Makalah_filsafat_ilmu.docx

  • Uploaded by: Valensius Primsa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_filsafat_ilmu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,458
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Ilmu mulai merebak di awal ke dua puluh. Namun Francis dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad ke sembilan belas dapat dikatakan sebagai peletak dasar Filsafat Ilmu dalam hasanah bidang filsafat secara umum. Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu Filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Dengan kata lain dengan Filsafat Ilmu kita dapat berpikir secara mendalam untuk memperoleh kebenaran-kebenaran yang ingin kita dapat, serta menghindari kesesatan atau kekeliruan baik dalam pemikiran-pemikiran manusia juga kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah digali dari sebuah fenomena-fenomena tang terjadi dialam maupun pada manusia itu sendiri. Manusia yang telah dianugerahi akal fikiran oleh Allah SWT untuk mengkajimenjadi

sebuah

pengetahuan

yang

bertujuan

atas

pencapaian

kesejahteraan umat manusia.Sebelum kita menuju lebih dalam tentang judul makalah kami yakni “ Kebenaran dan Kesesatan Ilmu Pengetahuan” , kami memaparkan terlebih dahulu apa pengertian dari Ilmu Pengetahuan itu sendiri. Apa sih Ilmu Pengetahuan itu?Ilmu Pengetahuan ialah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusunsecara sistematis sebagai hasil penelitian dengan menggunakam metode tertentu. Ilmu pengetahuan digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebenaran berdasarkan teori-teori yang telah dicetuskan oleh para ilmuwan dengan menggunakan

berbagai

relevansi.

Hal

itu

dilakukan

bertujuan

untuk

mempertahankan suatu kebenaran Ilmu Pengetahuan. Kebenaran merupakan hasil

1

penilaian, sehingga yang merupakan masalah adalah apa yang menjadi dasar dari penilaian itu sendiri. Dalam menentukan sesuatu itu benar, pada dasarnya kita mengukurnya dari dua kemungkinan, ialah yang disebut kebenaran aprioris atau kebenaran hipotetis dan kebenaran aposterioris atau kebenaran empiris. Kebenaran aprioris adalah kebenaran yang didasarkan pada akal semata-mata, dengan alat logika tanpa memerlukan bukti empiris, sedangkan kebenaran aposterioris atau kebenaran setelah pengalaman, adalah kebenaran yang ditemukan dilapangan melalui suatu abstraksi berupa ukuran-ukuran dari wujud apa yang ingin diketahui itu. Ini adalah kebenaran Ilmu Pengetahuan yang saat ini banyak berlandaskan teori mengenai ilmu Pengetahuan dari Kant, kemudian Comte dan sebagainya. Namun pada faktanya, ada pula kejahatan yang dilakukan oleh para ilmuwan dengan suatu tujuan tertentu sehingga menyebabkan adanya kesesatan ilmu pengetahuan.Dalam ilmu filsafat kita diajarkan untuk meresapi tiap tiap kata supaya tidak terjadi kesalahan penalaran atau kesesatan yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahasa atau penyalahan relevansi. Kesesatan merupakan bagian dari logika, dikenal juga sebagai fallacia/falaccy, dimana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. B. Rumusan Masalah 1. Apa Arti dari Berpikir ? 2. Apa Hakikat Berpikir? 3. Kesalahan-Kesalahan Apa Saja Yang Ada Dalam Berpikir ? 4. Apa yang dimaksud Teori Kebenaran dan Kesalahan ? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Arti dari Berpikir 2. Mengtetahui Hakikat Berpikir? 3. Mengetahui Kesalahan-Kesalahan dalam Berpikir 4. Mengetahui yang dimaksud Teori Kebenaran dan Kesalahan

BAB II

2

PEMBAHASAN A. Arti Berpikir Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang. Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut: 1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenisjenis berpikir asosiatif: a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya. b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya. c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.

3

2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan. b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya. Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya. Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan: 1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu. 2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian. Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh: 1. Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.

4

2. Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar. B. Hakikat Berpikir Hakikat berpikir itu mencakup : 1. Pengertian Berpikir Secara umum maka tiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir. Umpamanya, jika seseorang bertanya,”apa yang sedang kamu pikirkan?”, mungkin jawabannya, “saya sedang memikirkan keluarga saya”. Hal ini berarti bahwa bayangan, kenangan dan sebagainya hadir dan ikut-mengikuti dalam kesadaran saya. Karena itu maka definisi yang paling umum dari berpikir adalah perkembangan idea dan konsep. Pemikiran yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara berpikir yang berdisiplin, dimana seseorang yang berpikir sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu dalam hal ini adalah pengetahuan. Menurut pemikir komunis

pemikiran adalah hasil

dari refleksi

(pemantulan) fakta terhadap otak. Artinya, pengetahuan mereka tentang fakta. Pemikiran itu terbentuk dari fakta, otak, dan proses refleksi fakta terhadap otak. Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat lain mengatakan bahwa pemikiran adalah pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Pikiran adalah bisikan kata yang amat lembut. Burhanuddin Salam berpendapat bahwa berpikir merupakan suatu bentuk kegiatan akal/ratio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai kebenaran. Aktivitas

5

berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manisfestasinya ialah : mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasanalasan,

membuktikan

sesuatu,

mengolong-golongkan,

membandingkan-

bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu bentuk kegiatan akal manusia yang diarahkan oleh pengetahuan melalui panca indera, diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2. Metode berpikir Metode berpikir adalah cara yang menjadi dasar bagi berlangsungnya aktivitas akal atau aktivitas berpikir sesuai dengan karakter dan faktanya. Salah satu metode berpikir adalah metode rasional. Metode rasional adalah metode tertentu dalam pengkajian yang ditempuh untuk mengetahui realitas sesuatu yang dikaji, dengan jalan memindahkan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan adanya sejumlah informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Selanjutnya, otak akan memberikan penilaian terhadap fakta tersebut. Penilaian ini adalah pemikiran atau kesadaran rasional. Metode rasional adalah metode alamiah untuk menghasilkan kesadaran/pemahaman (al-idrakcomprehension) sebagaimana adanya suatu kesadaran/pemahaman. Proses metode inilah yang akan dapat mewujudkan aktivitas akal-atau dengan kata lain, mewujudkan kesadaran terhadap segala sesuatu. Metode ini merupakan satusatunya metode berpikir. Di luar metode ini –yang acapkali disebut metode berpikir, seperti metode ilmiah (at-thariqah al-‘ilmiyyah, scientific method)dan metode logika ( at-thariqah al-mantiqiyyah, logical method)-hanyalah merupakan cabang dari metode rasional-seperti metode ilmiah- atau merupakan salah satu cara yang dituntut dalam pengkajian sesuatu, atau merupakan sarana-sarana pengkajian sesuatu, seperti apa yang disebut metode logika. Semua ini bukanlah

6

metode-metode dasar dalam proses berpikir. Ini dikarenakan metode berpikir hanya satu yakni berpikir rasional. Pada referensi yang sama terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa ada dua metode dalam berpikir, yaitu : 1. Metode ilmiah ( at-thariqah al‘aqliyyah, rational method), 2. Metode rasional (at-thariqah al-‘ilmiyyah, scientific method). Namun metode ilmiah tidak layak diterapkan kecuali pada beberapa cabang pengetahuan, yaitu pada cabang pengkajian terhadap benda material yang tunduk pada percobaan. Sebaliknya, metode rasional layak diterapkan pada segala pembahasan. Sekilas pendapat ini jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, namun setelah dianalisa lebih lanjut pada dasarnya kedua metode ini tidak bertolak belakang, sebab keduanya sepakat mengatakan bahwa metode rasional adalah metode inti dalam berpikir sedangkan metode ilmiah adalah bagian dari metode rasional. 3. Azas-azas pemikiran Dalam aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh logika disebut Asas berpikir. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal darimana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka “Asas Pemikiran” adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi : a. Asas identitas Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berpikir tanpa asas ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengetahui bahwa sesuatu itu adalah Z maka ia adalah Z dan bukan A, B, atau C. b.

Asas kontradiksi 7

Prinsip ini mengatakan bahwa penginkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas identitas. Dengan kata lain : dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. c. Asas penolakan kemungkinan ketiga Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya

terletak

pada

salah

satunya.

Pengakuan

dan

pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. C. Kesalahan-Kesalahan dalam Berpikir Istilah teknis kesalahan adalah sofisme. Yang dimaksud dengan kesalahan adalah pemikiran yang menyesatkan. Menyesatkan karena nampaknya benar, tetapi sebenarnya tidak. Tetapi pengertian kesalahan juga dapat diterapkan pada setiap aksi akal budi yang tidak sah karena sebenarnya kesalahan itu disebabkan tidak mematuhi hukum-hukum atau aturan-aturan pemikira. Kesalahan dalam berpikir (sesat pikir) ialah kekeliruan penalaran yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata-kata yang secara sengaja atau tidak, telah menyebabkan pertautan atau asosiasi gagasan tidak tepat. Sedangkan menurut Sumaryono, sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Kesalahan penalaran dapat terjadi pada siapa saja, bukan karena Kesalahan dalam fakta-fakta, tetapi dari bentuk penarikan kesimpulan yang salah karena tidak dari premis-premis yang menjadi acuannya, Kesalahan berpikir dapat terjadi dalam berbagai hal, antara lain sebagai berikut. 1. Definisi

8

Dalam membuat definisi yang tidak memperjelas (kata-katanya sulit, abstrak, negatif, dan mengulang). Misalnya, hukum waris adalah hukum untuk mengatur warisan. Definisi ini salah karena mengulang apa yang didefinisikan. 2. Penggolongan a. Dasar penggolongan tidak jelas. b. Tidak konsisten. c. Tidak lengkap karena tidak bisa menampung seluruh fenomena yang ada. 3. Perlawanan Kontraris, dikira hukumnya: jika salah satu proposisi salah maka yang lain tentu benar. Misalnya: jika semua karyawan korupsi dinilai salah berarti semua karyawan tidak korupsi pasti benar. Dalam contoh ini karena termasuk kontraris maka pernyataan semua karyawan tidak korupsi seharusnya bisa benar atau bisa salah. 4. Dalam mengolah proposisi majemuk Menyamakan antara proposisi hipotesis kondisional dan proposisi hipotesis bikondisional. Misalnya, jika mencuri maka dihukum, berarti jika dihukum bisa karena mencuri atau yang lainnya. D. Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Dalam Berpikir Ada beberapa hal yang mengakibatkan kesalahan berfikir dan itu sering tidak disadari orang, baik orang yang berfikir sendiri, maupun orang yang mengikuti buah pikiran itu. Ini pun dalam logika dirumuskan dan diberi nama. Sebelum kamu memajukan hal-hal yang betul-betul merupakan kesalahan berfikir, kami sebut dulu dua hal yang sebetulnya bukan kesalahan, tetapi sering membingungkan dan disalahgunakan, untuk membawa orang lain ke konklusi yang salah. Di dalam logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh Kesalahan karena adanya kata-kata yang disebut homonim, yaitu kata yang memiliki banyak arti yang dalam logika biasanya disebut kesalahan semantik atau bahasa. Kesalahan semantik itu dapat pula disebut ambiguitas. Adapun untuk menghindari

9

ambiguitas dapat dengan berbagai cara, misalnya menunjukkan langsung adanya Kesalahan semantik dengan mengemukakan konotasi sejati. Memilih kata-kata yang hanya arti tunggal, menggunakan wilayah pengertian yang tepat, apakah universal atau partikular. Dapat juga dengan konotasi subyektif yang berlaku khusus atau obyektif yang bersifat komprehensif. Kesalahan di dalam logika induktif dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi, pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau penggolongan karena penggolongannya tidak lengkap atau tumpang tindih maupun masih campur aduk. Kesalahan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu hipotesis bersifat meragukan yang bertentangan dengan fakta. kemudian yang berkaitan dengan sebab adalah antiseden yang tidak cukup, dan analisis yang perbedaannya tidak cukup meyakinkan. Tidak cukupnya perbedaan itu menjadikannya suatu kecenderungan homogen, masih pula terdapat kebersamaan yang sifatnya kebetulan. Kesalahan juga terjadi karena generalisasi yang tergesagesa, atau analogi yang keliru. Kesalahan juga terjadi karena suatu argumen ternyata memuat premis-premis yang tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari. Sebuah argumen yang premis-premisnya tidak berhubungan dengan kesimpulannya merupakan argumen yang “salah” sekalipun semua premisnya itu mungkin benar. E. Jenis-jenis Kesalahan dalam Berfikir Pada umumnya kesalahan berfikir dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu kesalahan karena bahasa, kesalahan formal dan material. 1. Kesalahan karena bahasa. Kesalahan berfikir karena bahasa dapat terjadi karena kesalahan sebagai berikut: a. Menggunakan term ekuivokal. Term ekuivokal adalah term yang memiliki makna ganda, misalnya jarak dapat berarti ruang sela antara benda atau tempat, tetapi dapat juga berarti pohon yang sering ditanam sedemikian rupa dan berfungsi sebagai pagar. Kesalahan dalam berfikir yang disebabkan oleh penggunaan term ekuivokal disebut sesat pikir ekuifokasi (fallacy of ekuifokation)

10

b. Menggunakan term metaforis Term metaforis adalah kata atau sekelompok kata yang digunakan bukan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya: pemuda adalah tulang punggung negara. Sesat pikir yang disebabkan oleh penggunaan term metaforis disebut sesat pikir metaforisasi (fallacy of metaphorization) c. Menggunakan aksen yang membedakan arti suatu kata. Ada kata-kata yang apabila aksennya dirubah, akan memiliki arti yang berbeda. Misalnya apel: jika tekanan terletak pada huruf “A” artinya ialah pohon / buah apel, tetapi jika tekanan terdapat pada suku kata “Pel” artinya ialah apel bendera, dan sebagainya. Kesalahan berfikir yang terjadi karena aksen disebut sesat fikir aksen (fallacy of accent) d. Menggunakan konstruksi kalimat bermakna ganda. Kalimat yang bermakna ganda disebut amfiboli (amphiboly). Amfiboli terjadi apabila sebuah kalimat disusun sedemikian rupa sehingga arti kalimat itu dapat ditafsirkan secara berbeda-beda. Contoh: Ali mencintai kekasihnya, dan demikian pula saya! Kalimat itu bisa berarti Ali mencintai kekasihnya, dan saya juga mencintai kekasih Ali. Atau bisa juga berarti Ali mencintai kekasihnya, dan saya mencintai kekasih saya. e. Kesalahan dalam komposisi (fallacy of composition) Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya, seperti: setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut negara itu sudah siap tempur. (Mundiri, 1996) f. Kesalahan dalam pembagian (fallacy of division) Kesalahan

berpikir

karena

menetapkan

sifat

yang

ada

pada

keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, seperti: komplek ini dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas. (Mundriri, 1996) 2. Sesat Pikir Formal

11

Sesat pikir formal terjadi karena melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi bentuk (form) penalaran yang sahih. Jenis-jenis sesat pikir formal adalah sebagai berikut. a. Sesat pikir empat term (fallacy of terms) Bentuk silogisme yang sahih ialah silogisme yang hanya memiliki tida term yang masing-masing disebut dua kali. Apabila dalam sebuah silogisme terdapat empat term, bentuk silogisme itu tidak sahih. Hal itu melanggar ketentuan pertama mengenai term-term silogisme (lihat ketentuan mengenai term-term silogisme- halaman 58 dalam buku “Pengantar Logika” karya Jan Hendrik Rapar) b. Sesat pikir proses tak sah (fallacy of illicit process) Sesat pikir yang terjadi karena term premis tidak berdistribusi tetapi term konklusi berdistribusi. Hal itu melanggar ketentuan keempat mengenai term-term silogisme (lihat ketentuan mengenai term-term silogismehalaman 59 karya Jan Hendrik Rapar) c. Sesat pikir term tengat tak berdistribusi (fallacy of undistributed meddle) Sesat pikir yang terjadi karena term tengah tidak berdistribusi, padahal untuk memperoleh konklusi yang benar term tengah sekurang-kurang satu kali berdistribusi. Hal itu melanggar ketentuan ketiga mengenal term-term silogisme d. Sesat pikir dua premis negatif (fallacy of two negative premises) Sesat pikir ini terjadi karena menarik konklusi dari dua buah premis negatif, padahal dari dua premis negatif tidak dapat ditarik konklusi yang benar. Hal itu melanggar ketentuan kedua dari ketentuan-ketentuan mengenai premis-premis. e. Sesat Pikir Material Sesat pikir material ialah sesat pikir yang terjadi bukan karena bahasa atau bentuk penalaran yang tidak sahih, melainkan yang terjadi pada materi atau isi penalaran itu sendiri. Jenis-jenis sesat pikir material adalah sebagai berikut. 1) Argumen Terhadap Orangnya (argumentum ad hominem)

12

Sesat pikir ini terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi orang yang menjadi lawan bicara. 2) Argumen Untuk Mempermalukan (argumentum ad verecundiam) Sesat pikir ini terjadi karena argumnentasi yang diberikan memang sengaja tidak terarah kepada persoalan yang sesungguhnya, tetapi dibuat sedemikian rupa untuk membangkitkan perasaan malu si lawan bicara. Contoh: “jika Anda benar-benar seorang pembela kebenaran, Anda pasti akan membenarkan saya karena apa yang saya katakan selalu benar!” hal itu sering pula dilakukan oleh pemasang iklan. Misalnya, “Orang yang benar-benar bijaksana adalah orang yang selalu menggunakan produk kami!” 3) Argumen Berdasarkan Kewibawaan (argumentum auctoritatis) Dalam suatu diskusi, tiba-tiba seseorang mengatakan demikian: “saya yakin apa yang dikatakan beliau adalah baik dan benar karena beliau adalah seseorang pemimpin yang brilian, seorang tokoh yang sangat dihormati, dan seorang doktor yang jenius!”. Jelas terlihat bahwa argumen yang dikemukakan oleh orang tersebut tidak berdasarkan penalaran sebagaimana mestinya, tetapi didasarkan pada kewibawaan si pembicara terdahulu. Sesat pikir seperti itu yang perlu dihindari. 4) Argumen ancaman (argumentum ad baculum) Argumen ancaman mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bahwa jika menolak akan membawa akibat yang tidak diinginkan. 5) Argumen belas kasihan (argumentum ad misericordiam) Sesat pikir ini sengaja terarah untuk membangkitkan rasa belas kasihan si lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan. 6) Argumen demi rakyat (argumentum ad populum) Argumen ini dibuat untuk menghasut massa, rakyat, kelompok untuk membakar emosi mereka dengan alasan bahwa pemikiran yang melatarbelakangi suatu usul atau program adalah demi kepentingan

13

rakyat atau kelompok itu sendiri. Argumen ini bertujuan untuk memperoleh dukungan atau membenarkan tindakan si pembicara. 7) Argumen ketidaktahuan (argumentum ad ignorantiam) Apabila kita memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa pun juga mengenai sesuatu itu, hal itu adalah sesat pikir. Belum tentu bahwa apa yang tidak diketahui itu benar-benar tidak ada. Sesat pikir yang demikian disebut argumentum ad ignorantiam. F. Teori Kebenaran dan Kesalahan 1. Teori Kebenaran dalam Ilmu Pengetahuan. Ilmu Pengetahuan mampu menemukan kebenaran melalui kriteria atau teori kebenaran, dan macam-macam teori kebenaran antara lain: a.

Teori Kebenaran Korespondensi Teori Kebenaran Korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua yang berangkat dari pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek (Ackerman, 1965). Atau dengan kata lain adalah suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang diketahuinya, atau sebagaimana dikemukakan oleh Randal dan Buchler dalam bukunya Philosophy An Introduction ( 11 th printing , 1957 ) menyatakan bahwa “ A belief is called “true” if it “agrees” with a fact”. (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 139 ).

b. Teori Kebenaran Koherensi. Teori Kebenaran Koherensi atau teori kebenaran saling berhubungan adalah suatu proposisi itu atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan benilai benar bila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai benar. Contoh: kita sebagai bangsa Indonesia pasti memiliki pengetahuan bahwa Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan hari Jumat tanggal 17 Ramadha. Jika seseorang hendak membuktikannnya

14

tidak dapat langsung melalui kenyataan dalam objektivanya, karena kenyataan itu telah berlangsung 50 tahun yang lalu. Maka untuk membuktikannya harus melalui ungkapan-ungkapan tentang fakta itu yaitu melalui sejarah atau dapat diafirmasikan kepada orang-orang yang mengalami dan mengetahui kejadian itu. Dengan demikian kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui kejadian-kejadian sejarah, atau juga pembuktian proposisi itu melalui hubungan logis jika pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya berkaitan dengan pernyataan-pernyataan logis atau matematis. ( Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 140) c. Teori Kebenaran Pragmatis. Menurut pandangan teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar bila proposisi itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Karena setiap pernyataan itu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat praktis, maka tiada kebenaran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senantiasa berubah. Hal itu karena dalam praktiknya, apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Atau dengan kata lain bahwa suatu pngertian itu tak pernah benar melainkan hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat dimanfaatkan secara praktis. ( Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 141) d. Positivisme Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap sebagai bapak ilmu sosiologi barat. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Nilai-nilai politik dan sosialmenurut positivism dapat digeneralisasikan berdasarkan fakta – fakta yang diperoleh dari penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Jadi,nilai – nilai tersebut tumbuh dan berkembang dalam suatu proses kehidupan dari suatu masyarakat itu sendiri. e. Esensialisme

15

Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialismememandang bahwa pendidikan berpijak pada nilai – nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai – nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. f. Konstruktivisme Teori konstruktivime di definisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstrukivime dianggap berusahan menghilangkan aspek power dalam memahami nilai. Nilai dianggap sebagai sesuatu yang netral dan tidak

punya bias ataupun basis kekuasaan.

g. Religiusisme Teori religiusisme memaparkan bahwa manusia bukanlah semata – mata makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah teori religius ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Secara pasti, kita tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat untuk memperoleh pengtahuan itu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, manusia sebagai makhluk pencari kebenaran dalam perenungannya akan menemukan tiga bentuk eksistensi, yaitu agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Agama mengantarkan pada kebenaran, dan filsafat . 2. Kesalahan Ilmu Pengetahuan Pengertian dari Kesalahan ilmu pengetahua ialah upaya untuk dapat menemukan kesimpulan yang tepat atau benar dilakukan dengan menyusun pola penalaran sesuai dengan pola prinsip prinsip penalaran yang tepat atau dapat pula dengan cara menghindari pola penalaran yang sesat. Itulah yang disebut dengan Kesalahan dalam penalaran ilmiah sebagai bagian dalam pembahasan tentang logika. 3. Klasifikasi Berbagai Kesalahan

16

a. Kesalahan Berfikir Adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir dikarenakan penyalahgunaan bahasa atau relevansi. Kesalahan merupakan bagian dari logika di mana beberapa jenis Kesalahan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. Terjadi kerena ketidaktapatan bahasa: pemilihan terminologi yang salah; dan relevansi: pembuatan premis dari proposisi yang salah. b. Mengikuti john locke, psikolog dan ahli filsafat pendidikan john dewey yang mengidentifikasi beberapa Kesalahan berpikir yang pada akhirnya termanifestasi dalam perilaku yang sesat (Dewey. 1933: 131-134). c. Pertama, Kesalahan yang terjadi karena subjek sesungguhnya jarang berpikir sendiri dan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain. Kedua, Kesalahan di mana subjek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi kenyataan tidak menggunakan rasionya sendiri dengan baik. Ketiga adalah Kesalahan yang terjadi akibat tidak terbuka untuk melihat persoalan secara komprehensif, terpaku hanya pada hal hal tertentu. d. Klasifikasi Kesalahan berfikir : a. Kesalahan formal Adalah bentuk Kesalahan yang dilakukan kerena penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih. Terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip prinsip logika mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen. b. Kesalahan material Adalah Kesalahan yang yang terutama menyangkut isi materinya. Terjadi kerena faktor bahasa yang menimbulkan kesalahan dalam menyimpulkan arti dan juga terjadi kerena memang tidak adanya hubungan logis. c. Kesalahan Bahasa Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan keseluruhan arti kalimatnya. Maka, meskipun kata yang digunakan itu

17

sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya. Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan Kesalahan penalaran.

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian kami yang telah diuraikan pada bab pembahasan masalah dapatlah disimpulkan hal-hal berikut: 1. Berpikir adalah seseorang yang berpikir bukan saja dengan otaknya tetapi berpengaruh juga dengan keseluruhan anggota tubuhnya. 2. Berpikir selalu berdampingan dalam mengingat suatu peristiwa/ kejadian masa lampau, yang telah terjadi pada diri kita sendiri maupun orang lain. 3. Berpikir yang bermanfaat maka akan menghasilakn hal yang sangat baik (positif) apabila berpikir dan mengingat yang tidak bermanfaat maka akan menghasilkan hal yang buruk (negatif) 4. Berpikir dan mengingat juga mempunyai perbedaan B. Saran Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.

19

DAFTAR PUSTAKA Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di Pandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemamampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi. PPs Universitas Mulawarman Depdiknas. 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Ennis. R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum Development (ASCD) pp. 54-57. Galbreath J.1999. “ Preparing the 21th Century Worker: The Link Between Computer Based Technology and Future Skills Sets” Educational Technology. Desember 1999 pp. 14-22 Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning . California: Corwin Press, Inc. Liliasari. 2001. “Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA 2 (1). Juni 2001. hal 55 – 56. Trilling & Hood, 1999. Learning, Technology and Education Reform in The Knowledge Age. Educational Technology , Juni-Mei pp 5-18.

20

More Documents from "Valensius Primsa"

Makalah_filsafat_ilmu.docx
December 2019 3
756768_3
October 2019 12