Makalah_inklusif_kel_13[1].docx

  • Uploaded by: Andre Prasetyo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_inklusif_kel_13[1].docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,692
  • Pages: 21
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ketika berbicara mengenai anak berkebutuhan khusus, maka hal tersebut tentunya tidak lepas dari hal-hal yang ada di sekolah seperti guru, kepala sekolah, anak didik serta proses belajar mengajar yang terjadi di dalamnya. Di lain hal, dalam dunia pendidikan, pelayanan anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Semua itu tidak lepas dari kita sebgai calon seorang guru menguasai

keahlian dalam menangani anak

berkebutuhan khusus tersebut. Pada kenyataannya, apabila anak berkebutuhan khusus dihandle oleh orang-orang yang kurang terampil, maka anak sulit menerima apa yang diajarkan. Anak berkebutuhan khusus pada dasarnya sama seperti anak-anak yang normal pada lainnya yang hanya membutuhkan suatu penangan khusus dalam berinteraksi dan mengajarkan hal-hal yang sama dilakukan oleh pada anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus harus ditangani melalui pelayanan pendidikan yang disesuaikan yang disebabkan oleh Kondisi sosial-emosi, kondisi ekonomi, kondisi politik, Kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian (Haenudin, 2013 : 29). Pada umumnya anak berkebutuhan khusus memilki klasifikasi ganguan masing-masing yang diantaranya tunalaras, autism, Attention deficit diperatif disorder (ADHD) yang memliki karakteristik yang berbeda-beda dalam kebutuhan masing-masing dari anak tersebut. 1

Melihat begitu kompleksnya anak yang berkebutuhan khusus maka tugas kita sebagai calon seorang pendidik begitu pentingnya mengetahui apa itu pendidikan inklusi dan cara menangani anak yang berkebutuhan khusus tersebut.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu anak berkebutuhan khusus ? 2. Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus ? 3. Apa saja klasifikasi anak berkebutuhan khusus ?

C. TUJUAN PENULISAN Untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Inklusi, mengetahui klasifikasi dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.

D. MANFAAT PENULISAN Untuk mengetahui apa itu anak berkebutuhan khusus, karakteristik anak berkebutuhan khusus dan klasifikasi anak berkebutuhan khusus.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian anak berkebutuhan khusus Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mempunyai kebutuhan baik permanen maupun sementara untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang disesuaikan yang disebabkan oleh : 1. Kondisi sosial-emosi 2. Kondisi ekonomi 3. Kondisi politik 4. Kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian (Haenudin, 2013 : 29) B. Karakteristik anak berkebutuhan khusus 1. Tunalaras Menurut Kauffman dan hallahan dalam arifin murtie (2014 :274) penyandang tunalaras dikatakan sulit berhubungan dengan anak-anak lain karena perilaku mereka yang sulit diterima oleh lingkungan sekitarnya.

Perilaku

anak

tunalaras

sangat

ekstrim,

tidak

mengindahkan norma, dan bersifat menentang.perilaku ini datang sevara bertahap dan disertai dengan adanya gangguan emosi yang tidak menyenangkan bagi orang di sekitarnya. Tunalaras merupakan gangguan prilaku yang terdapat pada anak-anak usia balita sampai sekolah dikarenakan berbagai faktor yang berhubungan dengan kesalahan pola asuh. Tunalaras diartikan

3

pula sebagai keadaan anak yang prilakunya yang tidak sesuai dengan norma sekitar. Gangguan prilaku pada anak tunalaras disebabkan oleh gangguan kepribadian yang mendasarinya. Hal ini menyebabkan anak-anak

tunalaras

sering

bertentangan

dengan

lingkungan

sekitarnya. (arifin murtie, 2014 : 273). Ada beberapa karakteristik anak dengan ketunalarasan akan tetapi karakteristik yang disebutkan berikut ini tidak berlaku secara umum untuk setiap anak yang mengalami gangguan emosional dan prilaku, karena pada dasarnya setiap individu itu unik, arninya mereka mempunyai kekuatan dan kebutuhan masing-masing. beberapa karakteristik itu sebagai berikut: a. Karakteristik belajar Secara intelektual anak dengan kelainan emosional dan prilaku secara tipikal memperoleh nilai yang rendah dalam pengukuran intelegensinya, Cullinan, Epstein & Sabronie (1992) dalam Djadja Rahardja (2006:83). b. Karakteristik sosial Karakteristik terpenting dari anak-anak yang mengalami kelainan emosional dan prilaku adalah kesulitan membina dan mempertahankan hubungan yang memuaskan orang-orang dewasa atau teman-teman sebayanya. Kebanyakan dari mereka khususnya yang memiliki prilaku agresif, mengalami penolakan baik dari

4

orang dewasa atau teman sebayanya. Perilaku agresif merupakan perkiraan utama timbulnya kenakalan dan pengasingan. c. Karakteristik bahasa/komunikasi Kekurangan dalam bidang pragmatik (bahasa yang digunakan dalam lingkungan social) muncul umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa dengan kelainan emosional dan perilaku mempergunakan sedikit kata-kata dalam satu kalimatnya, mempunyai kesulitan untuk tetap berada pada satu topik pembicaraan, dan mempergunakan bahasa yang tidak sesuai dengan pembicaraan social Roggers-Adkinson, (2003) dalam Djaja Rahardja (2006 : 83) 2. Autisme Autisme merupakan kumpulan kelainan yang beragam dari segi penyebab dan manifestasi klinisnya, dengan diagnosis berdasarkan manifestasi

perilaku

yang

kompleks

(gangguan

bersosialisasi,

gangguan berkomunikasi, serta perilaku yang terbatas berulang dan stereotipe). Untuk mendiagnosis autisme tidaklah mudah karena tidak ada pemeriksaan penunjang seperti darah untuk membantu diagnosis autisme. Diagnosis autisme sendiri dibuat berdasarkan observasi terhadap perilaku dan tumbuh kembang anak a. Karakteristik dari segi interaksi sosial Anak dengan autisme dapat dikenali dengan memahami interaksi sosialnya yang ganjil dibandingkan anak pada umumnya.Seperti :

5

1) Menolak bila ada yang mau memeluk 2) Tidak mengangkat kedua lengannya bila diajak untuk digendong 3) Ada gerakan pandangan yang abnormal 4) Gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain 5) Sebagian anak autistic tak acuh dan tak bereaksi terhadap pendekatan orangtuanya,tapi sebagian lainnya malahan merasa terlalu cemas bila berpisah dan melekat pada orangtuanya 6) Gagal dalam mengembangkan permainan bersama temanteman sebayanya, merekalebih suka menyendiri 7) Keinginan untuk menyendiri sering tampak pada masa kanakkanak dan akan makin berkurang sejalan dengan bertambah usianya 8) Tidak mampu memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi social 9) Tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, ataupun untuk mengekspresikan perasaannya baik dalm bentuk vocal ataupun dalam ekspresi wajah. Walaupun mereka berminat untuk mengadakan hubungan dengan teman-teman, sering kali terdapat hambatan karena ketidak mampuan mereka memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosialtersebut.Kesadaran sosial yang kurang ini mungkin yang menyebabkan mereka tidak mampu

6

untuk memahami ekspresi wajah orang, ataupun untuk mengekspresikan perasaannya baik dalam bentuk vocal ataupun dalam ekspresi wajah. Kondisi diatas menyebabkan anak dengan autisme tidak dapat berempati kepada oang lain. b. Karakteristik dari segi komunikasi dan pola bermain Sekitar 50% penyandang autisme mengalami keterlambatan dan abnormalis dalam berbahasa. Hal ini merupakan keluhan yang paling sering disampaikan oleh orang tua anak-anak dengan autisme dan karakteristik penyandang autis. Bergumam yang biasanya pada tahap perkembangan bicara yang normal muncul sebelum dapat mengucapkan kata-kata pada anak penyandang autisme hal ini mungkin tidak nampak. Dalam hal berbicara, bila ada orang berbicara terhadap anak penyandang autisme, sering mereka tidak mampu memahami ucapan yang ditujukan pada mereka.Bila tertarik pada sesuatu objek/benda, biasanya mereka tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk dipakai mengambil objek yang dimaksut. mereka juga mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan bahasa yang sesuai konteksnya.Seperti menggunakan kata ganti orang terbalik, “saya” dipakai sebagai kata ganti untuk orang lawn bicaranya, sedangkan menyebut dirinya sendiri dengan kata ganti “kamu”. Mereka sering terlihat senang mengulang kata-kata yag

7

baru saja mereka dengar atau yang pernah ia dengar sebelumnya tanpa maksut digunakan untuk komunikasi, sering berbicara pada dirinya sendiri, dan mengulang-ulang potongan lagu atau iklan televise dan mengucapkan dalam suasana tidak sesuai Anak-anak ini juga mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik. Misalnya karena ia tidak tahu kapan gilirannya bicara, bagaimana memilih topik pembicaraan. Mereka sering terus mungulang-ulang pertanyaan biarpun mereka telah mengerti jawabannya atau memperpanjang topik pembicaraan yang ia sukai tanpa mempedulikan lawan bicaranya. Anak

ini

berbicara

sering

monoton,

kaku

dan

menjemukan.mereka suka mengatur suara volume dan intonasi suaranya, tidak tahu kapan harus merendahkan volume suara., misalnya membicarakan hal yang pribadi dia tetap berbicara denga keras. Mereka mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaan/emosi melalui suara. Dalam komunikasi non-verbal ia juga mengalami gangguan. Mereka sering tidak menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengungkapkan prasaannya dan untuk merasakanperasaan orang lain seperti menggelengkan kepala, melambaikan tangan , mengangkat alis, dsb. c. Karakteristik dari segi aktivitas dan minat

8

Pada aspek ativitas dan minat, anak penyandang autisme memperlihatkan abnormalitas dalam bermain, seperti stereotipi, diulangulang, dan tidak kreatif.Beberapa anak mungkin tidak menggunakan alat mainannya sesuai dengan yang seharusnya. Demikian juga kemampuan untuk menggantikan satu benda dengan benda lain yang sejenis sering tidak sesuai. Anak penyandang autisme menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru. Misalnya; mereka akan mengalami kesukaran bila jalan yang biasa ia tempuh ke sekolah diubah atau piring yang biasa dipakainya untuk makan diganti. Mainan baru yang berminggu-minggu, kemudian baru ia bisa menerima. Contohnya; seorang anak penyandang autisme menangis bila waktu naik tangga

ibunya

tidak

menggunakan

kaki

kanan

terlebih

dahulu.Mereka juga sering memaksakan orang tuanya untuk mengulang suatu kata atau potongan kata. Dalam hal minat yang terbatas dan sering aneh. Misalnya mereka sering membuang waktu berjam-jam hanya untuk memainkan sakelar listrik, memutar-mutar botol, dsb.Mereka mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dibawa-bawa

dan

menolak

meningglkan

rumah

tanpa

bendabntersebut.Misalnya seorang anak laki-laki autism selalu membawa-bawa sebuah batu kemana saja dia pergi.Sehingga batu tersebut sudah menjadi sangat licin dan bersih.

9

3. Attention deficit diperatif disorder (ADHD) ADHD adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang.. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi perasaan yang meletupletup,

aktifitas

yang

berlebihan,

suka

membuat

keributan,

membangkang dan destruktif yang menetap. Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang sering dinyatakan dalam urutan frekuensi adalah (Kaplan, 1997) : a. Hiperaktivitas b. Gangguan motorik perceptual c. Labilitas Emosional d. Defisit koordinasi menyeluruh e. Gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal menyelesaikan tugas, inatensi, konsentrasi yang buruk) f. Impulsivitas g. Gangguan daya ingat dan pikiran

10

h. Ketidakmampuan belajar spesifik i. Gangguan bicara dan pendengaran j. Tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar C. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus 1. Tunalaras William M. Cruickshank (1975 : 567) mengemukakan bahwa anak yang mengalami hambatan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam kategori : a. The semi-socialize child Anak pada kelompok ini dapat berhubungan sosial tetapi terbatas pada keluarga atau kelompoknya. Anak tersebut datang dari lingkungan yang menganut norma bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga anak tersebut selalu merasa ada suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya. b. Children arrested at a primitive level or socialization Anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada level atau tingkatan yang rendah dan tidak pernah mendapat bimbingan sikap ke arah sosial serta terlantar dari pendidikan, sehingga dapat melakukan apa saja yang dekehendaki. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang tua yang berakibat anak tersebut

11

cenderung dikuasai nafsu tetapi masih dapat memberikan respon pada perlakuan ramah. c. Children with minimum socialization capacity Anak pada kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap sosial. Hal ini dapat disebabakan olwh faktor pembawaan/ kelainan atau tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak-anak tersebut bersikap apatis dan egois. Demikian pula anak yang mengalami gangguan emosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Neurotic behavior (perilaku neurotik) Anak pada kelompok ini masih dapat berhubungan sosial dengan orang lain, tetapi anak-anak tersebut mempunyai masalah yang tidak mampu diselesaikannya sendiri. Mereka sering merasa bersalah atau bertindak untuk mencuri dan bermuduhan. Anak-anak tersebut dapat diterapi oleh seorang konselor. Keadaan ini dapat disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak, atau karena pengaruh pendidikan. b. Children with psychotic processes Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan khusus. Anakanak tersebut sudah menyimpang dari kehidupan nyata, tidak

12

memiliki kesadaran dan tidak memiliki identitas diri. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf akibat keracuanan minuman keras atau obat-obatan. Oleh karena itu penanganannya lebih sulit sehingga layanan pendidikannya disesuaikan dengan kemajuan terapi. Anak-anak tersebut juga kadang memerlukan perawatan medis, karena gangguan yang dialaminya bersifat organis. (Sutjihati Somantri, 2006 : 69-73) 2. Autisme Dalam berinteraksi sosial anak autismetikdikelompokan atas 3 kelompok yaitu: a. Kelompok Menyendiri 1) Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya 2) Bertedensi kurang menggunakan kata-kata, dan kadangkadang sulit berubahmeskipun usianya bertambah lanjut. Dan meskipun ada ada perubahan,mungkin hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana saja. 3) Menghabiskan harinya berjam-jam untuk sendiri, dan kalu berbuat sesuatu,akan melakukannya berulang-ulang. 4) Gangguan perilaku pada kelompok anak ini termasuk bunyi-bunyi aneh,gerakan tangan, tabiat yang mudah marah, melukai diri sendiri, menyerangteman sendiri, merusak dan menghancurkan mainannya. b. Kelompok Anak Autisme yang Pasif

13

1) Lebih bisa bertahan dengan kontak fisik, dan agak mampu bermain dengan kelompok teman bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari teman sendiri. 2) Mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak meskipun

masih

agak

terlambat

bisa

berbicara

dibandingkan dengan anak sebaya. 3) Kadang-kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang-kadang pula dibumbui kata yang kurang dimengerti. 4) Kelompok pasif ini masih bisa diajari dan dilatih dibandingkan dengan anak autisme yang menyendiri dan yang aktif tetapi menurut kemauannya sendiri. c. Kelompok

Anak

Autisme

Yang

Aktif

Tetapi

Menurutkemauannya Sendiri 1) Kelompok ini seperti bertolak belakang dengan kelompok anak autisme yangmenyendiri karena lebih cepat bisa bicara dan memiliki perbendaharaan katayang paling banyak. 2) Meskipun dapat merangkai kata dengan baik, tetapi tetap saja terselip kata-kata yang aneh dan kurang dimengerti. 3) Masih bisa ikut berbagi rasa dengan teman bermainnya.

14

4) Dalam berdialog, seringmengajukan pertanyaan dengan topik yang menarik,dan bila jawaban tidak memuaskan atau pertanyaannya dipotong, akan bereaksi sangat marah 3. Attention deficit diperatif disorder (ADHD) Menurut DSM IV (dalam Baihaqi &Sugiarman, 2006: 8) kriteria ADHD adalah sebagai berikut : a.Kurang Perhatian Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejalaberikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. 1) Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya. 2) Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain. 3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung 4) Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas ditempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau gagal untuk mengerti intruksi).

15

5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan 6) Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lainnya. 7) Seringkali menghindar, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menyentuh usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah 8) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan 9) Sering lekas lupa dan menyelesaikan kegiatan sehari-hari. b. HiperaktivitasImpulsifitas Paling

sedikit

enam

atau

lebih

dari

gejala-gejala

hiperaktivitas impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 sampaidengan tingkat yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan. 1) Hiperaktivitas a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk

16

c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif) d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor, dan f) Sering berbicara berlebihan 2) Impulsifitas a) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai b) Mereka sering mengalami kesulitan menantigiliran c) Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya memotong pembicaraan atau permainan c. Beberapa

gejala

hiperaktivitas

impulsifitas

atau

kurang

perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun d. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi e. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan f. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya

17

18

BAB III Penutup A. Kesimpulan Pendidikan anak berkebutuhan khusus ini bertujuan untuk membantu proses perkembangan pada anak yang memiliki masalah berkebutuhan khusus dalam belajar dan berinteraksi dalam lingkungannya. Dalam dunia pendidikan, pelayanan anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, agar anak tersebut mendapatkan pelayanan pendiodikin seperti anak pada umunya. B. Saran Sebagai calon seorang guru atau pendidik kita harusa mengetahui dan memahami semua hal yang berkaitan dengan pendididikan termasuk pendidikan untuk anak yang berkebutuhan khusus. Dan kita diharapkan memberikan pelayanan untuk anak yang berkebutuhan khusus dengan baik sesuai dengan kekurangan anak tersebut agar anak dapat memahami dan menangkap apa yang telah kita ajarkan kepada anak tersebut.

19

Daftar pustaka

Baihaqi & Sugirman.2006.Memahami dan membantu Anak ADHD.Bandung: Refika Aditama

Haenudin. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, Jakarta : Luxima Media Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7. TerjemahanWidjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. Murtie. Arifin, 2014, Ensiklopedia Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta : Redaksi Maxima Rahardja, Djadja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar BiasaCriced :University of Tsukuba Somantri. Sutjihati, 2006, Psikologi Anak Tunalara, Bandung : PT Refika Aditama

20

.

21

More Documents from "Andre Prasetyo"