Manus Fix.docx

  • Uploaded by: Dinda
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manus Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,963
  • Pages: 18
HUBUNGAN PENGHASILAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KELUARGA BINAAN DI KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

KELOMPOK 9

Dinda Apriyanti

1102013086

Diniar Syabillania

1102013087

Hamdan Muhammad

1102013120

Mutiara Sukma

1102013191

Pembimbing: dr. Dini Widianti, MKK. DiplDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JANUARI 2019

HUBUNGAN PENGHASILAN DENGAN KEJADIAN BURNOUT PADA LAKILAKI BEKERJA PADA KELUARGA BINAAN DI KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN 1Dinda

A, 1 Diniar S, 1 Hamdan M, 1 Mutiara S, 2 Dini W

1. Mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Umum Universitas YARSI 2. Dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pendahuluan: Kesehatan mental yang dialami oleh para pekerja dapat dibagi menjadi dua yaitu stress kerja dan kejenuhan kerja atau dalam istilah lain burnout. Burnout adalah sindrom yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditandai dengan tingkat kelelahan yang berlebihan, sinisme, dan penurunan efikasi professional. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout, yaitu antara lain faktor individu, lingkungan dan budaya yang termasuk didalamnya adanya penghasilan. Penghasilan merupakan bentuk penghargaan yang diterima pekerja terhadap kerja yang sudah dilakukan. Pekerja merasa puas ketika hasil kerjanya mendapatkan penghargaan yang setimpal. Kepuasan tersebut akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih giat dan bersemangat sehingga dihasilkan performa kerja yang positif. Akan tetapi, saat reward yang diterima tidak sesuai dengan upaya profesional yang dilakukan maka kondisi tersebut dapat mempercepat terjadinya burnout. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional. Sampel pada penelitian adalah anggota keluarga di 42 keluarga binaan di Kabupaten Tangerang (Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo), Provinsi Banten yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu sebanyak 21 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) yang dilakukan oleh tim peneliti. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil p-value sebesar 0,03 yang menyatakan terdapat hubungan antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan di

2

Kabupaten Tangerang-Banten. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan di Kabupaten Tangerang-Banten. Diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja serta penyuluhan tentang cara mencegah kelelahan kerja pada pekerja untuk menghindari resiko kecelakaan kerja.

Kata Kunci: Burnout, Penghasilan

3

CORRELATION BETWEEN SALARY AND BURNOUT EVENT IN WORKING MEN IN ASSISTED FAMILIES AT TANGERANG REGENCY, BANTEN PROVINCE 1Dinda

A, 1 Diniar S, 1 Hamdan M, 1 Mutiara S, 2 Dini W

1. Students of the Faculty of Medicine YARSI 2. Lecturer in Public Health

Abstract

Introduction: Mental health among workers can be divided into 2; work stress and work satiety which also known as burnout. Burnout is a work-related syndrome with the sign of poor fatigue, sinism and the decreasement of professional efficacy. Several factors affecting the event of burnout were individual factors, environmental factors and culture factors which include salary as one of the factors. Salary is a reward obtained by workers for the works they had done which has a contribution to working satisfaction that may affect working motivation among workers. Nevertheless, when the rewards accepted does not fit or appropriate with the work that has been done, the situation underlying could accelerate the event of burnout. The aim of this study is to find a correlation between salary and burnout in the assisted families at Tangerang Regency, Banten Province. Method: The study used descriptive analysis method. The research design used in this study was a cross sectional study design. The sample in the study were 42 assisted families at Tangerang Regency, Banten Province who fulfilled the inclusion criteria as many as 21 respondents. The data used in this study are primary data obtained directly from respondents using the Maslach burnout Inventory questionnaire conducted by the research team. Result: Based on the results of the study, the results obtained p value of 0.03 which states there is a significant correlation between salary and burnout in the assisted family at Tangerang Regency-Banten. Conclusion: There is a significant correlation between salary and burnout in the assisted

4

families at Tangerang-Banten. Further research is needed regarding other factors that influence burnout.

Keywords: Burnout, Salary

5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sehat 2020 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai visi tersebut ditetapkan program-program unggulan, salah satunya adalah program kesehatan dan keselamatan kerja (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015) Namun program kesehatan sendiri sampai sekarang masih belum terlaksana dengan baik. Seperti yang dilansir dari Huffington Post dalam CNN Indonesia (2016) menyebutkan jika kesehatan mental pekerja sekarang menjadi masalah besar dimana banyak perusahaan belum melakukan penanganan yang serius terhadap masalah ini. Menurut Sinambela (2016), kesehatan mental yang dialami oleh para pekerja dapat dibagi menjadi dua yaitu kesehatan pekerja berupa stress kerja dan kejenuhan kerja atau dalam istilah lain burnout. Burnout adalah sindrom yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditandai dengan tingkat kelelahan yang berlebihan, sinism, dan penurunan efikasi professional. Kelelahan yang dirasakan tidak hanya fisik, tetapi juga mental dan emosional. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. (Schaufelly, 2009) Hasil penelitian di Jerman menunjukkan bahwa 8% pekerja mengalami stres kerja yang dirasakan selama 30 hari. Stres kerja tersebut memberikan dampak tidak hanya pada tempat kerja tetapi juga kehidupan pribadi pekerja, seperti memburuknya kondisi dalam keluarga dan hubungan pertemanan (Nink, 2015) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout, yaitu antara lain

6

faktor individu, lingkungan dan budaya yang termasuk didalamnya adanya penghasilan (Sullivan dalam Spector, 2008). Penghasilan merupakan bentuk penghargaan yang diterima pekerja terhadap kerja yang sudah dilakukan. Pekerja merasa puas ketika hasil kerjanya mendapatkan penghargaan yang setimpal. Kepuasan tersebut akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih giat dan bersemangat sehingga dihasilkan performa kerja yang positif. Akan tetapi, saat reward yang diterima tidak sesuai dengan upaya profesional yang dilakukan maka kondisi tersebut dapat mempercepat terjadinya burnout (Schaufelly, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Swasti, et.al (2017) pada 200 wanita pekerja di Kabupaten Banyumas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout mendapatkan hasil jika adanya hubungan antara penghasilan yang didapatkan dengan terjadinya burnout dengan nilai p value 0,000. Dengan data sebanyak 85 responden dengan penghasilan kurang dari Rp.2.500.000,- mengalami burnout. Pada Kabupaten Tangerang, khususnya Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, kebanyakan masyarakat disana tidak memperoleh pendidikan yang layak dan hal ini tentunya menyebabkan minimnya keterampilan yang berdampak pada pendapatan yang terbilang rendah. yang orangtua mereka dahulu terima dan ketidaktahuan akan dampak kedepan yang mereka alami apabila anak-anak mereka tidak bersekolah. Dan ini menyebabkan kebanyakan populasi penelitian kami adalah laki-laki pekerja sebagai buruh yang bekerja pagi hingga petang, mereka bekerja keras sepanjang hari untuk memenuhi segala kebutuhan istri dan anak-anak mereka untuk tetap melanjutkan hidup dan sekolah yang nantinya mereka harapkan bisa membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik kedepannya. Namun terkadang hasil yang mereka terima tidak sesuai dengan harapan yang ditandai dengan penghasilan yang terbilang minim bahkan sangat minim, kesenjangan antara pendapatan dan kebntuhan inilah yang bisa menyebabkan terjadinya burnout. Maka dari itu, peneliti sepakat untuk meneliti hubungan antara penghasilan yang didapat terhadap burnout pada laki-laki pekerja di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

7

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross- sectional. Data kuantitatif dalam permasalahan penelitian dikumpulkan melalui survei wawancara dan pengisian kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2019 sampai 12 Januari 2019 di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Populasi dalam penelitian adalah seluruh laki-laki bekerja pada keluarga binaan di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, Kabupaten Tangerang. Sampel dari penelitian ini adalah anggota keluarga binaan yang masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi sampel adalah anggota keluarga binaan yang berjenis kelamin laki-laki, mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap serta berusia 16-65 tahun. Kriteria eksklusi adalah anggota keluarga binaan yang tidak bersedia menjadi responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan kelompok subjek yang didasarkan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 21 responden dengan populasi sebanyak 74 responden. Variabel yang dinilai adalah penghasilan dan kelelahan kerja responden. Pengambilan data primer pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Penghasilan adalah pendapatan yang didapatkan responden setiap bulannya. Menurut Badan Pusat Statistik (2008), penghasilan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu rendah (Rp. < 1.500,000,-), sedang (≥Rp.1.500.000- 2.499.000), tinggi (Rp. 2.500.000- 3.500.000,-), sangat tinggi (Rp. > 3.500.000,-) Kelelahan kerja adalah hal yang dialami oleh responden berkaitan dengan stress psikososial saat melakukan pekerjaan yang menimbulkan kelelahan fisik dan psikis, penurunan kinerja fisik, perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. Penilaian kelelahan kerja menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI). Kuesioner ini berisi 14 pertanyaan, kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang paling mendekati dengan apa yang mereka rasakan, dengan skor 1-5 yang berisi tingkat Sangat Tidak Setuju (=1) sampai

8

Sangat Setuju (=5). Pengukuran kelelahan kerja dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan kelelahan kerja. Data dikumpulkan menggunakan instrument MBI yang diadopsi dari penelitian Swasti, et al (2017) yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh peneliti sebelumnya. Hasil jawaban dijumlahkan dan dihitung dengan hasil dinyatakan lelah jika skor ≥35 dari semua pertanyaan, tidak lelah jika persentase <35 dari semua pertanyaan. Analisis yang dipakai adalah analisis statistik yang merupakan data kuantitatif yang berupa penghasilan dan kelelahan kerja. Penilaian tentang penghasilan dan kelelahan kerja adalah penilaian kuantitatif. Statistik deskriptif dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase sesuai dengan tujuan penelitian.Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square.

9

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, lama bekerja, dan penghasilan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, Kabupaten Tangerang Variable

Frekuensi

Presentasi (%)

16-25 tahun

1

4.8

26-35 tahun

5

23.8

36-45 tahun

10

47.6

46-55 tahun

4

19.0

56-65 tahun

1

4.8

21

100

Rendah

13

61.9

Menengah

8

38.1

Tinggi

0

0

Total

21

100

Menikah

20

95.2

Lajang

1

4.8

Cerai Mati

0

0

Cerai Hidup

0

0

Total

21

100

Usia

Total Pendidikan

Status Perkawinan

10

Pekerjaan Petani

1

4.8

Pedagang

3

14.3

Supir

2

9.5

Buruh

10

47.6

3

14.3

Hansip

1

4.8

Tukang becak

1

4.8

Total

21

100

Rendah

5

23.8

Sedang

11

52.4

Tinggi

5

23.8

Total

21

100

Pegawai Swasta

Penghasilan

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan persentase terbanyak dengan usia berada di antara rentang 36-45 tahun yaitu sebanyak 10 responden (47,6%), didapatkan pendidikan terbanyak berada pada tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 13 responden (61,9%), dan sebagian besar responden dalam status menikah sebanyak 20 responden (95,2%), pekerjaan terbanyak responden adalah sebagai buruh sebanyak 10 responden (47,6%), dan mendapatkan penghasilan terbanyak dalam kategori sedang (Rp.1.500.000-2.499.000) sebanyak 11 responden (52,4%),

11

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden Kategori

Frekuensi

Presentase (%)

Rendah

5

23.8

sedang

11

52.4

Tinggi

5

23.8

Total

21

100

Penghasilan

Berdasarkan data Tabel 2, didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (52,4%) mendapatkan penghasilan dalam kategori sedang (Rp.1.500.000-2.499.000) sebanyak 5 responden (23,8%) mendapat penghasilan dalam kategori rendah (Rp. <1.500.000,-) dan sebanyak 5 responden (23,8%), mendapat penghasilan dalam kategori tinggi (Rp. 2.500.000- 3.500.000,-).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner Burnout Kategori

Frekuensi

Presentase

Ringan

8

38,1

Berat

13

61,9

Total

21

100

Hasil Kuesioner Burnout

12

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan dari 21 responden, sebanyak 13 responden (61,9%) diantaranya mengalami kelelahan kerja dengan tingkat kelelahan berat, dan 8 responden (38,1%) mengalami kelelahan kerja dalam tingkat ringan.

Tabel 4. Analisis Bivariat Hubungan Penghasilan terhadap Kelelahan Kerja Penghasilan

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

Kelelahan kerja Ringan

Berat

N

0

5

%

(0%)

(23,8%)

N

4

7

%

(19,05%)

(33,3%)

N

4

1

%

(19,05%)

(4,8%)

N

8

13

%

(31,2%)

(61,8%)

Total

Nilai p

0,03

Berdasarkan tabel 4 didapatkan responden dengan tingkat penghasilan rendah memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 5 responden (23,8%), tingkat penghasilan sedang yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 4 responden (19,05%) dan yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 7 responden (33,3%), dan responden yang memiliki tingkat penghasilan tinggi yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 4 responden (19,05%) dan tingkat kelahan berat sebanyak 1 responden (4,8%). Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi square didapatkan nilai P < 0,05 yaitu 0,03 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan penghasilan dengan kelelahan kerja pada Keluarga Binaan di Kabupaten Tangerang

13

PEMBAHASAN Kelelahan kerja menggambarkan seluruh respon tubuh terhadap aktivitas yang dilakukan dan paparan yang diterima selama bekerja. (Juliana dkk, 2018). Menurut Meshlesh et al, 2001, kejadian kelelahan kerja merupakan struktur multidimensional yang melibatkan tiga komponen kelelahan emosi; yaitu kehilangan emosi individual, depersonalisasi sehingga seseorang merasa dirinya bukanlah manusia dan perasaan rendah diri. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kabir et al, 2016 ditemukan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara kepuasan terhadap penghasilan dengan kelelahan kerja dengan p< 0.01. Kejadian ini berkaitan dengan kepuasan pekerja terhadap pekerjaan dan penghasilannya dengan kinerja sehingga ditemukan kenaikan pada kejadian kelelahan kerja pada pekerja yang merasa tidak puas dengan jumlah penghasilannya. Penghasilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini mengacu pada teori yang dikemukakan Vidal et al, 2007 yang menyatakan bahwa kepuasan terhadap pekerjaan merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah penghasilan, lingkungan pekerjaan, komunikasi dan komitmen suatu organisasi. Pada studi yang dilakukan oleh David. A.F, dkk (2016) dikatakan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara daya saing dengan pendapatan pada residen di US. Dimana residen dengan pendapatan rendah dibawah $228 684 atau kurang lebih setara dengan 3 miliar rupiah, mempunyai daya saing atau motivasi bekerja yang rendah dibanding dengan residen yang memiliki pendapatan $413 915 atau kurang lebih 6 miliar rupiah (53% vs 73%). 3 residen berpenghasilan terendah adalah bidang perawatan primer dengan gaji rata-rata ($ 221419) dan daya saing (43%).

14

Dalam penelitian ini pada analisis bivariat yang menganalisa hubungan antara penghasilan dengan kelelahan pekerjaan pada keluarga binaan Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo menggunakan uji chi-square diperoleh hasil p value 0.03 Oleh karena p value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, Kabupaten Tangerang. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (52,4%) mendapatkan penghasilan dalam kategori sedang (Rp.1.500.000-2.499.000) sebanyak 5 responden (23,8%) mendapat penghasilan dalam kategori rendah (Rp. <1.500.000,-) dan sebanyak 5 responden (23,8%), mendapat penghasilan dalam kategori tinggi (Rp. 2.500.000- 3.500.000,-). Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas jumlah penghasilan responden termasuk kategori sedang dengan rentang nilai Rp.1.500.0002.499.000. Berdasarkan Tabel 3, didapatkan dari 21 responden, sebanyak 13 responden (61,9%) diantaranya mengalami kelelahan kerja dengan tingkat kelelahan berat, dan 8 responden (38,1%) mengalami kelelahan kerja dalam tingkat ringan. Berdasarkan tabel 4

didapatkan responden dengan tingkat penghasilan rendah

memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 5 responden (23,8%), tingkat penghasilan sedang yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 4 responden (19,05%) dan yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 7 responden (33,3%). Dari hasil mayoritas penghasilan keluarga dapat menggambarkan hubungan jumlah penghasilan dengan kelelahan kerja. Hal ini sejalan dengan studi yang telah dilakukan pada 50 perawat di Shandong, China yang dilakukan oleh Hai. Y.Q dan Chun. M. W (2015) didapatkan bahwa perawat yang mendapat gaji di bawah 3000 yuan atau setara dengan 6.000.000 rupiah mempunyai nilai p <0,05 yang lebih besar dalam aspek emosi negatif dan ketidakpuasan dalam pekerjaan daripada perawat yang mendapat gaji diatas 3000 yuan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya dilakukan pada keluarga binaan di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo,Kabupaten Tangerang yang memenuhi kriteria inklusi, seharusnya dilakukan pada populasi yang lebih besar.

15

KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini didapatkan mayoritas tingkat kelelahan kerja adalah berat dengan presentase 61,8% (13 responden). Dan didapatkan sebagian besar responden yang memiliki kelelahan kerja berat adalah responden yang memiliki penghasilan dalam kategori sedang, yaitu (Rp. 1.500.000,- - 2.4999.999,-). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan (P = 0.03) antara penghasilan dengan kelelahan kerja pada keluarga binaan di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Saran peneliti adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kelelahan kerja.

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Allan Sartana, selaku kepala Puskesmas Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten serta seluruh civitas Puskesmas Tegal Angus. 2. Seluruh keluarga binaan di Desa Pangkalan dan Desa Pasir Ampo, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

16

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. 2016. Pentingnya Bicara Masalah Mental di Lingkungan Kerja. Megiza. [online]

diakses

31

Desember

2018

pukul

21:00.

Tersedia

di:

https://www.cnnindonesia.com

David. A.F., dkk 2016. US Residency Competitiveness, Future Salary, and Burnout in Primary Care vs Specialty Fields. Research Letter. Jama Internal Medicine. 176(10): 1561-1563.

Hai. Y.Q dan Chun. M. W. (2015). Study on the relationships between nurses' job burnout and subjective well-being. Chinese Nursing Research. Department of Psychology, Binzhou Medical University. 2(3): 61-63.

Kabir. M.J., dkk (2016). Job Burnout, Job Satisfaction, and Related Factors among Health Care Workers in Golestan Province, Iran. Electronic Physician. 8(9): 29242930.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pembangunan Kesehatan Menuju Sehat, Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.

Sinambela, L.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Nink, M. 2015. The German Workforce Has A Burnout Problem. [online] diakses 6 Januari 2019 pukul 15:00. Tersedia di: https://news.gallup.com

Schaufeli, W.B., Bakker,A.B., Rhenen, W.V. 2009. How changes in job demands and resources predict burnout, work engagement, and sickness absenteeism. Journal of

17

Organizational Behavior. 893-917.

Swasti, G.K., Ekowati, W., Rahmawati, E. 2017. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Burnout Pada Wanita Bekerja di Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman. 12(3). 190-198.

18

Related Documents

Manus Fix.docx
June 2020 25
Aapla Manus
November 2019 13
Musculi Manus
April 2020 15
Robot Manus Kobita
July 2020 19
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Man-hush Na Manus
October 2019 20

More Documents from "Kalyan Chakraborty"