LAPORAN TUGAS MAKALAH PROBLEM LANSIA PADA SISTEM SARAF TEPI ( NEUROPATI) MODUL FISIOTERAPI GERIATRI DAN WELLNESS
Kelompok 3 : Andina nurkhasanah
( 2014103010 )
Baiq sri yulianti
( 2014103010 )
Ema ana ganefi
( 2014103010 )
Hajjar nurfitriani
( 201410301023 )
Julenda cintarinova
( 201410301034 )
Muhammad fitriansyah
( 2014103010
Novita andriani Nurul mutmainah Safira ikhwani
PRODI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015 – 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Neuropati didefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf perifer, jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang belakang ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya. Kerusakan sistem saraf perifer akan mengganggu koneksi vital tersebut. Insiden neuropati pada penduduk Amerika di perkirakan di atas 20 juta pada tahun 1998. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada orang tua. Sebuah survei menemukan bahwa 8-9% penderita berobat ke fasilitas kesehatan di amerika memiliki neuropati (mahadewa 2013). 2. Tujuan Penulisan Mengetahui
penatalaksanaan
Fisioterapi
pada
kondisi
Neuropati
dengan
menggunakan IR, TENS dan Terapi latihan. 3. Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari neuropati ? b. Apa intervensi yang cocok untuk diberikan kepada pasien dengan gangguan neuropati?
4. Tujuan yang ingin disampaikan Memberikan pemahaman mengenai penanganan fisioterapi pada pasien neuropati berdasarkan evidence base practice .
5. Tujuan Penulisan -
Memberikan pemahaman mengenai intervensi yang cocok untuk diberikan kepada pasen dengan gangguan neuropati
6. Manfaat Penulisan Hasil penulisan makalah ini akan memberikan manfaat pada: 1) Institusi pendidikan fisioterapi
2
-
Sebagai tambahan keilmuan fisioterapi tentang latihan yang efektif untuk pasien dengan gangguan neuropati
2) Penulis -
Memberikan informasi tambahan mengenai pemberian intervensi fisioterapi pada gangguan neuropati
-
Mengembangkan minat dan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah
3) Fisioterapis -
Memberikan informasi bagi fisioterapis mengenai intervensi fisioterapi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
-
Memberikan informasi tambahan bagi fisioterapis sebagai bahan acuan untuk penanganan selanjutnya mengenai intervensi fisioterapi pada kasus neuropati
4) Pasien dan keluarga -
Memberikan informasi tambahan bagi keluarga dan pasien neuropati mengenai intervensi yang bisa dilakukan pada penyakit yang dideritanya sehingga pasien dapat menentukan intervensi yang cocok untuknya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Neuropati perifer (peripheral neuropathy/PN) adalah penyakit pada saraf perifer. Saraf tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang (perifer berarti jauh dari pusat). Sebagian
PN
diakibatkan
kerusakan
pada
sumbu
serabut
saraf
(akson),
yang mengirimkan perasaan pada otak. Kadang kala, PN disebabkan kerusakan pada selubung serabut saraf (mielin). Ini mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang dikirim ke otak. PN dapat menjadi gangguan ringan atau kelemahan yang melumpuhkan. PN biasanya dirasakan sebagai kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa seperti terbakar pada kaki dan jari kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan jari. Juga dapat dirasa dikitik-kitik, nyeri tanpa alasan, atau rasa yang tampaknya lebih hebat daripada biasa. Gejala PN dapat bersifat sementara: kadang sangat sakit, terus tiba-tiba hilang. PN berat dapat mengganggu waktu berjalan kaki atau berdiri.
B. ANATOMI
1. SARAF KRANIAL a. Lokasi Saraf Kranial Ada dua belas pasang saraf kranial yang diberi nomor sesuai dengan hubungannya dengan otak. Sembilan pasangan yang pertama dan pasangan kedua belas memasok persarafan (menginervasi) bangunan di kepala. b. Fungsi Umum Saraf Kranial Dari titik sudut pandang secara fungsional, kita bisa saja memikirkan bermacammacam pesad the cranial nerves handle sebagaimana yang termasuk pada satu dari keempat kategori di bawah : 1. Dorongan sensoris spesial seperti untuk membau, visi, dan pendengaran. 2. Dorongan sensoris umum seperti rasa sakit, meraba, suhu, sensa si otot sebelah dalam, tekanan, dan vibrasi. 3. Dorongan motor somatis yang hasilnya ada dalam kontrol otot skelet voluntary. 4. Dorongan motor visceral yang menghasilkan kontrol kelenjar involuntary dan otot involuntary (kardiak dan lunak).
4
c. Nama-nama dan fungsi saraf kranial Kedua belas pasangan saraf kranial selalu dinomori dengan menggunakan angka Romawi. Beberapa saraf kranial I,II,dan VIII hanya berisi serat sensoris; sedangkan hampir selu ruhnya berisi serat motorik; sisanya V,VII,IX,X berisi kedua jenis serat sensoris dan motoris yang dikenal sebagai mixed nerves. Kedua belas saraf yang dimaksud adalah sebagai berikut : I. Saraf olfactory membawa dorongan membau dari reseptor di dalam mukosa hidung menuju otak. II. Saraf optik membawa dorongan visual dari mata menuju ke otak. III. Saraf oculomotor berkaitan dengan sebagian besar kontraksi otot mata. IV. Saraf trochlear memasok satu otot bola mata. V. Saraf trigeminal merupakan saraf sensoris yang terbesar dari muka dan kepala, mempunyai tiga cabang yang membawa dorongan mera sakan secara umum (misalnya rasa sakit, meraba, suhu) dari muka menuju otak. Cabang ketiga disambungkan oleh serat motoris pada otot mengunyah. VI. Saraf abducens ialah saraf lainnya, yang mengirim dorongan yang mengontrol pada otot bola mata. VII. Saraf facial sebagian besar merupakan motor. Otot ekspresi rnuka kesemuanya dipasok oleh cabang-cabang dari saraf facial. Saraf ini juga meliputi serat sensoris khusus untuk merasakan pada anterior dua pertiga lidah dan berisi serat pembuangan pada kelen jar Judah yang lebih kecil (submaxillary dan sublingual) dan pada kelenjar lakrimal. VIII. Saraf vestibulocholear berisi serat sensoris khusus untuk mendengar seperti halnya untuk keseimbangan dari saluran semisirkular telinga bagian dalam. IX. Saraf glossopharyngeal berisi serat sensoris umum dari belakang lidah dan pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk merasakan dari posterior ketiga lidah, serat pembu angan yang memasok sebagian besar kelenjar ludah (parotid) dan serat saraf motor untuk mengontrol otot menelan di dalam pharynx. X. Saraf vagus merupakan saraf kranial yang terpanjang yang mema-sok sebagian besar organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga berisi serat motor bagi kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan dan pembuangan lainnya. XI. Saraf accesory (formerly disebut spinal accesory nerve) terbu at dari serat saraf motor yang mengontrol dua otot leher, yaitu trapezius dan sternocleidomastoid.
5
XII. Saraf hypoglossal saraf kranial terakhir membawa dorongan-dorongan yang mengontrol lidah. 2. SARAF TULANG BELAKANG a. Lokasi dan Bangunan Saraf Tulang Belakang Ada 31 pasang saraf tulang belakang, setiap pasang dinomori berdasarkan tingkatan mana sumsum tulang belakang berasal. Setiap saraf dilekatkan pada sumsum tulang belakang oleh dua akar: yaitu dorsal dan ventral. Pada setiap akar dorsal ditandai dengan membengkaknya bahan abu-abu yang dinamakan dorsal root ganglion yang berisi tubuh sel neuron sensoris. Ganglion adalah kumpulan tubuh sel saraf yang terletak di luar sistem saraf sertral/ SSS.Serat saraf yang berasai dan reseptor sensoris berbagai ma-cam daerah tubuh mengarah pada ganglion ini. Reseptor sensoris ialah ujung saraf yang merespon pada suatu stimulus. Ada dua ka-tegori reseptor. Pertama, untuk sensasi umum yang terletak di kulit dan dinding tubule. Mereka merespon pada stimulus yang mem-bangkitkan sensasi rasa sakit, meraba. dan suha serta lokasi dan posisi bagian-bagian tubuh. Kategori kedua termasuk reseptor un-tuk merasa secara khusus, misalnya mencicipi, membau, visi, dan pendengaran. Dorongan yang berasal dari reseptor ini dibawa oleh saraf kranial dari organ merasa khusus menuju otak.Oleh karena serat sensoris membentuk akar dorsal, akar frontal saraf tulang belakang merupakan kombinasi serat saraf motorik (efferent) yang memasok otot-otot voluntary dan involuntary serta kelenjar. Tubuh sel bagi serat voluntary terletak di dalam bagian ventral sumsum bahan abu-abu (anterior/ ventral gray horns). Tu-buh sel bagi serat involuntary ditemukan dalam small, lateral, gray horns. Akar dorsal (sensoris) dan ventral (motorik) dikombinasikan di dalam saraf tulang beiakang, making all spinal nerve mixed nerves. b. Cabang-cabang Saraf Tulang Belakang Setiap saraf tulang belakang jaraknya dekat sekali dengan sumsum tulang belakang, kemudian cabang-cabang masuk ke dalam divisi posterior yang kecil. Cabang anterior yang lebih besar ber jalin (interlace) untuk membentuk jaringan yang dinamakan plexuses yang kemudian mendistribusikan cabang-cabang tadi ke bagian-bagian tubuh. Ada tiga pleksus yang utama, yaitu: 1. cervical plexus memasok dorongan motorik pada otot-otot leher dan menerima dorongan sensoris dari leher dan belakang kepala. Sa raf phrenic yang mengaktifkan diafragma muncul dari pleksus ini.
6
2. brachial plexus mengirimkan sejumlah cabang pada pundak, le-ngan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan. Saraf radial timbul dari brachial pleksus ini.
3. lumbosacral plexus memasok saraf pada ekstrimitis bagian bawah. Bagian yang terbesar dari cabang ini ialah sciatic nerve yang meninggalkan bagian dorsal panggul lewat di bawah otot gluteus maksimus dan memanjang ke bawah belakang paha. Pada permulaannya, tebalnya hampir 1 inci tetapi segera ia bercabang-cabang paaa otot paha, di dekat lutut ia membentuk dua sub divisi yang memasok tungkai dan kaki.
3. SISTEM SARAF OTONOM a. Bagian-bagian Sistem Saraf otonom Meskipun organ internal seperti jantung, paru-paru, dan pe-rut berisi ujung dan serat saraf untuk mengkonduksi pesan-pesan sensoris pada otak dan sumsum tulang belakang, tetapi sebagian be sar dorongar ini tidak mencapai kesadaran. Dorongan afferent ini dari viscera diterjemahkan ke dalam respon reflek tanpa mencapai bagian otak sebelah atas: neuron sensoris dari organ dikelompokkan dengan organ yang datang dari kulit dan otot voluntary. Seba-laiknya neuron efferent yang memasok kelenjar dan otot involuntary disusun sangat berbeda dari those yang memasok otot voluntary. Variasi di dalam lokasi dan penyusunan neuron visceral efferent telah mengarahkan klasifikasi tadi sebagai bagian dari divisi yang terpisah yang disebut autonomic nervous system.Sistem saraf otonom mempunyai banyak ganglion (ganglia) yang berperan sebagai stasiun pemancar. Di dalam ganglia ini setiap pesan ditransfer pada synapse dari neuron pertama ke neuron ke dua dan dari sana menuju sel kelenjar atau otot. Ini berbeda de-ngan yang berasal dari sistern saraf voluntary (somatik) di mana setiap serat saraf motorik extends seluruh jalan dari sumsum tulang beiakang ke otot skelet tanpa intervening synapse. Secara garis besar lokasi bagian sistem saraf otonom adalah sebagai berikut: 1. Jalur simpatetik mulai di dalam sumsum tulang belakang dengan tubuh sel di dalam daerah lumbar dan dada, daerah thoracolumbar.Saraf simpatetik timbul dari sumsum tulang belakang pada tingkat perama saraf thoracic turun pada tingkat kedua saraf tulang belakang lumbar. Dari bagian sumsum ini serat saraf memanjang sampai pada ganglia sympathetic chains (kerangka badan), dua untai gang lia yang menyerupai sumsum yang memanjang di separjang sisi tu-lang belakang dari leher bagian bawah sampai daerah abdominal sebelah atas. Ganglia kerangka badan yang menyerupai merjan ini dinamakan
7
lateral ganglia berisi tubuh sel dari sekelompok neuron yang kedua, seratnya memanjang sampai kelenjar dan jaringan otot involuntary. Neuron kedua ini melepaskan sebagian besar neurotransmitter norepinehrine (noradrenalin) pada jaringan effector. 2. Jalur parasimpatetik mulai di dalam daerah craniosacral dengan munculnya serat dari tubuh sel midbrain, medulla, dan bagian ba-wah sumsum tulang belakang (sacral). Dari pusat-pusat inilah seke lompok serat yang pertama memanjang sampai ganglia otonom yang bi asanya berlokasi di dalam atau di dekat dinding organ effector. Kemudian jalurnya terus sepanjang sekelompok neuron kedua yang menstimulasi jaringan visceral. Neuron ini melepaskan neurotrnasmitter acetylcholine.
b. Fungsi Sistem Saraf Otonom Sistem saraf otonom mengatur tindakan kelenjar, otot organ lekuk yang lembut, dan jantung. Tindakan ini semuanya dibawa seca ra ototmatis; kapan saja setiap perubahan terjac'i yang meminta su atu penyesuaian pengaturan, penyesuaian dibuat tanpa seseorang me nyadarinya. Bagian simpatetik sistem saraf otonom cenderung untuk bertindak sebagai akselerator bagi organ-organ yang diperlukan un tuk menemui situasi yang penuh tekanan. Ia memperhatikan apa yang dinamakan fight-or-flight response. Kalau anda membayangkan apa yang terjadi pada orang yang takut atau marah, anda akan dengan mudah sekali ingat akan efek/ akibat dorongan dari sistem saraf simpatetik.
1. Stimulasi kelenjar adrenal. Ini menghasilkan hormon termasuk epinephrine yang mempersiapkan tubuh guna menemui situasi darurat. dalam banyak cara. Saraf simpatetik dan hormon dari adrenal akan sating memperkuat satu sama lain. 2. Pembesaran biji mata dan penuruiian kemampuan dalam melihat pada satu titik fokus bagi obyek yang dekat. 3. Bertambahnya tingkat kecepatan dan penuh tekanan kontraksi jantung. 4. Bertambahnya tekanan darah sebagian karena lebih efektifnya detak jantung dan sebagian lagi karena pembatasan uteri kecil di dalam kuiit dan organ dalam. 5. Feinbesaran pips bronkial yang memungkinkan lebih banyak cksigen yang dapat masuk. 6. Bertambahnya metabolisme.Sistem simpatetik juga berperan sebagai brake/ rem pada those system secara tidak langsung dilibatkan dalani respon pada tekanan seperti sistem digestif dan uriner. Perhatikan saja kalau anda sedang marah lalu anda mencoba makan, maka anda lihat bahwa air ludah anda menjadi sedikit sekali dan lebih kental sehingga
8
anda akan kesulitan dalam menelan makanan (Jw. seret)., Dalam kon-disi seperti iri ketika makanan sudah mencapai perut, is akan tinggal lebih lama dibanding biasanya.
Bagian parasimpatetik dari sistem saraf otonom normalnya ber peran sebagai penyeimbang bagi sistem simpatetik ketika krisis telah berlalu. Sistem parasimpatetik bring about pembatasan bola mata, memperlambat detak jantung, dan pembatasan saluran (tube) bronkial. Ia juga menstimulasi pembentukan dan pelepaskan urin dan aktifitas digestive tract. Ludah misalnya mengalir lebih mudah dan profusely serta jumlah dan keencerannya bertambah.Dengan demikian,sebagian besar organ tubuh menerima kedua sistem simpatetik dan parasimpatetik; efek dari kedua sistem tadi pada organ yang ada umumnya berlawanan.
C. ETIOLOGI NEUROPATI PERIFER Terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami neuropati. Berikut ini adalah beberapa kondisi, cedera, dan infeksi yang bisa berakibat pada munculnya neuropati. Trauma atau cedera Salah satu kondisi yang paling umum dan sering menyebabkan kerusakan pada saraf adalah terjadinya cedera atau trauma. Kondisi ini bisa terjadi karena aktivitas maupun kecelakaan. Diabetes Ini adalah kondisi yang juga sering dikaitkan dengan neuropati. Jika gejala neuropati perifer muncul pada orang yang menderita diabetes, maka kondisi ini lebih dikenal dengan istilah neuropati diabetes. Kondisi ini biasanya lebih parah jika diabetes yang diderita tidak dikendalikan, penderita mengalami obesitas, atau hipertensi. Penyakit autoimun Beberapa penyakit autoimun bisa menjadi penyebab munculnya neuropati, misalnya rheumatoid arthritis, penyakit lupus sistemik, dan sindrom Sjogren. Infeksi
9
Beberapa infeksi virus maupun bakteri juga bisa menyebabkan munculnya neuropati, misalnya HIV/AIDS, penyakit Lyme, dan sifilis. Tumor Salah satu akibat dari keberadaan tumor adalah menekan saraf-saraf yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, neuropati bisa muncul ketika terdapat tumor, baik yang jinak maupun ganas, di jaringan sekitar saraf. Penyakit keturunan Neuropati juga bisa terjadi sebagai akibat dari penyakit keturunan, misalnya ataksia Friedreich, porfiria dan penyakit Charcot-Marie-Tooth. Uremia Kondisi ketika terjadi penumpukan sisa metabolisme tubuh di dalam darah akibat kondisi gagal ginjal yang akhirnya bisa mengakibatkan munculnya neuropati. Iskemia Hambatan aliran darah ke saraf juga bisa menyebabkan kerusakan saraf jangka panjang. Defisiensi vitamin Neuropati juga bisa muncul akibat kekurangan beberapa vitamin, terutama defisiensi vitamin B12 dan folat, serta beberapa vitamin B lainnya. Obat-obatan Beberapa obat-obatan untuk terapi kanker, seperti vincristine dan antibiotik seperti metronidazole dan isoniazid, bisa menyebabkan kerusakan pada bagian saraf. Alkoholisme Mengonsumsi minuman keras berlebihan bisa menyebabkan kerusakan pada saraf. Biasanya pecandu minuman keras mengalami kekurangan nutrisi dan vitamin.
10
Racun Beberapa racun dan toksin bisa menyebabkan kerusakan pada saraf manusia, misalnya senyawa emas, arsenik, timah, merkuri, dan pestisida. Ada
beberapa
penyebab
neuropati
perifer.
Antaranya
cedera
mendadak,
tekanan berkepanjangan pada saraf, dan destruksi saraf akibat penyakit atau keracunan. Penyebab tersering neuropati perifer adalah diabetes mellitus, defisiensi vitamin, alkoholisme yang bersamaan dengan gizi buruk, dan kelainan bawaan. Tekanan pada saraf dapat akibat tumor, pertumbuhan paksa
tulang
abnormal,
penggunaan
kast
atau
kruk,
atau
postur
karena kekakuan untuk jangka yang lama. Artritis rematoid, vibrasi berlebihan dari
peralatan berat, perdarahan pada saraf, herniasi diskus, terpapar dingin atau radiasi, dan berbagai jenis kanser juga dapat menekan saraf. Neuropati perifer yang umum, parestetika meralgia, khas dengan sensasi terbakar, baal, dan sensitifitas bagian depan paha. Mikroorganisme dapat menyerang saraf secara langsung dengan akibat kerusakan saraf tepi. Penyebab lain adalah bahan toksik, termasuk logam berat (timbal, air raksa, arsen), karbon monoksida, dan pelarut.
D. TANDA DAN GEJALA Gejala neuropati perifer yang berdampak kepada saraf motorik:
Kram otot dan kedutan.
Kelemahan otot atau kelumpuhan pada satu atau beberapa otot.
Kesulitan mengangkat bagian depan dari kaki, sehingga kesulitan berjalan.
Massa otot menurun.
Gejala neuropati perifer yang berdampak kepada saraf sensori:
Sensasi kesemutan dan tertusuk pada bagian yang terpengaruh.
Rasa perih dan menyengat, biasanya pada bagian kaki dan tungkai.
Baal dan menurunnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit.
Perubahan suhu tubuh, terutama di bagian kaki.
Kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
Merasakan sakit dari stimulasi yang seharusnya tidak terasa sakit sama sekali.
11
Neuropati otonom Kondisi yang muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter. Sistem saraf ini mengendalikan detak jantung, sirkulasi darah, sistem pencernaan, respons seksual, keringat, dan fungsi kandung kemih. Gejala neuropati otonom, antara lain:
Terutama pada malam hari akan mengalami konstipasi atau diare.
Tekanan darah rendah atau hipotensi.
Merasa mual, kembung, dan sering bersendawa.
Gangguan pada respons seksual, misalnya disfungsi ereksi.
Detak jantung cepat.
Kesulitan menelan.
Inkontinensi usus.
Kesulitan buang air kecil.
Berkeringat secara berlebihan.
Neuropati kranial Kondisi di mana terjadi kerusakan pada salah satu dari 12 saraf kranial (saraf tulang belakang bagian atas). Berikut adalah contoh neuropati kranial:
Neuropati optik Yaitu kerusakan pada saraf kranial yang mengirim sinyal visual dari retina ke otak.
Neuropati auditori Terjadi gangguan pada saraf kranial yang mengirimkan sinyal dari telinga bagian dalam menuju ke otak dan berfungsi dalam pendengaran.
Neuropati fokal atau mononeuropatI Kondisi yang hanya memengaruhi satu saraf atau satu kelompok saraf, atau salah satu bagian tubuh. Gejala yang terjadi akibat kondisi ini biasanya muncul secara mendadak. Gejala yang muncul akan tergantung pada saraf mana yang mengalami gangguan:
12
Bell’s palsy atau kelemahan di salah satu sisi wajah.
Sensasi rasa yang berubah pada jari tangan atau jari tangan yang melemah.
Rasa sakit, perubahan sensasi rasa atau muncul kelemahan pada kaki.
Kemunculan rasa sakit pada mata. Selain itu pandangan kabur atau tidak bisa fokus.
Neuropati biasanya menyebabkan gejala, tapi tidak semua orang memiliki gejala yang sama satu sama lainnya. Bahkan beberapa orang tidak merasakan gejala apa pun akibat kondisi ini. Tingkat keparahan gejala yang dialami juga bisa berbeda-beda satu sama lain.
E. KLASIFIKASI
Neuropati perifer dapat diklasifikasikan mengikut jumlah saraf yang terkena atau jenis sel saraf yang terkena (motorik, sensorik, otonom), atau proses yang memberi afek pada saraf (peradangan misalnya dalam neuritis) Terdapat ratusan neuropati perifer. Mewakili tingkat aktivitas sistem saraf tepi, gejala-gejalanya dapat melibatkan fungsi sensoris, motoris atau otonom. Untuk membantu diagnosis dan pengobatan, gejala-gejalanya dapat diklasifikasikan menjadi sindrom neuropati dasar berdasarkan tipe saraf yang dipengaruhi dan berapa lama gejala telah berkembang. Perkembangan yang akut berarti gejala-gejala telah tampak dalam beberapa hari, dan subakut berarti gejalanya telah berkembang selama beberapa minggu. Gejala kronik awal berkembang dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan gejala kronik lanjut timbul setelah bertahun-tahun.
Sistem klasifikasi terdiri dari enam sindrom neuropati dasar, yang dibagi-bagi lagi menjadi kategori yang lebih spesifik. Dengan memperkecil kemungkinan diagnosis dengan cara ini, uji-uji medis spesifik dapat digunakan dengan lebih efektif dan efesien. Enam sindrom dan beberapa penyebab yang berkaitan disebutkan di bawah ini : 1. Paralisis Motoris Akut, disertai dengan berbagai macam masalah fungsi sensorius dan otonom. Neuropati berkaitan dengan sindrom ini terutama disertai dengan gangguan saraf motoris, namun saraf-saraf sensoris dan otonom dapat terlibat. Gangguan yang berkaitan dengan sistem ini adalah Guillain Barre Sindrom, polineuropati difteri dan neuropati porphytik.
13
2. Paralisis Sensoris Motoris Subakut. Neuropati ini terutama memperlihatkan gejala-gejala sensoris namun juga mempunyai gangguan sedikit pada komponen saraf motoris. Keracunan logam berat (timbal, merkuri dan arsen), bahan-bahan kimia atau obat-obatan seringkali dikaitkan dengan sindrom ini. Diabetes, penyakit Limme dan malnutrisi, juga merupakan penyebab yang mungkin. 3. Paralisis Sensoris Motoris Kronis. Gejala fisisk dapat menyerupai sindrom-sindrom yang telah disebutkan diatas, namun jangka waktu gejala untuk berkembang lebih lama. Sindrom ini terjadi pada neuropati yang timbul karena kanker, diabetes, kusta, gangguan metabolik kongenital atau bawaan dan hipotiroidisme. 4. Neuropati yang berkaitan dengan penyakit-penyakit mithokhondrial. Mithokhondrial adalah organela yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan energi sel. Jika mithokhondrial rusak atau hancur, kebutuhan energi sel tidak dapat terpenuhi dan sel dapat mati. 5. Polineuropati berulang atau timbul kembali. Sindrom ini meliputi neuropati yang mempengaruhi beberapa saraf dan dapat hilang timbul, seperti Guillain Barre sindrom, porfiria dan polineuropati demyelinisasi peradangan akut. 6. Mononeuropati atau Fleksopati. Kerusakan saraf yang berkaitan dengan sindrom ini terbatas pada saraf tunggal atau beberapa saraf yang berkaitan erat. Neuropati berkaitan dengan cedera saraf seperti Carpal Turner sindrom dan sciatika termasuk dalam sindrom ini.
F. PATOFISIOLOGI Saraf sensorik dan motorik umumnya berada pada lokasi yang berbeda, hal ini menyebabkan kerusakan jarang bersamaan pada kedua tipe saraf tersebut. Kerusakan dari selubung myelin dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses demienilisasi dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses dieminilisasi umumnya mempengaruhi serat myelin yang berkapasitas besar, menyebabkan serat besar tersebut mengalami disfungsi sensorik, kelemahan motorik dan penurunan refleks (Satoto, 2013). E. Tanda dan Gejala 4 Sebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadi pada daerah kaput fibula, dimana saraf tersebut terletak di superfisial dan rentan terhadap cidera.Cabang profunda lebih sering terkena darpada saraf yang lain Jika kedua cabang terkena menimbulkan parese jari kaki , dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal dari tungkai bawah. Jika hanya cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve syndrome.
14
G. TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI Teknologi intervensi Fisioterapi yang di gunakan untuk mengatasi problematika pada kondisi Neuropaty peroneal adalah Infrared, TENS dan Terapi Latihan 1. Infra Red merupakan salah satu alat yang sudah lazim seklai digunakan oleh para fisioterapis. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm Singh, 2005). 2. TENS Stimulasi listrik yang di aplikasikan pada serabut syaraf akan menghasilkan impuls syaraf yang berjalan dengan dua arah disepanjang akson syaraf yang bersangkutan, peristiwa ini dikenal sebagai aktivasi antidromik. Impuls syaraf yang dihasilkan oleh TENS yang berjalan menjauh dari arah sistem syaraf pusat akan menabrak dan menghilangkan atau menurunkan impuls averen yang datang dari jaringan pusat. Pada keadaan jaringan rusak aktivasi bisa terjadi pada serabut syaraf berdiameter besar dan TENS tepe konvensional juga akan mengaktivasi serabut syaraf yang berdiameter besar dan menghasilkan impuls antidromik yang berdampak analgesia. Blokade TENS terhadap transmisi syaraf (Parjoto, 2006). 3. Terapi Latihan Suatu gerakan yang bertujuan untuk penguluran otot dan jaringan dengan bantuan dari luar, sedang pasien rileks tanpa gerakan. Bantuan dari luardapat berupa tangan terapis dengan cara posisi kaki pasien di dorso fleksi kan selama 1 sampai 3 hitungan, dan si plantar fleksikan dan tahan selama 1 sampai 3 hitungan. Terapi latihan jenis ini bertujuan untuk membantu serta mengurangi rasa kram di kaki dan membantu dan mempertahankan kekuatan otot (brader dkk, 2006).
15
BAB III PROSES FISIOTERAPI PADA PASIEN NEUROPATI
PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Data 1. Anamnesis a. Identitas Didapatkan informasi: (1) Nama: Tn waljilan, (2) Umur: 53 tahun (3) Jenis kelamin: laki-laki (4) Agama: Islam (5) Pekerjaan: Polri, (6) Alamat: Tinom Rt 05/08 Sidoarum Godean Yogyakarta. b. Keluhan utama Merupakan keluhan penderita yang dirasakan paling utama. Sering kesemutan pada jari-jari, sering kram, terdapat nyeri gerak. c. Riwayat penyakit sekarang Dinyatakan tentang perjalanan penyakit yang diderita sekarang. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah kapan mulai terjadinya, dimana lokasinya, bagaimana terjadinya, faktor penyebabnya, faktor yang memperingan dan memperberat, riwayat pengobatan, dan kondisi yang dirasakan sekarang. Sekitar 1,5 tahun yang lalu sehabis lari-lari kurang lebih 5 km kaki pasien pada jari-jarinya jadi kram dan lama kelamaan terjadi kesemutan dan semakin berat, sudah di periksa ke dokter syaraf tetapi belum ada perubahan dan pada tanggal 4-1-2014 datang ke poli Fisioterapi di Pku Muhhamadiyah Yokyakarta untuk melaksanakan terapi untuk penyakit yang saya derita dengan keluhan pada jari-jari kaki dan sering kram. 2. Pemeriksaan Fisik 7
16
a. Inspeksi Merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat (1) kondisi umum pasien yang meliputi keadaan umum penderita, sikap tubuh ekspresi wajah dan bentuk badan terjadi obesitas tidak, (2) keadaan lokasi, apakah ditemukan perubahan atau tidak bengkak dan atrofi otot, (3) pola jalan, apakah ditemukan kelainan atau pola jalan yang tidak normal atau tidak. Inspeksi ini ada 2 macam, yaitu secara statis maupun dinamis. Inspeksi statis adalah dengan melihat keadaan penderita saat penderita diam, sedangkan inspeksi dinamis adalah melihat keadaan penderita saat penderita bergerak atau berjalan. Kondisi umum pasien baik, tidak ada oedem pada betis. kanan, tidak nampak perbedaan warna kulit kedua lutut tidak. Pola jalan agak pincang nyeri saat jongkok ke berdiri. b. Palpasi Pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba, menekan pada daerah sekitar betis . Informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini adalah apakah ada nyeri tekan pada m. peroneus, suhu di sekitar betis normal atau tidak, adanya spasme otot di sekitar betis, dan oedema pada sendi betis. Tidak Ada nyeri tekan pada betis, suhu lutut kanan dalam batas normal, tidak ada spasme otot peroneus. c. Perkusi Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk atau vibrasi untuk mengetahui keadaan suatu rongga pada bagian tubuh. Tidak dilakukan d. Auskultasi Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mendengarkan bagian jantung atau paru-paru dengan menggunakan stetoskop tidak dilakukan e. Pemeriksaan gerakan dasar 8
17
Pemeriksaan gerak dasar meliputi (1) gerak pasif dimana gerakan dilakukan oleh terapis dan diperoleh informasi tentang LGS ada tidaknya nyeri dan end feel, (2) gerak aktif dimana pasien menggerakkan sendiri tanpa bantuan terapis dan diperoleh informasi LGS secara global dan ada tidaknya nyeri, (3) gerak aktif melawan tahanan, pada pemeriksaan ini penderita bergerak aktif dan terapis menahan dengan kekuatan yang sama besarnya sehingga tidak terjadi gerakan. ada kondisi ini tampak adanya penurunan dorsi fleksi dan plantar fleksi. f. Pemeriksaan Spesifik Pemeriksana spesifik ini dilakukan guna mendukung dalam menegakkan diagnosis dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan modalitas fisioterapi yang tepat. Pada kasus Neuropaty peroneal, pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a) Tes pengukuran nyeri dengan VAS (verbal descriptive skale) Yaitu pemgukuran derajat nyeri dengan memberi pertanyaan pada pasien bahwa yang di alami sekarang adalah tidak nyeri sampai nyeri sekali, dan pasien mengukurnya, terapis memberi penjelasan pada pasien, dan pasien menjawabnya lewat lisan. Sedangkan hasil yang didapat pada kasus ini. Neuropaty Peroneal : (1), nyeri diam (2), nyeri gerak (3), nyeri tekan. b) Tes tanda Homans Posisi pasien tidur terlentang di bed, terapis berada di samping dengan posisi kuda-kuda sambil memfiksasi tangan satu di poplitea dan tangan yang satu pada ankle. Terapis menekan ke arah cranial /dorsi fleksi pemeriksaan ini untuk mengetahui gangguan deep vein thrombosis tapi juga bisa di gunakan pada kasus neuropaty , dalam hal ini tes homans positive. 9
18
c) Oswestry Quisioner Tes kemampuan owwestry bertujuan untuk mengetahui seberapa kemampuan pasien untuk beraktifitas yang diberi berbagai beberapa tes yang berjumlah 10 dan nilai dari 1 sampai 5 yang nilai 1 adalah normal dan 10 adalah nyeri yang sangat amat sangat. Yang dari kemampuan tersebut dari nilai-nilainya di jumlah totalnya bagi 50 dan kalikan 100. Dari hasil tersebut maka kemampuan fugsional pasien dapat diketahui dan dapat diketahui dari hasil terapi 1-terapi 3 atau lebih (de wolf,2004). B. Diagnosa Fisioterapi Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah aktivitas gerak dan fungsi berdasarkan pernyataan yang logis dan dapat dilayani fisioterapi. Adapun tujuan dan diagnosis fisioterapi adalah untuk mengetahui permasalahan fisioterapi yang dihadapi oleh penderita serta untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Hasil pemeriksaan fisioterapi yang telah dilaksanakan pada penderita neuropati peroneal ini didapatkan permasalahan fisioterapi sebagai berikut: Kapasitas fisik yang terdiri dari : 1) Adanya nyeri gerak . 2) Adanya rasa kesemutan 3) Adanya rasa kram Kemampuan Fungsional terdiri dari : 1) Keterbatasan saat toileting 2) Keterbatasan saat jongkok 3) Keterbatasan saat bersila C. Pelaksanaan Fisioterapi 10
19
Dalam kondisi ini Fisioterapi yang dilaksanakan fisioterapis adalah IR, TENS, dan Terapi Latihan (TL). Selanjutnya pelaksanaan fisioterapi pada kondisi Neuropaty Peroneal. 1. IR (Infra Red). Setelah persiapan alat dan persiapan pasien selesai, selanjutnya IR dipasang di atas otot peroneus kira-kira 15 cm, dosis yang dipakai waktu terapi maksimal 15 menit, untuk kondisi ini gunakan jarak normal yaitu pasien merasakan hangat dan nyaman. Setiap selesai terapi tombol diposisikan pada posisi nol, mesin dimatikan, IR di ambil dan di kembalikan seperti semula. 2. Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS) Pada pelaksanaan terapi posisikan satu Elektrode pada otot peroneus dan Elektrode yang satunya pada telapak kaki, biar tidak kemana-mana maka elektrode di ikat dengan tali perekat dalam hal ini saya menggunakan modulasi pulsa ”countinuos”, kemudian atur waktu terapi ± 13 menit. Intensitas yang digunakan sampai timbul rasa nyeri, frekuensi 40-100 ppd dan durase fase 20-200 mikrodetik . 3. Terapi Latihan (TL) Streaching Terapis berada di samping pasien dan terapis memfiksasi pada ankle pasien, streach ke arah dorsi fleksi dan hitung selama tiga hitungan lalu rileks, lakukan lima kali pengulangan (Brader,2006). D. Evaluasi Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil yaitu , penurunan nyeri , peningkatan aktivitas, berkurangnya rasa kesemutan dan kram di jari-jari kaki.
20
BAB IV PENUTUP A.
KESIMPULAN Neuropaty merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa dianggap ringan,karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara intensif maka akan memperberat keadaan gejala itu sendiri dimana saraf mengalami kemunduran fungsinya sehingga dapat mengakibatkan kecatatan dan mengganggu aktivitas pasien. Dari IR, TENS dan streaching dengan pemberian ketiga modalitas tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi neuropaty yaitu dapat membantu mencegah dan menangani permasalahan berupa: (1) mengurangi nyeri mulai dari nyeri diam maupun gerak dengan menggunakan skala VDS. (2) mengembalikan aktivitas fungsional pasien. Dengan menggunakan skala owestry.
B. SARAN (1) Saran bagi pasien, agar bisa lebih hati-hati dalam beraktifitas khususnya yang banyak menggunakan aktivitas lebih, pasien saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di kompres dengan air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan di rumah juga lebih baik dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan. (2) Kepada masyarakat, hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran melalui aktifitas yang seimbang.
21