Manajemen Sumberdaya Pesisir

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manajemen Sumberdaya Pesisir as PDF for free.

More details

  • Words: 2,555
  • Pages: 53
CO-MANAGEMENT SUMBER DAYA PESISIR DISTRIK MOMI WAREN SECARA LESTARI

suatu pilot project pengembangan kawasan pesisir pantai teluk mawi bagi sektor perikanan dan pariwisata

ISI    

Latar Belakang Tujuan Kawasan Pesisir Pantai Momiwaren Alternatif Perencanaan Pengelolaan  Pengembangan Pariwisata  Pengembangan Budidaya Perairan

 Co-Management

Latar Belakang  







Mayoritas penduduk pesisir Distrik Momi waren dan termasuk di dalamnya dusun Siyeb merupakan penduduk asli papua yang masih tertinggal / terlupakan dalam pembangunan di era otsus saat ini. Dusun Siyeb memiliki potensi sumber daya alam berupa hasil hutan dan sumber daya ikan yang melimpah serta memiliki panorama alam pesisir yang indah yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung Momi Anggi dan Taman Nasional Teluk Cenderawasih Barat. Karena berbagai bias pembangunan termasuk di sektor perikanan dewasa ini yang terjadi di Papua dan Papua Barat sebagai akibat dari strategi pengelolaan yang kurang terpadu dan cenderung tumpang tindih atau bersifat sporadic, maka kebijakan pembangunan Otsus di Papua ini meskipun telah separuh jalan namun hasil yang terlihat belum begitu nyata terhadap peningkatan kesejahteraan penduduk pribumi. Untuk itu dibutuhkan konsep kerjasama manajemen yang dapat diterima diantara pemerintah, agen pembangunan dan praktisi pembangunan sebagai sebuah alternatif strategi manajemen perikanan untuk the top-down, pendekatan manajemen terpusat di pemerintah kita dewasa ini. Kebutuhan proses pembelajaran dan pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam mengelola sumber daya yang tersedia serta berbagai pihak yang berkepentingan dengan kawasan tersebut secara berkesinambungan, seiring dengan tujuan pembangunan milenium dunia dewasa ini.

Tuju an :  Menyusun perencanaan pengembangan kawasan pesisir teluk mawi sebagai suatu pilot poject pembangunan desa pesisir yang berkelanjutan (sustainable development).  Sasaran kegiatan :  Tersedianya rencana penataan kawasan pesisir teluk mawi.  Tersedianya pilot poject pembangunan kawasan pesisir bagi sektor pariwisata (ecotourism) dan budidaya perairan (aquaculture) yang berkelanjutan.

KABUPATEN MANOKWARI

Distrik Momiwaren

TATA GUNA LAHAN 1999 BAPPEDA PROV. PAPUA

KAWASAN KONSERVASI CI. & BAPPEDA PAPUA 1999

KAWASAN PESISIR MOMIWAREN Kamiani

Siyeb

Yekwandi

GEOGRAFI: • Letak Geografis antara 1o33’-1o49’ LS dan 133o59’-134o11’ BT. • Panjang garis pantai : ± 43 Km persegi. • Tipe pantai terjal tertutup. • Mengandung kumpulan berupa batuan tertiary volcanic dengan jenis tanah Fh142/3c. (Conservation International, I999). • Suhu udara minimum berkisar 26 oC pada bulan Februari dan suhu udara maksimum berkisar 33 oC pada bulan April dan Oktober. • Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 248 mm dan terendah pada bulan September 68 mm.

< 100 m Pasut

>= 20 m

SOSIAL BUDAYA: • Kelompok bahasa Mention (Leontine Visser, 1998) atau dengan nama setempat disebut bahasa Sougk-Bohom. • Kelompok suku ini hidup dibagian selatan dari wilayah Kabupaten Manokwari yang berbatasan dengan suku Hatam, Meah dan Borai di utara serta Wandamen (Wamesa) di selatan. Menurut cerita adat setempat, awalnya suku ini bermukim di gunung Hirmeda / Humibou (kawasan pegunungan Arfak). • Sebagai akibat dari perang suku antara suku Mention dan Wamesa yang kira-kira terjadi pada dekade 1940-an. • Beberapa marga yang tergolong kedalam suku ini antara lain: Inyomusi, Trirbo, Mokiri, Ainusi, Kauwey, Sayori dll). • Mayoritas kini telah menganut kepercayaan agama Kristen Protestan.

Kebiasaan berkebun yang berpindah-pindah untuk jenis komoditas tanaman sayursayuran dan umbi-umbian dan seringkali dilakukan di lereng gunung yang menurut budaya setempat dianggap sebagai lahan yang subur. untuk suatu lahan yang telah dikerjakan dapat dimanfaatkan selama 2 – 3 tahun produksi yang kemudian setelah semakin berkurang kesuburannya mereka berpindah ke lahan baru sampai dengan siklus 10 tahunan lalu mereka kembali ke lahan kebun lama seperti terlihat pada gambar berikut. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan makin lama telah berkurang, namun dalam hal bercocok tanam umumnya kaum laki-laki bertugas memberikan batas pada lahan yang akan dibuka dan sekaligus membersihkan serta membuat pagar kebun guna mencegah hama babi dan gangguan lainnya. Sedangkan kaum perempuan selanjutnya akan melakukan penanaman dan pemeliharaan sampai dengan panen dan pemasaran hasilnya.

Ketika kelompok suku ini pertama kali turun ke pantai dan mengenal kegiatan menangkap ikan di pesisir pantai, mereka belum mengenal peralatan modern yang ada saat ini. Akan tetapi mereka sudah sudah bisa menangkap ikan dengan menggunakan peralatan panah dan tombak. Seringkali kegiatan ini mereka lakukan di daerah perairan pesisir pantai, disamping itu mereka juga menggunakan zat racun alamiah yang diperoleh dari akar-akaran tanaman di hutan untuk meracun ikan-ikan karang di dekat pesisir pantai

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan warga umumnya oleh kaum laki-laki dengan menggunakan sampan dan alat tangkap pancing, kalawai dan senapan ikan di sekitar perairan teluk selama 4 – 5 jam sejak pagi dan ada juga yang melakukannya pada malam hari menggunakan peralatan bantu berupa lampu gas

Sebagai akibat kesenjangan pembangunan yang terjadi dimasa lampau antara pusat dan daerah, selanjutnya hal ini berdampak pada pembangunan kawasan kota dan perdesaan di Papua sampai dengan dekade 1990-an. Hal inilah yang kemudian yang menciptakan kemiskinan secara terstruktur dan membutuhkan proses yang didasarkan pada strategi yang tidak dapat disamakan dengan umumnya daerah lain di Indonesia. Hingga kini masyarakat dusun Siyeb masih tergolong miskin baik menyangkut ketersediaan pelayanan kesehatan sampai dengan pendapatan perkapita penduduk dusun ini masih jauh dari tingkat UMP yang di tetapkan pemerintah.

Sumber Daya Pesisir Kawasan laut Teluk Cenderawasih memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tersebar baik di darat, di pulau-pulau maupun di perairan laut sekitarnya. Kawasan inipun memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan. Mengingat pentingnya kawasan ini maka, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 58/Kpts-II/1990 tanggal 3 Februari 1990, kawasan ini dinyatakan sebagai kawasan Cagar Alam Laut. Sekitar tiga tahun kemudian, kawasan konservasi ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 472/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993. Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNTC), dengan luas 1.453.500 Ha, merupakan Taman Nasional Laut terluas di Indonesia. Secara geografis kawasan ini terletak antara 1° 43’- 3°22’ LS dan 134°06’ – 135°10’ BT. Secara administratif kawasan ini berada dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Luas kawasan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah sekitar 80 persen dari luas TNTC secara keseluruhan. Kawasan TNTC membentang dari rangkaian Kepulauan Auri dari arah timur Tanjung Kwatisore di sebelah selatan sampai ke utara di atas Pulau Rumberpon atau tanjung dusun Syep.

Tipe-tipe ekosistem di kawasan pesisir ini secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi: • Ekosistem hutan tropis daratan rendah ; • Ekosistem pantai; • E kosistem perairan laut yang terdiri dari te p adang lamun dan dataran dangkal yang

Berapa koleksi spesies burung hutan lindung Momi Anggi

BEBERAPA KOLEKSI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas

Pengelolaan sumberdaya ikan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan yang bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan yang terus menerus. Nelayan adalah “istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan”. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih.

Sumberdaya Ikan :  Ikan sebagai target produksi dari usaha perikanan baik di laut maupun di darat adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes)  Perkiraan potensi sumberdaya ikan lestari di seluruh perairan pantai dan laut Indonesia adalah berkisar ± 6 juta Ton/tahun. Secara khusus untuk kawasan perairan utara dan timur Kaubupaten Manokwari belum tersedia data yang memadai.  Ikan merupakan sumberdaya alam yang renewable (dapat diperbaharui), namun ikan di perairan alam merupakan common property (milik umum) sehingga pengelolaannya membutuhkan keterpaduan antar wilayah bahkan negara, disamping itu juga ikan merupakan perishable product (mutunya cepat menurun) sehingga mempengaruhi harga penjualannya di pasaran.

Dalam manajemen sumber daya perikanan dikenal beberapa karateristik pengelolaan sumber daya pada suatu wilayah perairan laut: Un known: kawasan perairan yang belum diketahui secara pasti potensi sumber daya ikan-nya, hal ini dapat disebabkan oleh belum tersedia data yang mencukupi dan dapat juga merupakan suatu kawasan perairan yang belum dieksploitasi sama sekali. Under utilization: kawasan perairan yang telah diketahui stock sumber daya ikan-nya, akan tetapi upaya pemanfaatannya masih jauh dari batas potensi maksimum lestari (maximum sustainable yield), sehingga upaya pemanfaatannya masih dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan pengelolaan. Management; suatu kawasan perairan yang sumber daya ikan-nya telah terkelola secara baik, biasanya terdapat peraturan pemanfaatan sumber daya ikan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang berimbang lestari. Secara ekonomi menguntungkan dan tidak merugikan ekosistem yang ada. Over exploitation; eksploitasi stock sumber daya ikan yang terdapat di perairan ini sudah melebihi kapasitas lestari, sehingga produksinya cenderung menurun yang secara ekonomi dan ekologi tidak menguntungkan usaha perikanan.

100.400

Maximum Sustainable Yield

100.300 Management

HPSU (Ton)

100.200

Over Explotation

100.100 100.000

Under Exploitation

99.900 99.800

Unknown

99.700 0

100

200

300

400

UPAYA (Jumlah Kapal)

500

600

AQUACULTURE : Kegiatan memproduksi biota akuatik dalam lingkungan terkontrol untuk mendapatkan keuntungan. Mariculture is a specialized branch of aquaculture involving the cultivation of marine organisms for food and other products in the open ocean, an enclosed section of the ocean, or in tanks, ponds or raceways which are filled with seawater. An example of the latter is the farming of marine fish, including finfish and shellfish e.g.prawns, or oysters and seaweed in saltwater ponds. Non-food products produced by mariculture include: fish meal, nutrient agar, jewelries (e.g. cultured pearls), and cosmetics. (www.Mariculture - Wikipedia, the free encyclopedia.htm. 2009)

Produksi Budidaya Perairan Laut Indonesia

Papua Barat ?

Alter na tif P engembangan  Pengembangan Pariwisata  Sarana Prasarana  Air bersih  Listrik  Homestay (cottage)

 Paket Ekowisata  Wisata hutan  Taman burung  Tanam anggrek

 Wisata bahari  Diving club etc.  Fishing game

 Sea food café & restaurant

 Pemasaran  Lokal :  TV lokal

 Internasional  Web site  Booklet, leaf let, majalah dll.

 Pengembangan Budidaya Perikanan Laut    

Budidaya Lobster, Windu Budidaya Kerapuh, Kakap, Baronang Budidaya Kerang Mutiara, HIjau Budidaya Rumput Laut

KJA, Bak/Kolam KJA Rakit Rakit

3.5 M 8M

3.5 M 8M

Spesifikasi : • • • • • • •

8 x 8 M2

Rangka Kayu Balok Drum Plastik Jaring (polyethilen) Pemberat Jaring Pemberat Utama Papan lantai Tali polyethilen

5/10 cm 200 Liter D 12 - 18 2 kg 50 kg 2/20 cm Ø 0,75 cm

Green mussel culture

Lapangan Kerja Bagi Kaum Perempuan

Co-M ana gement Kerjasama Manajemen atauorco-management Cooperative management co-managementdapat can be defined as a partnership arrangement in which the community of digambarkan sebagai suatu pengaturan kemitraan di mana local resource users (fishers), government, other masyarakat lokal pemanfaat sumber daya (nelayan), stakeholdersstakeholders (boat owners, fish traders, boat builders, pemerintah, lainnya ( pemilik perahu, pedagang businesspeople, etc.)perahu, and external agentsdll.) (nonikan, tukang pembuat usahawan, dan agen governmental organizations (NGOs), academic and research eksternal ( LSM ( NGOS), akademisi dan lembaga penelitian) institutions) share the responsibility and authority for the berbagi tanggung jawab dan Through otoritas untuk mengelola management of the fishery. consultations and sumber daya perikanan. Melalui negosiasi konsultasi, negotiations, the partners develop a formaldan agreement on mitra suatu persetujuan formal terhadp their membangun respective roles, responsibilities and rights in peran mereka masing-masing, dan hakCodalam management, referred totanggung-jawab as 'negotiated power'. managementdikenal is alsosebagai called participatory, manajemen, ' kekuasaan joint, yang stakeholder, dirundingkan'. multi-party or collaborative management. Co-Management adalah juga disebut partisipasi, kerja sama, stakeholder, pihak-pihak terkait atau manajemen kolaboratif.

CO-MANAJEMEN SEBAGAI SUATU PROSES Co-management is not amerupakan regulatory suatu technique, Co-Management bukanlah teknik although peraturan, regulations are used in co-management. It is a participatory walaupun peraturan digunakan dalam co-management. Ini merupakan management strategy that provides andmenyediakan maintains adan forum or suatu strategi manajemen partisipasi yang memelihara struktur atau forum pada kegiatan pemberdayaan, structure forsuatu action on empowerment, rule making, conflict membuat aturan, mengelola konflik, pembagian management, power sharing, social learning,kekuasaan, dialogue and pembelajaran sosial, dan komunikasi, communication, anddialog development among dan the pengembangan partners. Coantara mitra. Co-Management adalah suatu proses management is a consensus-driven process of consensus-driven recognizing dalam mengenali perbedaan nilai-nilai, kebutuhan, minat dan perhatian different values, needs, concerns and interests involved in yang dilibatkan dalam mengelola sumber daya tersebut, kemitraan, managing the resource. Partnerships, roles and responsibilities peran dan tanggung-jawab yang diikuti, memperkuat dan are pursued, strengthened andyang redefined atdalam different times mendefenisikan ulang pada saat berbeda proses co-in the co-management process, depending on the needs and management, tergantung pada peluang dan kebutuhan, lingkungan opportunities, legal environment, the political support,mitra yang sah/sesuaithe undang-undang, dukungan politis, kapasitas capacities of partners and trustproses between partners. The bisa codan kepercayaan diantara mitra. co-Management meliputi organisasi nelayan informalformal dan/atau formal dan management process may include and/or informal stakeholders organizationslainnya. of fishers and other stakeholders.

A Process of Community-Based Co-management

The implementation of community-based co-management has four linked and complementary components: 1. Resource management. 2. Community and economic development/livelihoods. 3. Capacity building. 4. Institutional support/networking/advocacy.

Successful grant writing involves the coordination of several activities, including planning/preparation, identifying a funder, searching for data and resources, writing and packaging a proposal, submitting a proposal to a funder, and follow-up with the funder. The proposal should include project goals and identify the specific objectives that define how the goals will be accomplished. The proposal should include the following sections: • Project title/cover page; • Summary/overview; • Background information/problem statement; • Goals and objectives; • Target audience; • Methods/design/strategy; • Staff/administration; • Impacts/benefits; • Available resources; • Needed resources; • Evaluation plan; • Timeline/workplan; • Budget; • Appendices.

CO-MANAGEMENT SUMBER DAYA PESISIR DISTRIK MOMI WAREN TAHUN 2009 TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN

IDENTIFIKASI MASALAH

Asistensi Masyarakat Diskusi Terbuka Pertemuan Masyarakat

Diskusi/ Workshop -Pemerintah -NGOS -Donor -Tomas

Membangun Kesepahaman Penyusunan Rencana Proyek dan strategi sementara

Membangun Jaringan Kelebagaan Ditingkat atas

Menyusun Rencana Kerja

Mencari Sumber Pembiayaan

TIME SCHEDULE NO DESKRIPSI KEGIATAN

WAKTU Bulan …….. 2009 1

2

3

SUMBER BIAYA

4

I

Identifikasi Masalah

1.1

Survei dan Pengumpulan data awal

……………….

1.2

Diskusi Terbuka

……………….

1.3

Penyusunan Rencana Kerja (TOR)

……………….

II

Asistensi Masyarakat

2.1

Pertemuan Masyarakat

……………….

2.2

Diskusi dan Seminar

……………….

III

Mencari sumber pendanaan

3.1

Pembuatan proposal

3.2

Membangun jaringan kelembagaan

3.3

Pilot project

………………. ……………….

TER IM A K AS IH PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT BP3D - BIDANG EKONOMI TAHUN 2009

Bravo

Related Documents