Manajerial Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Via Rahmah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manajerial Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,796
  • Pages: 37
ABAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Menua A. PENGERTIAN LANJUT USIA Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yaitu berdasarkan UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Sementara menurut WHO, kelompok lansia meliputi mereka yang berusia 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun serta lansia sangat tua di atas 90 tahun. Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No. 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang mengamanatkan kepada pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lansia agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non departemen serta kepada unsur masyarakat dan UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik,

6

7

dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dala kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengerusakan dan Perbaikan”. B. TEORI TENTANG PROSES MENUA a. Teori Biologik 1) Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul/DNA dan setiap saat pada saatnya akan mengalami mutasi. 2) Teori Eror Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan

sepanjang kehidupan

manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

8

3) Pemakaian dan Rusak (Wear and Tear Theory) Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah. 4) Autoimune Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati. Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca translasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan

tersebut

sebagai

sel

asing

dan

menghancurkannya Goldstein (1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem

imun tubuh sendiri daya pertahanannya

mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994). 5) Teori Stresss Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan

kestabilan

9

lingkungan internal dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai. 6) Teori Radikal Bebas Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi bahanbahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa: superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati. 7) Teori Kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan. b. Teori Sosial 1) Teori Aktifitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

10

2) Teori Pembebasan Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni: a) Kehilangan peran b) Hambatan kontrol sosial c) Berkurangnya komitmen 3) Teori Kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah: a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam

proses

penuaan,

akan

tetapi

didasarkan

pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi. 4) Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory) Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964)

11

mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar. Pokok-pokok Sosial Exchanger Theory sebagai berikut : a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing. b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan mengeluarkan biaya. d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian. e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya. 5) Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory) Cumming

dan

Henry

(1961)

mengemukakan

bahwa

kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan

12

ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Pokok-pokok disengagement theory adalah: a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang

misalnya

saat

anak

menginjak

dewasa

dan

meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. b) Lansia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas. c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah : proses menarik diri terjadi sepanjang hidup, proses tak dapat dihindari, hal ini diterima lansia dan masyarakat. 6) Teori Aktivitas (Activity theory) Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah: a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat. b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

13

7) Teori Perkembangan (Development Theory) Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita. Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair). Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu: Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis, penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan, menemukan makna kehidupan, mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia, menerima dirinya sebagai calon lansia. Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya pokok-pokok dalam development theory adalah : a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

14

b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda. c) Lansia harus menyesuaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan temantemannya. 8) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory) Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah : a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok c) Terdapatnya

mekanisme

pengalokasian

peran

di

antara

penduduk. C. TEORI PSIKOLOGIS 1) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hirarki Maslow Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada

15

tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar. 2) Teori Individual Jung Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanakkanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari ego, ketidaksadaran seseorang dan

ketidaksadaran

bersama.

Menurut

teori

ini

kepribadian

digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri

(introvert).

Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental. 3) Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte

Buhler

(1968)

menyusun

sebuah

teori

yang

menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati kelima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.

16

Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanakkanak belum terbentuk tujuan hidup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan memperoleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup. D. PROSES PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA a. Perubahan Fisik 1) Sel: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler. 2) Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk beraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran

timpani, terjadinya

pengumpulan serum karena meningkatnya keratin. 3) Sistem penglihatan: spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,

17

meningkatnya

ambang

pengamatan

sinar,

hilangnya

daya

akomodasi, menurunnya lapang pandang. 4) Sistem Kardivaskuler: katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi. 5) Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan

menurunnya

aktifitas

silia.

Paru

kehilangan

elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun. 6) Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin. 7) Sistem genitourinaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.

Vesika

urinaria,

otot-ototnya

menjadi

melemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75% dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada

18

vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali. 8) Sistem endokrin: pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti: progesteron, estrogen dan testosteron. 9) Sistem integumen: pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh. 10) Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak otot kam dan tremor. b. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: 1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan 5) Lingkungan

19

Kenangan (memori) ada 2: 1) Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu 2) Kenangan jangka pendek: 0-10 menit, kenangan buruk Intelegentia Question (IQ): 1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal 2) Berkurangnya

penampilan,

persepsi

dan

keterampilan

psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. c. Perubahan Perubahan Psikososial 1) Pensiun: nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan 2) Merasakan atau sadar akan kematian 3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

20

E. PATHWAY PROSES MENUA Proses Menua

Fase 1 subklinik

Fase 2 transisi

Usia 25-35 penurunan hormone (testosterone, growt hormone)

Usia 35-45 penurunan hormone 25

Fase 3 klinik

Usia 45 produksi hormone sudah berkurang hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stress

Peningkatan radikal

Kerusakan sel-sel DNA (sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai terganggu seperti: penglihatan menurun, rambut beruban, stamina & energi berkurang, wanita (menopause), pria (andopause)

Penyakit degenerative (DM, osteoporosis, hpertensi, penyakit jantung koroner)

21

F. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala menurut Patric Morton dkk, 2011 yaitu: 1. Perubahan Organik a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot dan organ vital lainnya menghilang c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun d) Jumlah lemak meningkat e) Penggunaan oksigen menurun f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit h) Ekskresi hormon menurun i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun j) Penyerapan lemak, protein dan karbohidrat menurun k) Lumen arteri menebal 2. Sistem Persarafan Tanda: a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam cranium d) Penebalan leptomeningens di medulla spinalis

22

Gejala: a) Peningkatan risiko masalah neurologis, cedera serebrovaskuler, parkinsonisme b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat c) Penurunan ingatan jangka pendek derajat sedang d) Gangguan pola gaya berjalan, kaki dilebarkan, langkah pendek dan menekuk ke depan e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala 3. Sistem Pendengaran Tanda: a) Hilangnya neuron auditorius b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah c) Peningkatan serumen d) Angiosklerosis telinga Gejala: a) Penurunan (khususnya

ketajaman penurunan

pendengaran kemampuan

dan

isolasi

untuk

sosial

mendengar

konsonan) b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu atau bila percakapan cepat c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran

23

4. Sistem Penglihatan Tanda: a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut b) Penumpukan pigmen c) Penurunan kecepatan gerakan mata d) Atrofi otot silier e) Peningkatan ukuran lensa dan peningkatan lensa f) Penurunan sekresi air mata Gejala: a) Penurunan ketajaman penglihatan, lapang penglihatan, dan adaptasi terhadap terang/gelap b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan c) Peningkatan insiden glaucoma d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau dan violet f) Peningkatan kekeringan dan iritasi mata 5. Sistem Kardiovaskuler Tanda: a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium b) Aterosklerosis pembuluh darah c) Peningkatan tekanan darah sistolik d) Penurunan komplian ventrikel kiri

24

e) Penurunan jumlah sel pacemaker f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor Gejala: a) Peningkatan tekanan darah b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar c) Peningkatan aritmia d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah f) Penurunan toleransi 6. Sistem Respirasi Tanda: a) Penurunan elastisitas jaringan paru b) Kalsifikasi dinding dada c) Atrofi silia d) Penurunan kekuatan otot pernafasan e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) Gejala: a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis c) Peningkatan resiko aspirasi d) Penurunan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia e) Peningkatan kepekaaan terhadap narkotik

25

7. Sistem Gastrointestinal Tanda: a) Penurunan ukuran hati b) Penurunan tonus otot pada usus c) Pengosongan esophagus makin lambat d) Penurunan sekresi asam lambung e) Atrofi lapisan mukosa Gejala: a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus dan penyakit divertikuler 8. Sistem Reproduksi Tanda: a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi c) Penurunan hormon dan oosit d) Involusi jaringan kelenjar mamae e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular Gejala: a) Kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus

26

b) Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi c) Penurunan elevasi testis d) Hipertrofi prostat e) Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan 9. Sistem Perkemihan Tanda: a) Penurunan masa ginjal b) Tidak ada glomerulus c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil e) Penurunan tonus otot kandung kemih Gejala: a) Penurunan GFR b) Penurunan kemampuan penghematan natrium c) Peningkatan BUN d) Penurunan aliran darah ginjal e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urine residual f) Peningkatan urgensi

27

10. Sistem Endokrin Tanda: a) Penurunan

testoterone,

hormon

pertumbuhan,

insulin,

androgen, aldosteron, hormon tiroid b) Penurunan termoregulasi c) Penurunan respon demam d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid e) Penurunan laju metabolik basal Gejala: a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stresssor seperti pembedahan b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu c) Penurunan respon insulin, teloransi glukosa d) Penurunan

kepekaan

tubulus

ginjal

antidiuretik e) Penambahan berat badan f) Peningkatan insiden penyakit teroid 11. Sistem Kulit Integumen Tanda: a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis b) Pendataran papilla c) Atrofi kelenjar keringat d) Penurunan vaskularisasi

terhadap

hormon

28

e) Cross-link kolagen f) Tidak adanya lemak subkutan g) Penurunan melanosit h) Penurunan poliferasi dan fibroblast Gejala: a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek b) Kekeringan dan pruritus c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya nyeri f) Penyembuhan luka makin lama 12. Sistem Muskuluskletal Tanda: a) Penurunan massa otot b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast Gejala: a) Penurunan kekuatan otot b) Penurunan denistas ulang c) Penurunan tinggi badan d) Nyeri dan kekakuan pada sendi

29

e) Peningkatan resiko fraktur f) Perubahan cara berjalan dan posture G. BATASAN-BATASAN LANJUT USIA Menurut orgaisasi kesehatan dunia WHO dalam psychologymania, 2013 batasan lanjut usia meliputi: a) Usia pertengahan (Middle Age) adalah kelompok usia 45-59 tahun b) Usia lanjut (Elderly) berusia 60-70 c) Usia tua (Old) berusia 75-90 tahun. d) Usia sangat tua (very old) berusia > 90 tahun. H. KARAKTERISTIK LANJUT USIA Menurut Budi Anna Keliat (1999): a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat 2 UU No.13 tentang kesehatan). b) Kebutuhan masalah yang bervariasi dan rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial serta spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. I.

TIPE LANJUT USIA Menurut (Nugriho 2007) tipe lansia terbagi atas: a) Tipe arif bijaksana b) Tipe mandiri c) Tipe tidak Puas d) Tipe pasrah

30

e) Tipe bingung J.

TUGAS PERKEMBANGAN LANJUT USIA Menurut patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarga yaitu: a)

Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani

hidup sisa

umurnya. b) Memelihara hubungan yang sportif, intim dan memuaskan dengan pasangan hidupnya, keluarga dan teman. c)

Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan status kesehatan dan ekonomi.

d) Menyiapkan pendapatan yang memadai. e)

Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal.

f)

Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprhensif

g) Memelihara kebersihan diri h) Menjaga komonikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman. i)

Memelihara keterlibatan sosial, sipil dan politisi.

j)

Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya yang meningkatkan status).

k) Mengakui dan merasakan bahwa ia di butuhkan. l)

Menemukan arti hidup setelah pensiun dan saat menghadapi penyakit diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi: menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi.

31

m) Membangun

filosofi

hidup

yang

bermakna

dan

menemukan

kenyamanan dalam filosofi atau agama. n) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. o) Mempersiapkan diri untuk pensiun. p) Mempersiapkan kehidupan baru. q) Membentuk hubungan baik dengan orang sesuainya. r)

Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara santai.

s)

Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan.

K. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANJUT USIA a) Faktor lingkungan dan sosial b) Faktor psikologi dan perilaku c) Faktor biologis L. KARAKTERISTIK PANTI TRESNA WHERDHA a) Lokasi b) Staf c) Pembayaran d) Jenis layanan dan biaya e) Agama dan budaya f) Bahasa g) Kebutuhan keperawatan khusus M. PELAYANAN PADA LANJUT USIA a)

Upaya kesehatan lansia (promotif)

32

b) Upaya pencegahan (preventif) c)

Diagnosa dini dan pengobatan

N. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAAWATAN PADA LANJUT USIA a)

Pendekatan askep pada lansia

b) Masalah yang lazim terjadi pada lansia O. PERENCANAAN TINDAKAN a)

Kebutuhan fisiologis/biologis, oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat tidur.

b) Kebutuhan rasa aman c)

Kebutuhan spiritual

P. IMPLEMENTASI Prinsip intervensi ditekankan pada tindakan promotof, preventif, rehabilitation dan consultan of dying (pendampingan orang yang akan meninggal secara bermartabat). Untuk itu peran perawat dalam kesehatan advokat, konselor dan perencanaan dan pelayanan kesehatan. Q. EVALUASI Disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, dapat diukur realitasnya dan dapat dicapai dengan mudah oleh lansia atau keluarga dan pengaruh lainnya. R. PENERAPAN PROSES PERAWATAN USIA LANJUT 1. Proses Menua Proses menua atau lanjut usia 1) Suatu peristiwa yang akan dialami setiap orang

33

2) Merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress 3) Sejalan dengan perkembangan IPTEK (ilmu kesehatan) 4) Peningkatan status gizi masyarakat Umur harapan hidup semakin meningkat (populasi penduduk Indonesia berusia diatas 60 tahun meningkat). Sesuai dengan UU. 23 tahun 1992 (pasal 19) lansia perlu mendapat perhatian: “Manusia lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditempatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.” 2. Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia Tujuan asuhan keperawatan agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan. Sehingga lansia memiliki ketenangan hidup, merasa dihargai dan tetap produktif sampai akhir hayat. 3.

Fokus Asuhan Keperawatan Lansia : 1) Peningkatan kesehatan 2) Pencegahan penyakit

34

3) Mengoptimalkan fungsi fisik dan mental 4) Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada lansia sebagai akibat mekanisme adaptasi yang tidak efektif. 5) Pendekatan proses keperawatan (Bio-Psiko-Sosial-Spiritual) a. Fisik /Biologis 1) Wawancara riwayat kesehatan a) Pandangan lansia tentang kesehatanya. b) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia. c) Keluhan fisik lansia (otot, sendi, pendengaran, penglihatan). d) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri. e) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB, BAK. f) Kebiasaan gerak badan/olahraga. g) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan. h) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat. i) Masalah-masalah seksual yang dirasakan. 2) Pemeriksaan fisik a) Sistem integumen/kulit. b) Muskuloskeletal. c) Respirasi.

35

d) Kardiovaskuler. e) Perkemihan. f) Persyarafan. g) Fungsi

sensorik

(penglihatan,

pendengaran,

pengecapan dan penciuman). b. Psikologis 1) Dilakukan saat berkomunikasi untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses pikir. 2) Perlu dikaji alam perasaan orientasi terhadap realitas kemampuan dalam menyelesaikan masalah. a) Perubahan yang umum terjadi : (a) Penurunan daya ingat. (b) Proses pikir lambat. (c) Adanya perasaan sedih. (d) Merasa kurang perhatian. 3) Hal-hal yang perlu dikaji, meliputi: a) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya b) Apakah

optimis

memandang

sesuatu

dalam

kehidupan. c) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan. d) Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak. e) Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang di alami.

36

f) Apakah mudah untuk menyesuaikan diri. g) Apakah usila mampu untuk menyesuaikan diri. h) Apakah usia menggali kegagalan. i) Apa harapan sekarang dan dimasa yang akan datang dll. c. Sosial Ekonomi 1) Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi sosial. 2) Penghasilan yang diperoleh. 3) Perasaan sejahtera dalam kaitannya sosial ekonomi. 4) Hal-hal yang dikaji: a) Kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang. b) Sumber keuangan. c) Dengan siapa tinggal. d) Kegiatan organisasi sosial yang diikuti. e) Pandangan lansia terhadap lingkungannya dengan orang lain di luar rumah. f) Siapa saja yang biasa mengunjunginya. g) Seberapa besar ketergantungannya. h) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

37

d. Spiritual 1) Keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana kayakinan tersebut dapat diterapkan. 2) Hal-hal yang perlu dikaji: a) Kegiatan ibadah setiap hari. b) Kegiatan keagamaan. c) Cara menyelesaikan masalah (Doa). d) Terlihat sabar dan tawakal. 4.

Masalah Keperawatan a. Fisik / Biologis 1) Ganguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 2) Gangguan

persepsi

berhubungan

dengan

gangguan

pendengaran/penglihatan. 3) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam merawat diri. 4) Perubahan pola eliminasi b.d pola makan yang tidak efektif 5) Gangguan pola tidur b.d kecemasan atau nyeri. 6) Gangguan pola tidur b.d penyempitan jalan nafas. 7) Gangguan pola nafas b.d kekakuan sendi. 8) Termoregenerasi tidak efektif berhubungan dengan terbatasnya ;regulasi komponsasi metabolik sekunder terhadap lanjut usia.

38

9) Potensial stroke berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perawatan tindak lanjut. 10) Potensial terjadi masalah kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan. 11) Resiko cidera fisik b.d (jatuh) penyesuaian terhadap penurunan fungsi rubuh tidak adekuat. 12) Resiko terhadap kontraktur sendi lutut berhubungan dengan penurunan ROM 13) Resiko terhadapnya ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, program pengobatan dan perawatan tindak lanjut. 14) Konstipasi berhubungan dengan masukkan diet tidak adekuat dan kurangnya aktifitas fisik. 15) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan berjalan menggunakan cara duduk/bergeser. b. Psikologis-sosial 1) Perasaan berduka berhubungan dengan adekuat akan putusnya hubungan keluarga. 2) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan emosional. 3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan rasa takut akan pendekatan dan kegagalan interaksi.

39

4) Distresss spiritual berhubungan dengan penurunan rentang perhatian, keyakinan, kemampuan untuk berpikir terhadap kurangnya pengetahuan tentang alternatif sholat dalam keadaan sakit. 5. Rencana Tindakan Keperawatan Lansia 1) Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya 2) Sediakan cukup penerangan. 3) Penerangan alam lebih baik. 4) Hindarkan cahaya yang menyilaukan. 5) Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan. 6) Tingkatkan rangsangan panca indera, a) Melalui indra penglihatan : (1) Buku-buku yang dicetak besar, misalkan gambar, huruf atau angka yang mempunyai makna. (2) Adakan perubahan lingkungan. (3) Berikan warna-warna yang dapat dilihat. (4) Pertahankan dan latih daya orientasi nyata dapat mengunakan Kalender atau penanggalan jam. (5) Saling mengunjungi. b) Berikan perawatan sirkulasi c) Hindarkan pakaian yang menekan. d) Rubah posisi. e) Berikan kehangatan dengan selimut

40

f) Motivasi untuk melakukan aktivitas untuk meningkatan sirkulasi. g) Berikan dukungan, bantuan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan. h) Berikan perawatan pernafasan i) Bersihkan nostril atau kotoran hidung. j) Lindungi dari angin. Tingkatkan aktivitas pernafasan dengan latihan nafasan dalam, latihan batuk efektif dan latihan menghembuskan nafas. c. Berikan perawatan pada awal perencanaan 1) Rangsang nafsu makan a) Berikan makanan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan bergizi. b) Berikan makanan yang menarik. c) Sediakan makanan yang hangat. d) Sediakan makanan yang sesuai dengan pilihannya. 2) Cegah terjadinya gangguan pencernaan a) Berikan sikap fowler waktu makan. b) Pertahankan keasaman lambung. c) Berikan makanan yang tidak membentuk gas. d.

Cukup cairan. a) Cegah konstipasi atau sembelit (a) Jamin kecukupan cairan dalam diet. (b) Motivasi untuk melakukan aktifitas.

41

(c) Fasilitas gerakan usus dalam mencerna. (d) Berikan kebebasaan dan posisi tubuh normal. (e) Berikan laktisatif atau supositoria jika hal-hal diatas tidak efektif. e. Berikan perawatan genitourinaria 1) Cukup cairan masuk 2000-3000 ml/hari. 2) Cegah inkontenensia. (1) Latih senam ala Kegel Exercise (jepit dan lepas didaerah panggul). (2) Motivasi pasien untuk bak setiap 2 jam. (3) Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari. (4) Batasi cairan terutama pada waktu tidur f. Berikan perawatan kulit 1) Mandi. 2) Potong kuku kaki dan tangan bila panjang. g. Berikan perawatan musculoskeletal 1) Bergerak dengan keterbatasan. 2) Ganti posisi setiap 2 jam. 3) Cegah osteoporis dari tulang panjang dengan latihan. 4) Lakukan latihan pasif dan aktif. 5) Berikan arah dari latihan gerak dari semua sendi 3x. 6) Anjurkan dan motivasi keluarga untuk memandirikan pasien.

42

h. Berikan perawatan psikososial 1) Jelaskan dan motivasi untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana normal. 2) Bantu dalam memilih dan mengikuti kegiatan. 3) Fasilitas pembicaraan. 4) Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan. 5) Berikan penghargaan dan rasa empati. 6) Pertahankan pendekatan kebaikan. i.

Pelihara keselamatan 1) Usahakan agar pagar tempat tidur tetap dipasang. 2) Tempat tidur dalam posisi rendah. 3) Pasien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan. 4) Kamar dan lantai tidak berantakan. 5) Cukup mendapat penerangan. 6) Berikan penyangga sewaktu berdiri. 7) Motivasi untuk berjalan.

Related Documents


More Documents from "mzakialamsyah wika"