Makalah.docx

  • Uploaded by: Eva Khofifah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,516
  • Pages: 23
MAKALAH AUDITING 1 PEMILIHAN SAMPEL AUDIT, PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI Dosen Pengampu :Drs.Ec, Achmad Sayudi, M.Si,Ak,CA

Disusun oleh: Kelompok 15

Alya Syahrida

1710313120005

Eva Khofifah

1710313320019

Syifa Maulida

1710313220051

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI S1 AKUNTANSI BANJARMASIN 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah swt atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penyusun merampungkan dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah memberikan dorongan motivasi untuk bisa segera menyelesaikan makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulis ini, sehingga menjadi landasan penyusun untuk membuat makalah lain. Akhirnya segala puja dan puji hanya bagi Allah swt. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua.

Banjarmasin, 15 Februari 2019

PENULIS

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3

Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2 SAMPEL REPRESENTATIF ..................................................................................................... 2 SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VS NONPROBABILISTIK ......................................................................... 3 METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK ..................................................... 5 1.

Pemilihan sampel terarah (directed sample selection): .................................................... 5

2.

Pemilihan sampel blok (block sample selection) ............................................................. 6

3.

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection)........................................ 6

METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK ............................................................. 7 1.

Pemilihan Sampel Acak Sederhana.................................................................................. 7

APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK .................................................................. 8 1.

Merencanakan Sampel ..................................................................................................... 8

2.

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit..................................................... 14

3.

Mengevaluasi Hasil ........................................................................................................ 15

SAMPLING AUDIT STATISTIK ............................................................................................ 17 DISTRIBUSI SAMPLING ....................................................................................................... 17 BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 18 1.4

Kesimpulan..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalamsetiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu yang terbatas. Audit memang tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling

audit

diharapkan auditor dapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya, yaitu: 1. Apa konsep sampling representatif dan perbedaan sampling statistik dan non statistik serta pemilihan sample probabilistik dan non probabilistic? 2. Bagaimana pemilihan sampel representatif dengan penggunakan sampling nonstatistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui konsep sampling representative 2. Mengetahui Perbedaan sampling statistic dan non statistic 3. Mengetahui bagaimana cara pemilihan sampel probabilistic dan non probabilistic 4. Mengetahui bagaimana pemilihan sampel representative dengan penggunaan sampling nonstatistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi

1

BAB II PEMBAHASAN SAMPEL REPRESENTATIF Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Ini berarti bahwa item-item yang dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sampel. Asumsikan bahwa pengendalian internal klien mengharuskan perusahaan melampirkan dokumen pengiriman ke setiap salinan faktur penjualan, tetapi perusahaan tidak mengikuti prosedur tersebut tepat 3 persen. Jika auditor memilih sampel sebanyak 100 salinan faktur penjualan dan menemukan tiga lampiran dokumen pengiriman yang hilang, sampel tersebut dianggap sangat l. Jika dua atau empat item semacam itu ditemukan dalam sampel , sampel tersebut dianggap cukup representatif. Jika tidak ada atau tidak ditemukan banyak item yang hilang, sample tersebut dianggap nonrepresentatif. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Hasil sampel dapat menjadi non representatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling. Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengeculian yang ada dalam sampel. Risiko nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan produser audit yang tidak sesuai atau tidak efektif. Dalam contoh sebelmnya, asumsikan 3 dokumen pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak 100 jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian hal tersebut yang merupakan kesalahan nonsampling. Produsen audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Risiko sampling (sampling risk)adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian populasi sebesar 6 persen. Asumsikan auditor menerima bahwa

pengendalian dianggap efektif berdasarkan

pengujian pengendalian dengn sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua pengecualian. Jika 2

populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8 persen, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup memwakili populasi. Auditor memiliki 2 cara untuk mengendalikan risiko sampling : 1. Menyesuaikan ukuran sample 2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VS NONPROBABILISTIK Pertama mengenai metode pemilihan sample perlunya dapat membedakan sampling statistik dan sampling nonstatistik, serta antara pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik. Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama : sampling statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap : 1. Perencanaan sampel 2. Pemilihan sampel dan melakukan pengujian 3. Pengevaluasian hasil Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinkan kesalahan nonsampling. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit. Asumsikan bahwa auditor memilih sampel sebanyak 100 salinan faktur penjualan dari suatu populasi kemudian menguji untuk menentukan dokumen pengiriman telah dilampirkan. Apakah ada pengecualian dengan tindakan berikut :

3

Tindakan

Langkah

Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak

1. Perencanaan sampel

100 akan diperlukan Memutuskan 100 item mana yang akan

2. Pemilihan

dipilih dari populasi.

sampel

Pelakasanaan

pengujian

Melaksanakan prosedur audit untuk masingmasing dari 100 item dan menentukan bahwa ada tiga pengecualian Mencapai

kesimpulan

mengenai

tingkat

3. Pengevaluasian hasil

oengecualian yang mungkin dalam total populasi jika tingkat pengecualian sample sama dengan 3 persen

Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik dalam hal bahwa, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3) Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Sebaliknya, auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi tertentu , dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasasr pertimbangan. Atau sering kali disebut dengan sampling pertimbangan (judgmental sampling). Dalam pemilihan sampel probabilistik maupun nonprobabilistik berada pada langkah 2. Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik (probabilistik sample selection), auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi ini memiliki probabilitas yang sama untuk

dimasukkan

dalam

sampel.

Dalam

pemilihan

sampel

nonprobabilistik

(nonprobabilistic sample selection) , auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional dan bukan metode probabilistik. Berdasarkan standar auditing auditor dapat menggunakan baik metode sampling statistik maupun nonstatistik. Ada tiga jenis metode 4

pemilihan sampel yang sering ali dikaitkan dengan sampling audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu, ada empat jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya bersifat probabilistik. Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) termasuk berikut ini: 1. Pemilihan sampel terarah 2. Pemilihan sampel blok 3. Pemilihan sampel sembarangan Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini : 1. Pemilihan sampel acak sederhana 2. Pemilihan sampel sistematis 3. Pemilihan sampel probabiiltas yang proporsional dengan ukuran 4. Pemilihan sampel bertahap METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel probabilistik. Karena metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel munkin sulit ditentukan. 1.

Pemilihan sampel terarah (directed sample selection) auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak. Pendekatan yang digunakan termasuk : 

Pos yang paling mungkin menggandung salah saji Yaitu dengan mengidentifikasi populasi mana yang paling mengandung salah saji. Contohnya adalah piutang usaha yang telah lama beradar, pembelian dari penjualan ke pejabat serta perusahaan afiliasi, dan transaksi tidak biasa yang besar dan kompleks. Dalam mengevaluasi sampel semacam itu biasanya auditor berargumen bahwa jika tidak satu pun pos-pos yag dipilh mengandung salah saji, tidak mungkin populasi mengandung salah saji yang material.



Pos yang mengandung karakteriktik populasi terpilih

5

Yaitu dengan memilih satu atau lebih pos yang memiliki karakteristik populasi yang berbeda. Contohnya sampel pengeluaran kas dari setiap bulan, setiap rekening atau lokasi bank, dan setiap jenis akuisisi utama. 

Cakupan nilai uang yang besar Auditor terkadang dapat memilih sampel meliputi bagian total nilai uang populasi yang besar sehingga mengurangi risiko penarikan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang kecil.

2.

Pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, sisanya dipilih secara berurutan. Contohnya asumsikan sampel blok adalah berupa urutan transaksi penjualan sebanyak 100 dari jurnal penjualan untuk minggu ketiga bulan maret. Auditor dapat memilih dari jurnal penjualan untuk minggu ketiga bulan maret. Auditor dapat memilih total sampel sebanyak 100 dengan mengambil 5 blok dari 20 pos, 10 blok dari 10, 50 blok dari 2 atau satu blok dari 100. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Sampling blok juga dapat digunakan untuk melengkapi sampel lainnya apabila ada kemungkinan ada salah saji yang tinggi selam periode tertentu. Contohnya auditor mungkin memilih ke 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan Maret jika perusahaan akuntansi sedang berlibur dan karyawan sementara yang belum berpengalaman memproses transaksi penerimaa kas.

3.

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan item atu pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakterikstik lainnya yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel sembarangn yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Walaupun pemilihan sampel sembarangan dan blok tampak kurang logis dibandingkan pemilihan sampel terarah, pemilihan tersebut sering kali bermanfaat dalam situasi dimana biaya metode pemilihan sampel yang lebih kompleks melebihi manfaat yang diperoleh dari menggunakan pendekatan tersebut. Contohnya auditor ingin menelusuri kredit dari file induk piutang usaha ke jurnal penerimaan kas dan sumber otorisasi lainnya seperti pengujian atas kredit fiktif

6

pada file induk. Dalam situasi ini, banyak auditor menggunakan pendekatan sembarangan atau blok karena lebih sederhana dan lebih murah ketimbang metode pemilihan lainnya.

METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK Sample probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai item atau pos sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih mana dari empat metode pemilihan yang akan digunakan. 1.

Pemilihan Sampel Acak Sederhana Sampel acak (random sample) sederhana, setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi. Contohnya auditor ingin mengambil sampel pengeluaran kas klien untuk tahun tersebut. Mereka mungkin memilih sampel acak sederhana sebanyak 60 item dari jurnal pengeluaran kas, menerapkan prosedur audit yang sesuai terhadap 60 tem yang dipilih, dan menarik kesimpulan mengenai semua transaksi pengeluaran kas yang dicatat. 

Tabel angka acak,

jika auditor memperoleh sampel acak

sederhana maka harus

menggunakan metode yang akan memastikan bahwa semua item dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Angka acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabiliatas yang sama untuk muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi. Sebuah Table angka acak (random number table) memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang telah diberi nnomor. Auditor memilih sampell acak dengan pertama membentuk korespondensi antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan didigit pada table dan menemukan angka acak pertama yang berada dalam urutan nomor dokumen yang sedang diuji. Proses ini terus berlangsung hingga item sampel terakhir dipilih. 

Angk acak yang dihasilkan komputer sebagia besar sampel acak auditor hasilkan dengan menggunakan komputer dengan menggunakan program : spreadsheet elektroik, generator angka acak, dan perangkat lunak audit yang tergeneralisasi. Keunggulan 7

program komputer yaitu : penghematan waktu, berkurangnya kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan dokumentasi otomatis. APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi. Langkah-langkah ini harus dilakukan auditor untuk memastikan penerapan pada persyaratan audit maupun sampling harus benar. Langkah-langkah tersebut terbagi atas 3 tahap yaitu: 1.

Merencanakan Sampel Dalam merencanakan sampel ini, auditor melakukan beberapa hal, yaitu: a. Menyatakan tujuan pengujian audit. Tujuan pengujian dalam siklus penjualan dan penagihan adalah untuk menguji keefektifan pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta untuk menentukan apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas tersebut mengandung salah saji moneter. Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi sebagai:  Menguji keefektifan operasi pengendalian.  Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter.

b. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur audit di mana sampling audit dapat diterapkan. Sebagai contoh, asumsikan sebagai program audit berikut:  Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah besar dan tidak biasa (prosedur analitis).  Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas yang menangani kas (pengujian pengendalian).  Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat 

Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian).



Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian).



Pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian). 8

 Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing-masing ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian).  Membandingkan kuantitas yang tercantung pada setiap salinan faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman terkait (pengujian substantif atas transaksi). Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit. c. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendefinisikan dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi pengecualian. Kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat setia atribut, staf yag melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk mengidentifikasikan pengecualian. Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang digunakan auditor. Ketiadaan atribut pada setiap item sampel akan menimbulkan pengecualian bagi atribut tersebut. Baik dokumen yang hilang maupun salah saji yang tidak material akan menciptakan pengecualian kecuali auditor menyatakan secara khusus hal sebaliknya dalam kondisi pengecualian.

d. Mendefinisikan populasi Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi seperti yang telah didefinisikan. Selain itu, hal yang menyangkut kelengkapan dan rinciannya sebelum suatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel. Auditor juga harus mendefinisikan populasi dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan pengujian audit. Dimana auditor mendefinisikan dua populasi yaitu populasi faktur penjualan dalam jurnal penjualan dan populasi dokumen pengiriman. 9

e. Mendefinisikan unit sampling. Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit.

f. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi. Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (Tolerable Exception Rate) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. Tolerable Exception Rate merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan/atau tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). Tolerable Exception Rate sangat cocok untuk masalah materialitas sehingga dipengaruhi baik oleh definisi maupun arti penting atribut dalam rencana audit. Jika hanya satu pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung penilaian risiko pengendalian yang rendah bagi suatu tujuan, Tolerable Exception Rate untuk atribut akan lebih rendah ketimbang jika berbagai pengendalian digunakan untuk mendukung penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah bagi tujuan yang sama. Tolerable Exception Rate dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ukuran sampel. Tolerable Exception Rate yang rendah akan memerlukan ukuran sampel yang lebih besar daripada Tolerable Exception Rate yang tinggi. Sebagian besar auditor menggunakan beberapa jenis formulir tercetak untuk mendokumentasikan setiap aplikasi sampling.

g. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah.

10

Setiap kali mengambil sampel, auditor menghadapi risiko menarik kesimpulan yang salah mengenai populasi. Hal ini berlaku baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik, kecuali 100% populasi diuji. Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, risiko tersebut disebut sebagai risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah (Acceptable Risk of Assessing Control Risk (ARACR) too low). Dimana ARACR mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). ARACR merupakan ukuran risiko sampling auditor. Dalam memilih ARACR (Acceptable risk of assessing control risk too low) yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus menggunakan pertimbangan terbaiknya. Pertimbangan utamanya adalah sejauh mana mereka berencana mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagai dasar bagi luas pengujian atas rincian saldo (Test of details of balance). Biasanya auditor menilai ARACR pada tingkat yang lebih rendah ketika mengaudit perusahaan punlik karena auditor harus yakin bahwa pengendalian internal efektif untuk mendukung pendapat mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Untuk sampling nonstatistik, sudah umum bagi auditor untuk menggunakan ARACR yang tinggi, sedang, atau rendah ketimbang sebuah persentase. ARACR yang rendah menyiratkan bahwa pengujian pengendalian sangatlah penting dan akan berhubungan dengan penilaian risiko pengendalian yang rendah serta mengurangi pengujian atas rincian saldo. Jika auditor mengurangi ARACR dari tinggi menjadi rendah, ukuran sampel yang direncanakan harus ditingkatkan. ARACR merupakan risiko yang ditanggung auditor karena salah menerima pengendalian sebagai efektif, sehingga diperlukan ukuran sampel yang lebih besar untuk menurunkan risiko ini. Auditor dapat menetapkan tingkat TER dan ARACR yang berbeda untuk atribut pengujian audit yang juga berbeda, tergantung pada arti penting dari atribut dan pengendalian terkait. Table 15-4 dan 15-5 menyajikan pedoman ilustratif untuk menetapkan TER dan ARACR. Pedoman tersebut tidak boleh diinterpretasikan sebagai menyajikan standar professional dewan. 11

Akan tetapi, ini merupakan jenis pedoman yang umumnya diterbitkan kantor akuntan untuk para stafnya. h.

Mengestimasi Tingkat Pengevaluasian Populasi Auditor harus berlebih dahulu membuat estemasi tingkat pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel yang relatif kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat.

Tabel 15.4 Pedoman Bagi ARACR dan TER Untuk sampling Nonstatistik : Pengujian Pengendalian

Faktor Risiko pengendalian yang dinilai. Mempertimbangkan : Kebutuhan untuk menerbitkan laporan terpisah mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan bagi perusahaan public. Sifat, luas dan penetapan waktu pengujian substantive (pengujian substantive yang direncanakan secara insentif yang berhubungan dengan resiko pengendalian yang dinilai tingi dan sebaliknya). Kualitas bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian (kualitas bukti yang lebih rendah yang tersedia akan menghasilkan resiko pengendalian yang dinilai lebih tinggi dan sebaliknya).

Pertimbangan - Risiko pengendalian yang dinilai paling rendah - Risiko pengendalian yang dinilai paling Sedang - Risiko pengendalian yang dinilai paling tinggi - Risiko pengendalian yang dinilai 100%

Pedoman - ARACR rendah - ARACR sedang - ARACR tinggi - ARACR tidak dapat diterapkan

Signifikansi transaksi dan saldo akun terkait yang ingin dipengaruhi oleh pengendalian internal.

Saldo yang sangat signifikan saldo yang signifikan saldo yang kurang signifikan

-

12

TER sebesar 4% TER sebesar 5% TER sebesar 6%

Tabel 15.5

Hasil Pemahaman Pengendalian Internal dan Pengujian Pengendalian Sangat baik1 Baik Tidak Baik

Tinggi Sedang Rendah

Sedang

Sangat baik1 Baik Tidak Baik

Tinggi Sedang Sedang-Rendah

Kecil-kecil

Sangat baik1 Baik Tidak Baik

Tinggi Sedang Rendah

Pengurangan Pengujian Substansi atas Rincian Saldo yang Direncanakan Besar

ARACR untuk pengujian substansf antar traksaksi

TER untuk pengujian substatif atau transaksi Presentase atau jumlah yang didasarkan pada pertimbangan materialitas untuk akun yang terkait. Presentase atau jumlah yang didasarkan pada pertimbangan materialitas untuk akun yang terkait. Presentase atau jumlah yang didasarkan pada pertimbangan materialitas untuk akun yang terkait.

i. Menentukan ukuran sampel awal Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal (intial sample size) bagi sampling audit: ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan merupakan faktor signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar. Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan menentukan ukuran sampel dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya dan bukan menggunakan rumus statistic. 13

Sensivitas ukuran sampel terhadap perubahan faktor. Untuk memahami konsep yang mendasari sampling audit. Tabel 15-6 menunjukkan dampak kenaikan setiap faktor secara independen terhadap ukuran sampel. Dampak sebaliknya akan terjadi jika setiap faktor menurun. Kombinasi dari kedua faktor itu akan memiliki dampak yang sangat besar terhadap ukuran sampel: TER dikurangi EPER. Perbedaan di antar kedua faktor adalah menyangkut ketepatan estimasi sampel awal. Ketepatan yang lebih kecil, yang disebut sebagai estimasi yang lebih tepat, memerlukan sampel yang lebih besar.

Tabel 15.6

Dampak Faktor Perubahan Terhadap Ukuran Sampel

Jenis Perubahan Kenaikan ARACR yang terlalu rendah Kenaikan TER Kenaikan estimasi tingkat pengecualian populasi Kenaikan ukuran populasi

2.

Dampak Terhadap Ukuran Sampel Awal Menurun Menurun Meningkat Meningkat (dampak minor)

Memilih sampel dan Melaksanakan prosedur Audit j. Memilih Sampel. Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor harus memilih item-item dalam populasi untuk memasukkan sampel. Auditor dapat menggunakan metode probabilistic dan nonprobabilistik. Untuk menimilkan kemungkinan klien mengubah item-item sampel, auditor tidak boleh memberi tahu klien terlalu cepat item-item sampel yang dipilih. Auditor juga harus mengendalikan sampel setelah klien menyediakan dokumen. k. Auditor melaksanakan prosedur audit. Dengan memeriksa setiap item dalam sampel untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan mempertahankan catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan. Jika prosedur 14

audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk setiap atribut. 3.

Mengevaluasi Hasil l. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi. Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate = SER) dapat dengan mudah dihitung dari hasil sampel actual. SER sama dengan jumlah actual pengecualian dibagi dengan ukuran sampel actual. Jadi salah jika auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengeculian populasi adalah tepat sama seperti tingkat pengecualian sampel, karena hanya ada peluang yang kecil hal itu akan identik. Menurut metode nonstatistik, auditor menggunakan dua cara untuk menggeneralisasi dari sampel ke populasi. 1.

Menambahkan estimasi kesalahan sampling ke SER guna mencapai tingkat pengecualian atas yang dihitung (CUER) bagi ARACR tertentu. Jadi sangatlah sulit bagi auditor untuk melakukan estimasi kesalahan sampling dengan menggunakan sampling nonstatistik karena diperlukan pertimbangan dalam melakukan hal tersebut; karena itu, biasanya auditor tidak menggunakan pendekatan ini.

2.

Mengurangi tingkat pengecualian sampel (SER) dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) untuk menemukan kesalahan sampling yang dihitung (TER-SER), dan mengevaluasi apakah hal tersebut cukup besar untuk menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya dapat diterima. Menurut pendekatan ini, auditor tidak melakukan estimasi atas tingkat pengecualian atas yang dihitung (CUER). Sebagian besar auditor menggunakan sampling nonstatistik mengikuti pendekatan ini.

Jika SER yang melampaui EPER digunakan dalam merancang sampel, biasanya auditor akan menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung penilian risiko pengendalian pendahuluan. Pertimbangan auditor mengenai apakah kesalahan sampling cukup besar juga tergantung pada ukuran sampel yang digunakan.

15

m. Menganalisis Pengecualian. Auditor juga harus menganalisis pengecualian individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang memungkinkan hal tersebut terjadi. Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kecerobohan karyawan, salah memahami instruksi, atau kelalaian melaksanakan produser yang disengaja. Sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan terhadap evaluasi system secara kualitatif.

n. Memutuskan Akseptabilitas Populasi. Ketika menggeneralisasi dari sampel ke populasi, sebagian besar auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan mengurangi SER dan TER dan mengvaluasi apakah perbedaannya (kesalahan sampling yang dihitung) cukup besar. Jika auditor menyimpulkan bahwa TER – SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui TER, auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan:  Merevisi TER atau ARACR. Alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangsi baik TER maupun ARACR mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan direview oleh pengadilan atau komisi.  Memperluas Ukuran Sampel. Kenaikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika tingkat pengecualian sampel (SER) actual tidak meningkat. SER juga dapat meningkatkan atau menurun jika item-item tambahan dipilih. Kenaikan ukuran sampel dapat dibenarkan jika auditor yakin sampel awal tidak bersifat representative, atau jika penting untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.  Merevisi Penilain Risiko Pengendalian. Jika hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian ke atas. Hal ini mungkin akan menyebabkan auditor meningkatkan pengujian substansif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo. Auditor harus memutuskan apakah akan meningkatkan ukuran sampel atau merevisi penilaian risiko pengendalian atas dasar biaya versus manfaat. Jika sampel tidak diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian ke atas sehingga 16

akan melakukan pengujian substansif tambahan. Jika auditor tidak dapat menguji pengendalian yang telah diperbaiki atau mengidentifikasi pengendalian kompensasi dan defisiensi mengandung kelemahan yang material, laporan auditor mengenai pengendalian internal harus diberi pendapat tidak wajar (adverse opinion).  Mengomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen. Jika auditor menetukan bahwa pengendalian internal tidak beroperasi secara efektif, manajemen harus segara diberi tahu. Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan secara tertulis kepada pihak-pihak berwenang, seperti komite audit, hal-hal yang berkenaan dengan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dalam pengendalian internal. Dokumentasi yang Memadai. Auditor harus menyelenggarakan catatan yang memadai mengenai prosuder yang akan dilaksanakan, metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil yang ditemukan selama pengujian, dan kesimpulan yang dicapai. Pendokumentasian ini diperlukan baik dalam sampling statistic maupun nonstatistik untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua pengujian dan untuk mempertahankan audit jika memang diperlukan.

SAMPLING AUDIT STATISTIK Sampling Atribut adalah metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian substansif atas transaksi. Aplikasi sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki lebih banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik ketimbang perbedaannya. Ke-14 langkah yang sama digunakan untuk kedua pendekatan ini, sementara terminology yang digunakan umumnya juga sama. Perbedaan utamanya terletak pada perhitungan ukuran sampel awal yang menggunakan table yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistic dan perhitungan tingkat pengecualian atas yang diestimasi dengan menggunakan tabel yang serupa seperti ketika menghitung ukuran sampel.

DISTRIBUSI SAMPLING Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.

17

Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemunkinan terwakilnya setiap sampel dalam distibusi.

18

BAB III PENUTUP 3.4 Kesimpulan Sampling Audit diterapkan baik untuk melakukan pegujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur

pengujian.

Menggunakan

metode

sampling

probabilistic

dan

nonprobalistik. Bagaimana pemilihan sampel representative dengan penggunaan sampling nonstatistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi. Tujuan audit adalah memilih sampel suatu populasi, adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif. Dalam praktik, auditor tidak dapat mengetahui apakah suatu sampel representatif atau tidak. Namun auditor dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi representatif dengan melakukan langkah-langkah sampling audit yaitu: 

Merencanakan sampel



Memilih sampel



Melaksanakan pengujian, dan



Mengevaluasi hasil.

19

DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, R. J. (n.d.). Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi (Jilid 2) (Edisi 13). Jakarta: Erlangga .

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga. Mulyadi. 2014. Auditing (Atribut Sampling untuk Pengujian Pengendalian). Jakarta: Salemba Empat https://www.google.co.id/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/pengujian-pengendalian-danpengujian-substantif-atas-transaksi.html

20

More Documents from "Eva Khofifah"