Makalah_sistem_koloid.docx

  • Uploaded by: billy jordi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_sistem_koloid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,584
  • Pages: 21
MAKALAH “SISTEM KOLOID”

OLEH HUSNUL QHATIMAH XI.IPA 4

SMA NEGERI 2 WATANSOPPENG TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan susunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun isi dari makalah ini yakni membahas tentang “Sistem Koloid”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Watansoppeng, 01 Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………….... ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………... iii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 1 C. Tujuan Penulisan………...………………………………………………... 2 D. Manfaat Penulisan……………………………………………………….... 2 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. 3 A. Pengertian Sistem Koloid………………………………...………………... 3 B. Jenis-Jenis Koloid……………………………………..………………….... 4 C. Sifat-Sifat Koloid……………………………………………………………8 D. Cara Pembuatan Koloid……………………………………………………. 9 E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari………………………….. 13 BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 17 A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 17 B. Saran-saran……………………………………………………………….. 17 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid. Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Koloid ? 2. Apa saja jenis-jenis koloid ? 3. Bagaimana sifat koloid ? 4. Bagaimana cara pembuatan koloid ? 5. Apa saja kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu : -

Menjelaskan pengertian koloid

-

Menjelaskan jenis-jenis koloid

-

Menjelaskan sifat-sifat koloid

-

Menjelaskan cara pembuatan koloid

-

Memberikan contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid, jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid, dan cara mpembuatan koloid, serta mengetahui contoh kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Koloid -

Thomas Graham (1861) Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan pati, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau tidak sama sekali menyebar. Zat yang sulit untuk berdifusi disebut koloid.

-

Ostwald (1907) Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau lebih zat partikel berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (penyebaran media). Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara

ukuran partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan ke dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel zat terlarut bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan ke dalam suatu medium, dan menghasilkan sistem koloid. Partikel koloid yang didispersikan disebut dengan zat terdispersi, dan medium tempat partikel didispersikan disebut medium pendispersi. Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi. Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN

KOLOID

SUSPENSI

Terdiri atas satu fasa

Terdiri atas satu fasa

Terdiri atas dua fasa

Homogen

Homogen

Heterogen

Jernih

Keruh

Keruh

Tidak

memisah

jika Tidak

memisah

jika Memisah jika didiamkan

didiamkan

didiamkan

Tidak dapat disaring

Dapat disaring Dapat

diamati

Dapat disaring dengan Dapat

diamati

dengan

Tidak dapat diamati mikroskop ultra

mikroskop biasa

Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5 Diameter partikel > 10-5 cm. cm.

cm.

Penulisan A (aq)

Penulisan A (s)

Penulisan A (s)

B. Jenis-Jenis Koloid Sistem koloid tersusun atas fase terdispersi yang tersebar merata pada medium pendispersi. Fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas, cair, atau padat. Tetapi campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan bercampur homogen dalam segala perbandingan. Sistem koloid dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Sol Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas 1) Sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam, gelas berwarna, dan intan; 2) Sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat; 3) Sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh asap, debu di udara.

2.

Emulsi Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas 1) Emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat, contoh keju, mentega, agar-agar. 2) Emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair, contoh susu, mayones, dan krim tangan. 3) Emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas, contoh kabut, awan, dan hairspray.

3.

Buih Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas 1) Buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan styrofoam 2) Buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih telur.

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti dalam tabel berikut.

Fase

Fase

Terdispersi

Pendispersi

No

Nama Koloid

Contoh

Buih sabun, shampoo, krim 1 Gas

Cair

Buih, deterjen kocok

2 Gas

Padat

Busa padat

Karet busa, batu apung

3 Cair

Gas

Aerosol cair

Kabut

Susu, santan, minyak ikan, es 4 Cair

Cair

Emulsi krim

5 Cair

Padat

Emulsi padat

Mutiara, jeli, keju

6 Padat

Gas

Aerosol padat Asap

7 Padat

Cair

8 Padat

Padat

Sol

Sol

Cat, tinta, larutan agar-agar

padat, Kaca berwarna, campuran

logam

Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia. a) Koloid Liofil dan Liofob Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan rendah, sedangkan koloid liofil memiliki kestabilan tinggi. Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil berarti menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil. Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi (penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan cenderung mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat bertahan sangat lama. Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irrerersible). Jika koloid hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut. Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau koloid

pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid dengan cara melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.

b) Jelifikasi (Gelatinasi) Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. roses pembentukan jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agar-agar, kanji, atau silikagel. Pembentukan

jeli

terjadi

akibat

molekul-molekul

bergabung

membentuk rantai panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang dapat diisi oleh cairan atau medium pendispersi sehingga cairan terjebak dalam jaringan rantai. Peristiwa medium pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling. Pembentukan jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras, sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan. Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang mengandung medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir. Jika kandungan airnya lebih rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan dapat dipotong dengan pisau. Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar. Gejala ini dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal padat atau serbuk. Jeli seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain. Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan sebagai pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya.

C. Sifat-Sifat Koloid -

Efek Tyndall Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya dicampur akan membentuk koloid yang nampak seperti susu).

-

Gerak Brown Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik, dengan arah tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang gelap, maka akan nampak partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka terlihat bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak ke segala arah. Gerakan acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya tabrakan molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.

-

Adsorpsi

Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di permukaan partikel yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat lain. Padatan dapat bersifat sebagai adsorben (penyerap), namun kemampuan koloid dalam mengadsorpsi lebih tinggi daripada padatan, karena koloid memiliki luas permukaan lebih besar.

Contoh: (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

-

Muatan koloid Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

-

Koagulasi koloid Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

-

Koloid pelindung Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

-

Dialisis Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

-

Elektroforesis Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

D. Cara Pembuatan Koloid Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu: - Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid. - Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

1. Metode kondensasi Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid. a. Reaksi dekomposisi rangkap Misalnya: - Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang: 3H2S(g) → As2O3 (koloid)

As2O3 (aq) +

+

3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2) - Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq) b. Reaksi hidrolisis Hidrolisis

adalah

reaksi

suatu

zat

dengan

air.

Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih; 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid)

FeCl3 (aq) +

+

3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+) - Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq) c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) Misalnya: - Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan

AuCl3

dalam

pereduksi

organic

formaldehida

HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq) - Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian pelarut Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya: - untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air. - Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat. 2. Metode Dispersi Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu: a. Cara Mekanik Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam: - industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb. - Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb. - Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna. - Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya

yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

Contoh: - Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin. - Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3. - Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif - Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air. c. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi. d. cara ultrasonik Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid : Jenis industry

Contoh aplikasi

Industri makanan

Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat

Cat

Industri kebutuhan rumah tangga

Sabun, deterjen

Industri pertanian

Peptisida dan insektisida

Industri farmasi

Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid : 1. Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 2. Penggumpalan Darah Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan. 3. Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan

terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 +

3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

4.

Pembentukan Delta di Muara Sungai Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Karena air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

5.

Pengambilan Endapan Pengotor Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industry seringkali mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

6.

Agar-agar Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin, sol ini akan berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel

7.

Pektin Pektin adalah teoung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika di dispersikan di dalam air, terbentuk sol yang kemudian memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk membuat selai.

8.

Gelatin Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin di dispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan membentul gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin, gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan seperti jelly, atau permen yang kenyal (gummy candies)

9.

Cairan Kanji Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika suspensi dipanaskan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi menyerap medium pendispersi sehingga fase terdispersi mengembang, memadat, dan menjadi kaku.

10. Cat Tembok dan Tinta Zat warna terdispersi di dalam medium air 11. Cat Kayu dan Cat Besi Zat warna terdispersi di dalam pelarut organik 12. Proses Menghilangkan Bau Badan Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang mengabsorpsi) berupa Al-strearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-Strearat mengabsorpsi keringat yang menyebabkan bau badan. 13. Proses Rebusan Telur Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika telur tersebut direbus, akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal. 14. Pembuatan Yoghurt Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui proses fermentasi. Pada fermentasi susu, akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.

15. Pembuatan Tahu Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu. 16. Pembuatan Lateks Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah karet digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format. 17. Pengolahan Asap atau Debu Asap atau debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapan mencemari udara disekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium pendispersi gas(udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan dengan menggunakan lat Cottrel. Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya terdapat ujungujung elektorda bermuatan dengan bertegangan 20.000 V hingga 75.000 V. elektroda mengakibatkan asap dan debu akan tertarik pada elektroda yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk dipisahkan secara berkala sehingga gasgas yang keluar dari cerobong sudah terbebas dari pastikel padatan yang berbahaya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan -

Sistem koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di antara ukuran partikel dan suspensi.

-

Jenis-jenis koloid dibedakan menjadi 3 yaitu Sol, Emulsi, dan Buih

-

Sifat-sifat koloid yaitu Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, Muatan koloid, Koagulasi koloid, Koloid pelindung, Dialisis, dan Elektroforesis

-

Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu: Metode kondensasi dan Metode dispersi

B. Saran Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT Wahyumedia http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html http://iskabere.blogspot.co.id http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-bagi.html http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-ahlibeserta-jenisnya https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-kehidupansehari-hari https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

More Documents from "billy jordi"