BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Sejak manusia dilahirkan hingga hari akhir dari kehidupannya di dunia
sesungguhnya tidak pernah lepas dari proses belajar, yakni belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Agar menjadi manusia seutuhnya seseorang harus mempelajari dirinya sendiri yang memiliki potensi yang bisa dikembangkan dan memiliki sifat-sifat unik yang membedakan dengan orang lain, mempelajari kehidupan kemasyarakatan lengkap dengan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku, mempelajari lingkungan secara luas sehingga dapat berperan dan berperilaku secara tepat. Proses belajar untuk menjadi manusia seutuhnya tentu merupakan suatu proses yang tidak akan kunjung selesai. Dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat, seseorang harus memahami sistem kehidupan masyarakat di mana ia menetap yang meliputi sistem nilai, sistem norma, adat istiadat, dan kebiasaan yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat tersebut. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan yang boleh atau yang tidak boleh, yang baik atau yang tidak baik, yang tepat atau yang tidak tepat untuk dilakukan sehingga seseorang tersebut dapat menempatkan dirinya secara serasi, selaras, dan seimbang dalam kehidupan sosial. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalin kehidupan bermasyarakat bergantung kepada proses pembelajaran. Dalam dunia sosiologi proses pembelajaran ini dikenal dengan istilah sosialisasi. Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang anak dikatakan telah melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga memperhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain (Markum, 1982:1). Manusia lahir kedunia sebagai bayi yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat nilai dan sikap, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam serta konsisten dengan
1
dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses belajar yang kita sebut dengan sosialisasi, yakni proses belajar yang mengubahnya menjadi seorang pribadi yang manusiawi. Sosialisasi ialah suatu proses di mana seseorang menghayati (inter-nalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik. Sosialisasi ialah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagaian dari suatu masyarakat, sebagian adalah proses mempelajari peran (Horton.1999.118). Dalam keluarga, seorang manusia atau individu belajar mengenal ruang lingkup kehidupan masyarakat yang masih sederhana, beserta norma-norma dan nilai sosial yang dianut dalam keluarga. Ini penting karena melalui proses pembelajaran tersebut seorang manusia akan mampu memahami diri dan lingkungannya serta sistem kehidupan masyarakat yang lebih kompleks tata kehidupannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju bagi banyaknya kegiatan dan pekerjaan orang tua yang menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian. Kondisi ini akhirnya membuat intensitas komunikasi atau kondisi bertatap muka antara anak dan orang tua semakin jarang. Hal inilah yang menajadi penyebab adanya suatu pergeseran sosialisasi yang mengakibatkan adanya disfungsi sosialisasi dalam keluarga.
1.2
1.3
Rumusan masalah 1)
Apa Yang Dimaksud Dengan Sosialisasi ?
2)
Bagaimana Jenis – Jenis Sosialisasi ?
3)
Apa Yang Dimaksud Dengan Agen Sosialisasi ?
4)
Apa Yang Dimaksud Dengan Pergeseran Sosialisasi ?
5)
Bagaimana Solusi Untuk Permasalahan Pergeseran Sosialisasi ?
Tujuan Penulisan Untuk mengetahui definisi sosialisasi, klasifikasi sosialisasi, agen
sosialisasi, penjelasan terkait pergeseran sosialisasi, solusi untuk permasalahan pergerakan sosialisasi.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Sosialisasi
Secara umum sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Sosialisasi sebagai suatu proses sosial mempunyai tujuan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupan di tengah-tengah masyarakat, mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita, membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat. George Hebert Mead menjelaskan bahwa perkembangan manusia melalui tiga tahap yaitu (Ihromi, 2004: 34) tahap dimana seorang anak mulai mengambil perananperanan orang disekitarnya (Play Stage), tahap dimana seorang anak mulai mengetahui peranan yang harus dijalankan dan peranan yang dijalankan orang lain (Game Stage), tahap dimana seseorang telah mampu mengambil peranan-peranan yang dijalankan oleh orang lain (Generalized Other). Sosialisasi merupakan dasar awalnya setiap individu untuk menjalani kehidupannya di dalam masyarakat. Seorang individu yang hidup di masyarakat yang menyimpang, kemungkinan besar dia akan berperilaku menyimpang pula. Begitupun sebaliknya, seorang individu yang hidup di tengah masyarakat santri, kemungkinan besar dia akan berkepribadian santri pula. Dengan demikian, sosialisasi adalah proses belajar seorang individu menjadi anggota masyarakat agar dapat berpartisipasi di dalamnya. Berikut merupakan definisi sosialisasi menurut para ahli :
3
a. Charlotte Buhler Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. b. Bruce J. Cohen Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok. c. Peter Berger Sosialisasi adalah suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. d. Prof. Dr. Nasution, S.H. Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa). e. Sukandar Wiraatmaja Sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat. f. Jack Levin dan James L. Spates Sosialisasi adalah proses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan ke dalam kepribadian individu. g. John C. Macionis Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup di mana individu dapat mengembangkan
potensinya
dan
mempelajari
pola-pola
kehidupan
masyarakat. Sehingga sosialisasi dapat disimpulkan sebagai proses belajar untuk penyesuaian diri di masyarakat. Proses belajar penyesuaian diri manusia ini berlangsung dalam proses yang lama dan bertahap sejalan dengan perkembangan pergaulan hidup manusia, yaitu mulai dari tahap anakanak, dewasa dan tua.
4
2.2.
Jenis Sosialisasi Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer
(dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
1)
Sosialisasi primer Menurut Peter L. Berger dan Luckmann, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi ini menjadi pintu bagi seseorang memasuki keanggotaan masyarakat. Pada sosialisasi ini, anak mulai mengenal anggota keluarga yang lain dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan anggota keluarga yang lain dan orang-orang di sekitar keluarganya. Pada tahap ini, peran anggota keluarga sangat menentukan corak kepribadian anak. Dengan demikian sosialisasi primer bukan saja berpengaruh pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu, apa yang telah diserap anak di masa tersebut akan mendarah daging pada diri anak dan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa. Orang tua berperan besar dalam membentuk kepribadian anak. Merekalah yang pertama memahamkan anak pada hal-hal penting yang berlaku di masyarakat. Nilai dan norma sosial itu menjadi pegangan hidup anak nantinya. Barangkali kamu tidak merasa telah belajar banyak nilai dan norma lewat orang tua. Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Dia bergaul dengan teman-teman sebaya atau orang-orang dewasa lain. Dari pergaulan tersebut individu menyerap hal-hal baru yang ada di masyarakat.
5
Sosialisasi Sekunder
2)
Sosialisasi sekunder Menurut Peter Berger dan Luckman adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Selama proses ini, individu mengenal sektor-sektor baru yang ada di masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam sosialisasi sekunder, yang berperan adalah pihak-pihak di luar keluarga, seperti sekolah, teman sepermainan, media massa, dan lingkungan kerja. Bentuk sosialisasi sekunder yang ada di masyarakat adalah resosialisasi dan desosialisasi. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah resosialisasi dan desosialisasi.Resosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di mana seseorang diberi identitas baru. Desosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di mana seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Misalnya, seorang murid yang sudah lulus sekolah, kemudian memasuki jenjang Perguruan Tinggi.
Menurut Goffman (1961), kedua proses tersebut biasanya berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. Institusi total tersebut contohnya lembaga pemasyarakatan, rumah sakit jiwa, atau lembaga pendidikan militer. 2.3.
Agen Sosialisasi Dalam proses sosialisasi, mengembangkan kepribadian melalui interaksi
dengan setiap individu di dalam kelompokkelompok tersebut. Jadi, kelompok merupakan media sosialisasi dalam membentuk kepribadian seseorang. Kelompok inilah yang melaksanakan proses sosialisasi. Dalam sosiologi, kelompok ini dinamakan agen sosialisasi. Ada lima agen sosialisasi utama yang menjadi
6
wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya.
a. Keluarga Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
b. Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya) Media sosialisasi berikutnya adalah teman sepermainan. Proses sosialisasi ini berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga. Seorang anak belajar berinteraksi dengan orangorang yang sebaya dengan dirinya. Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, anak mulai mempelajari nilai-nilai keadilan. Semakin meningkat umur anak, semakin penting pula pengaruh kelompok teman sepermainan. Kadang-kadang dapat terjadi konflik antara norma yang didapatkan dari keluarga dengan norma yang diterimanya dalam pergaulan dengan teman sepermainan. Terutama pada masyarakat yang berkembang dengan amat dinamis, hal itu dapat menjurus ada tindakan yang bertentangan dengan moral masyarakat umum. Pada usia remaja, kelompok sepermainan itu berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain disebabkan oleh remaja yang bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi, perlu diwaspadai pengaruhpengaruh yang akan muncul ketika remaja mulai bergaul
7
dengan sebayanya, karena pada tahap ini, tingkat kerawanan terhadap hal-hal yang cenderung ke arah negatif sangat tinggi. Mudah sekali, si remaja terpengaruh apabila basis sosialisasi keluarga yang pernah dialami sangat lemah. Sehingga, dengan kata lain, sebelum anak mulai masuk ke dalam lingkungan sebayanya, sosialisasi primer yang berlangsung dalam keluarga hendaknya diperkuat secara nyata.
c. Sekolah Sekolah dengan lembaga yang melaksanakan sistem pendidikan formal merupakan agen sosialisasi yang akan kita bahas selanjutnya. Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain. Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya. Hal itu sejalan dengan pendapat Dreeben yang mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity). Adapun fungsi pendidikan sekolah sebagai salah satu media sosialisasi, antara lain sebagai berikut. 1) Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya. 2) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3) Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas. 4) Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan kepada para siswa
serta meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri melalui bimbingan dan penyuluhan. 5) Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan.
8
6) Menciptakan warga negara yang mencintai tanah air, serta menunjang integritas antarsuku dan antarbudaya. 7) Mengadakan hiburan umum (pertandingan olahraga atau pertunjukan kesenian).
d. Lingkungan Kerja Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan, dan relasi bisnis. Dalam melakukan interaksi di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, sebagai seorang pemimpin, ia menjalankan peranannya untuk mengelola atau mengarahkan para karyawannya, sedangkan sebagai pekerja ia melaksanakan perintah pemimpin dan tugas sesuai dengan kedudukannya. Nilai dan norma pergaulan sehari-hari tidak dapat diterapkan pada lingkungan kerja karena posisi atau jabatan seseorang sangat memengaruhi hubungan yang harus dijalankannya. Seorang pemimpin suatu perusahaan walaupun umurnya lebih muda tetap harus dipatuhi dan dihormati oleh bawahannya yang mungkin umurnya lebih tua. Jadi, lingkungan kerja telah melahirkan peranan seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang memengaruhi tindakannya sebagai anggota masyarakat.
e. Media Massa Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, dan internet). Meningkatnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penyertaan masyarakat atas pesan tersebut memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting. Salah satu media massa yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa adalah televisi. Berbagai acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukan masyarakat, terutama remaja dan anak-anak. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui televisi dapat mengarahkan
9
masyarakat ke arah perilaku proporsional (sesuai dengan norma-norma masyarakat) atau perilaku antisosial (bertentangan dengan norma-norma masyarakat). Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa stasiun televisi menyarankan agar anak selalu didampingi oleh orang tuanya dalam menonton acara televisi. Hal ini dimaksudkan agar orang tua memberikan pengertian kepada anak mengenai acara yang disajikan, supaya anak mengerti maksud isi acara itu.
2.4.
Pergeseran Sosialisasi Pergeseran sosialisasi dapat muncul akibat perubahan sosial contohnya
adalah keadaan lingkungan sekitar, kemajuan teknologi, jejaring sosial/internet yang memudahkan kita untuk berkomunikasi jika digunakan secara terus menerus sosialisasi kita terhadap sesama menjadi kurang adanya gadget, dan media sosial yang mengurangi hubungan sosial dengan orang lain di sekitar. Sebagai sebuah sistem, keluarga dapat terpecah apabila salah satu atau lebih anggota keluarga tidak menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga hingga menyebabkan terjadinya keluarga disfungsi. Hal ini tentu akan mempengaruhi keutuhan keluarga sebagai sebuah sistem. Disfungsi diartikan sebagai tidak dapat berfungsi dengan normal sebagaimana mestinya. Keluarga disfungsi dapat diartikan sebagai sebuah sistem sosial terkecil dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya tidak atau telah gagal manjalankan fungsi-fungsi secara normal sebagaimana mestinya. Keluarga disfungsi; hubungan yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan harmonis, seperti fungsi masing18 masing anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi antar anggota keluarga kurang terjalin dengan baik (Siswanto, 2007). Keluarga yang mengalami disfungsi sangat berpengaruh pada sosialisasinya dalam keluarga, disfungsi sosialisasi keluarga merupakan suatu hal yang disebabkan gagalnya keluarga dalam menjalankan fungsi sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh keluarga tetapi dijalankan oleh orang lain atau lembaga lain.
10
Contoh pergeseran sosialisasi pada sosialisasi primer adalah beberapa orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendidik anaknya secara langsung dan hanya diserahkan kepada orang lain, sehingga anak tidak menerima sosialisasi secara sempurna dan memicu tindak pelanggaran nilai dan norma sosial. keluarga saat ini akan lebih senang jika suami dan istri menjadi sosok manusia karier yang pergi pagi pulang sore atau malam hari, sementara anak cukup dititipkan di lembaga-lembaga pendidikan dalam waktu keseharian atau ditinggalkan bersama pembantu dan baby sitter. Orang tua merasa sudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orangtua ketika kebutuhan anak-anak mereka secara material sudah terpenuhi. Sehingga banyaknya kegiatan dan pekerjaan menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian. Kondisi ini akhirnya membuat intensitas komunikasi atau kondisi bertatap muka antara anak dan orang tua semakin jarang. Sebab, pagi hari masing-masing sudah beraktifitas sesuai kesibukannya. Banyaknya kegiatan atau pekerjaan maupun orang tua yang enggan dalam mengurus anak menjadikan sosialisasi yang seharusnya diterima anak dalam keluarga tergeser oleh suatu lembaga pendidikan di luar keluarga. Lembaga pendidikan tersebut menggantikan fungsi dan peran keluarga karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lembaga tersebut dari pada dirumah. Karena adanya pergeseran dalam kehidupan sosial ini dimana banyak ibu bekerja dengan alasan ingin membantu suami dengan mencari nafkah atau sekedar ingin mencari kesibukan dan bosan dirumah, seringkali menganggap enteng terhadap pendidikan anak-anaknya. Karena perubahan masyarakat inilah, kehadiran lembaga Pendidikan khususnya memberikan arah tersendiri bagi perkembangan anak usia dini terutama dalam sosialisasinya. Banyak orang tua yang kurang banyak mempunyai waktu dalam mengurus anak sehingga intensitas untuk bertemu anak sangatlah sedikit selain itu juga keinginan orang tua untuk menggunakan masa keemasan anak menjadi faktor yang menjadikan orang tua untuk mendidik anak sejak dini. Melihat kondisi tersebut fungsi sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga mengalami banyak pergeseran fungsi yang disebabkan oleh adanya lembaga lain yang ikut menangani anak dalam fungsi sosialisasinya.
11
Pergeseran fungsi sosialisasi menyebabkan adanya disfungsi sosialisasi dalam keluarga, hal ini terlihat pengalihan fungsi sosialisasi dari keluarga dibantu oleh lembaga terkait. Sehingga fungsi dalam keluarga yang semula utuh dan sekarang harus mengalami pergeseran. Contoh pergeseran sosialisasi pada sosialisasi sekunder adalah yang dilakukan oleh lingkungan di luar keluarga, misalnya melalui teman sebaya yang disebut sosialisasi ekualitas dan sosialisasi di sekolah. Misalnya tidak mau bekerja sama yang koordinatif dan kooperatif dengan pihak lain, sehingga membentuk pribadi yang individualis tanpa mementingkan kepentingan orang lain. Contoh lainnya yaitu Perilaku pergeseran sosialisasi akibat mengikuti teman-teman sebayanya, Perilaku pergeseran sosialisasi akibat salah menangkap informasi dari buku yang sedang dibaca, Perilaku pergeseran sosialisasi akibat salah persepsi mengenai produk iklan yang ada di TV, Pesan dari media sosialisai kurang tersampaikan dengan jelas sehingga menyebabkan konflik yang timbul pada dirinya sendiri. Seperti misalnya pada saat orang tua melarang sang anak untuk merokok, namun anak berada dalam lingkungan perokok, maka lambat laun anak juga akan ikut merokok.
2.5.
Solusi Untuk Pergeseran Sosialisasi Yaitu dengan menerapkan pendekatan fungsional struktural mulai
dikembangkan oleh para Antropolog dan Sosiololog pada permulaan abad ke-20, dan sampai tahun-tahun 1960-an masih merupakan kerangka konseptual yang dominan digunakan dalam kajian tentang keluarga (Leslie dan Korman dalam Ihromi, 2004: 269). Teori Struktural Fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Penerapan teori Struktural Fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan. Dinyatakan oleh Chapman (Herien, 2009: 20), bahwa keluarga adalah unit universal yang memiliki peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri. Tanpa aturan atau
12
fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga tersebut tidak memliliki arti yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Bahkan dengan tidak adanya peraturan maka akan tumbuh atau terbentuk suatu generasi penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai masalah emosional serta hidup tanpa arah. Menurut Leslie dan Korman (Ihromi, 2004: 274), diantara Sosiolog Amerika pendekatan Fungsional Struktural paling sistematis diterapkan dalam kajian terhadap keluarga oleh Talcot Parsons. Sehinggadapat disimpulkan bahwa solusi terbaik bagi pergeseran sosialisasi ini dimulai lagi dari pihak keluarga. Dimana komunikasi yang harus tetap dibangun agar tidak adanya pergeseran sosialisasi yang akan menyebabkan anak mengarah kepada tindakan penyimpangan norma.
13
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Secara umum sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Dapat disimpulkan bahwa sosialisasi sebagai proses belajar untuk penyesuaian diri di masyarakat. Proses belajar penyesuaian diri manusia ini berlangsung dalam proses yang lama dan bertahap sejalan dengan perkembangan pergaulan hidup manusia, yaitu mulai dari tahap anakanak, dewasa dan tua. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Pertama kali, individu menjalani sosialisasi di lingkungan keluarga. Dia mempelajari berbagai pandangan hidup dan aturan masyarakat melalui didikan orang tuanya. Pandangan hidup dan aturan masyarakat tertanam dalam diri sang individu. Proses sosialisasi pertama yang dijalani individu itu dinamakan sosialisasi primer oleh Berger dan Luckman. Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Agen sosialisasi terbagi menjadi beberap kategori, diantaranya Keluarga, Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya), Sekolah, Lingkungan Kerja, Media Massa.
14
Sifat agregat dapat dilihat dari dua sisi yaitu sifat kimiawi dan sifat fisik seperti ukuran, gradasi, berat jenis, dan sebagainya. Pergeseran sosialisasi dapat muncul akibat perubahan sosial contohnya adalah keadaan lingkungan sekitar, kemajuan teknologi, jejaring sosial/internet yang memudahkan kita untuk berkomunikasi jika digunakan secara terus menerus sosialisasi kita terhadap sesama menjadi kurang adanya gadget, dan media sosial yang mengurangi hubungan sosial dengan orang lain di sekitar. Contoh pergeseran sosialisasi pada sosialisasi primer adalah beberapa orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendidik anaknya secara langsung dan hanya diserahkan kepada orang lain, sehingga anak tidak menerima sosialisasi secara sempurna dan memicu tindak pelanggaran nilai dan norma sosial.Contoh pergeseran sosialisasi pada sosialisasi sekunder adalah yang dilakukan oleh lingkungan di luar keluarga, misalnya melalui teman sebaya yang disebut sosialisasi ekualitas dan sosialisasi di sekolah. Misalnya tidak mau bekerja sama yang koordinatif dan kooperatif dengan pihak lain, sehingga membentuk pribadi yang individualis tanpa mementingkan kepentingan orang lain. Solusi Untuk Pergeseran Sosialisasi yaitu dengan menerapkan pendekatan fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Sehinggadapat disimpulkan bahwa solusi terbaik bagi pergeseran sosialisasi ini dimulai lagi dari pihak keluarga. Dimana komunikasi yang harus tetap dibangun agar tidak adanya pergeseran sosialisasi
yang
akan
menyebabkan
anak
mengarah
kepada
tindakan
penyimpangan norma.
3.2
Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut, yaitu orang tua harus
selalu memperhatikan dan memberikan kasih sayang dengan baik terhadap anak karena anak selalu ingin mendapatkan belaian kasih sayang dari orang tua. meskipun memiliki kesibukan orang tua tetap harus meluangkan waktu untuk
15
menjaga anak, menjadikan pendidikan anak dalam keluarga menjadi hal yang terpenting selain pendidikan yang dilakukan di luar keluarga, Orang tua harus selalu memberi pendidikan yang baik dan persiapan mental kepada anak agar tidak terkikis oleh zaman yang semakin maju, orang tua harus lebih menanamkan nilai dan norma dalam keluarga, karena fungsi nilai dan norma merupakan hal yang selalu dipegang oleh anak dalam bermasyarakat, orang tua harus memperhatikan dan mengajarkan pendidikan agama dirumah karena agama merupakan hal yang terpenting. Dan juga sebagai seorang anak sudah seharusnya dapat menjaga diri dari pengaruh perkembangan zaman yang dapat memungkinkan terjadinya pergeseran sosialisasi agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan norma.
16
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, C. Atik. (2009). Sosiologi Kontekstual : Untuk SMA & MA Kelas X . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Indra. 2014. Pergeseran Nilai Sosialisasi Prime,, (online), (https://media. neliti.com/media/
publications/251760-pergeseran-nilai-sosialisasi-primer-pada-
b09f1187.pdf, diakses 29 Januari 2019)
Nadia. 2016. Materi Sosiologi, (online), (https://nadddblogger.blogspot.com /2016/10/materi-sosiologi-sma-kelas-x-kurikulum.html, diakses 29 Januari 2019)
Waluya, Bagja . (2009) . Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Widianti, Wida. (2009) . Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sudarmi, Sri. (2009) Sosiologi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA / Oleh Sri Sudarmi, W. Indriyanto . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sukardi, S. Joko. (2009) . Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA / oleh Joko Sri Sukardi. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
17