Makalahcampakrubeola.docx

  • Uploaded by: uswa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalahcampakrubeola.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,885
  • Pages: 29
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Campak (rubeola, morbili ) dalam sejarah anak telah dikenal sebagai

pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amwerika Serikat. Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penyakit campak rubeola adalah 2.1. Apa definisi campak rubeola? 2.2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak rubeola? 2.3. Bagaimana etiologi, epidemiologi dan patofisiologi penyakit campak rubeola? 2.4. Bagaimana masa tanda-tanda penyakit campak rubeola? 2.5. Bagaimana diagnosis penyakit campak rubeola? 2.6. Apa komplikasi pada penyakit campak rubeola? 2.7.Bagaimana cara penularan penyakit campak rubeola? 2.8. Bagaimana pencegahan penyakit campak rubeola? 2.9. Bagaimana pengonatan penyakit campak rubeola?

1

C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah campak rubeola adalah 3.1. Untuk mengetahui pengertian campak 3.2. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak 3.3. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi penyakit campak 3.4. Untuk mengetahui masa inkubasi penyakit campak 3.5. Untuk mengetahui diagnosis penyakit campak 3.6. Untuk mengetahui komplikasi campak 3.7. Untuk mengetahui cara penularan penyakit campak 3.8. Untuk mengetahui pencegahan penyakit campak 3.9. Untuk mengetahui pengonatan penyakit campak

D. Manfaat 1.Bagi mahasiswa: a. mahasiswa dapat mengetahui pengertian campak b. mahasiswa dapat mengetahui gejala penyakit campak c. mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi penyakit campak. d. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis campak. e. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak. f. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak. g. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien campak. h. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak. 2.Bagi masyarakat umum: a) Dapat menambah ilmu pengetahuan. b) Dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan campak.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Campak adalah suatu penyakit menular yang terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh virus. Selain dapat menular, penyakit campak juga merupakan penyakit berbahaya yang dapat menggangu serta jika dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit yang lebih serius. Rubeola adalah suatu infeksi virus yang sangat menular. Campak merupakan penyebab kematian bayi umur kurang dari 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemik. Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu: a.

Stadium kataral

Ditandai dengan enantem (bercak komplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan koryza dan batuk. b.

Stadium erupsi

Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh,lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi. c.

Stadium konsvalensi

Ditandai dengan ruam sesuai urutan munculnya ruam dan terjadi hiperpigmentasi.

3

2.2 Riwayat Alamiah Penyakit Campak Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1.

Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini invidu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh masih kuat, namun begitu daya tahan tubuh melemah ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas maka keadaan segera berubah penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya tahap patogenesis.

2.

Tahap patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu : 1. Tahap Inkubasi Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10 -20 hari Pada tahap ini individumasih belum merasakan bahwa dirinya sakit. 2. Tahap dini Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi,yaitu berupa: a) Panas badan b) Xeri tenggorokan c) Hidunh meler (coryza) d) Batuk (cough) e) Bercak komplik f) Nyeri otot g) Mata merah (conjuctivitis) 3. Tahap lanjut Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil-kecil dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau-pulau, ruam umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar

4

menuju dada,punggung,perut serta terakhir kaki dan tangan. Pada saat rau muncul.panas pada anak mencapai puncaknya(bisa mencapai 40 derajat celcius),ingus semakin banyak,hidung semakin mampat,tenggorokan semakin sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah 4. Tahap akhir/pasca patogenesis Berakhirnya perjalanan penyakit campak dapat berada dalam lima pilihan keadaan yaitu: a) Sembuh sempurna Yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih sehat kembali b) Sembuh dengan cacat Yakni bibit penyakit menghilang,penyaki sudah tidak ada tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnnya, meninggalkan bekasgangguan yang permanen berupa cacat c) Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyaki t masihtetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit. d) Penyakit tetap berlangsung secara kronik. e) Berakhir dengan kematian.

2.3 Etiologi, Epidemiologi, Patofisiologi 1.

Etiologi Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus

Morbilivirus selama masa prodomal dan selama waktu singkat sesudah raum tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring , darah dan urin. Virus dapat aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kerarhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul Penyebaran virus maksimal adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9 -10 sesudah pemajanan, pada

5

beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Tindakan pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.

2.

Epidemiologi Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit

Surveilans d a n D aerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100 persen dan mayoritas adalah balita (>70 persen).Frekuensi KLB campak pada tahun 1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada periode 1998–1999 dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka frekuensi itu sangat dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup tinggi terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia seperti Jawa Barat, NTB, Jambi,Bengkulu dan Yogyakarta. Dari sejumlah KLB yang dilaporkan ke Subdit Surveilans, diperkirakan KLB campak sesungguhnya terjadi jauh lebih banyak. Artinya, masih banyak KLB campak yang tidak terlaporkan dari daerah dengan berbagai kendala. Walaupun frekuensi KLB campak yang dilaporkan itu mengalami peningkatan, tapi jumlah kasusnya cenderung menurun dengan rata-rata kasus setiap KLB selama 1994–1999, yaitu sekitar 15–55 kasus pada setiap kejadian. Berarti besarnya jumlah kasus setiap episode KLB campak selama periode itu, rata-rata tidak lebih dari 15 kasus. Dari 19 lokasi KLB campak yang diselidiki Subdit Surveilans, daerah dan mahasiswa FETP (UGM) selama tahun 1999, terlihat attack-rate pada KLB campak dominan padakelompok umur balita. Angka proporsi penderita pada KLB campak 1998–1999 jugamenunjukkan proporsi terbesar pada kelompok umur 1–4 tahun dan 5–9 tahun biladibandingkan kelompok umur lebih tua (10–14 tahun).

6

3.

Patofisiologi Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus,

saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinisasi pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) dapat terjadi degenerasi korteks dan substansia alba.

2.4 Tanda dan gejala penyakit campak rubeola Tanda khas penyakit campak adalah adanya Koplik spots (kemerahan dengan putih di tengah) di selaput lendir pipi yang tampak 1-2 hari sebelum timbulnya rash. Rash adalah kemerahan kulit yang biasanya muncul pada hari ke 14 setelah terpapar, kemudian menyebar dari kepala ke anggota badan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari akan menghilang meninggalkan noda kehitaman. Rash merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas yang tidak akan terlihat pada orang yang mengalami penekanan sistem imunitas seluler. Sel yang terinfeksi virus campak mampu berfusi membentuk sel raksasa multinuklear (multinuclear giant cells), yang merupakan tanda patologis infeksi virus campak.  Gejala – Gejala Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot

7

- mata merah ( conjuctivitis ), 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setela timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

2.5 Diagnosis penyakit campak rubeola Selama stadium prodromal sel raksasa multinuklear dapat diperagakan pada pada pulasan mukosa hudung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan, dan diagnostik naik pada titer antibodi dapat dideteksi antara serum akut dan konvalesen. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfoit. Kadar glukosa normal. Diagnosis Banding, ruam rubeola ( campak ) harus dibedakan dari eksantema subitum, rubella, infeksi karena ekovirus, virus koksaki, dan adenovirus, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis,meningokoksemia, demam skarlet, penyakit rickettsia, penyakit serum, penyakit kawasaki dan ruam karena obat. Bercak kopik adalah patognomonis untuk rebeola, dan diagnosis dari campak yang tidak termodifikasi harus tidak dibuat bila tidak ada batuk.

8

 Diagnosis dapat di tegakkan dengan : 1.Anamnese (berdasarkan riwayat timbulnya penyakit seperti adanya kontak dengan penderita)yaitu : a) 1.Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak) batuk, pilek, harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili (artinya kemungkinan penyakit lain yang mirip campak, misal : german, measles,eksentema subitum,infeksi virus lain). b) 2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan. c) Dapat disertai diare dan muntah. d) Dapat disertai gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : Epitaksis, petekie, ekimosis. e) Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. 2.Gejala klinis Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu : a) Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. b) Pada umumnya anak tampak lemah c) Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral ) d) Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka dan kemudian ke seluruh tubuh. 3.Pemeriksaan laboratorium meliputi : a) Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relative. b) Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik

9

dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. 4.Biakan virus ( mahal ) Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang diambil dari pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah timbulnya ruam kulit (terutama selama masa demam campak) merupakan sumber yang memadai untuk isolasi virus. selama stadium prodromal, dapat terlihat sel raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung.

2.6 Komplikasi pada penyakit campak Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis. 1.Bronchopneumonia Dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein. 2.Otitis Media Akut Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.

10

3.Ensefalitis Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak 4.Enteritis Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

2.7 Cara penularan penyakit campak rubeola Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10- 14 hari sebelum gejala muncul. Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: • Bayi berumur lebih dari 1 tahun • Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi • Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

11

2.8 Pencegahan penyakit campak rubeola Cara terbaik mencegah terkena campak adalah dengan imunisasi sejak kecil. Terdapat dua pilihan vaksinasi campak. Yang pertama adalah vaksin khusus campak yang dimasukkan oleh pemerintah ke dalam program imunisasi wajib. Vaksin ini diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun, dan 6 tahun. Jenis vaksin yang kedua adalah MMR yang merupakan vaksin gabungan untuk penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman. Vaksin ini diberikan pada umur 12-13 bulan dan pada umur 3-5 tahun. a.Imunisasi Pasif IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan. b.

Imunisasi Aktif Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular

dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi. Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa

12

terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami. 1.Vaksin Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu : a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan ( tipe Edmonston B ). b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium ). 2.Dosis dan cara pemakaian Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi. 3.Reaksi KIPI Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan valsin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan lebih dari 39,50c yang terjadi pada 515% kasus, demam mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh

13

imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca diimunisasi. 4.Imunisasi Ulangan Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes & Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada tahun 1998, menunjukkan status antibody campak hanya mencapai 71,9% sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi campak cukup tinggi yaitu 2632,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun ) melalui program BIAS. Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya : a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak peningkatan insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi. b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang. c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah dimatikan ( vaksin inaktif ). d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin. e. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya. 5. Kontra Indikasi Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresif, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan immunoglobulin atau bahanbahan berasal dari darah.

2.9 Pengobatan penyakit campak rubeola Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit infeksi virus secara efektif, sehingga sebagian penderita akan sembuh sendiri,

14

meninggal, atau mengalami cacat seumur hidup. Demikian pula tidak ada obat antivirus standar yang dapat menyembuhkan penyakit campak. Ribavirin dapat menghambat replikasi virus campak secara in vitro, dan mungkin dapat mengurangi gejala penyakit yang berat pada saat terjadi infeksi campak akut. Penderita immunocompromised yang menderita pneumonitis campak diberi obat ribaviri aerosol ternyata tidak memperlihatkan bukti perbaikan yang jelas, tetapi dari laporan-laporan kasus ternyata ribavirin yang diberikan secara intavena lebih memberikan efek. Banyak jenis obat termasuk bromodeoxyuridine, azaguanine, amantadine, IFN, ether, isoprinosine, ribavirin, faktor transfer, dan isoniplex telah digunakan untuk pengobatan SSPE. Evaluasi tentang efikasi obat-obat ini sangat sulit karena kasusnya jarang, laporan bersifat anekdot dan tidak ada bukti penelitianyang kuat, dan memberi keuntungan hanya dalam jangka pendek. Pemberian antibiotika pada penderita campak disarankan bila ada komplikasi infeksi sekunder seperti, pneumonia, sepsis, otitis media, dan tandatanda infeksi sekunder yang lain.  Pemberian vitamin A Banyak studi membuktikan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada penderita infeksi campak akut dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas, walaupun tidak ditemukan adanya gejala klinik kekurangan vitamin A dan xerophthalmia, pemberian vitamin A dapat mencegah terjadinya kebutaan yang disebabkan oleh kerusakan kornea sebagai akibat menderita penyakit campak. WHO telah memberi rekomendasi agar setiap anak yang menderita penyakit campak diberi vitamin A tambahan terutama di negara-negara dengan angka kematian 1% atau lebih. Disarankan untuk memberikan sebanyak 400.000 Iupada semua umur.  Istirahat  Banyak minum dan makan bergizi tinggi

15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN “ CAMPAK ”

A.

Pengkajian Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu : 1.Pengumpulan Data A. Anamnese a). Identitas penderita Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis. b). Keluhan utama Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole. c). Riwayat kesehatan sekarang Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. d). Riwayat kesehatan dahulu Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak. e). Riwayat kesehatan keluarga Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak. f). Riwayat imunisasi Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

16

g). Riwayat nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi Klasifikasinya sebagai berikut : a. Gizi buruk kurang dari 60% b. Gizi kurang 60 % - <80 % c. Gizi baik 80 % - 110 % d. Obesitas lebih dari 120 % h). Riwayat tumbuh kembang anak. a.

Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. B. Tahap perkembangan. a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan

17

Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking. d) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga. e) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman. f)

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendektinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

g) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. h) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana. i) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar. j) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

18

C.

Pemeriksaan fisik ( had to toe )

a)

Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital. b)

Kepala dan leher  Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.  Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang, c)

Mulut  Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus. d)

Toraks  Inspeksi :

Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.  Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan. e)

Abdomen  Inspeksi :

Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.  Auskultasi Bising usus.  Perkusi Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.

19

f)

Kulit  Inspeksi :

Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.  Palpasi : Turgor kulit menurun

2. Analisa Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif dan objektif. Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab. B.

Diagnosa Keperawatan Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap

proses kehidupan / masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut : a) Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami. b) Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring. c) Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili. d) Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah. e) Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal. f) Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik. C.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa I Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami. Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.

20

Dengan kriteria hasil : a.

Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.

b.

Anak bebas dari demam.

Intervensi No 1

Intervensi

Rasional

Monitor perubahan suhu

Sebagai pengawasan terhadap adanya

tubuh, denyut nadi.

perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.

2

Lakukan tindakan yang

Upaya – upaya tersebut dapat

dapat menurunkan suhu

membantu menurunkan suhu tubuh

tubuh sperti lakukan

pasien serta meningkatkan

kompres, berikan pakaian

kenyamanan pasien.

tipis dalam memudahkan proses penguapan. 3

Libatkan keluarga dalam

Meningkatkan rasa nyaman anak.

perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh. 4

5

Kaji sejauh mana

Mengetahui kebutuhan infomasi dari

pengetahuan keluarga dan

pasien dan keluarga mengenai

anak tentang hypertermia

perawatan pasien dengan hypertemia.

Kolaborasi dengan dokter

Antipiretik

dengan memberikan

menurunkan/mempertahankan suhu

antipiretik dan antibiotic

tubuh anak.

sesuai dengan ketentuan.

21

Diagnose II Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring. Tujuan : bersihan jalan napas efektif Dengan criteria hasil : a.

Tidak mengalami aspirasi

b.

Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam

paru. Intervensi No 1

Intervensi

Rasional

Kaji fungsi pernapasan, contoh

Ronci, mengi menunjukkan

bunyi napas, kecepatan, irama

akumulasi secret/ ketidakmampuan

dan kedalaman dan

untuk membersihkan jalan napas

penggunaan otot aksesori.

yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.

2

Catat kemampuan untuk batuk

Pengeluaran secret sulit bila secret

efektif.

sangat tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat hidrasi ).

3

4

5

Berikan posisi semi fowler

Posisi membantu memaksimalkan

tinggi. Bantu klien untuk batuk

ekspansi paru dan menurunkan

dan latihan napas dalam.

upaya pernapasan.

Bersihkan secret dari mulut

Mencegah obstruksi atau aspirasi.

dan trakea ; pengisapan sesuai

Pengisapan dilakukan bila klien tidak

keperluan.

mampu mengeluarkan secret.

Pertahankan masukan cairan

Pemasukan tinggi cairan membantu untk mengencerkan secret.

6

Berikan lingkungan yang aman

Meningkatkan kenyamanan untuk anak

22

Diagnose III Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili. Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa. Dengan criteria hasil : a.

Terbebas dari adanya lesi jaringan.

b.

Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.

Intervensi

No 1

Intervensi

Rasional

Pantau kulit dari adanya: ruam

Mengetahui perkembangan

dan lecet, warna dan suhu,

penyakit dan mencegah terjadinya

kelembaban dan kekeringan

komplikasi melalui deteksi dini

yang berlebih, area kemerahan

pada kulit.

dan rusak. 2

3

Mandikan dengan air hangat

Mempertahankan kebeersihan tanpa

dan sabun ringan

mengiritasi kulit.

Dorong klien untuk

Membantu mencegah friksi /

menghindari menggaruk dan

trauma kulit.

menepuk kulit. 4

Balikkan atau ubah posisi

Meningkatkan sirkulasi dan

dengan sering

mencegah tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.

5

Ajarkan anggota keluarga /

Mengetahui terjadinya infeksi /

memberi asuhan tentang tanda

komplikasi lebih cepat.

kerusakan kulit, jika diperlukan. 6

Konsultasi pada ahli gizi

Perbaikan nutrisi klien agar

tentang makanan tinggi

terhindar dari infeksi karena kulit

protein, mineral, kalori dan

dapat menjadi barier utama yang

23

vitamin.

dapat memperberat kondisi anak.

Diagnose IV Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah. Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh. Dengan criteria hasil : a.

Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.

Intervensi No 1

Intervensi Pantau berat badan, suhu,

Rasional Mengontrol keseimbangan output.

kelembaban pada rongga oral, volume konsentrasi urin. 2

Ukur berat jenis urine

Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut pada respon terhadap hipovolemia.

3

4

5

Observasi kulit/membrane

Hipovolemia, perpindahan cairan dan

mukosa untuk kekeringan,

kekurangan nutrisi memperburuk

turgor.

turgor kulit.

Hilangkan tanda bau dari

Menurunkan rangsangan pada gaster

lingkungan

dan respon muntah.

Ubah posisi dengan sering,

Adanya gangguan sirkulasi

berikan perawatan kulit dengan

cenderung merusak kulit.

sering dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan. 6

Berikan : a.

Bentuk-bentuk cairan yang

Menarik minat anak agar mau minum banyak.

menarik ( sari buah, sirup tanpa es, susu )

24

Diagnose V Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal. Tujuan : anak merasa nyaman Dengan criteria hasil : a.

Anak dapat beristirahat dengan nyaman.

b.

Rewel berkurang.

Intervensi : No

Intervensi

1

Tubuh anak dibedaki dengan

Rasional Mengurangi rasa gatal.

bedak salisil 1% atau lainya ( atas resep dokter ) 2

Tidurkan anak ditempat yang

Mencegah silau dan menambah

agak jauh dari lampu ( jangan

kenyamanan anak.

tepat dibwah lampu )

Diagnose VI Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik. Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan. Dengan criteria hasil : a.

Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan

b.

Penyakit anak tidak bertambah parah.

Intervensi No 1

Intervensi

Rasional

Cuci tangan sebelum dan

Mengurangi risiko kontaminasi

sesudah kontak perawatan

silang.

dilakukan. Intruksikan klien / orang terdekat untik memcuci tangan sesuai indikasi

25

2

Berikan lingkungan yang

Mengurangi pathogen pada system

bersih dan berventilasi baik.

imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.

3

Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan isolasi pencegahan dan

cara hidup dan mengurangi rasa

mempertahankan kesehatan

terisolasi.

pribadi. 4

Pantau tanda-tanda vital

Memberikan informasi data-data dasar, awian atau peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi.

5

Kaji frekuensi /kedalaman

Kongesti / distress pernapasan

pernapasan, perhatikan batuk

dapat mengindikasikan

spasmodic kering pada

perkembangan PCP, penyakit yang

inspirasi dalam, perubahan

umum terjadi.meskipun demikian,

karakteristik sputum dan

TB paru mengalami peningkatan

adanya mengi atau ronchi.

dan infeksi jamur lainnya, viral,

Lakukan isolasi pernapasan

dan bakteri yang dapat terjadi yang

bila etiologi batuk produktif

membahayakan system pernapasan.

tidak diketahui. 6

7

Ubah sikap baring beberapa

Mencegah penyebaran infeksi

kali sehari dan berikan bantal

bertambah parah dan mencegah

utnuk meninggikan kepala

terjadinya dekubitus.

Dudukkan anak pada waktu

Mencegah aspirasi

minum 8

Berikan obat yang tepat

Mencegah penyakit bertambah parah

26

9

Bawa berobat kembali jika

Untuk menentukan tindakan

anak terlihat selalu tidur, tidak

pengobatan selanjutnya.

mau makan minum, semakin lemah, suhu tetap tinggi, kesadaran menurun.

D.

Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang

telah disusun.

E.

Evaluasi Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya. Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai : a.

Berhasil

Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan. b.

Tercapai sebagian

Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan. c.

Belum tercapai

Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

27

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi

merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang

B.

Saran Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita

perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah sakit. Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.

28

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta : CV Sagung Seto Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC Tokoherbalacemaxs.”cara paling ampuh untuk mengobati campak pada anak dan dewasa. 6 Agustus 2017. http://tokoherbalacemaxs.com/cara-paling-ampuhuntuk-mengobati-campak-pada-anak-dan-dewasa/ Alodokter.”pencegahan campak”.6 Agustus 2017. http://www.alodokter.com/campak/pencegahan Wahedlabstechnologies.”riwayat alamiah penyakit campak”.6 Agustus 2017. http://wahedlabstechnologies.blogspot.co.id/2010/04/riwayat-alamiah-penyakitcampak.html

29

More Documents from "uswa"