Malabsorpsi Saluran Cerna 2014_2_2_2.pptx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Malabsorpsi Saluran Cerna 2014_2_2_2.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 985
  • Pages: 20
MALABSORPSI SALURAN CERNA

Dr. Hasni Hasan Basri, Sp.A

Malabsorpsi Saluran Cerna Gejala malabsorpsi yang khas terdiri dari diare kronik, perut kembung dan gagal tumbuh serta gejala lain akibat kekurangan satu nutrisi tertentu (misalnya avitaminosis).

Epidemiologi : Di negara sedang berkembang, kelainan ini banyak dihubungkan dengan gastroenteritis, PEM,BBLR dan diare pasca bedah, sedangkan di negara maju banyak terdapat pada penyakit coeliac, kistik fibrosis dsb.

Di negara tropik malabsorpsi banyak dikaitkan dengan abnormalitas dari mukosa jejunum, antara lain akibat infeksi Giardia, tuber-kulosis, cacing tambang dan ‘tropical sprue’. Patogenesis yang paling dianut adalah karena adanya kontaminasi bakteri pada usus halus.

Definisi : Suatu keadaan dimana terjadi gangguan proses digesti dan absorpsi nutrien, sehingg nutrien tidak dapat memasuki mukosa usus. Etiologi : 1. Perubahan kondisi intralumen usus halus bagian atas 2. Mukosa usus abnormal 3. Hal-hal lain yang patologis yang merupakan gejala penyakit 4. Disfungsi usus besar yang mempengaruhi usus kecil.

JENIS MALABSORPSI 1.

Malabsorpsi Karbohidrat Ada 4 proses yang mempengaruhi malabsorpsi karbohidrat : a. Fase hidrolisis intralumen yaitu hidrolisis 1 – 4 glukoside link dari tepung oleh amilase saliva dan pankreas untuk terjadinya maltosa, maltotriosa dan limit dextrine. b. Fase hidrolisis di brush border usus, hidrolisis oligosakarida (maltase, lato-triosa, limit dextrine, laktosa, sukrosa) oleh disakarida brush border (maltase, sukrase, isomaltase, laktase). c. Translokasi monosakarida (glokosa, galaktosa, fruktosa) melalui membran brush border. d. Eksit monosakarida dari enterosit melalui vena porta.

Tabel 9 – 2. Pembagian Intoleransi Karbohidrat Disakarida

Monosakarida

Primer

- Defisiensi sukrase-isomaltase - Defisiensi laktase - Alaktasia kongenital - Hipolaktasia yang timbul kemudian

Malabsorpsi glukosa, galaktosa (fruktosa terabsorpsi)

Sekunder

- Defisiensi laktase - Defisiensi semua disakaridase

Malabsorpsi monosakarida

2.

Malabsorpsi Protein Malabsorpsi protein dapat terjadi pada 2 keadaan yaitu gangguan pankreas dan kelainan mukosa usus halus. Gangguan malabsorpsi protein meliputi : a. Defek digesti protein intralumen b. Defek digesti protein dalam brush border dan dalam sel epitel usus.

3.

Malabsorpsi Lemak Malabsorpsi lemak adalah gangguan absorpsi lemak dalam usus sehingga terjadi pengeluaran lemak yang berlebihan dalam tinja. Klasifikasi malabsorpsi lemak menurut Haries adalah sebagai berikut : a. Defek lipolisis pankreas terdapat pada kistik fibrosis, pakreatitis kronik, dan sindroma Schwachman. b. Defek solubilisasi miseler pada defisiensi garam empedu.

Gangguan emulsifikasi trigliserida yaitu pada gastrektomi dan motilitas lambung yang berubah. d. Pengambilan hasil lipolitik di mukosa berkurang, terdapat pada enteropati, reseksi usus,‘blind loop syndrome’, enterosit yang januh dan waktu transit usus tinggi. e. Terganggunya pengaliran khilomikron ke saluran limpatik yaitu pada obstruksi saluran limfe dan limfangiektasi. c.

Gangguan absorpsi lemak dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : a. Jenis pankreatik b. Jenis hepatik c. Jenis enterik d. Jenis limfatik

Malabsorpsi Vitamin Malabsorpsi vitamin disini adalah kobalamin dan folat. 5. Malabsorpsi Mineral 6. Malabsorpsi Asam Empedu 4.

PENDEKATAN DIAGNOSIS Pendekatan diagnosis malabsorpsi dengan anamnesis, pemeriksaaan klinis dan laboratorium. Malabsorpsi Karbohidrat : Diagnosis malabsorpsi karbohidrat dilihat dari gambaran klinis dan pemeriksaan yang menunjukkan adanya glukosa. Gambaran klinisnya anatara lain riwayat timbulnya diare berair dan dihubungkan dengan formula susu tertentu disertai eritemanatum. Sedangkan pemeriksaan tinja untuk menunjukkan adanya malabsorpsi kerbohidrat adalah : -Reducing substance : klinitest, kromatografi -Produk fermentasi : pH, asam laktat

Pemeriksaan Klinitest Cara pemeriksaan : Ke dalam tabung ames diteteskan 10 tetes air, kemudian 5 tetes tinja cair. Tambahkan 1 tablet clinitest (Ames, Ltd). Baca sesudah 60 detik dan cocokkan dengan warna standar (Clinitest colour chart). Negatif 0% (biru)

Trace ¼%

+ ½%* Kuning kehijau hijauan

++ ¾% Kuning muda

+++ 1% Kuning

*Hasil : lebih dari ½% berarti abnormal

++++ 2% Kuning tua

Pemeriksaan lain yang dapat menunjukkan adanya malabsorpsi karbohidrat adalah : -Pemeriksaan

radiologik -Pemeriksaan toleransi gula -Pemeriksaan pernafasan -Ekskresi gula dalam urin -Pemeriksaan langsung disakaridase mukosa usus

Malbapsorpi protein Diagnosis malabrorpsi potein dilihat dari gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya malabsorpsi. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis adanya malabsopsi protein adalah : -Uji toleransi asam amino -Uji aktifitas tripsin -Uji maldigesti triptofan -Uji radiologik

Malbapsorpi lemak : Diagnosis malapsorpsi lemak dilihat dari gambaran klinis yaitu diare, bila pengeluaran lemak melebihi 5 gram sehari disebut steatorea, dimana secara makroskopis ditandai dengan tinja yang lengket, berkilat dan berlemak, sedangkan secara mikroskopis tampak globul lemak yang memenuhi setengah lapangan pandang besar. Untuk malabsopsi lemak selain pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis antara lain adalah : -Pemeriksaan balans lemak menurut Kramer -Cara mikroskopis menurut Drumney -Uji serum karoten -Uji absorpsi lipiodol

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan malabsorpsi tergantung dari penyebabnya. Ada beberapa penderita memerlukan bebas sukrosa. Lama diet bebas atau rendah laktosa sangat variabel, memerlukan waktu 2-3 minggu, tetapi ada yang memerlukan waktu sampai 2-3 bulan, dan bahkan ada yang sampai 6-12 bulan. Penatalaksanaan malabsorpsi protein adalah penderita tidak diberi makanan yang mengandung kedelai atau formula dasar daging, atau memberi protein susu yang telah dihidrolisis, atau memberi natrium kromoglikat per oral, dapat menekan gejala-gejala usus. Malabsorpsi protein dapat diturunkan angka kejadiannya dengan memberikan ASI. Penatalaksanaan malabsorpsi lemak lebih dititik beratkan terhadap penyakit yang mendasari, disamping pengobatan dietetik terhadap malabsorpsi lemak. Urutan prioritas pengobatan dietitetik adalah formula dengan lemak MTC, kemudian formula dengan lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid), dan terakhir dengan formula rendah LCT.

Obat yang diberikan :  



 

Malabsorpsi kobalamin : kobalamin dengan dosis 200-1000 g/bulan/im. Malabsorpsi folat : pemberian asam folat 40 mg/hari peroral atau 100-200 g/hari i.m. Penatalaksanaan malabsorpsi klorida dengan inhibitor prostaqlandin sintesis untuk mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit dan meningkatkan kadar renin dan aldosteron, tetapi tetap memerlukan masukan air, NaCl dan KCl yang kontinyu. Malabsorpsi Zn dengan pemberian zincsulfat 150 mg/hari per oral. Malabsorpsi asam empedu dengan kolesteramin 50-100 mg/kg bb/hari.

PROGNOSIS Prognosis malabsorpsi tergantung dari penyebabnya, Prognosis malabsopsi karbohidrat (disakarida) umumnya baik karena penyembuhannya dan memerlukan kesabaran. Prognosis malabsorpsi protein baik karena kebanyakan kasus bersifat sementara dan 50% penderita pulih dalam waktu 1 tahun, sedang sisanya dalam 2 tahun. Prognosis malabsorpsi lemak tergantung penyebabnya, bila penyebabnya karena prematuritas atau pasca bedah akibat reseksi ileum lebih dari 100 cm umumnya berat. Prognosis malabsorpsi kobalamin dan folat umumnya baik bila mendapat obat pemeliharaan kobalamin dan asam folat. Tetapi malabsorpsi Cu jelek karena penderita biasanya meninggal pada usia 3 tahun.

Terimakasih

Related Documents