok obesitas dan non-obesitas. Dimana fleksibilitas pada kelompok non-obesitas lebih tinggi. Namun bertolak belakang pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hsiech CJ
(9)
yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang berperan dalam hasil yang
bias dari penurunan fleksibilitas adalah penumpukan jaringan adiposa di daerah abdomen sehingga dapat mengganggu gerakan fleksi pada saat uji sit and reach, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua segmen dan sendi. Hasil yang serupa juga dinyatakan pada penelitian oleh Rahdian Amandito(10) yang dilakukan pada
5
mahasiswa kedokteran usia 15-20 tahun menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dan fleksibilitas. Oleh karena adanya pro dan kontra yang sudah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul ini untuk membuktikan apakah terdapat atau tidaknya hubungan obesitas terhadap fleksibilitas pada remaja SMA. METODE Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan cross sectional (potong silang). Populasi terjangkau atau sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk diteliti dan dianggap dapat mewakili populasinya dengan kriteria inklusi siswa yang bersekolah di International Islamic High School (IIHS), siswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk mengisi kuesioner dan menandatangani informed consent, dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif selama penelitian, siswa SMA kelas X,XI, dan XII. Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini adalah siswa yang mengalami kelainan bentuk pada struktur vertebra dan siswa yang mengalami cedera pada 6 bulan terakhir. Dengan menggunakan consecutive non random sampling. Setelah subjek penelitian ditentukan, peneliti menjelaskan bagaimana penelitian akan dilakukan serta membagikan informed consent dan kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS versi 21 secara univariat dan bivariat dengan uji korelasi Pearson. HASIL PENELITIAN
6
Hasil pengumpulan dan pengolahan data dari penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 98 responden yang bersedia berpartisipasi dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2018 di International Islamic High School (IIHS) yang dilakukan dengan pemberian kuesioner pada responden. Jumlah kuesioner yang disebar yaitu 98 lembar yang diisi oleh responden dan kelengkapan pengisian kuesioner akan dilihat dan dikonfirmasi oleh peneliti saat responden mengumpulkan kuesioner. Apabila didapatkan pengisian kuesioner yang kurang lengkap, peneliti meminta responden untuk melengkapi jawaban. Tabel 1. Distribusi Variabel
Variabel
Jumlah Presentase
Indeks Masa Tubuh CDC Normal
49
50%
Berat badan berlebih
29
29,6%
Obesitas
20
20,4%
Baik sekali
41
41,8%
Baik
38
38,8%
Sedang
3
3,1%
Kurang
16
16,3%
Fleksibilitas tubuh Sit and Reach Test
7
Data penelitian yang diperoleh menunjukan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh dan fleksibilitas tubuh. Rentang usia responden yang mengisi kuesioner adalah 15-17 tahun dan indeks massa tubuh adalah kategori normal sejumlah 49 siswa (50%). Dari 98 responden yang memiliki berat badan berlebih sejumlah 29 siswa (29,6%) dan sebanyak 20 siswa (20,4%) yang memiliki berat badan obesitas. Pada variabel fleksibilitas tubuh, jumlah responden yang memiliki fleksibilitas baik sekali sebanyak 41 siswa (41,8%), fleksibilitas baik sebanyak 38 siswa (38.8%), fleksibilitas sedang sebanyak 3 siswa (3,1%) dan sebanyak 16 siswa (16,3%) memiliki fleksibilitas kurang. Tabel 2. Hubungan Obesitas Terhadap Fleksibilitas Tubuh
Correlations
Fleksibilitas
Pearson Correlation
Fleksibilitas
IMT
1
-,286**
Sig. (2-tailed)
IMT
,004
N
99
99
Pearson Correlation
-,286**
1
Sig. (2-tailed)
,004
N
99
99
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dilakukan uji korelasi Pearson pada indeks massa tubuh dan fleksibilitas tubuh, memberikan hasil p = 0,004 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan fleksibilitas tubuh dan r = -0,286 yang berarti terdapat korelasi kearah negatif. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dan fleksibilitas tubuh.
8
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data univariat dari penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 98 responden yang bersedia berpartisipasi, tidak didapatkan responden yang memiliki berat badan yang kurang, dan terdapat responden sebanyak 50 orang (51,02%) dengan berat badan normal, 29 orang (29,5%) dengan berat badan berlebih dan 19 orang (19,3%) dengan obesitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan data yang diperoleh dari Riskesdas pada tahun 2013 dimana didapatkan remaja berumur 16-18 tahun sebanyak 5,7% overweight dan 1,6% obesitas. Serta provinsi dengan prevalensi overweight tertinggi adalah DKI Jakarta.(2) Pengukuran fleksibilitas tubuh dilakukan dengan cara metode Sit and Reach Test yang hasilnya adalah baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali.(11) Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data univariat dari penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 98 responden yang bersedia berpartisipasi didapatkan 40 orang responden (40,8%) memiliki fleksibilitas baik sekali, 39 orang responden (39,7%) memiliki fleksibilitas baik, 3 orang (3,06%) memiliki fleksibilitas sedang dan 16 orang (16,3%) memiliki fleksibilitas kurang. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa SMA IIHS memiliki fleksibilitas baik sekali. Hasil yang didapatkan serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Fisiologi FKUI, dimana didapatkan rata-rata nilai fleksibilitas yang didapatkan pada remaja usia 15-19 tahun berkisar 29-33 cm.(12) Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rezky Amaliah Usman pada tahun 2016 menunjukan bahwa seluruh responden yang menderita obesitas memiliki fleksibilitas tubuh yang sangat kurang.(8) Sama halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Fiona Hawke pada tahun 2016 dimana didapatkan hubungan yang signifikan
9
antara IMT terhadap fleksibilitas tubuh.(6) Berdasarkan teori, faktor yang dapat mempengaruhi fleksibilitas adalah jaringan lemak tubuh di sekitar sendi dan jaringan otot. Sehingga dengan terjadinya akumulasi lemak di sekitar persendian akan menyebabkan hambatan mekanis dalam pergerakan sendi serta penghambatan keleluasaan gerak dari sendi karena kontak antara permukaan tubuh sehingga menurunkan fleksibilitas.(5,
13-16)
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
kaum obesitas memiliki keterbatasan fungsional dalam aktivitas sehari-hari, khususnya untuk gerakan yang membutuhkan fleksibilitas yang cukup.(17) Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak responden obesitas (20,4%) yang memiliki fleksibilitas kurang (30%) daripada responden yang memiliki fleksibilitas baik sekali (25%). Dari data tersebut peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan fleksibilitas. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Aditya Purnama(18) dan Amin Husni(19) pada tahun 2009 dengan uji Pearson didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan fleksibilitas lumbal yang memberikan hasil p= 0,012 dan r = -0,298, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT terhadap fleksibilitas tubuh yang diukur oleh MST (Modified Schober Test).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas dan fleksibilitas tubuh.
10
UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, diantaranya Pak Nana dan Pak Yoyok Sugiarto yang telah membantu mengumpulkan data siswa IIHS, siswa IIHS yang telah bersedia menjadi responden penelitian sehingga penelitian bisa berjalan lancar dan tepat waktu.
11
DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. 2008. Obesity and Overweight. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html 2. Depkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes; 2010. 3. Proverawati. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010 4. Brick L. Bugar dengan Senam Aerobik. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.2009 5. Powers SK, Howley ET. Exercise Physiology: Theory and Application to Fitness and Performance. McGraw-Hill.2013 6. Hawke F, Rome K, Evans Margaret A. The Relationship between Foot Posture, Body Mass, Age and Ankle, Lower-limb and Whole-body Flexibility in Healthy Children Aged 7 to 15 years. School of Health Science, University of Newcastle, Ourimbah, NSW, Australia. 2016 7. Pasbakhsh H, Ghanbarzadeh, M., & Ebadi, G., 2011 Relationships between skinfold thickness, body mass index and physical fitness of female students. Studies in Physical Culture & Tourism, 18(2), 149-155. 8. Usman RA. Perbandingan fleksibilitas punggung bawah dengan metode sit and reach pada siswa obesitas dan non obesitas skripsi. 2016. 9. Hsiech CJ, Pringle RK. Range of motion of the lumbar spine required for four activities of daily living. J Manip Physiol Ther 1994; 17: 353-358 10. Amandito R, dan Ilyas E. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2011. Universitas Indonesia. 2014. 11. Reilly T. Sport Fitness and Sport Injuries. 1st ed. London: Faber and Faber Limited; 2011 : 61-8 12. Nugraha DA. Perbedaan Tingkat Fleksibilitas Laki-Laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. 2014 13. David, B .2008. Physical Education and The Study of Sport (5 ed). Philadelphia: Elsevier. Hlm. 124 14. Park W, Ramachandran J, Weisman P, Jung ES. Obesity Effect on Male Active Joint Range of Motion. Ergonomics. 2010;53 (785026729):102-8
12
15. Escalante A, Lichtenstein MJ, Dhanda R, Cornell JE, Hazuda HP. Determinants of hip and knee flexion range: results from the San Antonio Longitudinal Study of Aging. Atrhtitis Care Res. 2009;12:8–18 16. Batti’e MC, Bigos SJ, Wortley MD. Spinal flexibility and individual factors that influence it. Phys Ther. 2016;67:653–8. 17. Batti’e MC, Bigos SJ, Wortley MD. Spinal flexibility and individual factors that influence it. Phys Ther. 2016;67:653–8. 18. Larrson U, Mattsson E. Functional Limitations Linked To High Body Mass Index, Age and Current Pain in Obese Women. Int J Obes Relat Metab Disord. 2012; 25:893-9 19. Aditya Purnama, Amin Husni. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Fleksibilitas Lumbal. Universitas Dipenogoro. 2009
13