BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen adalah suatu upaya kegiatan untuk mengarahkan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan bersama dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat. Manajemen sangat penting diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapid an terarah, sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien. Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktikkeperawatan professional ( MPKP ) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer dan perawat asosiet bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien, dank lien dilibatkan secara langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut. Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.Perawat professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga role play tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar mahasiswa paham mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya kelak saat bekerja.
B. 1.
Tujuan Tujuan Umum:
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Management Keperawatan. 2.
Tujuan Khusus:
Adapaun tujuan yang dicapai setelah penyampaian materi tentang Ronde Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu: a.
Mengetahui dan memahami pengertian ronde keperawatan
b.
Mengetahui dan memahami karakteristik ronde keperawatan
c.
Mengetahui tujuan ronde keperawatan
d.
Mengetahui manfaat ronde keperawatan
e.
Mengetahui dan memahami tipe-tipe ronde keperawatan
f.
Mengetahui dan memahami tahapan ronde keperawatan
g.
Mengetahui hal-hal yang harus dipersiapkan dalam ronde keperawatan
h.
Mengetahui komponen yang terlibat dalam ronde keperawatan
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002). Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari rondekeperawatan. Chambliss (1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah medis. Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011). Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
Rondekeperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
B.
Karakteristik RondeKeperawatan
Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini: 1.
Klien dilibatkan secara langsung
2.
Klien merupakan fokus kegiatan
3.
Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4.
Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5.
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet dan perawat primer
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
C.
Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat menurut Armola et al. (2010) adalah: 1)
Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
2)
Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3)
Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus
4)
Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis 5)
Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6)
Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam
profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien. Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan ronde keperawatan bagi pasien, yaitu: 1)
Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
2)
Untuk mengamati pekerjaan staff
3)
Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan laporan kepada
dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan, dsb. 4)
Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
5)
Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6)
Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
7)
Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan kepada pasien
8)
Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti ulcus decubitus,
foot drop, dsb 9)
Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik 10)
D.
Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan
Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat, diantaranya: 1)
Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat.
Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008) dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan
keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal. 2)
Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi. 3)
Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa perawat.
Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011). 4)
Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan perawat baru
pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011). 5)
Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana (2009)
ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.
E.
Tipe-tipe Ronde Keperawatan
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching nurse. 1)
Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat berkeliling ke
ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien. 2) Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dan head nurse. 3) Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur. 4) Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa perawat.Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien. Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.
F.
Tahapan Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah : 1)
Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi). 2)
Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan). 3) Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection (refleksi), preparation (persiapan). Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan
a.
Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b.
Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2.
Pelaksanaan
a.
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan. b.
Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c.
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang
masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan. d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan. 3.
Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan. 4.
Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut. A. Struktur o Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya). o Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan. o Persiapan dilakukan sebelumnya. B. Proses o Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. o Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan. C. Hasil o Klien merasa puas dengan hasil pelayanan. o Masalah klien dapat teratasi. o Perawat dapat : a.
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b.
Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c.
Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
e.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
klien. f.
Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
g.
Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h.
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
G.
Hal yang Dipersiapkan dalam RondeKeperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan persiapan sebagai berikut: 1)
Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).
2)
Menentukan tim ronde keperawatan.
3)
Mencari sumber atau literatur.
4)
Membuat proposal.
5)
Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
6)
Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
H.
Komponen Terlibat dalam RondeKeperawatan
Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya. 1)
Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :
o Menjelaskan keadaan dan data demografi klien. o Menjelaskan masalah keperawata utama. o Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan. o Menjelaskan tindakan selanjutnya. o Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil. 2) a.
Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain : o Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien o Menjelaskan masalah keperawatan utama o Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan o Menjelaskan tindakan selanjtunya o Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler o Memberikan justifikasi o Memberikan reinforcement o Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional o Mengarahkan dan koreksi o Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut : o Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan Pasien dengan kasus baru atau langka.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim. Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung. Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut: 1.
Klien dilibatkan secara langsung
2.
Klien merupakan fokus kegiatan
3.
Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4.
Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5.
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
6.
Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.2.
Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut: 1.
Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3.
Meningkatkan validitas data klien.
4.
Menilai kemampuan justifikasi.
5.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
2.3.
Peran dalam Ronde Keperawatan
A.
Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1.
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2.
Menjelaskan masalah keperawata utama.
3.
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4.
Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5.
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
B.
Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain : 1.
Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2.
Menjelaskan masalah keperawatan utama
3.
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4.
Menjelaskan tindakan selanjtunya
5.
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1.
Memberikan justifikasi
2.
Memberikan reinforcement
3.
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang
rasional 4.
Mengarahkan dan koreksi
5. 2.4.
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari Langkah-langkah Ronde Keperawatan
A. Persiapan 1.
Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
2.
Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
B. Pelaksanaan 1.
Penjelasan tentang klien o/ perawat primer dlm hal ini penjelasan difokuskan pd mslh
keperawatan& rencana tindakan yg akan/telah dilaksanakan& memilih prioritas yg perlu didiskusikan. 2.
Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3.
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang
masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan. 4.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
C.
Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan. 2.5.Kelemahan Ronde Keperawatan Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta privasinya terganggu. Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut: 1.
Berorientasi pada prosedur keperawatan
2.
Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3.
Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
4.
Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan
Struktur Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang A RS X Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan Persiapan dilakukan sebelumnya 2.
Proses Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
3.
Hasil Pasien puas dengan hasil kegiatan Masalah pasien dapat teratasi Perawat dapat :
1.
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2.
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. Menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien 4.
Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan
5.
Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6.
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.2 Pelayanan 2.2.1. Pengertian Pelayanan Keperawatan Pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka. Menurut Siagian (2003) pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan adanya kemudahan-kemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psikososio- spiritual yang komprehensif yang ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin (Depkes RI, 2008). Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang integral dari sistem pelayanan kesehatan sehingga pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi pasien khususnya untuk penyembuhan maupun rehabitasi di rumah sakit. Berkembangnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang berkualitas maka pelayanan keperawatan menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan rumah sakit. Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, berperan serta dalam melakukan penyuluhan. Berdasarkan prosedur tetap rumah sakit setiap petugas rumah sakit yang melayani atau melakukan tindakan kepada pasien diharuskan mencatat semua tindakan kepada pasien pada lembaran cacatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan
Menurut Gultom (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan berupa: Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab). a. Kemampuan (Ability) Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional. b. Sikap (Attitude) Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, proaktif, positif, penuh kesabarab dan tidak mengada-ada, dan tepat waktu. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh seorang perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat. c. Penampilan (Appearance) Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat
dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citrapasien. d. Perhatian (Attention) Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada pasien, diyakuni dapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya. e. Tindakan (Action) Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas. f. Tanggung jawab (Accountability) Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu sendiri,
yaitu : perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik, danaman. 3. Kualitas Pelayanan Keperawatan Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Penelitian terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit tidak semudah menentukan kualitas barang pada industri manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang dihasilkan ditentukan oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila harganya diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen tidak akan mau membelinya. Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau pasien berada pada posisi yang tidak mampu menilai secara pasti kualitas pelayanan yang diterimanya. Bidang keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilakan sesuai dengan standar atau keinginan pasien . Kualitas pelayanan keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu, baik bagi perorangan maupun populasi.Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus dijalani. Menurut Nursalam (2002), tahap pertama dalam proses ini adalah penyusunan standar atau kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar yang baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi pemimpin juga harus tanggap dan melihat bahwa perawat mengetahui dan mengerti standar yang telah ditentukan tersebut, karena standar bervariasi operasionalnya dalam setiap institusi dan perawat harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria. Informasiinformasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan. Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin terhadap sumber informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan kualitas pelayanan keperawatan, pemimpin dapat menemukan banyak informasi dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang sangat membantu. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua informasi yang telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika semua asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, maka evaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang hanya akan dikerjakan apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien dari tindakan yang salah yang dilakukan oleh perawat. 4. Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan Menurut Depkes RI (dalam Onny, 2009) mengungkapkan bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspekaspek dasar kualitas pelayanan keperawatan tersebut meliputi: a. Aspek penerimaan Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi, budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat pada orang lain dan memiliki wawasan luas. b. Aspek perhatian Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien. c. Aspek komunikasi Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarganya. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien. d. Aspek kerjasama Aspek ini meliputi sikap perawat harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Aspek tanggung jawab Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
C. Hubungan Konsep Diri Perawat Dengan Pelayanan Keperawatan Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dngan orang lain. Pembentukan konsep diri sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya, konsep diri tidaklah langsung dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian proses yang terus berkembang dan membedakan individu satu dengan lainnya (Tarwoto, 2006). Konsep diri ada yang sifatnya positif dan negatif. Individu dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak dapat berbuat, tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu yang konsep dirinya negatif akan cenderung bersifat pesimis terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya, individu dengan konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal -hal positif yang dapat dilakukannya demi keberhasilan dan prestasinya (Wahyuni, 2007). Perawat dituntut untuk mempunyai konsep diri yang positif hal ini penting karena dengan konsep diri yang positif maka kinerja akan baik sehingga diharapkan mutu pelayanan keperawatan dapat meningkat. Menurut Rogers seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif maka dia akan berfungsi lebih maksimal, sehingga dia lebih produktif dan lebih berhasil di dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dijumpai. Sebaliknya orang yang mempunyai konsep diri negative penuh dengan perasaan kegagalan, tidak berharga, peka terhadap kritik sehingga tidak ada upaya untuk perbaikan diri. Konsep diri perawat dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian perawat terhadap dirinya. Dengan konsep diri yang positif maka perawat lebih optimis, penuh percaya diri, selalu bersikap positif, mampu menghargai dirinya, dan orang lain serta memiliki kreatifitas yang tinggi. Dengan adanya konsep diri yang positif ini maka
perilaku professional sebagai tenaga keperawatan dapat terwujud sehinga perawat mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat. Untuk memenuhi perasaan puas dan pelayanan yang baik bagi pasien, perawat sebagai sosok yang memiliki itensitas pertemuan tinggi dengan pasien, harus memiliki aspek penerimaan, aspek perhatian, aspek komunikasi, aspek kerjasama, aspek tanggung jawab (Depkes RI dalam Onny, 2009) terhadap pasien, karena kelima aspek tersebut yang akan menentukan penilaian pasien terhadap baik buruknya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Hasil laporan survey kenyamanan pasien rawat inap dan keluarga di UGD RS Mardi Rahayu Kudus dari tahun 2006 sampai Mei 2009, masih ada antara 5% sampai 6,5% responden merasa tidak nyaman saat di UGD semuanya dikarenakan komunikasi yang kurang menurut pasien. Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi bagaimana persepsi pasien tentang pelaksanaan komunikasi perawat dalam asuhan keperawatan terhadap pasien di UGD RS Mardi Rahayu Kudus. Perawat harus mempunyai konsep diri positif agar persepsi pasien atau pandangan ke seseorang perawat menjadi baik. Komunikasi yang baik juga suatu pandangan atau persepsi pasien ke perawat. Keterampilan komunikasi yang digunakan untuk mendorong peserta untuk verbalisasi persepsi mereka tentang pasien sakit mental keperawatan di rumah sakit umum. Penelitian yang dilakukan oleh Hufron (2008) tentang “Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Pnuping Kota Surakarta” didapat hasil, dari 111 pasien, 37,8% menyatakan mutu pelayanan masih rendah, 39,6% menyatakan kepuasan pasien masih rendah dan sisanya 22,6% menyatakan cukup puas. Masih ada masyarakat yang mengeluhkan palayanan keperawatan dirumah sakit yang tidak memuaskan, beberapa tindakan yang dilakukan petugas keperawatan dinilai tidak memuaskan. “Perawat tidak hati-hati dan bergurau dengan rekannya saat melakukan asuhan keperawatan, selain itu perawat tidak menunjukan sikap ramah, perawat terburuburu dalam melayani, sehingga ketidaknyamanan yang dirasakan”. Hal ini menunjukkan konsep diri perawat yang rendah dan merasa terbebani dengan tugastugas yang diberikan kepadanya serta kurang serius dalam melakukan pekerjaannya.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
B.
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Ronde Keperwatan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.
(2011).Manajemen
Keperawatan:
Aplikasi
Dalam
Praktik
Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika Sitorus R. & Yulia. 2005. Modelpraktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit. Jakarta:EGC Nursalam Dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi Ke3. Jakarta: Salemba Medika. Kinchay, A. (2012, September).Www.Scribd.Com. Retrieved Oktober 17, 2013, From http://Www.Scribd.Com/Doc/76643445/RONDE-KEPERAWATAN