MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH “UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH ”
Disusun oleh :
NAMA: Muhammad Yunus NPM : 200110120244 KELAS E
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014
I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kegiatan pembangunan peternakan harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya usaha peternakan selain dihasilkan produk peternakan baik berupa daging maupun susu, juga menghasilkan limbah yang harus dikelola dengan baik. Limbah dari usaha peternakan dapat berupa padatan dan cairan. Bentuk padatan terdiri dari feses/kotoran ternak, ternak yang mati, dan isi perut dari hasil pemotongan ternak. Bentuk cairan terdiri dari urine ternak, air sisa pembersihan ternak maupun air dari sisa pencucian alat-alat ternak. Usaha peternakan sapi perah dengan skala usaha ternak lebih dari 20 ekor dan berada dalam satu lokasi akan menghasilkan limbah yang berdampak pada lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan SK Mentan No 237/Kpts/RC410/1991 yang menyatakan bahwa perlu evaluasi terhadap lingkungan pada usaha peternakan sapi perah dengan skala lebih besar dari 20 ekor dan relatif terlokalisasi. Jumlah limbah satu ekor sapi dengan bobot 400-500 kg dapat menghasilkan limbah padatdan cair sebanyak 27,5-30 kg/ekor/hari. Oleh karena itu, evaluasi lingkungan benar-benar harus diperhatikan (Hidayatullah et al., 2005). Semakin bertambahnya populasi ternak sapi perah seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi susu, akan menghasilkan banyak limbah yang harus ditangani. Adanya pencemaran lingkungan akibat limbah usaha ternak sapi perah umumnya mendapat protes dari warga masyarakat yang terkena dampaknya, umumnya air sungai menjadi kotor, muncul penyakit kulit dan gatal-gatal serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut selaras dengan Juheini (1999) yang mengemukakan sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa dampak yang serius pada lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola dengan baik maka akan
memberikan nilai tambah. Salah satu bentuk pengelolaan limbah yang mudah dilakukan yaitu dengan diolah menjadi pupuk kompos. Ginting (2007) mengemukakan bahwa kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak atau feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya. Dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos akan membawa keuntungan pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian. 1.2.Identifikasi Masalah 1. Apa karakteristik limbah peternakan sapi perah 2. Bagaimana cara mengolah limbah yang berasal dari peternakan sapi perah. 3. Apa dampak pencemaran limbah ternak sapi perah terhadap lingkungan. 1.3. Tujuan 1. Mengetahui karakteristik limbah peternakan sapi perah. 2. Mengetahui cara mengolah limbah yang berasal dari peternakan sapi perah. 3. Mengetahui dampak pencemaran limbah ternak sapi perah terhadap lingkungan
II PEMBAHASAN 2.1. Karakteristik Limbah Dari Sapi Perah Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan, limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran lingkungan karena limbah kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup masyarakat disekitar peternakan, gangguan itu berupa bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas yang berasal dari kotoran ternak, terutama gas amoniak (NH3) dan gas Hidrogen (H2S) (Peternakan Kita. 2012). Ada beberapa jenis limbah dari peternakan sapi perah , yaitu limbah padat, cair dan gas. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau berada dalam fase padat. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Sementara limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Limbah tersebut dapat diolah menjadi energi, yaitu biogas (Sri Wahyuni, 2009). 2.2. Pengolahan Limbah Dari Ternak Sapi Perah Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan (Soehadji, 1992). Limbah peternakan ini dapat diolah menjadi kompos yang memiliki banyak manfaat. Manfaat kompos diantaranya dapat memperbaiki struktur hara tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan sebagai sumber makanan bagi tanaman diatasnya. Kompos sering disebut dengan pupuk organik. Kompos dapat menambah unsur hara baik makro maupun mikro dalam tanah. Ginting (2007) menyatakan bahwa proses pengomposan dibantu dengan suhu 600C dan proses penguraian ini mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi
senyawa organik larut yang berguna bagi tanaman. Pembuatan kompos secara alami membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 2 bulan, baru dapat dimanfaatkan hasil penguraian dari kompos ini. Proses penguraian kompos dapat dipercepat dengan menggunakan bantuan activator pengomposan yang banyak dijual dipasaran seperti Stardex, EM4, Green Posnko dan bahan lainnya. Cara pengolahan kompos dengan menggunakan aktivator green posnko menurut Ginting (2007), yaitu: a. Dilakukan persiapan bahan-bahan yang akan digunakan b. Bahan yang akan diolah diperkecil ukurannya sekitar 5-10 cm c. Green posnko dilarutkan dan ditambah gula merah pada malam sebelumnya d. Bahan yang sudah diaduk diciprati dengan green posnko kemudian ditutup dengan selapis tanah e. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sampai bahan yang ada habis Kemudia ditutup dengan goni 3-4 hari dengan suhu 10-50 derajat C f. Apabila telah matang maka sudah menjadi pupuk organik Biogas merupakan salah satu dari banyak macam sumber energi terbarukan, karena energi biogas dapat diperoleh dari kotoran sapi perah, air buangan rumah tangga, kotoran cair dari peternakan ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar, industri makanan dan limbah buangan lainnya. Produksi biogas memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan sistem proses terbarukan dan ramah lingkungan. Pada umumnya, biogas terdiri atas gas metana (CH4) sekitar 55-80%, dimana gas metana diproduksi dari kotoran hewan yang mengandung energi 4.800-6.700 Kcal/m3, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8.900 Kcal/m3. Sistem produksi biogas mempunyai beberapa keuntungan seperti: a. mengurangi pengaruh gas rumah kaca, b. mengurangi polusi bau yang tidak sedap, c. sebagai pupuk, dan d. produksi daya dan panas (Sri Wahyuni, 2009).
Pemanfaatan kotoran sapi perah dan limbah pertanian berupa sekam, jerami, dan tempurung kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang tepat sebagai sumber bahan bakar untuk mengurangi pengunaan minyak tanah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang variasi komposisi bahan penyusun briket tersebut. 2.3 Dampak Pencemaran Limbah Dari Ternak Sapi Perah Terhadap Lingkungan Semakin bertambahnya populasi ternak sapi perah seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi susu, akan menghasilkan banyak limbah yang harus ditangani. Adanya pencemaran lingkungan akibat limbah usaha ternak sapi perah umumnya mendapat protes dari warga masyarakat yang terkena dampaknya, umumnya air sungai menjadi kotor, muncul penyakit kulit dan gatal-gatal serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut selaras dengan Juheini (1999) yang mengemukakan sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa dampak yang serius pada lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola dengan baik maka akan memberikan nilai tambah. Salah satu bentuk pengelolaan limbah yang mudah dilakukan yaitu dengan diolah menjadi pupuk kompos. Ginting (2007) mengemukakan bahwa kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak atau feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya. Dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos akan membawa keuntungan pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian.
.
III KESIMPULAN 1. Ada beberapa karakteristik limbah dari peternakan sapi perah , yaitu limbah padat, cair dan gas. 2. Pengolahan limbah dari peternakan sapi perah dapat di manfaatkan dan menghasilkan nilai ekonomis,karena limbah dari ternak tersebut dapat di olah menjadi pupuk kompos, biogas ,dan juga bricket . 3. Dampak pencemaran lingkungan dari limbah ternak sapi perah yaitu air sungai menjadi terkontaminasi dan menyebabkan penyakit di masyarakat seperti gatal-gatal,air sungai menjadi kotor serta menimbulkan bau yang tidak sedap serta rentan menimbulkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA Wahyuni, Sri. 2008. Analisa Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu dan Kelompok, Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Widodo, T.W., A. Asari, A. Nurhasanah and E. Rahmarestia. 2005. Biogas Technology Development for Small Scale Cattle Farm Level in Indonesia. International Seminar on Development in Biofuel Production and Biomass Technology. Jakarta. Hidayatullah, Gunawan, K. Mudikdjo dan N. Erliza. 2005. Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 1, Maret 2005: 124-136. Soehadji, 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Petemakan. Makalah Seminar. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Surat Keputusan Menteri Pertanian, 1991. SK. Mentan No. 273/Kpts/RC410/1991 tentang Batasan Usaha Peternakan yang harus Melakukan Evaluasi Lingkungan. Departemen Pertanian. Jakarta. Pembuatan bricket.2013.http://zackhoes.blogspot.com/2013/05/praktikumpembuatan-briket-limbah-ternak.html (30 september 2014) Artikel dari Priyono, S.Pt Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro jurnal dari Linda Asmarni, S.Pt . pemanfaatan limbah ternak sapi perah untuk pembuatan biogas