Makalah_membaca_intensif_ekstensif_dan_r.docx

  • Uploaded by: Nur Indah Sholikhati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_membaca_intensif_ekstensif_dan_r.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,662
  • Pages: 35
Makalah Membaca Intensif Ekstensif dan Rumus Membaca Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia Tulis Dosen Pengampu: Octavian Muning Sayekti, S.Pd., M.Pd.

`

Disusun oleh: KELOMPOK 2 1. Rizka Maya Ulfa. F.

(2015015182)

2. Regita Dwi Wulandari

(2015015196)

3. Maskhur Dwiyanto Aji (2015015198) 4. Nurul Arivin

(2015015202)

5. Diah Tri Wahyuni

(2015015210)

6. Hudani Abdul Hafiz

(2015015214)

Kelas 3 E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2016

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas selesainya tugas dari mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia Tulis dengan makalah yang berjudul “Membaca Intensif Ekstensif dan Rumus Membaca”. Maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.

Tuhan Yang Maha Esa

2.

Ibu Octaviana Muning Sayekti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu yang memberikan tugas

3.

UPT Perpustakaan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang memfasilitasi

4.

Teman-teman yang sudah berkerjasama dalam penyelesaian makalah ini Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 29 September 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii BAB I .............................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 A.

Latar Belakang.................................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C.

Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3 A.

Membaca Intensif ............................................................................................. 3

B.

Membaca Ekstensif ......................................................................................... 23

C.

Rumus Membaca ............................................................................................ 26

BAB III ........................................................................................................................ 30 PENUTUP ................................................................................................................... 30 A.

Kesimpulan .......................................................................................................... 30

B.

Saran .................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31 LAMPIRAN ................................................................................................................. 32

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini banyak orang memerlukan informasi sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat, sehingga segala perubahan yang sangat cepat dapat diketahui segera. Sebagai contoh dapat dilihat dari krisis ekonomi yang sedang dialami sekarang ini, dari permsalahan ini harga selalu berubah dengan cepat informasi semacam itu dapat segera diketahui baik dari media elektronik, seperti televisi, radio, internet, atau media cetak seperti majalah, Koran, dan sebagainya. Secara tidak langsung informasi tersebut dirasakan merupakan kebutuhan utama. Salah satu penyampaian yang bertahan lama dan berjangkauan luas adalah melalui bacaan. Oleh karena tu, kita dituntut untuk mempunyai kemampuan membaca dan kemampuan-kemampuan penunjang lainnya, misalnya kemampuan berbahasa. Berbagai ungkapan yang dikemukakan oleh para ahli tentang pentingnya membaca antara lain, seperti yang dikemukakan oleh Tampubolon (1987 :34) yang dengan tegas mengatakan bahwa dunia kita adalah dunia baca. Untuk mengetahui dari sebagian ilmu pengetahuan dan informasi lainnya, maka diperlukan membaca. Karena membaca kita dapat mengenal dunia baru disekitar kita, bangsa lain, dan sebagainya. Membaca salah satu keterampilan dalam berbahasa yang perlu diperhatikan. Terampil membaca menjadikan siswa memahami dengan baik semua materi pelajaran yang diajarkan. hal ini menandakan bahwa pelajaran membaca pada bidang studi bahasa Indonesia harus mendapatkan perhatian yang lebih besar.

1

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Jelaskan membaca intensif dan ekstensif? 2. Jelaskan rumus membaca? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami membaca intensif dan ekstensif. 2. Untuk mengetahui rumus membaca.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Membaca Intensif Yang dimaksud membaca intensif ataun intensive reading adalah studi seksma telaah teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap satu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosakata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar haruslah dimiliki oleh guru, baik dari segi bantuk maupun dari segi isinya. Tujuan utama membaca intensif adalah untuk memperleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, untuk memperoleh ide-ide yang terdapat dalam suatu bacaan, untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam, mempebanyak kata-kata yang dimiliki, dan mengembangkan kosakata. Jenis-jenis membaca intensif 1. Membaca Telaah Isi a. Membaca Teliti Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan

pendidikan

yang

menyeluruh.

Membaca

teliti

membutuhkan sejumlah keterampilan antara lain: survei yang cepat untuk memperhatikan ulang paragraf dan pendekatan umum, membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf untuk menemukan kalimat judul dan perincian penting, penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel. 1) Membaca paragraf dengan pengertian Suatu paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok. Pokok pikiran tersebut biasanya 3

diekspresikan dalam suatu kalimat judul pada awal paragraf. Ada pula pokok pikiran dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat. Oleh sebab itu perlu kita latih mengenal pikiran pokok tersebut

serta

melihat

bagaimana

caranya

paragraf

mengembangkan pikiran tersebut. Perlu diketahui bahwa terdapat sejumlah cara untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu paragraf, yaitu : a) Dengan mengemukakan alasan-alasan Yaitu pada pargraf ini dapat dilihat bahwa pikiran pokok itu dinyatakan dengan jelas dalam suatu kalimat judul yang digarisbawahi. Penulis paragraf tersebut membuat butirbutir idenya jelas, dengan sistem penomeran. b) Dengan mengutarakan perincian-perincian Yaitu jika pikiran pokok sesuatu paragraf atau keterangan maka penulis akan mengutarakan perincian-perincian yang membuat keterangan yang jelas dan lengkap. c) Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh Sebagai pengganti menerangkan makna kalimat judul, seorang penulis mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia maksudkan. d) Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan Cara lain untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu paragraf adalah dengan perbandingan atau pertentangan dengan komparasi atau kontras. Pembaca hendaknya menyadari

benar-benar

bahwa

butir-butir

komparasi

tertentu sangat penting terutama sebagai suatu penjelasan terhadap pernyataan umum kalimat judul. 2) Membaca pilihan yang lebih panjang Jika kita sudah dapat membaca dengan tepat maka kita akan menghadapi kesukaran untuk menghubungkan dengan 4

bab atau atau artikel yang memuat paragraf tersebut. Kemampuan untuk menghubung-hubungkan paragraf-paragraf tunggal dan kelompok paragraf dengan penggalan keseluruhan tulisan adalah sangat penting dalam membaca teliti. Begitu pula kemampuan untuk membeda-bedakan, antara paragrafparagraf yang memuat serta menyajikan ide ide pokok atau ide ide utama dengan paragraf-paragraf yang semata-mata hanya menguraikan atau menerangkan ide ide dalam paragraf yang terdahulu. 3) Membuat catatan Para mahasiswa biasanya membuat catatan mengenai tugastugas bacanya. Sebagai tambahan terhadap nilai catatan itu sendiri, maka proses aktual pembuatan catatan tersebut akan membantu kita dalam 3 hal, yaitu : a) Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar b) Membuat kita terus-menerus mencari fakta-fakta dan ide yang penting c) Membantu ingatan kita dan menanamkan kesan pada ingatan kita 4) Menelaah tugas Agar pelajaran yang telah diberikan didalam kelas lebih mudah dipahami maka guru sring memberikan tugas atau PR yang harus diselesaikan. Agar siswa dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu, maka mereka telah dibiasakan dengan cara studi SQ3R. Perlu dijelaskan bahwa SQ3R adalah suatu metode studi yang mencakup 5 tahap : survei, question, read, recite, review.

5

a) Survey (penelitian pendahuluan) Periksalah keseluruhan tugas yang diberikan kepada anda. Perhatikan judul serta sub-judul bab utama. Perhatikanlah organisasi bab tersebut. Bacalah secara sekilas paragraf pertama; mungkin merupakan suatu pendahuluan yang bermafaat bagi tugas itu. Bacalah sekilas paragraf terkahir; mungkin saja merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Lihat dan perhatikanlah gambar, fotograf, lukisan para sniman, peta, grafik, diagram yang ada; semuanya itu telah direncanakan untuk menolong pembaca memahami bab tersebut. b) Question (tanya) Pengalaman telah menunjukan bahwa apabila kita membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka kita membaca lebih hati-hati serta seksama dan kita akan mengingat lebih baik apa yang kita baca. Dalam survei yang kita lakukan terhadap tugas itu, kita mungkin talah menemui beberapa butir yang telah membangkitkan rasa ingin tahu. c) Read (baca) Dengan membaca, kita mulai mengisi informasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang kita buat pada proses survei. Bacalah suatu subbab dengan tuntas jangan pindah ke sub bab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas yang pada 2/3 kolom yang disiapkan.

6

d) Recite (ceritakanlah kembali dengan kata-kata sendiri) Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan melakukan proses Recite ini kita bisa melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan suatu subbab. Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.

e) Review (tinjau kembali) Review membantu kita untuk meyempurnakan kerangka pemikiran dalam suatu bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab tersebut. Proses ini dapat dilakukan

dengan

membaca

ulang

seluruh

subbab,

melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.

b. Membaca pemahaman Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan. Membaca pemahaman yang dimaksudkan disini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, pola-pola fiksi. 7

Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis,

urutan-urutan

etoris

atau

pola-pola

teks,

pola-pola

simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

c. Membaca kritis Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Tujuan membaca kritis adalah untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Dalam membaca kritis tersebut pembaca dituntut untuk dapat memahami maksud penulis, memahami organisasi dasar tulisan, dapat menilai penyajian penulis, dapat menerapka prinsip kritis pada bacaan sehari-hari, meningkatkan niat baca dan membaca majalah atau publikasi yang serius.

d. Membaca ide Membaca ide atau reading for idea adalah sejenis kegiatan membaca yang mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Ada suatu prinsip yang harus selalu diingat, yaitu suatu sumber yang kaya akan ide merupakan dasar bagi komunikasi dan kita cenderung berbicara dan menulis dengan 8

baik kalau mereka penuh dengan ide-ide. Pada umumnya membaca adalah untuk memcari informasi dan untuk menikmati apa yang disajikan dalam bacaan tersebut. Dalam menguasai kecepatan membaca, pembaca harus mengetahui beberapa hal, antara lain: 1) Membaca sekilas untuk memproleh beberapa hal sebagai gambaran, 2) Membaca cepat untuk mencari hal tertentu yang dia inginkan, 3) Membaca demi kesenangan, 4) Membaca secara serius bahan-bahan yang penting tanpa menghilangkan satupun hal yang penting dari bacaan. Pembaca yang baik juga harus mengenal media cetak, yaitu : 1) Paperbacks (buku saku, buku berjilid tipis dan kulit kertas) 2) Media grafika (komik,kartun, poto, penyajian statistik, grafis, diagram dan peta) 3) Majalah 4) Surat kabar Dalam bentuk-bentuk kontemporer media cetak tersebut terpendam ide-ide kontemporer yang dapat kita manfaatkan demi kemajuan hidup kita, merupakan sumber yang tidak kunjung kering dengan bahan yang selalu segar.

2. Membaca Telaah Bahasa Pada hakekatnya segala sesuatu terlebih-lebih sesuatu yang kongkrit terdiri atas bentuk dan isi, atau form and meaning, atau jamani dan rohani. Begitu pula dengan bacaan, yang terdiri dari isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah, sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keserasian antara isi dan bahasa sesuatau bahan bacaan mencerminkan keindahan. Membaca telaah bahasa ini mencakup: 9

a. Membaca Bahasa (Asing) atau (Foreign) Language Reading Membaca bahasa asing pada tataran yang lebih rendah umumnya. Tujuan utama membaca bahasa adalah 1) Memperbesar daya kata (increasing word power) Dalam kegiatan membaca bahasa demi memperbear daya kata, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui antara lain: a) Ragam-ragam bahasa Ragam-ragam bahasa dibedakan menjadi lima ragam bahasa, yaitu: bahasa formal atau resmi, bahasa informal, bahasa percakapan, bahasa kasar, bahasa slang, dan bahasa teknis. Bahasa formal adalah bahasa yang dipakai saat-saat resmi oleh orang-orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik. Misalnya: pidato kenegaraan, kuliah di perguruan tinggi. Bahasa informal adalah bahasa yang dipakai pada situasi-situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada secara tulusan. Misalnya: bahasa yang dipakai dalam linkunagan keluarga, bercakap-cakap dengan teman-teman, bahasa surat-surat antara orang-orang yang berkenalan baik, dalam buku harian. Bahasa percakapan adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan, bahasa yang telah biasa kita pakai semanjak kecil. Oleh karena itu merupakan bahasa lisan maka banyak kalimatnya yang singkat-singkat, beberapa

diantaranya

bersifat

fragmant

secara

keterbahasaan tidak lengkap. Bahasa kasar disebut juga bahasa yang tidak baku atau bahasa orang yang buta huruf, bahasa orang yang tidak berpendidikan, memang jelas serta mempunyai cara sendri, 10

tetapi tidak dipergunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku. Bahasa slang adalah bahasa yang ditujukan pada kelompok-kelompok khusus serta terbatas dan oleh Karena itu jarang atau tidak pernah secara efektif dalam tulisan ditujukan pada pembaca umum. Bahasa slang beersifat kesementaraan, hari ini bermakna suatu hal, besok lusa tidak lagi. Bahasa teknis adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu (dokter, hakim, insinyur, dll) yang telah mengembangkan kosa kata sendiri b) Mempelajari makna kata dari konteks Untuk memiliki suatu kosa kata yang efektif, maka kita harus membuat suatu upaya tertentu untuk memperoleh kata-kata baru untuk menempati wadah kata-kata yang cenderung kita buang atau kita hindari itu. Yaitu dengan cara melalui pengalaman dan melalui bacaan. Melalui pengalaman, semakin banyak pengalaman yang kita miliki maka semkin kaya pula kosa kata kita. Subjek-subjek baru kita telaah, tempat-tempat baru kita kunjungi, tugas-tugas baru, kawan serta teman baru kita peroleh, semua ini membantu memperluas, memperkaya kosa kata. Melalui bacaan, salah satu cara yang terbaik untuk memperoleh kata-kata baru adalah melalui bacaan kita. Sadar atau tidak sadar, kita praktis membaca sepanjang waktu. Kita membaca novel, majalah, tanda-tanda dan iklan dalam bus, dan aneka ragam hal yang terjadi sehari-hari.

11

Cara konteks mencerminkan makna suatu katayaitu dengan beberapa diantaranya: 1. Konteks dapat membatasi kata Kita sering menemui definisi-definisi dalam buku, majalah, dan bacaan lainnya. Setiap penulis yang seksama akan berusaha membatasi istilah-istilah yang dipakainnya. Contoh: Dari karyanya dapat disimpulkan bahwa pengarang menganut paham realism yaitu suatu cara menulis yang hanya memperhatikannya materi dan yang kelihatan dari luar, dari penghidupan, hannya memperhatikan gejala, menulis apa yang dilihat, hanya menulis kenyataan yang kelihatan. Tidak boleh lebih maupun kurang. 2. Konteks dapat memasukkan sutu perbandingan atau pertentangan, suatu komparasi

atau konteks, yang

dapat menolong kita memahami makna kata. Contoh: Jelas, sistem pendidikan kolonial tidak sesuai lagi pada masa kini. Yang harus kita kembangkan adalah suatu sitem pendidikan nasional yang harus bersifat “multifungsi” yang

harus

ditentukan

berdasarkan

keluaran

yang

diinginkan. 3. Suasana (mood atau sence) sebagai suatu keseluruhan yang dapat mencerminkan makna kata. Contoh: Hasil observasi serta pemilihan data yang obyektif yang bersifat luas atau ekstensif berdasarkan data nyata. c) Bagian-bagian kata Sebagai tambahan terhadap penggunaan petunjukpetunjuk konteks untuk menentukan makna sesuatu kata baru, tetapi tidak semua kata yang terdiri atas bagian seperti berikut: Prefiks (awalan), Root (akar atau dasar kata), Suffiks (akhiran), dan Infiks (sisipan). 12

Contoh : ber-( awalan ), ke-an ( awalan + akhiran ), in ( prefiks ) d) Menggunakan kamus Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa. Bahasa adalah sesuatu yang hidup, tumbuh, berkembang, dan berubah. Dan seperti juga halnya bahasa berubah maka kamus pun harus berubah, karena kamus tidaklah mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi justru sebaliknya kamus harus mengikuti. Kamus akan mengatakan secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata. e) Makna-makna varian Kita harus memiliki kebiasaan memperhatikan makna-makna yang berbeda-beda yang dikandung oleh sesuatu kata. Kita harus paham akan homonim yaitu katakata yang sama bentuknya namun berlainan maknanya. Misalnya: Kukur I

“ alat parut”

Kukur II

“bunyi balam atau burung tekukur”

Tanjung I

“sejenis bunga”

Tanjung II

“tanah yang menjorok kelaut”

Jelas bahwa penggunaan kata yang tepat, kata yang benar-benar sesuai dalam kalimat, menuntut kecermatan yang bijaksana dari pembaca. f) Idiom ( Pengungkapan ) Idiom adalah sebagai tambahan terhadap maknamakna harfiah kata-kata individual, maka kita kerap kali menemui

kelompok-kelompok

kata

yang

menuntut

perlakuan khusus. Idiom tidak dapat dimengerti dari makna 13

terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata-kata itu harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan. Buah baju

“kancing”

Buah tangan

“oleh-oleh”

Buah hati

”kekasih”

g) Sinonim dan antonim Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam peningkatan daya kata, maka kita pun perlu mengetaui bagaimana cara mempergunakan sinonim dan antonim dalam berbicara dan menulis, serta memahaminya dalam kegiatan membaca. Sinonim

adalah kata-kata

yang

mempunyai makna umum yang sama atau persamaan, tetapi berbeda daam konotasi atau nilai kata. Contoh: mati

’’meninggal dunia” ’’menghembuskan nafas terakhir” ’’wafat’’ ’’mampus”

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan makna. Contoh:

kaya-miskin cantik-jelek kurus-gendut

h) Konotasi dan denotasi Konotasi memiliki makna kata yang lebih daripada yang dikatakan, konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati secara mendalam dan membangkitkan arusarus

dalam

yang

terpendam

yang

kadang-kadang

mempesona kita dengan kejutan. Kata ibu misalnya, seringkali dihubungkan dengan kasih-sayang, kelembutan, 14

pengorbanan dan asuhan. Sedangkan denotasi mengacu pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang disepakati oleh kebanyakan orang. i) Derivasi kata Telaah mengenai asal usul kata atau derivasi kata. Kalau kita ingin memperoleh kosa kata kita serta meningkatkan daya kata maka pengetahuan mengenai derivasi atau asal usul kata sangat penting. Dalam perbendaharan sering kali kita menemui banyak kata asing yang turut memperkaya kosa kata bahasa kita. Kata-kata asng tersebut berasal dari bahasa-bahasa Arab, Belanda, Sansekerta, Cina, Portugis,dan Persia. 2) Mengembangkan kosa kata kritik (developing vocabulary) Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Ini merupakan daya

memilih

serta

mempergunakan

kata-kata

yang

mengekspresikan makna serta jelas dan tepat. Yang satu lagi adalah daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak. Ini adalah daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut, sehingga bagian tempatnya muncul dan dapat dimengerti. Upaya memperbesar daya kata hanya dapat berhasil dengan baik bila diikuti oleh upaya mengembangkan serta memperkaya kosa kata, terlebih-lebih kosa kata yang ada kaitannya dengan kritis. Dalam upaya mengembangkan kosa kata ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antara lain: a) Bahasa kritik sastra Beberapa dari pendapat orang, makna-makna itu tidak datang dari suatu kamus, melainkan berada dari dalam pikiran 15

dan ingatan orang. Orang mencoba menurunkan makna-makna tersebut dalam tulisan, dan makna-makna itu dipindahkan seseorang ke pikiran orang lain. Dua hal penting mengenai fakta kata-kata yaitu kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu makna dan kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya. Kritik adalah mencari kesalahan atau menyensur kata. Namun kata itu juga dipergunakan untuk menamai kegiatan menganalisis

serta

membuat

penilaian-penilaian

(

pertimbangan-pertimbangan ). Kata-kata penilaian dari kritik yang mengutarakan informasi khusus kepada orang lain. Misalnya : apa yang dapat dikatakan mengenai pribadi, gaya, inteligensi, atau karakter. Pribadi

Gaya

Inteligensi

Karakter

hangat

kasar

cepat

egois

menyendiri

luwes

lincah

tidak egois

menyelok

penjilat

lambat

egosentris

menakutkan

rendah hati

siap sedia

terpercaya

Ada kata-kata yang mengekspresikan kemurahan hati ketidaksetujuan, ketidakacuhan, ketidakpastian dengan tepat dan jelas. Semua itu merupakan alat atau sarana berpikir jelas dan tepat. Mempelajari kata-kata tersebut dengan maksud agar kita dapat mempergunakannnya secara tepat berarti membuka semua dunia baru tepat intelegensi kita dapat beroperasi. Dan ini semua modal yang sangat berharga untuk memahami bahan bacaan. b) Memetik makna dari konteks Dalam mempergunakan petunjuk-petunjuk konteks itu, hendaklah selalu diingat bahwa kita tidaklah bermaksud 16

mencoba

memperoleh

makna

secukupnya

agar

dapat

meneruskan bacaan, agar dapat memahami bagian tersebut sebagai suatu kebulatan. Contoh: (a)

Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisi ”tidak dapat bicara”).

(b)

Waktu ditannya oleh polisi, pencuri itu bisu seribu kata (bisu “diam”).

(c)

Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata-kata makian. (membisukan diri “menahan diri, berdiam diri”) Ketiga makna “bisu” dalam ketiga bagian atau kalimat di

atas mengilustrasikan kenyataan bahwa ragam-ragam makna dalam suatu kata tidak pernah mencerminkan dalam suatu bagian tertentu. Makna denotatif adalah suatu kata yang sering kita sebut yang dapat kita terapi oleh kata tersebut. Makna denotatif ini juga disebut makna ekstensional yaitu segala sesuatu dalam dunia pengalaman yang dapat dilukiskan atau diwakili oleh suatu lambing. Contohnya adalah kucing ( kucing saya yang belang ) Makna designatif adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu yang diterapkan padanya. Makna konotatif adalah segala sesuatu yang disarankan, yang dianjurkan oleh kata itu, segala sesuatu yang teringat atau yang diingatkan jika kita memikirkan sesuatu yang dinamai oleh kata itu. c) Petunjuk-petunjuk konteks Suatu kata yang belum lazim dalam konteks, bagian tempat kata tersebut muncul. Kadang-kadang petunjuk ini memang 17

jelas dan nyata. Sedangkan pada saat-saat lain, petunjuk itu hanya memberikan makna yang cukup membuat bagian tersebut dapat dimengerti. Pengetahuan mengenai aneka petunjuk konteks dan bagaimana caranya berorientasi, akan memberi bantuan yang sangat berharga dalam membaca dan menyimak secara matang segala sesuatu yang disodorkan kepada kita. Secara

garis

besar,

terdapat

lima

cara

konteks

mencerminkan makna, yaitu: (a) Definisi atau batasan Metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada saat itu juga. Setiap penulis yang baik yang ingin membuat dirinya dimengerti akan berusaha sekuat daya membatasi istilahistilah yang dipergunakannya. Contoh: Sekarang

dia

sedang

memperdalam

pengetehuannya

mengenai psikolinguistik, “suatu pendekatan gabungan antara psikologi dan linguistik terhadap telaah belajar bahasa-bahasa dalam pemakaian perubahan, dan hal-hal yang berhubungan yang kurang begitu dapat dicapai terhadap salah satu ilmu itu secara terpisah”. (Lado, 1976 : 220). (b) Contoh Kadang-kadang seorang penulis mengemukakan satu atau lebih contoh untuk memperlihatkan makna apa yang hendak dimaksudkannya bagi kata itu. Kerapkali contohcontoh diperkenakan dengan kata-kata syarat seperti: khususnya, seperti, terutama sekali, misalnya. Kata-kata 18

isyarat dapat menunjukan suatu contoh yang dapat mencerminkan makna kata baru. Contoh: Dalam bahasa simalungun kita menjumpai sejumlah prefiks pembentuk kata kerja seperti man, per, pa, tar, (tarigan 1977:35) (c) Uraian baru (atau restatement) kadang-kadang seseorang penulis menjelaskan suatu istilah atau frase dengan jalan menerangkannya dengan cara lain. Contoh: Deskripsi (pemerian) fonem-fonem yaitu kesatuan terkecil yang membedakan arti dalam bahasa simalungun barulah memndapat perhatian pada masa akhir ini. (d) Mempergunakan pengubah (modivier) ada pula dalam suatu frase pengubah, seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah. (e) Mempergunakan

kontras

suatu

pertentangan

yang

memudahkan pembaca menguraikan makna kata baru.

b. Membaca Sastra (Literary Reading) Membaca sastra adalah keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan, antara keindahan bentuk dan keindahaan isi. Dengan kata lain suatu karya sastra dikatakan indah kalau baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan antara keduanya. Penggunaan bahasa dalam karya sastra: 1) Bahasa ilmiah dan bahasa sastra Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra. Memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis laporan-laporan 19

penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis

dalam

kata-kata

denotatif,

walaupun

dalam

penulisannya orang harus berhati-hati untuk menghindarkan kata-kata

yang

mengandung

kontasi-konotasi

yang

tersembunyi. Sebaliknya kali kita menulis cerita pendek, puisi, atau pidato untuk umum, maka biasanya kita mepergunakan kata-kata konotatif karena tulisan-tulisan seperti itu kerap kali menganggap hal-hal yang berhubungan dengan emosi dan nilai-nilai.

2) Gaya bahasa Dalam kekonotatifan bahasa satra, yang melibatkan emosi dan nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra harus lah terlebih dahulu di bekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan mengenal serta pemahaman sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih meantap lagi menikmati keindahan karya sastra tersebut. Hal-hal mengenai gaya bahasa: (a) Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan, dan analogi. a. Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Contoh: “Nani adalah gadis ramah tetapi sukar di dekati, sukar di tebak isi hatinya”. b. Kesamaan berbeda dari metafora. Dalam hal: Kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan anatara dua hal, maka gaya bahasa 20

kesamaan atau menyatakan kesamaan serta menugaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain. Contoh: Para gembala sardini adalah orang-orang asli pendek, konvensional, pendiam: mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang tandus, seperti batu-batu besar yang agak perasa di kikis masa. c. Analogi Analogi berlainan dengan metafora dan analogi, biasanya melihat beberapa titik kesamaan, buian hanya satu saja. Analogi yang sugestif sering kali menekankan suatu ide. (b) Hubungan, yang mencakup metoninia, dan sinekdohe. Sinekdohe

dan metonimia termasuk gaya bahasa

hubungan keduanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya, yang ada hubunganya. Contoh: Berjuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah.

Tangan-tangan

lunglai

menengadah

memohom rahmat dan karunia Tuhan. Abri menerima calon-calon polisi baru. Metominia adalah penggunaan satu kata bagi yang lainnya yang di maksud: a. Materi bagi obyek yang terbuat dari padanya: Karet bagi penghapus pensil yang terbuat dari karet. b. Pencipta atau sumber sesuatu: Shakespeare

buat

shakerpeare: Jawa bagi kopi jawa 21

drama-drama

karya

c. Sesuatu kata yang ada hubunganya erat dengan obyek: Tribun bagi penonton . Pernyataan. Dari segi tarafnya, pernyataan ini terbagi atas tiga jenis yaitu: a. Pernyataan yang berlebih-lebihan (hiperbola) b. Pernyataan yang di kecil-kecilkan (litotes) c. Ironi (c) Taraf pernyataan, yang mencakup hipperbola, litotes dan ironi. Hiperbola adalah jenis gaya bahsa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud memberi penekanan dalam suatu pernyataan atau situasi, untuk memperhebat, meningkatkan pesan dan pengaruhnya. Contoh: sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti, baik atau cantik. Litotes, kebalikan dari hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecilkecilkan. Contoh: Mohamad Ali bukan petinju yang jelek. Ironi (ejekan) adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan (menyatakan secara tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda. Contoh: Suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidaksopan santunan, barangkali yang karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar orangorang sikap yang terpuji. 22

B. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Pada kondisi tertentu misalnya ujian, kita dituntut untuk dapat mengerti isi paragraf serta menemukan ide pokok dari paragraf tersebut. Dalam waktu yang amat terbatas, tentu membaca per kata bukanlah pilihan yang tepat, oleh karena itu kita dapat membaca secara luas, melihat dari poin ke poin objek bacaannya. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat, dengan demikian membaca efektif dapat terlaksana, untuk memahami isi buku secara cepat atau garis besarnya saja, untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel, dan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran. Secara umum, membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Mensurvei halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks dari teks yang bersangkutan 2. Men-skrim halaman demi halaman teks dengan cepat untuk menemukan gagasan pokok dari halaman-halaman teks 3. Melirik setiap halaman teks untuk menemukan kata atau keterangan tertentu yang diinginkann.

Membaca Ekstensif juga meliputi : 1. Membaca Survei (Survey Reading) Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan cara : a. Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku b. Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan 23

c. Memeriksa,

meneliti

bagan,

skema,

outline

buku

yang

bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting: hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya. Latar belakang pandangan serta ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan cepat atau tidaknya, cepat atau lambatnya mensurvei bahan bacaan yang diinginkan. Memang ada benarnya ucapan orang-orang tua yang mengatakan bahwa permulaan yang baik sudah merupakan setengah dari hasil yang hendak dicapai. 2. Membaca Sekilas (Skimming) Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan

tertulis

untuk

mencari

serta

mendapatkan

informasi,

penerangan. Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu : a. Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel dari suatu bacaan. Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku non fiksi (sejarah, biografi, ilmu pengetahuan, dan seni) dengan cepat maka dapat melakukannya dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih baik sebaiknya mengikuti langkah dengan membuka-buka halaman buku, melihat pada bab dan anak bab, gambar, peta, skema, dan diagram. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan. Salah satu membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu seperti: nomor pemain pujaan pada permainan sepak bola, dari mangkatnya seorang pahlawan, dan jumlah angka kematian lalu lintas. Petunjuk-petunjuk untuk mendapatkan informasi yang tepat dengan cepat : 1) Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan yang akan dijawab. 24

2) Siapkan atau ingat kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal tersebut. 3) Bila mencari informasi dalam suatu buku baiklah kita melihat kata tersebut tercantum dalam indeks. Kalaupun tidak ada carilah dibawah subjek yang lebih luas yang mungkin mencakup bahan atau subjek tersebut. 4) Liriklah setiap halaman dengan cepat, hanya untuk mencari kata atau detail yang diinginkan. b. Untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. Dalam pencarian bahan yang diperlukan diperpustakaan, kitapun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan bukubuku yang sesuai. Kita membaca sekilas melalui pembimbing pembaca untuk menemukan artikel majalah. 3. Membaca dangkal (superficial reading) Membaca dangkal adalah salah satu jenis yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang, misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang mendalam seperti membaca karya-karya ilmiah.

Teknik Membaca Ekstensif a. Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja. 25

b. Teknik

baca-lompat

(skipping)

adalah

membaca

dengan

melakukan lompatan-lompatan membaca. Maksudnya, bagianbagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan. c. Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Teknik ini digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini); (3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan. d. Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan. Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi, dan mengetahui daftar perjalanan.

Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan membaca a. Vokalisasi atau berguman ketika membaca b. Membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara c. Kepala bergerak searah tulisan yang dibaca d. Subvokalisasi: suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita e. Jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kita baca f. Gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya

C. Rumus Membaca Seorang pembaca dikatakan sebagai pembaca yang baik bila mampu mengatur irama kecepatan membaca sesuai dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan bahan yang dibaca serta dapat menjawab 26

sekurang-kurangnya 60% dari bahan yang dibaca. Untuk tingkat pemula, kecepatan membaca diharapkan dapat mencapai 120-150 KPM ( kata per menit). Kecepatan itu diupayakan terus meningkat seiring dengan latihan membaca cepat yang dilakukan secara terus menerus (Adler & Charles, 1986:25). Kemampuan

membaca

adalah

kecepatan

membaca

dan

pemahaman isi, maka dalam mengukur kemampuan membaca yang perlu diperhatikan adalah dua aspek tersebut. Pada umumnya kecepatan membaca diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: jumlah kata yang dibaca

Jumlah KPM = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎 × 60

Contoh: Andai kata yang Anda membaca 1600 kata dalam 3 menit dan 20 detik. Berapakah kecepatan membaca Anda? Jawab: 3 menit 20 detik = 200 detik 1600 20

× 60 = 8 x 60 = 480

Jadi, kecepatan membaca Anda adalah 480 KPM (Soedarso, 2005:14).

Pada umumnya, kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yangb dibaca per menit, dan pemahaman diukur dengan presentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan. Tetapi, hasil pengukuran kedua aspek ini harus diintegrasikan agar dapat menunjukkan kemampuan membaca secara keseluruhan (Integral). Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca:

KM =

𝐾𝐵 𝑆𝑀:60

×

27

𝑃𝐼 100

𝐾𝑃𝑀

Keterangan: KM

= Kemampuan membaca

KPM = Jumlah kata per menit KB

= Jumlah kata dalam bacaan

SM

= Jumlah sekon membaca

PI

= Presentase pemahaman isi

1. Untuk mengukur waktu baca biasanya yang dipergunakan ialah sekon. 2. Yang dimaksud waktu baca ialah jumlah sekon yang dipergunakan untuk membaca seluruh bacaan hingga selesai, tetapi tidak termasuk waktu yang dipakai untuk membaca pernyataan. 3. Angka 60 yang ada dalam rumus dipergunakan sebagai indeks untuk mengubah waktu baca dalam sekon menjadi menit, karena pada umumnya membaca dinyatakan dengan jumlah kata per menit. 4. Yang dimaksud dengan presentase pemahaman isi ialah presentase jawaban yang benar atas pertanyaan yang tersedia ( Baca Tampubolon, 1990).

Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan dapat digunakan dengan cara berikut: 1. Hitung jumlah kata yang terdapat dalam satu baris penuh (dari pinggir kiri ke pinggir kanan pada suatu halaman bacaan). Tuliskan jumlah itu pada selembar kertas catatan. Kata yang bersambung ke baris berikut tidak perlu dihitung. 2. Hitunglah jumlah baris pada halaman bersangkutan dari baris pertama sampai baris terakhir. Baris yang hanya sampai separuh dari panjang baris, atau kurang, tidak perlu dihitung. 3. Kalikanlah jumlah kata pada a dan baris pada b. Hasil perkalian inilah jumlah kata (lebih kurang) yang terdapat dalam halaman bersangkutan. Jika bacaan itu terdiri dari beberapa halaman maka jumlah kata ialah 28

hasil kali dari jumlah kata setiap baris, jumlah baris, dan jumlah halaman (Tampubolon, 1990).

Contoh: KM

= Kemampuan membaca

KPM = Jumlah kata per menit KB

= 500

SM

= 120 detik

PI

= 70 500

70

KM = 120:60 × 100 𝐾𝑃𝑀 = 175 𝐾𝑃𝑀 Tamatan SLTA diharapkan telah dapat membaca setidak-tidaknya dengan kecepatan ± 250 kata per menit dengan pemahaman isi 70%. Dengan kata lain, tamatan SLTA diharapkan telah memiliki setidaktidaknya KM = 175 KPM (70% x 250). Setelah diketahui kemampuan membaca, langkah selanjutnya yaitu mengklasifikasikan tingkat kemampuan membaca dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Jenjang Sekolah

Angka Kecepatan Membaca

SD

150-200 kpm

SLTP

200-250 kpm

SLTA

250-300 kpm

PERGURUAN TINGGI

300-350 kpm

29

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ektensif ini meliputi membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading). Sedangkan membaca intensif adalah studi skema telaah teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap satu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif dibagi menjadi dua yaitu membaca telaah isi, dan membaca telaah bahasa. Untuk mengetahui seberapa kecepatan membaca kita maka dapat dihitung dengan rumus membaca: KM = 𝑃𝐼 100

𝐾𝐵 𝑆𝑀:60

×

𝐾𝑃𝑀.

B. Saran Demikian makalah ini kami buat dengan segala kekurangan maka dari itu kami mohon kritik dan saran pembaca demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan pembaca.

30

DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-membaca-ekstensif dan-Penjelasan-Lengkap.html

31

LAMPIRAN

32

More Documents from "Nur Indah Sholikhati"