URGENSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP TENAGA PENDIDIK BAB I PENDAHULUAN Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir kedunia, telah ada di lakukan usaha-usaha pendidikan; manusia telah berusaha mendidik anakanaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia mulai bergaul, telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan orang-orang yang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelaslah kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya dari dulu hingga sekarang, dan di waktu-waktu yang akan datang. Adalah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara sesuai dengan keadaan si anak didik. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan agar dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan psikologis mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik; sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang fsikologi pendidikan. Mengingat setiap orang pada sesuatu saat tertentu melakukan perbuatan mendidik, maka pada hakikatnya fsikologi pendidikan itu di butuhkan oleh setiap orang. Kenyataan bahwa pada dewasa ini hanya para pendidik profesional saja yang mempelajari psikologi pendidikan tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.`` Psikologi pendidikan memang sangat penting bagi seorang pendidik. Seorang pendidik yang sudah mempelajari ataupun sudah memahami psikologi pendidikan akan sangat mudah untuk melakukan proses pembelajaran. Psikologi pendidikan akan membantu tenaga pendidik untuk menemukan metode yang pas untuk peserta didik mereka karena tenaga pendidik sudah mengatahui psikologi peserta didik mereka masing-masing.
BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan 1. Defenisi psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psychology. Katapsychology merupakan dua akar yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka makhluk hidup mulai yang primitif sampai yang paling modern. Namun, ternyata tidak cocok lantaran menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaedah keilmuan dan etika falsafi. Pada asasnya psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme baik manusia ataupun hewan. Namun secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku menusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk-makhluk tersebut berpikir dan berperasaan. Bruno membagi pegertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Selanjutnya, dalam ensiklopedia pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap membatasi arti fsikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejalagejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Alahasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya. 2. Definisi pendidikan Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pegertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[1] Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan dapat dia artikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah
laku
yang
sesuai
dengan
kebutuhan.
Dalam dictionary
of
psychologi pendidikan diartiakan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplihing the development of knowlege, habits, atitudes, etc, Usualy the term is applied
to formal institution. Jadi pendidikan berarti tahap kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan
untuk
menyempurnakan
perkembangan
individu
dalam
menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal.[2] Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pegertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik seperti guru dan orang tua tentu harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formalsebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan. Selanjutnya, menurut Poerbakwatja dan Harahap pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggub jawab moril dari segala perbuatannya. 3. Definisi psikologi pendidikan Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin bukan psikologi itu sendiri. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai Subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, university of New York City, University of Brithis Colombia Canada dan pada juga University Innsbruck Austria. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagi berikut. 1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas. 2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum. 3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan. 4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayaan gunaan ranah koknitif 5. Penyelanggaraan pendidikan keguruan. Secara labih sederhana dan praktis, Barlo mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai: .... a body knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan bedasarkan riset sikologis telah menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriyah hanya berkisar sekitar proses interaksi antar guru siswa dalam kelas.[3] Adapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitian lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan pelajar.[4] 4. Tujuan psikologi pendidikan Tujuan psikologi pendidikan adalah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku itu harus di rubah dan di bimbing melalui pendidikan. Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisis, menerangkan dan memimpin proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang efisien.[5] B. Urgensi Psikologi Pendidikan Terhadap Tenaga Pendidik Keharusan yang tak dapat ditawar-tawar bagi setiap pendidik yang kompoten dan profesional adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik. Dalam hal ini, tampa mengurangi didaktik dan metodik psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang satu sama lainnya berbeda itu, amat penting bagi para guru di semua jenjangkependidikan. Jenjang pendidikan ini meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan menengah 3 tahun yang diselenggarakan dalam institusi sekolah dan madrasah. Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar disekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi, dan keterampilan jasmaniyah. Anak-anak itu, seperti juga anak yang lainnya, relatif berbeda dalam berkepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berfikir atu cara memecahkan masalah mereka masing-masing. Pendidikan juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru dan para sisiwa meupun antar siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Peristiwa proses psikologi pendidikan inisangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat. Para pendidik khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki kalau tidak menguasai psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna, pengetahuna mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru yang bertugas dilembaga-lembaga pendidikan formal. Para dosen diperguruan tinggi pun, bahkan para
orang tua dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan formal seperti para khiai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur di lembaga-lembaga pendidikandan pelatihan kejurusan, pada prinsipnya juga membutuhkan pengetahuan psikologi pendidikan. Kembali ke masalah belajar mengajar dan hubunganya dengan psikologi pendidikan, unsur pertama dalam pelaksaan sebuah sistem dimapun adalah proses belajar mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal atau nonformal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut adalah psikologi praktis, psikologi pendidikan. Sudah tentu, masih ada sumber-sumber yang lainnya yang juga berhubungan dengan proses belajar mengajar. Pemahaman dan kemampuan guru yang kompeten dan professional dalam memangfaatkan teknik-teknik psikologi pendidikan merupakan hal yang tak pantas ditawar-tawar. Baik selaku calon guru maupun guru yang sedang bertugas, tidak perlu memandang psikologi pendidikan sebagai satu-satunya gudang penyimpanan jawaban-jawaban yang benar dan pasti atas persoalan-persoalan kependidikan yang anda hadapi. Namun sebaliknya, anda tetap perlu tahu bahwa dalam psikologi pendidikan terdapat serangkaian stok informasi mengenai teori-teori dan praktik belajar, mengajar dan belajar mengajar yang dapat anda pilih.[6] 1. Guru sebagai pendidik Banyak di antara para guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah dan hina jika dibanadingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja di suatu PT, umpamanya. Hal ini mungkin disebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih sempit dan picik. Suatu pandangan yang umumnya bersifat materialistis, hanya bertendens kepada keduniawian belaka. Pandangan seperti itu adalah pandangan yang salah. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun di tinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebuadyaan suatu masyarakat dan negara, sebagian besar bergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaik baiknya
sehingga dengan demikian
masayarkat menginsafi sungguh-sunguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.
Penghargaan masyarakat terhadap guru haruslah timbul karena perbuatab guru itu sendiri. Meskipun demikian, sukar pula hal itu terlaksana jika perbaikan nasib, kehidupan, dan kedudukan guru-guru itu masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Untuk melaksanakan perbaikan dalam pendidikan dan pengajaran anak-anak pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, pemerintah, guru-guru, dan masyarakat harus saling mengerti dan kerjasama sebaik-baiknya. 2. Syarat-syarat menjadi guru yang baik Tugas guru tidak hanya “mengajar”, tetapi juga “mendidik”. Maka, untuk melakukan tugas sebagai guru, tidak sembarang orang dapat melakukannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang di dalam Undang Undang no 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut: Syarat utama untuk menjadi guru, selain berijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifa-sifat ynag perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran seperti yang di maksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 Undang-Undang ini. Dari pasal-pasal tersebut, maka syarat-syarat untuk menjadi guru dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berijazah. 2. Sehat jasmani dan rohani. 3. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik. 4. Bertanggung jawab. 5. Berjiwa nasional.[7] 3. Manfaat Fsikologi Pendidikan Bagi guru Dahulu, sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan tenaga berpendidikan telah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan penguasaan akan bahan pelajaran (subject-matter) secara otomatis akan memberikan kemampuan atau kompotensi untuk mengajarkannya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan keterampilan mengajar terpisah dari pengetahuan subject matter yang ada, maka kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan pembawaannya. Dengan kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pertanyaan “guru-guru dilahirkan sebagai guru, bukannya dipersiapkan” (teachers are born, not made) Sudah tentu, kedua anggapan itu tidak menunjukkan keahliannya, baik seluruh maupun sebagian. Terhadap anggapan pertama, keahlian atau validitasnya dapat digugurkan bedasarkan pengalaman sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman
tiap orang menunjukkan bahwa seorang sarjana baik lelaki maupun wanita, betapapun kompetennya, namun belumlah tentu dapat dijamin ia mampu menyampaikan pengetahuan kepada para siswa atau mahasiswa dengan baik, sebaliknya, cukup banyak sarjana yang kurang kompeten, ternyata lebih berhasil sebagai guru. Sedangkan terhadap anggapan yang kedua, tidak sepenuhnya mengandung kesahihan. memang, tak seorang pun menyangkal bahwa tiap-tiap orang ada katidaksamaan dalam hal bakat pembawaan mengajar. Paling tidak ada dua hal-yaitu dalam hal kemampuan untuk menemukan secara intuitif atau balajar dari orang lain tentang prinsip-prinsip belajar mengajar yang shahih dan dalam hal kemampuan untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut dengan berhasil. Perkiraan yang tepat adalah sebagian mereka yang berinteligensi normal akan dapat memangfaatkan dan mengambil keuntungan sebagian pengajaran yang sistematis yang di shaihkan secara logis dan empiris tentang sifat dan kemudahan dalam proses belajar. Bagi mereka yang kurang berbakat, setidak-tidaknya akan menjadi guru yang baik,
sedangkan
bagi
mereka
yang
berbakat
labih
baik,
justru
akan
dapat
mengembangkandengan lebih baik lagi tiap kapasitas yang dimilikinya. Bagaimanapun yang ideal ialah dilakukan proses seleksi yang sedemikian rupa dalam penerimaan calon guru agar psikologi pendidikan benar-benar dapat memainkan peran dan fungsinya dengan jelas. Terhadap masalah yang kedua, yaitu yang menyangkut masalah atau materi yang disajikan, biasanya telah dipelajari sebelum disiapkan secara teknis untuk menjadi guru. Terhadap masalah pertama dan keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai dan metode mengajar dan alat-alat peraga yang diperlukan, kesemuanya dapat dimasukkan kedalam seni dan keterampilan mengajar serta prosodur pengembangn dalam proses belajar mengajar. Sedangkan terhadap masalah yang ketiga yaitu sifat hakikat anak didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan anak didik dalam proses belajarnya. Terhadap masalah yang terakhir inilah nampak dengan jelas betapa pentingnya ilmu jiwa pendidikan bagi calon guru. jadi, bedasarkan uraian diatas, dapatlah ditegaskan bahwa psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru. Dan penegasan inipun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian dapat diindentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada calon guru dan dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon guru dapat mengambil keuntungannya. Walaupun demikian perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seorang bisa menjadi guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainya antara lain bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.[8]
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru atau dosen (pendidik) melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat : 1. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehedaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran bloom tentang taksonomi perilaku individudan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. 2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan seorang guru
menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. 3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberiakan konseling. Tugas dan peran guru disamping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya guru duharapkan dapat memberilkan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses interpersonal yang penuh keakraban dan kehangatan. 4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya. 5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio emosional yang kondusif didalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. 6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh simpati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. 7. Menilai atau mengefaluasi hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis, penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian. Jadi, ilmu ini dapat membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami tingkah laku belajar anak didiknya baik dan memberikan penjelasan bahwa anak sedang dalam keadaan belajar yang baik atau tidak. Namun pada prinsipnya psikologi
pendidikan merupakan alat yang penting untuk memahami tingkah laku belajar anak. Psikologi pendidikan ini sebagai alat bagi guru untuk mengendalikan dirinya, dan juga memberi bantuan belajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. [9]
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapatlah kita ambil beberapa kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan psikologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia ataupun sekelompok manusia baik yang terbuka maupun yang tersembunyi dari diri seseorang atau dengan kata lain suatu ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan seseorang.
Dan yang di maksud dengan pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku. Pendidikan lebih ditinjau dari tingkah laku siswa atau peserta didik , pendidikan juga sering disebut dengan proses memanusiakan manusia. Maka dari dua pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitian lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan peserta didik. Pemahaman tentang psikologi pendidikan sangat penting bagi seorang guru. Dengan adanya pemahaman tentang psikologi pendidikan tenaga pendidik akan lebih mudah mengarahkan peserta didiknaya menurut kemampuan yang mereka miliki karena guru telah mengetahui situasi kejiwaan peserta didiknya. Bukan hanya itu saja dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai guru akan mudah menggunakan metode pembelajaran yang cocok untuk peserta didiknya sehingga para siswa dapat merasakan pembelajaran yang menyenangkan kerena kebutuhan mereka terpenuhi. Jika seorang guru tidak memiliki pemahaman yang memadai dikhawatirkan para tenaga pendidik tidak akan bisa mengembangkan potensi peserta didk mereka, oleh karena demikian psikologi pendidikan sangatlah penting bagi tenaga pendidik.
DAFTAR PUSTAKA Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, 2007. M Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Penerbit Rineka Cipta, 1997. M.Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Penerbit, Rodaskarya,2004.
Remaja
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Penerbit Remaja Rodaskarya,2006. Abd Rachman Abror, psikologi Pendidikan, Yokyakarta: Penerbit, Tiara Wacana Yogya, 1993, Hal. Mahendra, Pentingnya
Psikologi
Pendidikan
Bagi
Guru,
www.mahendra261291.wordpress.com, diakses pada tanggal 12 November 2013. Lia
Kanjeng
Ais, Pentingnya
Psikologi
Dalam
liakanjengais.blogspot.com, diakses pada tanggal 12 November 2013.
Pendidikan,
www.