METODOLOGI PENELITIAN “TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL”
Disusun oleh :
Kelompok 2 Ketua Kelompok : Anggota Kelompok : Aulia Rahmatun Nisa
(24010216140049)
Piter Anjas Surbakti
( 24010216120025 )
DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatu dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penelitian yang berjudul “Teknik Pengambilan Sampel” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Abdul Hoyyi, S.Si, M.Si , kepada kedua orang tua dan kepada teman – teman yang telah memberikan membantu dan memberikan dukungan kepada kami dalam dalam menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk mengetahui teknik sampel apa saja yang digunakan dalam penarikan sampel, baik itu Probability sampling maupun Non Probability Sampling. Dan kami juga berharap bahwa dengan tugas ini kami dapat mengetahui perbedaan disetiap teknik pengambilan sampel serta dapat menggunakan sesuai dengan fungsinya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat asih minimnya pengetahuan dan mengalaman dari kami. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritis dan saran yang bersifat membangun serta perbaikan demi terwujudnya tulisan yang lebih baik. Kami juga berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat disemua kalangan terutama kalangan pendidikan.
Semarang, 25 Mei 2018
Tim Penulis
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut "Populasi Infinit" atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut "Populasi Finit". Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai akibat kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif. Misalnya penduduk suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu terus berubah jumlahnya. Apabilah penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat, maka popuJasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit. Misalnya penduduk Kota Medan pada tahun 1990 (1 Januari s/d 31 Desember 1990) dapat diketahui jumlahnya. Umumnya populasi yang infinit hanyalah teori saja, sedangkan kenyataan dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap populasi yang finit. Bila dinyatakan bahwa 60% penduduk Indonesia adalah petani, ini berati bahwa setiap 100 orang penduduk Indonesia, 60 orang adalah petani. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut "parameter" yaitu untuk hargaharga rata-rata hitung (mean) dan σ untuk simpangan baku (standard deviasai). Jadi populasi yang diteliti harus didefenisikan dengan jelas, termasuk didalam nya ciriciri dimensi waktu dan tempat. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut : a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. b. Lebih cepat dan lebih mudah. c. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. d. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya: a. Meneliti air sungai b. Mencicipi rasa makanan didapur c. Mencicipi duku yang hendak dibeli
3. Kelebihan dan Kekurangan antara Populasi dan Sampel
Populasi Kelebihan : a. Data dijamin lebih lengkap b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi lebih akurat Kelemahan: a. Membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu) b. Tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak dilapangan
Sampel: Kelebihan : a. Efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) b. Anggota sampel lebih mudah didata/dilacak dilapangan Kelemahan: a. Membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel b. Pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti
II.
PENGAMBILAN SAMPEL 1. Tujuan Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya. 2. Defenisi Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui, yaitu: a. Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka target populasi adalah ibu hamil. b. Kerangka Sampel (Sampling Frame): Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil sampelnya (daftar anggota populasinya). c. Unit Sampel(Sampling Unit): Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK atau RT). d. Rancangan Sampel Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan besar sampelnya. e. Random. Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. 3. Hal-hal penting berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik a. Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel b. Batasan sampel harus jelas c. Dapat dilacak dilapangan d. Tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali/lebih) e. Harus up to date (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian) 4. Metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik a. Prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan b. Dapat memilih sampel yang representatif c. Efisien dalam penggunaan sumber daya d. Dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel 5. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel: a. Derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi b. Metode analisis yang akan digunakan c. Ketersediaan sumber daya d. Presisi yang dikehendaki 6. Gambaran tentang pengambilan sampel di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus disajikan. 2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah populasi yang hendak diteliti itu. 3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia, misalnya sebagai hasil penelitian orang lain. 4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan. 5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya. 6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya. 7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin. 8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final. 9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya. 10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual. 11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final. 12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan. 13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut 14. Buat laporan penelitian.
III.
TEKNIK PENGAMBULAN SAMPEL Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu: 1. Probability Sampling (Random Sample) 2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)
3.1 Non Probability Sampling (Non Random Sample) Non probability sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan untuk mengatasi kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling (sampling frame
tidak tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu penggunaan non probability sampling didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya pada penelitian kualitatif). 3.1.1 Purposive Sampling a. Pengertian Pueposive Sampling :
Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Arikunto: Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.
Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Notoatmodjo: Menurut Notoatmodjo (2010) pengertiannya adalah: pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri
yang sudah diketahui
sebelumnya.
Pengertian Purposive Sampling Berdasarkan Sugiyono: Menurut Sugiyono (2010) pengertiannya adalah: teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif.
b. Tujuan Purposive Sampling Berdasarkan pengertian para ahli atau pakar di atas, kita dapat mengambil poin-poin penting perihal pengertian teknik samplingtersebut serta indikasi penggunannya. Menurut statistikian, purposive sampling lebih tepat digunakan oleh para peneliti apabila memang sebuah penelitian memerlukan kriteria khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan penelitian dapat memecahkan permasalahan penelitian serta dapat memberikan nilai yang lebih representatif. Sehingga teknik yang diambil dapat memenuhi tujuan sebenarnya dilakukannya penelitian. c. Contoh Purposive Sampling Contoh
mudah dalam penerapan teknik ini
pada penelitian
menggunakan metode kohort adalah sebagai berikut: apabila peneliti akan meneliti dengan judul “Pengaruh konsumsi tablet besi selama hamil terhadap kadar hemoglobin pasca melahirkan.” Maka peneliti menetapkan
kriteria khusus sebagai syarat populasi (ibu hamil) yang dapat dijadikan sampel, yaitu apabila ibu tersebut tidak mempunyai berbagai jenis penyakit anemia. Alasannya ditetapkan kriteria tersebut adalah karena kadar hemoglobin tidak hanya disebabkan oleh konsumsi tablet besi, melainkan oleh berbagai penyebab lainnya yang mendasar seperti penyakit anemia megaloblastik, anemia aplastik atau berbagai jenis anemia lainnya. Contoh diatas menunjukkan pada kita, bahwa ditetapkannya kriteria tersebut adalah agar tidak terjadi bias hasil penelitian. Sehingga hasil penelitian dengan menggunakan teknik purposive tersebut dapat lebih memberikan hasil yang representatif. d. Rumus Purposive Sampling Pada dasarnya, sampling jenuh kemudian simple random sampling adalah teknik sampling yang terbaik. Namun kita tidak bisa menutup mata adanya kriteria tertentu yang dapat memunculkan bias hasil penelitian. Oleh karena itu teknik purposive perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan. Berbicara perihal rumus menentukan jumlah sampel berdasarkan purposive, akan menjadi dilematis. Sebab meskipun kita telah mengetahui daftar populasi yang akan kita teliti, namun ada kalanya jumlahnya tidak mencukupi jika akan menerapkan rumus simple random sampling oleh karena adanya batasan atau kriteria. Maka semua itu dikembalikan lagi pada peneliti, lebih menekankan jumlah yang mencukupi atau ketatnya batasanbatasan pada sampel. e. Langkah-langkah Purposive Sampling Langkah dalam menerapkan teknik ini adalah sebagai berikut: 1. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria tertentu pada sampel agar tidak terjadi bias. 2. Tentukankriteria-kriteria. 3. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti. 4. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek penelitian serta memenuhi kriteria. f. Syarat Purposive Sampling Syarat digunakannya teknik ini antara lain: 1. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti.
2. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. g. Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling
Kelebihan: 1. Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan. 3. Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang mudah ditemui atau didekati oleh peneliti.
Kekurangan: 1. Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan representatif dalam segi jumlah. 2. Dimana tidak sebaik sample random sampling. 3. Bukan termasuk metode random sampling. 4. Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik.
3.1.2 Accindental Sampling Accidental sampling/ Convenience sampling adalah non-probabilitas sampling teknik dimana subyek dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka kepada peneliti.Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi. Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh penduduk, tetapi dalam banyak kasus, populasi terlalu besar sehingga mustahil untuk menyertakan setiap individu. Ini adalah alasan mengapa para peneliti sebagian besar bergantung pada teknik sampling seperti pengambilan sampel kenyamanan, yang paling umum dari semua teknik sampling. Banyak peneliti lebih memilih teknik sampling karena cepat, murah, mudah dan subyek yang tersedia.Berikut beberapa contoh Accidental sampling/ Convenience Sampling : 1. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka
pertanyaan yang diajukan kepada mereka yang kebetulan yang dijumpai di pasar atau ditempat-tempat lainnya. 2. Sebuah wartawan surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom kuesioner di surat kabar tersebut. Tidak smua orang yang baca koran punya minat pada masalah didalam kuesioner, atau punya waktu untuk menggunting kuesiomner dan mengirimkannya pada pos kendati gratis. Andai saja ada 5000 orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara akurat menggambarkan popoulasi. Mungkin saja kuesioner tersebut lebih punya nuansa menghibur ketimbang melakukan penelitian. 3. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. 4. The person on the street interview’ program tv biasanya mewawancarai mereka yang dijumpai di jalan, tetapi umumny a mereka yang kelihatan tiadak menarik, miskin,, sangat tua dan tidak berpendidikan. 5. Seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah jakarta selatan ia menanyakan kepada orang ada dijalan atau orang yangdia jumpaibukan orang yang mengerti tantang kebersihan kota jakarta selatan seperti petugas kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota jakarta selatan. 6. Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai sampel tetangganya, temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya yang semuanya termasuk kategori “anggota populasi penelitian” (dalam hal ini orang tua murid). 7. Reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat. Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan anggota sampel. 8. Seorang kritikus makanan, misalnya, dapat mencoba makanan pembuka atau hidangan beberapa untuk menilai kualitas dan berbagai menu. Dan wartawan televisi sering mencari apa yang disebut 'orang-on-the-jalan wawancara' untuk mengetahui bagaimana orang melihat masalah. 9. Sekelompok mahasiswa di sekolah tinggi melakukan studi tentang sikap guru. Mereka mewawancarai guru di sekolah, beberapa orang dalam
keluarga dan beberapa orang lainnya yang diketahui keluarga mereka.Salah satu contoh yang paling umum convenience sampling menggunakan relawan mahasiswa sebagai subjek untuk penelitian. 10. Contoh lain adalah menggunakan mata pelajaran yang dipilih dari sebuah klinik, sebuah kelas atau sebuah lembaga yang mudah diakses oleh peneliti. Contoh yang lebih konkret adalah memilih lima orang dari kelas atau memilih lima nama pertama dari daftar pasien. peneliti secara tidak sengaja tidak termasuk sebagian besar dari populasi. Contoh kenyamanan adalah salah satu kumpulan mata pelajaran yang dapat dijangkau atau pilihan diri individu bersedia untuk berpartisipasi yang dicontohkan oleh para sukarelawan Anda. 11. Sebuah universitas memiliki sekitar 10.000 siswa. Ini 10.000 siswa penduduk kita (N). Masing-masing dari 10.000 siswa dikenal sebagai unit (meskipun
kadang-kadang
istilah
lain
yang
digunakan
untuk
menggambarkan unit, lihat Sampling: Dasar-dasar). Untuk memilih sampel (n) dari siswa dari populasi dari 10.000 siswa, kita bisa memilih untuk menggunakan sebuah sample yang acak. Mari kita bayangkan bahwa karena kami memiliki anggaran kecil dan waktu yang terbatas, kita memilih ukuran sampel 100 siswa.Contoh kenyamanan hanyalah salah satu tempat unit yang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel yang paling mudah untuk mengakses. 12. Di mana pasien yang dipilih, sebagian atau seluruhnya, pada kenyamanan peneliti. Peneliti tidak berusaha, atau hanya usaha terbatas, untuk memastikan bahwa sampel ini adalah representasi akurat dari beberapa kelompok yang lebih besar atau populasi. Contoh klasik dari sebuah sample yang berdiri di sebuah pusat perbelanjaan dan memilih pembeli saat mereka berjalan dengan mengisi survei. 13. Seorang ilmuwan bisa menggunakan metode ini untuk menentukan apakah sebuah danau tercemar. Dengan asumsi bahwa air danau dengan baik campuran. 14. Convenience sampling umumnya mengasumsikan populasi homogen, dan bahwa satu orang adalah cukup banyak seperti yang lain. Sementara orang ini dikenal untuk berbeda, perbedaan dianggap probabilistik - sehingga jika 80% dari sampel lebih suka kopi untuk teh, Anda mungkin menyimpulkan
bahwa 80% dari populasi pada umumnya akan memilih kopi. Dalam prakteknya, sampel Anda mungkin sebagian besar penduduk Paris kelas menengah dan tes yang sama di London dengan baik dapat memberikan hasil yang berbeda.
3.1.3 Quota Sampling Biasanya teknik sampling ini digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,dll. Pada dasarnya qupta sapling sama dengan Judgment sampling dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti, seperti: jenis kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan sampel. Tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara Convenience atau judgment tergantung pada situasi dan kondisi pada saat akan dilakukan penelitian dan apa yang akan diteliti serta kemampuan dari peneliti sendiri. Perbedaan antara Judgment sampling dengan Quota sampling terletak adanya suatu batasan pada quota sampling bahwa sampel yang dipilih harus sejumlah tertentu yang dijatah (quotum) dari setiap subgroup yang telah ditentukan daru suatu populasi. Ukuran sampel pada Quota sampling biasanya cukup besar dengan harapan agar karakteristik sampel (statistik) sedapat mungkin mendekati karakteristik populasinya (parameter). Kelebihan dan Kekurangan dilakukannya Quota Sampling : a. Kelebihan Quota Sampling : 1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan. 2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk setiap quotanya. Bahkan pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat menyamai hasil penelitian yang dilakukan dengan salah satu teknik sampling yang termasuk rumpun probability sampling. b. Kekurangan Quota Sampling : Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan teknik sampling ini akan diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi ini secara langsung akan berakibat pada tingginya tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak
adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara dan teknik wawancaranya. Permasalahan bertambah lagi dengan kenyataan di lapangan bahwa pewawancara cenderung mencari lokasi/tempattempat dimana sampel dapat ditemukan dan kadang pewawancara memilih-milih responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang tidak dapat diterima seperti penampilan (gaya berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya. Contoh Aplikasi : Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta yang diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan dengan menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut: a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita b. Usia: 18-30 31-45 46-60 > 60 tahun Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan merupakan satu-satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita dapat membuat pencerminan dari populasinya maka Quota sampling dipilih. Kembali ke contoh di atas anggaplah akan diambil 10.000 sampel dan diketahui beberapa informasi dari populasinya (berkaitan dengan kategori kontrol) sebagai berikut: a. Jenis Kelamin : Pria 60% Wanita 40% b. Usia :
18-30 40% 31-45 30% 46-60 23% > 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang), harus mengandung 60 % pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut harus terdiri dari 40 % orang yang berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45 tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia > 60 tahun. Inilah yang
dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha membuat pencerminan terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar statistik yang diperoleh sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.
3.1.4 Saturation Sampling ( Sampling Jenuh ) Menurut Sugiyono (2001: 61), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampling jenuh adalah tehnik pengambilan sampling bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurangdari 30 orang, atau penelitian ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampling dikatakan jenuh (tuntas) bila seluruh populasi dijadikan sampel(Nasution, 2003). Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian. Sedangkan dikatakan padat bila jumlah sampel lebih dari setengah dari populasi (Nasution, 2003), misalnya 250-300 orang dari populasi 500orang. Sampling jenuh baik digunakan jika jumlah populasinya dibawah 1000 orang, tapi apabila jumlah samplingnya lebih dari 1000 orang maka sampling jenuh tidak praktis lagi dikarenakan biaya dan waktu yang digunakan sangat banyak. Kelebihan dari sampling jenuh: 1. Dapat diketahui gambaran sebenarnyadari suatu populasi 2. Dapat diperoleh kerangka sampel (sample frame) yang berguna untuk survei 3. Tidak mempunyai sampling error (kesalahan karena pengambilan sampel) Kekurangan dari sampling jenuh: 1. Biaya, waktu dan tenaga yangdibutuhkan sangat besar 2. Kesalahan dari petugas (nonsampling error) sulit diperkirakan 3. Jenis data yang diperoleh terbatas dan sifatnya sederhana (tidak mendalam) 3.1.5 Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. Cara pengambilan sampelnya dengan teknik ini dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperi halnya bola salju (Snowball) yang menggelinding menuruni lereng gunung/bukit. Dalam pelaksanaannya, pertama-tama dilakukan interview terhadap suatu kelompok/seorang responden yang relevan, dan untuk menunjuk calon responden yang berikutnya yang memiliki spesifikasi/spesialisasi yang sama. Hal tersebut ditempuh, karena biasanya responden yang merupakan anggota populasi yang
spesifik tersebut saling mengenal satu sama lain karena spesialisasi (profesi) mereka. Kelebihan Snowball Sampling: 1. Snowball sampling dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi pada populasinya. 2. Bias yang dihasilkan relatif kecil. Kekurangan Snowball Sampling: 1. Waktu lama 2. Biaya besar 3. Wawancara melalui telepon atau pos dapat merupakan jalan keluar Contoh aplikasi: Misal bila akan diteliti pendapat para ahli gizi indonesia. Maka akan di ambil sampel dengan snowball sampling. Pertimbangan tersebut dikaikan dengan kenyataan bahwa populasi gizi di Indonesia sangat spesifik, jumlahnya sedikit dengan lokasi tersebar dan karena profesi yang sama maka kemungkinan besar mereka mengenal satu dengan yang lainnya. (1) Dicari seorang ahli gizi (2) Selanjutnya dari seorang ini diminta menunjukkan beberapa ahli gizi lainnya yang dapat diwawancarai, demikian seterusnya sehingga diperoleh sejumlah responden yang diperlukan. 3.1.6 Judgment Sampling Pada dasarnya merupakan suatu bentuk Convinience Sampling. Sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Perumusan kriterianya, subjektifitas dan pengalaman dari peneliti sangat berperan. Teknik sampling ini dapat diterapkan dan pada umumnya lebih cocok dipakai pada tahap awal suatu studi eksploratif. Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbamgan dan intuisinya. Bila dalam subjektifitas dan intuisi dari peneliti benar, maka sampel yang dipilih peneliti tersebut dapat mencerminkan karakteristik populasi. Sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati o/peneliti menurut pertimbangan & intuisinya. Bila intuisi dari peneliti tersebut benar, maka sampel yang dipilih oleh peneliti tersebut akan dapat mencerminkan karakteristik populasi. Ada 2 judgement sampling yang dikenal,yaitu : (1) Expert Sampling (sampling atas dasar keahlian) Dalam expert sampling, pemilihan sampling yang representatif didasarkan atas pendapat ahli, sehingga siapa, dalam jumlah berapa sampel harus dipilih sangat tergantung pada pendapat ahli yang bersangkutan. (2) Purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu) Dalam purposive sampling, pemilihan sampling bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti menyatakan bahwa sampel yang dipilih benarbenar representatif. Peneliti harus menguasai bidangnya dan nemiliki pengetahuan memadai tentang karakteristik anggota populasi.
Kelebihan : Situasi agar teknik judgment sampling dapat digunakan bahkan dianjurkan, seperti: a. Pada kondisi dimana probability sampling tidak dapat digunakan sama sekali. b. Bila ukuran sampel sangat kecil (<20). c. Bila peneliti memiliki pengetahuan dan penguasaan yang memadai terhadap topik yang dihadapi sehingga dapat dijamin bahwa sampel yang diambil benar-benar representatif. Kekurangan : Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik sampling ini adalah tuntunan adanya kejelian dari peneliti dalam mendefinisikan populasi dan membuat pertimbangannya. Pertimbangan (judgment) harus masuk akal dan relevan dengan maksud penelitian. Contoh Aplikasi: Akan diteliti sikap dan prilaku konsumen terhadap rokok “Star ABC”. Adapun judgment yang diambil adalah sbb: A. Para perokok di Jakarta Utara yang pernah mencoba rokok Star ABC. Batasan ini diambil karena, pertama, mungkin letak geografis, perokok (respinden) mudah diakses. Kedua, dipilihnya hanya perokok akan mengurangi bias dari hasil penelitian karena antara perokok dan tidak biasanya menunjukkan sikap dan prilaku yang saling bertolak belakang. Ketiga, pembatasan responden yang pernah mencoba rokok Star ABC, sudah jelas dikarenakan bagaimana mereka akan bersikap dan berprilaku tertentu terhadap rokok tersebut bila mereka belum pernah mencoba. B. Pria/wanita yang berusia 15 tahun ke atas dan perokok. Hal ini didasarkan pada faktor kejiwaan yang menyatakan bahwa orang pada usia 15 diharapkan sudah dapat memutuskan dan menjawab/mengisi angket dengan benar. Tidak adanya perbedaan antara pria dan wanita disebabkan kenyataan pada dewasa ini bahwa rokok bukan sepenuhnya dikonsumsi oleh pria saja. C. Periode penyebaran dan pengumpulan angket dibatasi selama 2 minggu. Judgment ini dipilih berkaitan dengan efisiensi wakti dan biaya yang tersedia. 3.2 Probability Sampling Sugiyono (2001: 57) menyatakan bahwa probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi:
3.2.3 Simple Random Sampling ( Sampel Acak Sederhana ) Menurut Kerlinger (2006, hlm. 188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 57) teknik sampling ini disebut simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004, hlm. 126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat digunakan jika jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Selain itu, Masyhuri & Zainuddin (2008, hlm. 167) mengungkapkan bahwa simple random sampling atau penarikan sampel acak sederhana adalah sebuah metode untuk memilih anggota sampel yang dinotasikan dengan “n” dari anggota populasi yang dinyatakan dengan “N”, sehingga anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel, tidak ada diskriminasi terhadap anggota populasi. Misal sebuah populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, dapat menggunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Peneliti dapat menggunakan simple random sampling dalam penelitiannya jika: 1.
Terbatasnya pengetahuan terhadap unsur-unsur populasi. Tidak terdapat
pengetahuan sebelumnya yang dapat digunakan untuk menilai derajat keseragaman populasi. 2.
Berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang ada, belum ada suatu
prosedur penarikan sampel tandingan yang lebih efisien daripada simple random sampling. Dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling, peneliti harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1.
Tersedianya suatu daftar kerangka sampel yang cermat dan lengkap
mencakup seluruh elemen populasi. 2.
Untuk variabel-variabel tertentu yang akan diamati, populasi data dapat
dianggap bersifat cukup seragam atau homogen.
3.
Dalam praktek penarikan sampel (baik langsung maupun tidak langsung),
terkait geografis, maka sebaran elemen populasi tidak terlalu terpencar-pencar dalam areal yang luas. a.
Kelebihan: Tidak membutuhkan informasi tambahan pada kerangka sampel seperti
wilayah geografis, dan lain-lain, selain daftar lengkap elemen populasi survei dengan informasi yang akan diteliti. b.
Rumus yang digunakan relatif mudah.
c.
Mudah diterapkan untuk populasi kecil.
Kekurangan:
a.
Akan menjadi mahal dan tidak mungkin dikerjakan untuk populasi besar
karena semua elemen harus diidentifikasi sebelum diambil sampel. b.
Biaya akan mahal jika sampel yang diambil tersebar secara geografis.
c.
Persyaratan sulit terpenuhi.
Prosedur penarikan sampel dilakukan sebagai berikut: 1. Penarikan simple random sampling dengan pemulihan (with replacement). Misalkan untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya keseluruhan kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu NNc set sampel yang masing-masing terdiri dari n elemen. 2. Penarikan simple random sampling tanpa pemulihan (without replacement). Untuk populasi ukuran N dan sampel n, maka banyaknya keseluruhan kemungkinan sampel yang akan terpilih yaitu Nn set sampel yang masing-masing terdiri dari n elemen. Teknik pengambilan sampel dalam sample random sampling dapat dilakukan dengan cara: 1.
Lotere
Cara lotere dapat dilakukan pada elemen populasi yang jumlahnya relatif sedikit (100 atau kurang). Ilustrasi sebagai berikut: Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui pandangan anak-anak jalanan terhadap kehidupan sosial mereka di Kota Bandung. Jumlah anak jalanan di Kota Bandung tercatat 95 anak. Untuk menghemat waktu dan biaya si peniliti akan mengambil 20 anak sebagai sampelnya dengan cara acak. Maka yang dilakukan oleh si peneliti adalah:
a.
Membuat 95 potongan kertas yang diberi nomor dari 1 sampai 95.
b. Kertas dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak atau gelas yang diberi lubang kecil di penutupnya. c.
Kotak/gelas dikocok, lalu diambil satu potong setiap kali pengocokan.
d.
Angka atau nomor yang tertera dalam kertas tersebut dilihat dan dicatat
angkanya sampai dengan pengocokan ke-20. Misalkan yang terambil adalah angka 35, maka elemen populasi yang terpilih adalah nomor 35. 2. Kalkulator, tekan tombol Ran # untuk mengeluarkan angka acak. 3. Komputer, misal melalui Excel dengan menggunakan fungsi =RAND() atau =RANDBETWEEN() 4.
Menggunakan Tabel Angka Random (TAR)
Dalam prakteknya, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil satu per satu unit yang ada (biasaya dengan menggunakan tabel angka random) sampai jumlah sampel yang diinginkan diperoleh. Tabel angka random merupakan kumpulan dari bilangan-bilangan yang tersusun secara random/ acak. Untuk lebih jelasnya penggunaan tabel angka random dalam pengambilan sebuah sampel sebagai berikut. Contoh 1 (Menggunakan Tabel Angka Random) Seorang peneliti ingin mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja para guru pada tingkat Sekolah Dasar di suatu kabupaten. Jumlah SD yang terdapat dalam kabupaten itu berjumlah 900 sekolah. Untuk mengefesienkan waktu dan tenaga, peneliti mengambil hanya 10 SD dari 900 SD sebagai sampel. Dalam tahapan pengambilan sampel ini mengikuti prosedur/ tahapan cara undian. 1.
Berilah nomor SD pada pada populasi (900 SD) mulai dari 001, 002, …,
899, 900. 2.
Pilihlah secara acak salah satu halaman dari tabel angka random (lihat
Tabel Angka Random) kemudian tentukan satu baris dan beberapa kolom yang akan digunakan disesuaikan dengan digit N, dalam hal ini berdigit 3 karena N=900 (tiga digit). Dengan demikian, misalkan ditentukan baris 10, dan 3 kolom, yaitu kolom 6, 7, dan 8. Dari tabel diperoleh angka 132 dan angka ini merupakan sampel pertama. Kemudian untuk menentukan sampel kedua sampai sampel kesepuluh maka dilanjutkan ke baris berikut (baris 11 dan seterusnya), sehingga diperoleh
angka 132, 822, 228, 311, 373, 893, 309, 111, 548, 017, 553, 665, 526. Bila diperoleh angka yang lebih besar dari 900 maka angka tersebut dapat diabaikan dan lanjut pada baris berikutnya. 3.
Berdasarkan tabel angka random maka sampel yang terpilih adalah SD
yang bernomor 132, 822, 228, 311, 373, 893, 309, 111, 548, 017, 553, 665, 526. Setelah sampel diperoleh maka setiap sampel (dalam hal ini adalah SD) yang terpilih diamati (diukur atau dicatat) mengenai karakteristik-karakteristik yang sedang diteliti. Contoh 2 (Menggunakan Excel) Seorang peneliti ingin memilih secara random 5 dari 20 SMA yang ada di tiga kabupaten. Langkah-langkah untuk menentukan 5 SMA yang akan menjadi sampel penelitiannya, sebagai berikut: 1.
Urutkan data SMA seperti tampilan berikut:
2.
Letakkan Kursor di Cell B2, lalu ketik “=rand()”. Kemudian copy formula
sampai B21 3.
Letakkan
kursor
di
Cell
C2,
kemudian
ketik
“=INDEX($A$2:$A$31,RANK(B2,$B$2:$B$21))”. Karena akan dipilih 5 data random, maka Copy formula sampai ke cell C6 4.
Dari hasil pemilihan random sampling, terlihat bahwa 5 SMA yang terpilih
adalah SMA28, SMA13, SMA1, SMA24 dan SMA4.