Makalah_pkn_full.docx

  • Uploaded by: Ainun
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_pkn_full.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,389
  • Pages: 61
MAKALAH MENJAGA KEUTUHAN NEGARA DALAM NAUNGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Disusun oleh : Kelompok Rawagede 1. Dini Arianti (10144) 2. Ely Qodriawati (10255) 3. Reno Renata (10162) 4. Siti Rohma (10275) Kelas : XI-MIPA-4

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANJUNG SELOR 2019

MENJAGA KEUTUHAN NEGARA DALAM NAUNGAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun oleh : Kelompok Rawagede 1. Dini Arianti (10144) 2. Ely Qodriawati (10255) 3. Reno Renata (10162) 4. Siti Rohma (10275) Kelas : XI-MIPA-4

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANJUNG SELOR 2019 i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Menjaga Keutuhan Negara Dalam Naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Nama Kelompok

: Rawagede 1. Dini Arianti (10144) 2. Ely Qodriawati (10255) 3. Reno Renata (10162) 4. Siti Rohma (10275)

Kelas

: XI-MIPA-4

Makalah ini disetujui di Tanjung Selor, Maret 2019. Mengesahkan, Pembimbing I,

Pembimbing II,

Pembimbing I Nurhayati, S. Pd. NIP 19911114 201503 2 001

Rachmad Hidayat, S. Sos.

Mengetahui, Guru Mata Pelajaran

Zubair, S. Pd. NIP 19821030 200604 1 004

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “Keutuhan NKRI adalah keinginan untuk mempertahankan dan menjaga kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila” . PERSEMBAHAN Kami persembahan makalah ini dengan rasa syukur kepada: 1. Bapak Zubair, S. Pd., selaku guru mata pelajaran PPKn yang telah memberikan tugas makalah ini. 2. Ibu Nurhayati, S. Pd., selaku pembimbing I yang telah membantu dalam aspek kebahasaan makalah ini. 3. Bapak Rachmad Hidayat, S. Sos., selaku pembimbing II yang telah membimbing dalam teknik pengetikan makalah ini. 4. Serta kepada teman-teman kami yang juga turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini, tanpa mereka kami tentu tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

iii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Menjaga Keutuhan Negara dalam Naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia ”. Dalam membuat makalah ini, tidak pula lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu yaitu : 1. Bapak Zubair, S. Pd., selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas makalah serta bantuan dalam penyelesaian makalah ini. 2. Ibu Nurhayati, S. Pd., selaku guru pembimbing I yang telah membimbing tata kebahasaan dalam makalah ini. 3. Bapak Rachmad Hidayat, S. Sos., selaku guru pembimbing II yang telah membimbing kami untuk tahap pengetikan dan penyelesaian makalah ini. 4. Teman-teman kami yang selalu setia memberikan saran yang sangat membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari makalah ini belum sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Tanjung Selor,

Penyusun iv

2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ................................................................................................... 3 BAB II MENJAGA KEUTUHAN NEGARA DALAM NAUNGAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2.1 Negara Kesatuan Republik Indonesia .................................................... 4 2.1.1 Pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia.......................... 4 2.1.2 Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ............................... 6 2.1.3 Sejarah NKRI................................................................................. 7 2.1.4 Pentingnya Keutuhan NKRI ........................................................ 11 2.1.5 Macam-macam Bentuk Negara ................................................... 12 2.1.6 Bentuk Kenegaraan ...................................................................... 14 2.2 Bentuk-Bentuk Pemerintahan ............................................................... 17 2.3 Sistem Pemerintahan ............................................................................ 22 v

2.3.1 Pengertian Sistem Pemerintah ..................................................... 22 2.3.2 Sistem Pemerintahan Presidensial .............................................. 23 2.3.3 Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Menurut UUD negara Republik Indonesia 1945 ...................................................... 26 2.3.4 Sistem Pemerintahan Sebelum Perubahan................................... 27 2.3.5 Sistem Pemerintahan Setelah Perubahan ..................................... 28 2.3.6 Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 ................................ 31 2.3.7 Periodisasi Sistem Pemerintahan di Indonesia ............................ 32 2.4 Kedaulatan Negara ............................................................................... 42 2.4.1 Pengertian Kedaulatan Negara .................................................... 42 2.4.2 Kedaulatan Negara Indonesia ...................................................... 44 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 46 3.2 Saran ..................................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu

ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adatistiadat kebudayaan, serta nilai religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu, di Indonesia juga tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga membentuk negara Indonesia untuk mempersatukan berbagai unsur yang beraneka ragam tersebut dalam suatu negara. Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang memiliki suatu karakteristik dan ciri khas tertentu, karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu negara persatuan, suatu negara kebangsaan serta negara yang bersifat integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam hubungannya dengan bentuk negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi: “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Para pendiri Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara kesatuan adalah masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur dalam negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima antar warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat fundamental. Oleh karena itu, sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya, dengan demikian negara adalah produk dari interaksi antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka logic in it self bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap golongan yang ada dalam masyarakat (Besar, 1995: 84).

1.2

Tujuan a. Untuk mengetahui tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). b. Untuk mengetahui bentuk pemerintahan Republik. c. Untuk mengetahui sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan Pancasila. 2

d. Untuk mengetahui kedaulatan negara Republik Indonesia.

1.3

Manfaat a. Agar siswa dapat menambah pengetahuan dalam menjaga keutuhan negara dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). b. Agar siswa dapat mengenal berbagai macam bentuk pemerintahan Republik di Indonesia. c. Agar siswa dapat menerapkan sikap dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). d. Agar siswa dapat menambah wawasan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3

BAB II MENJAGA KEUTUHAN NEGARA KESATUAN DALAM NAUNGAN NKRI 2.1

Negara Kesatuan Republik Indonesia 2.1.1 Pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk Republik dengan sistem desentralisasi (Pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diatur dalam Pasal 25 A “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Di dunia terdapat banyak bentuk negara yang berbeda-beda antara lain negara kesatuan, negara serikat, perserikatan negara (Konfederasi), UNI yang dibagi menjadi dua yaitu Uni Riil dan Uni Personil, Dominion, Koloni, Protektorat, Mandat, Trust. Pada awal kemerdekaan Indonesia, muncul perdebatan mengenai bentuk negara yang akan digunakan Indonesia apakah negara kesatuan atau negara federal. Namun, akhirnya disepakati bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan kemudian ditetapkan dalam UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Presiden Soekarno, dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 megatakan bahwa “Nasionalisme Indonesia atau negara kesatuan merupakan sebuah takdir”.

Bangsa Indonesia harus mengatasi badai besar ketika Belanda kembali datang untuk melakukan Agresi Militer tahun 1948-1949 hingga akhirnya berkat perjuangan bangsa Indonesia melalui perjanjian-perjanjian dengan Belanda, bentuk negara Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Tujuan Belanda membentuk negara serikat adalah untuk melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Banyak timbul pergolakan parlemen di Indonesia yang menjadi awal pemicu diubahnya bentuk negara dari serikat menjadi kesatuan. Melalui Mosi Natsir yang didukung oleh banyak fraksi di parlemen ini akhirnya mengantarkan Indonesia menjadi negara kesatuan sejak 17 Agustus 1950. Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang berlaku UUDS 1950 Pasal 1 Ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak optimal sehingga presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali menggunakan UndangUndang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini mampu meyakinkan kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik dan menghilangkan keraguan akan pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 Ayat (1) UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa “Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik” dan Pasal 37 Ayat (5) “Khusus mengenai 5

bentuk negara kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”. Bentuk negara kesatuan Republik Indonesia semakin kokoh setelah dilaksanakan amandemen dalam Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diawali dari adanya kesepakatan MPR yang salah satunya yaitu tidak mengganti bunyi Pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 sedikitpun dan terus mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia menjadi bentuk final negara Indonesia. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan dilandasi pertimbangan bahwa negara kesatuan merupakan bentuk yang ditetapkan dari mulai berdirinya negara Indonesia dan dianggap paling pas untuk mengakomodasi ide persatuan sebuah bangsa yang plural atau majemuk dilihat dari berbagai latar belakang (dasar pemikiran).

2.1.2 Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Tujuan Utama dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-4 “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial….”.

6

2.1.3 Sejarah NKRI Awal tahun 1950 merupakan periode krusial bagi Indonesia. Pertentangan dan konflik untuk menentukan bentuk negara bagi bangsa dan negara Indonesia tengah berlangsung. Pada satu sisi, secara resmi saat itu Indonesia merupakan negara federal, sebagaimana hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan muncul gerakan yang menentang keberadaan negara federal itu. Gerakan ini bukan dari kalangan atas, tetapi juga dikalangan masyarakat bawah. Gerakan tersebut menghendaki diubahnya bentuk negara federal menjadi negara kesatuan. Dengan diratifikasinya hasil-hasil KMB oleh KNIP yang bersidang tanggal 6-15 Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara yang berbentuk federal ini terdiri dari 16 negara bagian yang masingmasing mempunyai luas daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting, selain Republik Indonesia yang mempunyai daerah terluas dan penduduk yang terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan dan Negara Indonesia Timur. Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Belanda membentuk federal sementara yang akan berfungsi sampai terbentuknya Negara Indonesia Serikat. Dalam hal ini, RI baru akan diizinkan masuk dalam NIS jika permasalahan dengan Belanda sudah dapat teratasi. Selain itu, Belanda berusaha melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi 7

Militer II. Belanda berharap jika RI dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah mengatur negara-negara bonekanya. Akan tetapi, perhitungan Belanda melesat, Agresi militer belanda II menyebabkan Indonesia mendapatkan simpati dari negara Internasional. Akhirnya, Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda, Indonesia berubah menjadi negara serikat. Akibatnya, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Meskipun demikian, bangsa Indonesia bertekad untuk mengubah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kurang dari delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia. Proses kembalinya ke NKRI: a. Beberapa negara bagian membubarkan diri dan bergabung dengan RI, diantaranya: Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, Negara Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka, Belitung dan Riau. b. Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang bergabung dengan Aceh. c. Tanggal 5 April 1950, RIS hanya terdiri dari: Negara Sumatra Timur, Negara Indonesia Timur, Republik Indonesia. d. Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur) kemudian bersama RIS sepakat 8

untuk kembali ke negara kesatuan dan bukan melebur ke dalam Republik. e. Pada tanggal 3 April 1950, dilangsungkan konferensi antara RISNIS-NST. Kedua negara bagian tersebut menyerahkan mendatnya kepada Perdana Menteri RIS Moh. Hatta pada tanggal 12 Mei 1950. f. Pada 19 Mei 1950, diadakan kesepakatan dan persetujuan yang masing-masing diwakili oleh Perdana Menteri RIS Moh. Hatta, RI oleh dr. Abdul Halim. g. Hasil kesepakatan “NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan pembentukan panitia perancang UUD.” h. Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses, dilakukan pengesahan UUS RIS yang bersifat sementara sehingga dikenal dengan UUD’S 1950 ini menunjukkan akan terjadi perubahan. UUDS ini di sahkan oleh presiden RIS. UUD RIS terdiri dari campuran UUD 45 dan UUD RIS. i. Pada 17 Agustus 1950, RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan. Indonesia

mengalami perubahan bentuk negara kesatuan menjadi

negara federal bukan saja disebabkan oleh faktor dalam negeri, tetapi ada hubungannya dengan kehadiran Belanda. Kuatnya keinginan Belanda sebagai negara koloni untuk mempertahankan pengaruh dan kekuasaanya di Indonesia membuat negara ini sempat mengalami perubahan bentuk negara. 9

Terjadinya perubahan dari negara federal menjadi negara kesatuan tidak dapat disangkal karena disebabkan dukungan politik dari masyarakat Indonesia terhadap ide negara federal sesungguhnya sangat lemah. Ide negara federal muncul dari ambisi politik orang-orang Belanda yang sepertinya takut negerinya tidak lagi mempunyai peran di Asia. Oleh karena itu, ketika masalah kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ditawar lagi, mereka memperkenalkan ide mengenai pembentukan negara federal. Rapat-rapat umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demonstrasi-demonstrasi yang membentuk pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk yang ada dalam parlemen, bertekad untuk secepat mungkin menghapus sistem federal dan membentuk negara kesatuan. (Echo, 2015). Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang berlaku UUDS 1950 Pasal 1 Ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak optimal sehingga presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali menggunakan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini mampu meyakinkan kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik dan menghilangkan keraguan akan pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 Ayat (1) UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa “Negara Indonesia ialah 10

negara kesatuan, yang berbentuk Republik” dan Pasal 37 Ayat (5) “Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.”

2.1.4 Pentingnya Keutuhan NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dianugerahi wilayah yang luas dan kekayaan alam beraneka ragam untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, semua rakyat Indonesia berkewajiban untuk melindungi dan mempertahankan wilayah Indonesia agar tetap utuh. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak berdiri dengan sendirinya, tetapi melalui perjuangan para pejuang yang dilakukan dengan proses yang sangat panjang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keutuhan berasal dari kata dasar utuh yang berarti dalam keadaan sempurna seperti semula. Utuh juga berarti tidak bercerai berai atau tidak terpecah belah. Jadi, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) artinya adalah bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki kedaulatan, memiliki tujuan nasional dan berdiri secara utuh baik wilayahnya ataupun pemerintahannya. Sejak proklamasi kemerdekan, keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengalami pasang surut. Gangguan demi gangguan yang berusaha membubarkan Republik Indonesia sudah banyak terjadi, baik berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Misalnya, pemberontakan Kahar

11

Muzakar, pemberontakan Republik Maluku Selatan, pemberontakan G30S/PKI. Keutuhan wilayah sebuah negara sangat penting, karena keutuhan wilayah suatu negara sangat menentukan berlangsung tidaknya pemerintahan suatu negara. Maka, semua negara berusaha untuk menjaga keutuhan wilayahnya. Demikian juga, dengan negara Indonesia yang selalu berusaha untuk menjaga keutuhan wilayahnya termaksud didalamnya pemerintah dan aparat keamanan untuk bersama-sama dan bersatu padu menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.1.5 Macam-macam Bentuk Negara Seperti yang kita ketahui bahwa dalam Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, “Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Jadi, dengan jelas disebutkan dalam UUD 1945 bahwa Indonesia berbentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahannya Republik. Bentuk negara yang terpenting dan banyak dianut berbagai negara di dunia, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Negara Kesatuan Negara Kesatuan adalah negara yang kekuasaan untuk mengurus seluruh pemerintahan ada ditangan pemerintah pusat atau negara yang pemerintah

pusatnya

memegang atau

mengendalikan

kedaulatan sepenuhnya baik kedalam maupun keluar. Negara kesatuan memiliki ciri–ciri yaitu hanya ada satu UUD, satu kepala 12

negara, satu kabinet, satu parlemen. Negara kesatuan ada 2 (dua) macam: 1) Negara kesatuan sistem sentralisasi Negara kesatuan sistem sentralisasi adalah negara kesatuan yang semua urusan pemerintahannya diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya tinggal melaksanakan saja semua kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah pusat. Contoh: Jerman pada masa Hitler. 2) Negara kesatuan sistem desentralisasi Negara kesatuan sistem desentralisasi adalah negara kesatuan yang semua urusan pemerintahannya tidak diurus sepenuhnya oleh

pemerintah

pusat,

melainkan

sebagian

urusan

pemerintahannya didelegasikan atau diberikan kepada daerah– daerah untuk menjadi urusan rumah tangga daerah masing– masing. Dalam negara kesatuan sistem desentralisasi daerah berstatus sebagai daerah otonom. Contoh: Indonesia berdasarkan ketentuan pasal 18 UUD 1945 menganut sistem desentralisasi. b. Negara Serikat Negara Serikat adalah suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian dengan pemerintah pusat (federal) yang menyelenggarakan kedaulatan keluar, sedangkan kedaulatan kedalam tetap ada pada pemerintah negara bagian. Contoh negara serikat: AS, Australia, 13

Kanada, Swiss, Indonesia masa KRIS 1949 dalam Negara Serikat ada dua macam Pemerintahan yaitu: 1) Pemerintah federal: Biasanya pemerintah federal mengurusi hal– hal yang berhubungan dengan hubungan luar negeri, keuangan, pertahanan negara dan pengadilan. 2) Pemerintah negara bagian: Di dalam negara serikat, setiap negara bagian diperkenankan memiliki Undang–Undang Dasar, Kepala negara, Parlemen dan Kabinet sendiri.

2.1.6 Bentuk Kenegaraan Bentuk kenegaraan dibagi menjadi tujuh, yakni: a. Serikat Negara (Konfederasi) Serikat negara adalah perserikatan beberapa negara yang merdeka dan berdaulat penuh baik kedalam maupun keluar. Pada umumnya konfederasi dibentuk berdasarkan perjanjian untuk mengadakan kerjasama dalam bidang tertentu, misalnya penyelenggaraan politik luar negeri, pertahanan keamanan bersama. Konfederasi bukanlah merupakan negara dalam pengertian hukum internasional, karena negara–negara

anggotanya

secara

masing–masing

tetap

mempertahankan kedudukan nya secara internasional. Contoh konfederasi: Persekutuan Amerika Utara (1776–1787) Negaranegara bagian tidak boleh memisahkan diri dari negara serikat.

14

b. Koloni Koloni adalah negara yang berada di bawah kekuasaan negara lain. Contoh: Indonesia sebelum 17 Agustus 1945. c. Perwalian Perwalian (Trustee) adalah negara yang pemerintahannya berada di bawah pengawasan Dewan Perwalian PBB. Munculnya trustee merupakan hasil perjanjian San Francisco sesudah PD II. Tujuan Perwalian adalah untuk meningkatkan kemajuan rakyat daerah trustee dibidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan serta perkembangan hak asasi manusia menuju pemerintahan sendiri. Contoh Daerah Perwalian: 1) Tanzania menjadi perwalian PBB sejak tahun 1945 dan merdeka tahun 1962. 2) Namibia menjadi perwalian PBB sejak tahun 1967 dan merdeka 1990. d. Mandat Mandat adalah negara bekas jajahan negara–negara yang kalah dalam Perang Dunia I, yang diletakkan dalam pemerintahan mandat dari negara–negara yang menang perang di bawah pengawasan Dewan Mandat Liga Bangsa–Bangsa. Contoh: Kamerun bekas jajahan Jerman menjadi mandat Perancis.

15

e. Dominion Dominion adalah negara–negara bekas jajahan Inggris yang telah merdeka dan berdaulat, yang tergabung dalam ikatan The British Commonwealth of Nation atau Negara–negara Persemakmuran. Contoh: Kanada, Australia, Selandia Baru, India, Afrika Selatan dan Malaysia. f. Uni Uni adalah gabungan dua negara atau lebih yang dikepalai seorang raja. Ada dua macam uni, yakni: 1) Uni Personil: Uni yang terjadi apabila dua negara yang tergabung secara kebetulan mempunyai kepala negara yang sama. Contoh: Uni Belanda–Luxemburg (1839–1890), Uni Inggris–Skotlandia (1603–1707). 2) Uni Riil: Uni yang terjadi apabila negara–negara yang tergabung memiliki

kelengkapan

negara

yang

sama

untuk

menyelenggarakan kepentingan bersama, yang dibentuk melalui perjanjian. g. Protektorat Proktektorat adalah negara yang berada dibawah perlindungan negara lain. Dalam protektorat masalah hubungan luar negeri dan pertahanan keamanan diserahkan kepada negara pelindungnya

16

berdasarkan

perjanjian

bersama.

Contoh:

Monaco

sebagai

protektorat Perancis, Tibet sebagai protektorat China 2.2

Bentuk-Bentuk Pemerintahan Dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa, “...maka

disusunlah kemerdekaan Bangsa Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada....”. Berdasarkan ketentuan tersebut terlihat jelas bahwa bentuk dan susunan pemerintahan negara Indonesia adalah berbentuk Republik. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”. Dalam ketentuan pasal tersebut terdapat makna dari demokrasi yang merupakan suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat atau dengan kata lain bahwa kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada di tangan rakyat. Jadi, jelas bahwa berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945, negara Indonesia mempunyai bentuk pemerintahan Republik Demokrasi. Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada umumnya masih menggabungkan bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mmac Iver dan Leon Duguit yang menyatakan bahwa bentuk negara sama dengan bentuk pemerintahan. Prof. Padmo Wahyono, S. H., juga berpendapat bahwa bentuk negara Aristokrasi dan Demokrasi adalah bentuk pemerintahan klasik. Sedangkan Monarki dan Republik adalah bentuk pemerintahan modern.

17

Dalam teori klasik bentuk pemerintahan dapat dibedakan atas jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya. Jika kekuasaan tertinggi suatu masyarakat ditangan seseorang, maka bentuk pemerintahan atau konstitusinya disebut Monarki. Jika kekuasaan itu berada ditangan beberapa individu maka konstitusinya disebut Konstitusi Republik. Negara Republik bisa berbentuk Aristokrasi atau Demokrasi. Tergantung apakah kekuasaan tertinggi berada pada sekelompok kecil rakyat atau pada sebagian rakyat. a. Bentuk pemerintahan Monarki (Kerajaan) Leon Duguit membedakan pemerintahan dalam bentuk Monarki dan Republik. Untuk membedakan negara mana yang termasuk Monarki atau Republik, kita perlu mengetahui kriteria bagaimana kepala negara itu ditunjuk. Menurut Leon Duguit, kalau kepala negara ditunjuk berdasarkan turun-temurun, maka kita berhadapan dengan monarki kalau kepala negaranya di tunjuk, tidak berdasarkan turun temurun, tetapi dipilih maka kita berhadapan dengan Republik. Bentuk pemerintahan monarki berlaku apabila suatu negara dikepalai oleh seorang Raja, Ratu, Syekh atau Kaisar yang bersifat turun-temurun dan untuk jabatan seumur hidup. Bentuk pemerintahan monarki dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Monarki Absolut Bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang (Raja,

Ratu,

Syekh

atau

Kaisar)

yang

kekuasaannya

dan

kewenangannya tidak terbatas oleh perintah raja melainkan undang18

undang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif menyatu dalam ucapan dan perbuatannya. Contohnya, Perancis semasa Louis XIV dengan semboyannya yang dikenal L’etat C’east mal (Negara adalah saya). Raja memegang kekuasaan mutlak atas kekuasaan legislatif eksekutif dan yudikatif. Oleh karena itu kekuasaan negara terpusat di tangan raja, pemerintahan ini disebut pula Otokrasi. 2) Monarki Konstitusional Bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja

yang

kekuasaannya

dibatasi

oleh

undang-undang

dasar

(Konstitusi). 3) Monarki parlementer Suatu pemerintahan dalam negara yang dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan parlementer (DPR) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan ekslusif dipegang oleh Kabinet (Perdana Menteri) yang bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja adalah sebagai kepala negara (Simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di Inggris, Belanda dan Malaysia.

19

b. Bentuk Pemerintahan Republik Bentuk berasal dari kata res publica yang artinya kepentingan umum. Pemerintahan Republik adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat dan dipimpin oleh seorang Presiden untuk masa jabatan tertentu. Bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan bentuk partisipasi rakyat, Republik dapat dibedakan atas Republik oleh rakyat dan Republik oleh parlementer. Republik oleh rakyat yang dimaksudkan sebagai bentuk pemerintahan yang rakyatnya secara langsung mengawasi pemerintahan melalui Referendum (pemungutan suara) atas jalannya pelaksanaan undang-undang dasar sedangkan Republik parlementer merupakan bentuk pemerintahan yang rakyatnya menjelmakan kekuasaan ditangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dewan ini dipilih oleh rakyat dan memiliki kekuasaan penuh untuk mewujudkan kehendak rakyat. 1) Republik Absolut Pemerintahan diktator tanpa ada pembatasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitinasi kekuasaannya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada namun tidak berfungsi.

20

2) Republik Konstitusional Presiden sebagai pemegang kekuasaan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Disamping itu pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen. 3) Republik Parlementer Presiden sebagai kepala negara. Namun, presiden tidak dapat diganggu gugat sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem ini kekuasaan legislatif lebih tinggi dari pada kekuasaan eksekutif. c. Pemerintahan Aristokrasi Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh kekuasaan dijalankan oleh beberapa orang yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum dan pemerosotannya adalah bentuk pemerintahan oligarki dalah bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh sekelompok orang yang bertujuan mewujudkan kepentingan kelompoknya sendiri. d. Pemerintahan Demokrasi Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang seluruh warga negaranya terlibat dalam pengaturan negara. Namun, diantara mereka yang berkuasa terdapat orang-orang yang kurang baik dan pemerosotannya adalah mobokrasi. Kriteria untuk membedakan konstitusi monarki, konstitusi Republik, dan konstitusi aristrokrasi dari konstitusi demokratis, adalah cara konstitusi mengatur pembentukan tatanan hukum. Perbedaan antara 21

monarki, aristokrasi dan demokrasi pada hakikatnya menunjuk pada pengaturan pembentukan undang-undang. Suatu negara dianggap sebagai negara demokrasi atau aristokrasi jika pembentukan undang-undangnya bersifat demokratis atau aristokratis, walaupun pemerintahan dan kehakimannya mungkin mempunyai karakter yang berbeda. Demikian juga, suatu negara dikelompokkan sebagai negara monarki sebab menurut hukum raja tampak sebagai pembuat undangundang, sungguhpun kekuasaannya dalam bidang pemerintahan sangat terbatas dan dalam bidang kehakiman hampir tidak ada sama sekali.

2.3

Sistem Pemerintahan 2.3.1 Pengertian Sistem Pemerintah Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari kata system yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri

22

atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembagalembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di Indonesia.

2.3.2 Sistem Pemerintahan Presidensial Kedudukan eksekutif dalam sistem pemerintahan presidensial tidak bergantung pada badan perwakilan rakyat. Adapun, dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing dan mereka itu hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet itu tidak bergantung pada badan perwakilan rakyat atau tidak memerlukan dukungan kepercayaan dari

23

badan perwakilan rakyat, maka menteri pun tidak bisa diberhentikan oleh badan perwakilan rakyat. Sistem presidensial pernah berganti sistem parlementer yang dipimpin oleh kepala pemerintahan Perdana Menteri. Perdana Menteri pertama Indonesia adalah Sutan Syahrir. Berubahnya sistem pemerintahan di Indonesia pada saat itu adalah pengaruh kuat dari kaum sosialis (KNIP). Selain itu, Indonesia pada awal kemerdekaan juga masih belajar tentang bagaimana menjalankan pemerintahan. Dengan sistem parlementer ini maka di Indonesia saat itu memiliki DPR yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Sistem ini juga memungkinkan adanya banyak partai. Maksud dari sistem ini adalah untuk membatasi kewenangan presiden. Jika pada sistem presidensial kabinet bertanggungjawab kepada presiden maka sistem parlementer, presiden bertanggungjawab kepada parlemen atau DPR. Sebenarnya sistem parlementer ini adalah sebuah penyimpangan ketentuan UUD 1945 yang menyebutkan “Pemerintahan harus dijalankan menurut sistem kabinet presidensial, dimana menteri sebagai pembantu presiden”. Sistem ini sering mengalami kegagalan kabinet, dan banyak menimbulkan gerakan-gerakan pemberontakan yang menyebabkan stabilitas negara terganggu, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959 yang isinya antara lain mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan bentuk pemerintahan kembali ke sistem presidensial.

24

Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial a. Penyelenggara negara berada di tangan presiden. b. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh parlemen. d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer. e. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai lembaga perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat. f. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial a. Kelebihan sistem presidensial adalah sebagai berikut: 1) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak bergantung pada parlemen. 2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. 3) Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya. 4) Jabatan-jabatan eksekutif dapat diisi oleh orang luar, termasuk anggota parlemen sendiri. Namun, legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif.

25

b. Kekurangannya adalah sebagai berikut 1) Kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak. 2) Sistem pertanggungjawabannya kurang jelas. 3) Pembuatan keputusan/kebijakan publik umumnya hasil tawarmenawar antara eksekutif dengan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama. Menyadari

adanya

kelemahan

dari

masing-masing

sistem

pemerintahan, negara-negara pun berusaha memperbarui dan berupaya mengkombinasikan sistem pemerintahannya. Hal ini dimaksudkan agar kelemahan tersebut dapat dicegah atau dikendalikan.

2.3.3 Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945 Masalah demokrasi di Indonesia diatur dalam Pasal 1 Ayat (2) UndangUndang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar”. Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan Trias Politica sebagaimana yang diajarkan Montesquieu, melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan. Hal tersebut disebabkan beberapa hal berikut: a. Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan 26

oleh suatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan. b. Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak membatasi kekuasaan dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak membatasi kekuasaan dilakukan oleh 3 bagian saja. c. Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, Pasal 1 Ayat (2), kepada lembaga-lembaga negara lainnya.

2.3.4 Sistem Pemerintahan Sebelum Perubahan a. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah UUD. b. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR. c. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama presiden dan mengawasi tindakan presiden). d. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat presiden, berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah. e. BPK, sebagai counterpart terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR. 27

f. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

2.3.5 Sistem Pemerintahan Setelah Perubahan a. MPR, sebagai lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih secara langsung melalui pemilu. b. DPR, yang posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU (Sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

28

c. DPD, sebagai lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR, keberadaannya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia, dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu, mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah. d. BPK, sebagai anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK. e. Presiden, yang membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa

jabatannya

serta

presidensial.

29

memperkuat

sistem

pemerintahan

f. Mahkamah Agung, sebagai lembaga negara yang melakukan kekuasaan

kekuasaan

kehakiman,

yaitu

kekuasaan

yang

menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 Ayat 1), berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undangundang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum (PU), lingkungan Peradilan Agama (PA), lingkungan Peradilan Militer (PM) dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undangundang seperti: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lainlain. g. Mahkamah Konstitusi, yang keberadaannya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung (MA), DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh presiden, 30

sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif. Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang mengatur hubunganhubungan diantara lembaga-lembaga negara tersebut. Hubungan– hubungan itu adakalanya bersifat timbal balik dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak atau searah saja.

2.3.6 Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 Susunan organisasi negara adalah alat-alat perlengkapan negara atau lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945 baik baik sebelum maupun sesudah perubahan. Susunan organisasi negara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum perubahan yaitu: a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) b. Presiden c. Dewan Pertimbagan Agung (DPA) d. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) f. Mahkmah Agung (MA) Badan-badan kenegaraan itu disebut lembaga-lembaga negara. Sebelum perubahan UUD 1945 lembaga-lembaga negara tersebut diklasifikasikan. MPR adalah lembaga tertinggi negara, sedangkan lembagalembaga kenegaraan lainnya seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan MA disebut sebagai lembaga tinggi negara. Sementara itu, menurut hasil 31

perubahan lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut: a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) b. Presiden c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) d. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) f. Mahkmah Agung (MA) g. Mahkamah Konstitusi (MK) Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukkan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin pemisahan kekuasaan. Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.

2.3.7 Periodisasi Sistem Pemerintahan di Indonesia a. Sistem Pemerintahan Periode 1945 s.d. 1949 Lama periode : 18 Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949 Bentuk Negara : Kesatuan 32

Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Presidensial Konstitusi : UUD 1945 Presiden dan Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta (18 Agustus 1945 s.d. 19 Desember 1948) Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI) (19 Desember 1948 s.d. 13 Juli 1949) Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta (13 Juli 1949 27 s.d. Desember 1949). Pernyataan Van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda. Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden Nomor 10 tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaankekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan eksekutif yang semula 33

dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer. b. Sistem Pemerintahan Periode 1949 s.d. 1950 Lama periode : 27 Desember 1949 s.d. 15 Agustus 1950 Bentuk Negara : Serikat (Federasi) Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer) Konstitusi : Konstitusi RIS Presiden dan Wapres : Ir.Soekarno adalah Presiden RIS (27 Desember 1949 s.d. 15 Agustus 1950) Assaat adalah pemangku sementara jabatan Presiden RI (27 Desember 1949 s.d. 15 Agustus 1950). Pada tanggal 23 Agustus s.d. 2 september 1949 dikota Den Hagg (Netherland) diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin olah Van Harseveen. Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah

untuk meyelesaikan

persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Belanda mengakui 34

kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah, pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amsterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan UUD 1945 karena : 1) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (Pasal 1 dan 2, Konstitusi RIS). 2) Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya

bertanggung

jawab

atas

seluruh

kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (Pasal 118, Ayat 2 Konstitusi RIS). c. Sistem Pemerintahan Periode 1950 s.d. 1959 Lama periode : 15 Agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959 Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Parlementer Konstitusi : UUDS 1950 Presiden dan Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta 35

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan UndangUndang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan sementara, karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil

memilih

Konstituante

secara

demokratis.

Namun,

Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut. Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada kenyataannya, sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. 36

Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Oleh karena itu, Untuk meredam kemacetan

Konstituante

memutuskan

reses

yang

ternyata

merupakan akhir dari upaya penyusunan UUD. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka pada tanggal 5 Juli 1959. d. Sistem Pemerintahan Periode 1959 s.d. 1966 (Demokrasi Terpimpin) Lama periode : 5 Juli 1959 s.d. 22 Februari 1966 Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Presidensial Konstitusi : UUD 1945 Presiden dan Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah: 37

1) Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam. 2) Kegagalan Konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar. 3) Terjadinya

gangguan

keamanan

berupa

pemberontakan

bersenjata di daerah-daerah. Berikut Isi Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 : 1) Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945. 2) Pembubaran Badan Konstitusional. 3) Membentuk DPR sementara dan DPA sementara. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin : 1) Bentuk pemerintahan Presidensial Ir. Soekamo sebagai Presiden dan Perdana Menteri dengan kabinetnya dinamakan Kabinet Kerja. 2) Pembentukkan MPR sementara dengan Penetapan Presiden Nomor 2 tahun 1959. Keanggotaan MPRS terdiri dari 583 anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan daerah dan 200 wakil-wakil golongan.

38

3) Pembentukkan DPR sementara berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1959 yang diketuai oleh presiden dengan 45 orang anggotanya. 4) Pembentukkan Front Nasional melalui Penetapan Presiden Nomor 13 tahun 1959 tertanggal 31 Desember 1959. 5) Pembentukkan DPRGR Presiden Soekarno pada 5 Maret 1959 melalui Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1959 membubarkan DPR hasil pemilu sebagai gantinya melalui Penetapan Presiden Nomor 4 tahun I960. Presiden membentuk DPRGR yang keanggotaannya ditunjuk oleh Soekarno. 6) Manipol

USDEK Manifesto

Politik Republik

Indonesia

(Manipol) adalah isi pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 atas usul DPA Manipol dijadikan GBHN dengan Ketetapan MPRS Nomor 1 MPRS/I960, menurut Presiden Soekano intisari dari Manipol ada lima yaitu: UUD 1945, Sosialisme

Indonesia,

Demokrasi

Terpimpin,

Ekonomi

Terpimpin dan Kepribadian Indonesia yang disingkat menjadi USADEK. Berkembang pula ajaran Presiden Soekarno yang dikenal dengan NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komunis). 7) Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 200 dan 201 tahun 1960 presiden membubarkan Partai Masyumi dan PSI dengan alasan 39

para pemimpin partai tersebut mendukung pemberontakan PRRI/Permesta. Keadaan ekonomi mengalami krisis, terjadi kegagalan produksi hampir di semua sektor. Pada tahun 1965 inflasi mencapai 65%, kenaikan harga-harga antara 200-300%. Hal ini disebabkan oleh: 1) Penanganan dan penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih bersifat politis dan tidak terkontrol. 2) Adanya proyek merealisasikan dan kontroversi. Pada masa demokrasi terpimpin ini terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya: 1) Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara. 2) MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. 3) Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia c. Sistem Pemerintahan Periode 1966 s.d. 1998 (Orde Baru) Lama periode : 22 Februari 1966 s.d. 21 Mei 1998 Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk Pemerintahan : Republik Sistem Pemerintahan : Presidensial Konstitusi : UUD 1945

40

Presiden dan Wapres : Soeharto (22 Februari 1966 s.d. 27 Maret 1968) Soeharto (27 Maret 1968 s.d. 24 Maret 1973) Soeharto dan Adam Malik (24 Maret 1973 s.d. 23 Maret 1978) Soeharto dan Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 s.d. 11 Maret 1983) Soeharto dan Try Sutrisno (11 Maret 1983 s.d. 11 Maret 1988) Soeharto dan Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 s.d. 11 Maret 1993) Soeharto dan Soedharmono (11 Maret 1993 s.d. 10 Maret 1998) Soeharto dan BJ Habiebie (10 Maret 1998 s.d. 21 Mei 1998). Pada masa Orde Baru (1966 s.d. 1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun, pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran Pasal 23 (hutang konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber alam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat sakral diantaranya yaitu melalui sejumlah peraturan: Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih 41

dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum, UndangUndang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

2.4

Kedaulatan Negara 2.4.1 Pengertian Kedaulatan Negara Kedaulatan adalah merupakan kekuasaan absolut atas suatu wilayah tertentu. Kekuasaan absolut atas wilayah tersebut menjadi dasar bagi pembentukan negara (Jenik Radon, 2004: 1995). Kata kedaulatan dalam bahasa Latin adalah supremus, dalam bahasa Arab berasal dari kata daulah yang artinya kekuasaan. Dalam bahasa Inggris, kedaulatan berasal dari kata sovereignty yang artinya kedaulatan. Dalam bahasa Italia disebut sovranus. Kedaulatan berarti kekuasaan yang tertinggi atau kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan lain. Secara umum kedaulatan dapat diartikan sebagai to govern itself (Memerintah dirinya sendiri). Negara sebagai sebuah entitas sudah pasti memiliki kedaulatan, hal itu berarti negara memiliki kekuasaan tertinggi untuk melakukan segala hal terhadap apa saja yang ada di dalam negaranya. Kedaulatan dalam Bahasa Perancis sering diartikan sebagai The Pride of Nations, atau harga diri suatu bangsa. Dalam hal ini terkandung suatu pengertian bahwa bangsa dalam suatu negara yang merdeka memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk secara esklusif dan bebas melakukan

42

kegiatan kenegaraan sesuai kepentingannya asalkan kegiatannya tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan negara lain dan Hukum Internasional. Negara dikatakan berdaulat atau souvereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Bila dikatakan bahwa negara itu berdaulat, dimaksudkan bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat memang berarti bahwa negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah negara itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Jadi, pembatasan yang penting ini yang melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara menurut paham kedaulatan itu tidak terbatas. Bahwa kedaulatan suatu negara terbatas dan bahwa batas ini terdapat dalam kedaulatan negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham kedaulatan sendiri. Kedaulatan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: a. Kedaulatan ke dalam adalah kedaulatan suatu negara untuk mengatur segala kepentingan rakyatnya tanpa campur tangan negara lain. b. Kedaulatan ke luar adalah kedaulatan suatu negara untuk mengadakan hubungan atau kerja sama dengan negara-negara lain untuk kepentingan bangsa dan negara 43

Kedaulatan mempunyai 4 sifat dasar, yaitu: a. Asli, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi. b. Permanen, yang berarti bahwa kedaulatan itu tetap ada selama negara masih berdiri. Kedaulatan itu akan tetap melekat pada negara meskipun pemerintah atau yang menjalankan pemerintahan sudah berganti. c. Tidak terbagi-bagi, yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan satu-satunya kekuasaan yang tertinggi dalam negara dan tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain kedaulatan negara. d. Tidak terbatas, artinya kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapapun karena membatasi kedaulatan berarti adanya kedaulatan yang lebih tinggi dan kekuasaan yang tertinggi merupakan ciri kedaualatan itu akan hilang.

2.4.2 Kedaulatan Negara Indonesia Secara yuridis formal, bahwa Indonesia menganut kedaulatan rakyat sebagai berikut: a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, kalimat ini secara tegas menyatakan bahwa negara Indonesia menganut prinsip kedaulatan rakyat.

44

b. Pancasila sila keempat, berarti adanya pengakuan bangsa Indonesia bahwa asas kerakyatan atau kedaulatan rakyat merupakan asas dalam bernegara. c. Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 menyatakan “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Kedaulatan rakyat merupakan prinsip kedaulatan rakyat yang tidak mengesampingkan kelompok minoritas, memperhatikan semua golongan menghargai berbagai perbedaan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa (Bhinneka Tunggal Ika).

45

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk Republik, dengan memakai

sistem demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Berdasarkan rangkaian terjadinya Republik Indonesia dapat di simpulkan bahwa pengertian NKRI adalah bentuk negara yang terdiri dari banyak wilayah atau kepulauan yang besar akan keanekaragaman, suku, adat, budaya dan keyakinan yang memiliki tujuan dasar menjadi negara yang merdeka yaitu: bersatu, berdaulat adil dan makmur dengan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta mewujudkan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, fungsi dasar menjadi negara yang merdeka yaitu: melaksanakan penertiban, kemakmuran rakyat, pertahanan dan menegakkan keadilan. Dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia, lembagalembaga negara itu

dengan mekanisme demokrasi sedangkan dalam sistem

pemerintahan negara monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda. Sistem juga dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu, presidensial dan parlementer. Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif sistem pemerintahan disebut presidensial apabila badan eksekutif berada diluar pengawasam langsung badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila eksekutif sebagai

pelaksanaan kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi institusi pokok yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Selain itu terdapat lembaga

lain atau unsur lain parlemen, pemilu dalam sistem pemerintahan

Indonesia lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis. Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan negara lain. Perubahan pemerintahan di negara terjadi pada masa genting yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan. Negara merupakan suatu organisasi diantara kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur negara baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Negara dengan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat karena melaksanakan dasar negara. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan pancasila cenderung menjadi ideologi tertutup sehingga Pancasila bukan sebagai konstitusi memainkan UUD 1945 yang menjadi kontitusi di Indonesia.

47

3.2

Saran Untuk menciptakan suatu negara dengan kesadaraan dalam “Menjaga

Keutuhan Negara Dalam Naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia” masyarakat harus ikut berperan dalam melaksanakannya karena meskipun masyarakat memiliki komitmen yang berbeda tetapi harus memiliki tujuan yang sama untuk membuat negara menjadi lebih maju dan terdepan.

48

DAFTAR PUSTAKA

Alhasani, Muhsin. 2011. Kedaulatan Negara. (http://thedarkancokullujaba.blogspot.com/2011/11/kedaulatannegara.html). Diakses tanggal 21 Januari 2019, pukul 20.47 WITA. Budianto. 2004. Kewarganegaraan SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. . 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU Kelas 12. Jakarta: Erlangga. Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Bustoh, Abu daud. 1990. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Cahyani, Aulia Putri Dwi dkk. 2016. Makalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Tanjung Selor. Dynash, Juan. 2013. Sistem Pemerintahan. (http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/04/bentukpemerintahan-indonesia.html). Diakses tanggal 21 Januari 2019, pukul 18.03 WITA. Echo. 2015. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (http://ww.academia.edu/7663694/Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia_ NKRI). Diakses tanggal 21 Januari 2019, pukul 21.00 WITA. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kelsen, Hans. 1945. General Theory Of Law and State. Terjemahan Oleh Anders Wedberg. Cambridge: Harvard University Press.

Lubis, Yusnawan dan Mohamad Sodeli. 2017. Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nishom, Muhammad. 2012. Makalah NKRI. (http://www.isomwebs.net/2012/07/makalah-nkri/). Diakses tanggal 21 Januari 2019, pukul 21.40 WITA. Nuryadi dan Tolib. 2017. Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahman, Fathur dkk. 2017. Makalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Tanjung Selor. Sayidiman, Suryohadiprojo. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia.

LAMPIRAN

Gambar 1 : Segenap jajaran pemerintah mendeklarasikan keutuhan NKRI Sumber : https://www.cendananews.com

Gambar 2 : Kedaulatan negara yang berasal dari pemerintah yang berdaulat Sumber : http://m.tribunnews.com

Gambar 3 : Seruan perkuat NKRI dari seluruh negeri Sumber : https://merdeka.com

Gambar 4 : Sikap toleransi dalam perbedaan umat beragama Sumber : https://denayanadaf.blogspot.com

More Documents from "Ainun"