KEGIATAN BELAJAR I A. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF Dalam Pendidikan dikenal dua pengertian tentang penilaian yaitu penilaian dalam arti asesmen dan penilaian dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupkan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada
beberapa
istilah
yang
berkaitan
dengan
asesmen,yaitu
tradisional
assessmen,performance assessment,authentic assesmen,portofolio assesmen, achievement assessment, dan alternatife assessment. 1. Tradisional assessment Tradisional asesmen mengacu pada tes tertulis.maksudnya tradisional assessment hanya mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tertulis.padahal kita ketahui bersama tes tertulis mempunyai kelemahan diantaranya hanya mampu mengukur aspek kognitif dan ketrampilan sederhana, sebagian kecil dari hasil belajar siswa, dan tes sering kali menimbulkan kecemasan. 2. Performance assessment ( asesmen kinerja) Asesmen kinerja merupakan asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik pengetahuan atau ketrampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukan dalam bentuk penyelesaian suatu tugas, bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang sudah tersedia. Asesmen kinerja menilai hasil belajar siswa dan proses belajarnya. 3. Authentic assessment. Authentic assessment merupakan assessment yang menuntut siswa mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan nyata diluar sekolah. Tujuan dan otentik assessment adalah untuk mengumpulkan bukti-bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat memberikan kritik terhadap upaya yang telah ia lakukan. Dari Pengertian tersebut tampak bahwa authentic assessment didasarkan performance assessment yang menuntut siswa mampu unjuk kerja. Contoh : disekolah siswa diajari konsep penjumlahan 2 + 3 = 5. Konsep tersebut abstrak.Konsep tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan nyata anak, yang ada adalah 2 bola + 3 bola = 5 bola. Untuk itu dalam mengajarkan konsep penjumlahan ajarlah siswa dengan menggunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan nyata. Untuk mengetahui bagaiman anak harus bersikap sopan kepada orang tua pada situasi yang
sebenarnya.Amatilah bagaimana sikap siswa saat berinterkasi dengan orang tua yang ada disekitar sekolah. Misalnya kepada pesuruh sekolah, penjual kue dan minuman disekitar sekolah dan sebagainya. 4. Portofolio assessment (assessment portofolio) Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukan upaya,proses,hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Mungkin banyak definisi portofolio yang telah anda kenal dan agak berbeda dengan pengertian diatas tetapi pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang menunjukan pencapaian dan perkembangan hasil hasil belajar siswa. 5. Achievement assessment Achivement assessment merupakan pengertian umumterhadapa semua usaha untuk mengukur,mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang dilakukan dengan tes tertulis,assasemen kinerja,portofolio, dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil dan kemajuan belajar siswa. 6. Alternative assessment Alternative assessment merupakan asasement yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis. Pada dasarnya asasemen alternative merupakan alternative dari asasemen tradisional (paper and pencil test). Jadi performance assesmen,portofolio assessment,authentic assessment, dan achievement assessment merupakan kelompok asesmen alternative. B. LANDASAN PSIKOLOGIS Asesmen alternative tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat member informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran.Asesment alternative tidak hanya menilai produk belajar saja tetapi juga menilai proses belajar untuk menghasilkan kemampuan produk tersebut. Asesmen alternative dilaksanakan bersdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologi kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanakan asesmen alternative adalah: 1. Teori fleksibilitas kognitif dan R.spiro (1990) 2. Teori belajar Bruner (1966) 3. Generative learning model dari Osborne dan wittrock (1983) 4. Experiential learning theory dari c rogers (1969) 5. Multiple intelligent theory dari Howard gardner (1983) C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF
Seperti halnya alat ukur yang lain, asesmen alternative seperti performance asesmen,authentic assessment, dan portofolio assessment mempunyai keunggulan dan kelemahan. 1. Keunggulan asesmen alternative anatara lain: a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional. Contohnya : jika anda ingin menguku rkinerja kerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas dari tugas karangan tersebut. Misalnya kemampuan dalam siswa dalam membuat paragraph yang baik, pemilihan kosa kata yang tepat, kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan, kemampuan merangkai kata dan kalimat,dan kemampuan berimajinasi. b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan asesmen anda akan dapat menilai hasil belajar anak secara lengkap, tidak hanya hasil belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. c. Meningkatkan motivasi siswa. d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.Asesmen Alternatif menekankan kepada apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang diketahui siswa. e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfvaluation. f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan. g. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar. 2. Kelemahan Asesmen alternative: a. Membutuhkan banyak waktu b. Adanya unsure subjektifitas dalam penskoran c. Ketetapan penskoran rendah d. Tidak tepat untuk kelas besar.
KEGIATAN BELAJAR 2 BENTUK ASESMEN KINERJA Asesmen kinerja terdiri dari dua komponen : 1. Tugas ( Task ) 2. Kriteria penskoran ( Rubric )
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
A. Tugas ( Task ) Computer adaptive testing Tes pilihan ganda yang diperluas Tes uraian terbuka ( open ended question ) Tugas individu Tugas kelompok Proyek Inteview Pengamatan Langkah – langkah menyusun tugas :
1. Pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas . Ada lima pertanyaan pokok yang membantu dalam merumuskan tugas yaitu : a. Keterampilan atau atribut kognitif apa yang harus dikuasai siswa ? b. Keterampilan atau atribut afektif apa yang harus dikuasai siswa ? c. Keterampilan meta kognitif apa yang harus dikembangkan siswa ? d. Tipe masalah yang seperti apa yang harus dipecahkan oleh siswa ? e. Konsep atau prinsip apa yang dapat diterapkan oleh siswa ? 2. Merancang tugas yang yangmemungkinkan siswa dapat menunjukan kemampuannya dalam berfikir dan keterampilan. 3. Menetapkan criteria keberhasilan
1. 2. 3.
4.
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan pada saat merancang tugas dalam asesmen kinerja : Tugas – tugas yang disusun hendaknya merupakan bagian dari proses pembelajaran. Tugas yang baik dalah tugas yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Tugas yang diberikan terhadap siswa harus adail. Dalam hal ini bukan berarti tugas yang diberikan harus sama. Harus dijaga jangan samapai ada unsur subjektifitas dalam memberikan tugas. Jangan memeberikan tugas terlalu mudah karena hal ini tidak akan memebrikan motivasi siswa dan tidak memberikan tantangan kepda siswauntuk melakukannya. B. KRITERIA PENILAIAN ( RUBRIC )
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menembangkan rubric : 1. Menentukan konsep, keterampilan dan kinerja yang akan dinilai. 2. Merumuskan atau mendefinisikan serta menentukan urutan konsep dan atau keterampilan yang akan dinilai kedalam rumusan yang akan menggambarkan kinerja siswa. 3. Menetukan tugas yang akan dinilai . 4. Menetukan skala yang akan digunakan. 5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan. 6. Melakukan uji coba. 7. Melakukan revisi hasil uji coba. Beberapa pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai suatu rubric : 1. Seberapa jauh rubric tersebut berhubungan langsung dengan kinerja yang akan dinilai ? 2. Seberapa jauh rubric tersebut mencakup keseluruhan dimensi atau aspek yang dinilai ? 3. Apakah criteria yang digunakan menggunakan standar yang secara umum berlaku untuk kinerja yang dinilai ? 4. Sejauh mana ketepatan definisi dari dimensi dan skala yang dibuat ? 5. Jika menggunakan skala numeric, sejauh mana angka – angka tersebut mampu menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja ? 6. Pada saat rubric tersebut digunakan oleh lebih dari satu penilai, seberapa jauh perbedaan skor yang diberikan oleh kedua penilai ? 7. Apakh rubric yang digunakan dapat dipahami oleh siswa dengan baik ? 8. Apakah rubric tersebut cukup adil dan bebas dari bias ? 9. Apakah rubric tersebut cukup praktis dan mudah digunakan ? Berdasarkan kegunaannya rubric dapat dibedakan menjadi dua yaitu rubric holistic dan rubric analytic . a. Holistic Rubric Yang dimaksud dengan holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya dibuat secara umum, Karena itu biasanya holistic rubric digunakan untuk menilai berbagai macam kinerja. Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain : Kwalitas pengerjaan tugas. Kretifitas dalam pengerjaan tugas. Produk tugas. Setiap aspek yang akan dilihat kinerjanya kemudian ditentukan gradasi mutunya mulai dari yang paling sempurna sampai yang paling jelek. Dimensi kinerja 1. Kualitas pengerjaan tugas
Skor Deskripsi 4 3 2 1
Tugas dikerjakan dengan sangat baik dan akurat. Tugas dikerjakan dengan baik tetapi tidak akurat Pengerjaan tugas yang kurang baik dan kurang akurat Pengerjaan tugas tidak baik dan tidak akurat.
2. Kualitas dalam pengerjaan tugas
4 3 2 1
3. Produk tugas
4 3 2 1
Mampu memodifikasi prosedur dalam kondisi yang menantang. Mampu memodifikasi prosedur tetapi atas bantuan instruktur Mampu memodifikasi prosedur tapi setelah diberi contoh. Tugas dikerjakan dengan prosedur baku. Secara keseluruhan produk tugas sangat bagus . Secara keseluruhan produk tugas bagus . Secara keseluruhan produk tugas sedang . Secara keseluruhan produk tugas kurang bagus .
Holistik rubric yang khusus dibuat untuk menilai kinerja siswa yang berhubungan dengan keterampilan mengerjakan sesuatu , Dimensi kerjanya yang harus diperhatikan antara lain : Kemampuan menggunakan prosedur kerja. Kemampuan menunjukan fungsi dari setiap langkah sesuai dengan prosedur, dan Kemampuan memodifikasi prosedur yang ada tanpa menyalahi fungsi. Dimensi kinerja
Skor Deskripsi
1. Penggunaan prosedur
4 3 2 1
2. Fungsi prosedur
langkah
dalam
4 3 2 1
3. kemampuan memodifikasi prosedur
4 3 2 1
b. Analitic Rubric
Prosedur digunakan secara cepat dan terampil. Prosedur digunakan secara cepat tetapi kurang terampil. Ada kesalahan penggunaan prosedur,digunakan lambat dan canggung. Tidak menggunakan prosedur Mampu menunjukan fungsi masing langkah dalam prosedur dengan baik. Langkah – langkah dalam prosedur secara umum. Langkah – langkah dalam prosedur secara terbatas Langkah – langkah dalam prosedur kurang bisa dipahami
– masing ditunjukan ditunjukan ditunjukan
Mampu memodifikasi prosedur dalam keadaan menantang. Mampu memodifikasi prosedur tapi dengan bantuan instruktur. Mampu memodifikasi prosedur setelah diberi contoh oleh instruktur Tidak mampu memodifikasi prosedur..
Analitic rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat lebih rincidemikian pula deskripsi setiap aspek kinerjanya. Contoh rubric tugas karangan dengan topic pengalaman saat liburan semester, panjang karangan dan komponen – komponen serta tanggal pengumpulan tugas sudah di tentukan : Aspek kinerja
Indikator
1. Struktur a. Judul karangan
skor
Deskripsi
4
Judul berupa frase, penulisannya tepat, judul sesuai isi karangan. Judul bukan frase, penulisannya tepat,judul sesuai dengan karangan. Judul bukan frase, penulisannya kurang tepat, judul sesuai dengan isi karangan. Judul bukan frase penulisannya tidak tepat, judul tidak sesuai dengan isi karangan.
3 2 1 b. Pembukaan 4 3 2 1
Ada dan mengarah ke isi karangan Ada dan kurang mengarah ke isi karangan Ada tetapi tidak mengarah ke isi karangan Tidak ada pembukaan
4 3 2 1
Isi lengkap dan jelas Isi lengkap tetapi kurang jelas Isi kurang lengkap tetapi jelas Isi tidak langkap dan tidak jelas
4 3 2 1
Ada dan merupakan kesimpulan isi karangan Ada tapi kurang sesuai dengan isi karangan Ada tepai tidak sesuai dengan isi karangan Tidak ada penutup
4 3 2 1
Makna dan bentuk tepat Makna tepat,bentuk kurang tepat Makna kuarang tepat, bentuk tepat Makna dan bentuk tidak tepat
4 3 2 1
90% - 100% Struktur kalimat benar 80% - 89% Struktur kalimat benar 60% - 79 % Struktur kalimat benar Kurang dari 60% Struktur kalimat benar
4
Ada satu pokok pikiran dan dikembangkan dengan jelas Ada satu pokok pikiran dan pengembangannya kurang jelas Ada lebih dari satu pokok pikiran dan dikembangkan dengan jelas Ada lebih dari satu pokok pikiran dan
c. Isi
d. Penutup
2. Penggunaan a. kosa kata bahasa
b. Struktur kalimat
C. Alinea
3 2 d. Ejaan
1
pengembangannya tidak jelas 4 3 2 1
90% - 100% benar 80% - 89% benar 70% - 79 % benar Paling banyak69% benar
KEGIATAN BELAJAR 3 ASESMEN PORTOFOLIO A. Pengertian dan Tujuan Portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat menunjukkan pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa. Portfolios is a purposeful collection of student work that tells the story of student achievement or growth. Portfolios are not folders of all work a student does. Kumpulan hasil karya siswa dalam folder dapat dikatakan sebagai portofolio jika kumpulan hasil hasil karya tersebut dapat menggambarkan perkembangan hasil belajar siswa dari waktu ke waktu. Definisi portofolio menuerut Paulson “a purposeful collection of student work that exhibits the student’s efforts, progress and achievements in one or more areas. The collection must include student participation in selecting contents, the criteria for selection, the criteria for judging merit and evidence of student self-reflection”. Tiga prinsip utama dalam asesmen portofolio: collect, select, reflect, sedangkan lebih rinci karakteristik portofolio : 1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerjasama antara murid dengan guru 2.
Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya tetapi yang utama adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar criteria tertentu untuk dimasukan ke dalam karya siswa
3.
Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu yang digunakan siswa untuk refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan dan kelemahan tersebut digunakan sebagai bahan pembelajaran berikutnya
4.
Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi siswa dan diterapkan secara konsisten. Menurut John Mueller, tujuan utama portofolio adalah untuk salah satu dari tiga tujuan:
1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa 2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung 3. Menilai secara keseluruhan pencapaian hasil belajar siswa Portofolio memberikan bukti nyata hasil kerja siswa, informasi tambahan untuk standardized test, memberikan catatatn kepada siswa untuk melakukan refleksi diri dan merupakan cara terbaik untuk mengkomunikasikan pencapaian hasil belajar siswa kepada orangtua siswa. Untuk membedakan portofolio sebagai asesmen dan portofolio sebagai hasil karya, Shakelee et.al (1997) mengemukakan sebagai berikut:
Portofolio Sebagai Asesmen
Portofolio Sebagai Hasil Karya
(bagaimana saya menggunakan bukti?)
(mengapa saya mengumpulkan bukti?)
1. Sebagai landasan pengembangan level1. Sebagai representasi keterampilan yang berikutnya
telah dimiliki
2. Untuk mempromosikan pengembangan2. Sebagai bukti pengembangan suatu ranah berikutnya 3. Sebagai bukti kemampuan yang telah3. Untuk menunjukan kemampuan yang dicapai
dimiliki
4. Untuk memodifikasi pengajaran yang akan4. Sebagai bahan yang akan di bahas dalam dilakukan 5. Untuk menyesuaikan kurikulum
suatu pertemuan 5. Sebagai bahan pelaporan
Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan portofolio sebagai asesmen: 1. Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yang jelas, spesifik, dan berorientasi pada research based criteria
2.
Dapat digunakan sebagai sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa
3. Berbagai cara yang perlu diperhatikan damal pengmpulan bukti yang berkontribusi terhadap portofolio yaitu: bukti-bukti tercetak (printed materials) maupun bukti non-printed (nonprinted materials) 4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti karangan, hasil lukisan, skor tes, foto dan sebagainya 5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu 6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda dari yang lain 7.
Portofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap portofolio tersebut.
B. Perencanaan Portofolio Delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat merencanakan portofolio Shaklee et.al (1977): 1. Menentukan criteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen portofolio 2. Menerjemahkan criteria atau standar tersebut kedalam rumusan-rumusan hasil belajar yang dapat diamati 3. Menggunakan criteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti yang diperlukan 4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa 5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan 6.
Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang dikumpulkan
7.
Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan informasi dan keputusan asesmen portofolio
8.
Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat membandingkan
C. Pelaksanaan Portofolio Dalam pelaksanaan asesmen portofolio, tugas guru adalah : a.
Mendorong dan memotivasi siswa
b. Memonitor pelaksanaan tugas c.
Memberikan umpan balik
d. Memamerkan hasil portofolio siswa D. Pengumpulan Bukti Portofolio
Kumpulan karya siswa dapat dikatakan portofolio jika kumpulan karya tersebut merupakan representasi dari kumpulan karya terpilih yang menunjukkan pencapaian dan perkembangan belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap bagian atau pemenggalan dari karya dalam portofolio dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang khusus. Karya siswa harus dapat menunjukkan perkembangan atau bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan tertentu. E. Tahap Penilaian 1.
Penilaian dimulai dengan menentapkan criteria penilaian yang disepakati bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten 3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya 4.
Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan. KEGIATAM BELAJAR 4
Penilaian Ranah Afektif A. KONSEP DASAR Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap yang positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Menurut Krathwohl ( dalam Gronlund and Linn, 1990 ),ranah afektif terdiri atas lima level yaitu : 1. Receiving Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas,buku atau musik. 2. Responding Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari. 3.Valuing Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai,keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen. 4.Organization Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten. 5. Characterization Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya. Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri dan nilai.
1.Sikap Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negative terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif 2.Minat Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untukmemperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilanuntuk tujuan perhatian dan pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitas untukmemperoleh sesuatu. 3.Konsep diri Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri ( Smith dalam Mardapi, 2004). Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka siswa akan dapat memilih alternative karir yang tepat bagi dirinya. 4.Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004). Sekolah perlu membantu siswa untuk menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal-hal yang positif bagi masyarakat.
B. BEBERAPA CARA MENILAI RANAH AFEKTIF
1.
2. 3. 4. 5.
Menurut Ericson (dalam Nasoetion dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara: Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu,benda, orang, gambar atau kejadian. Dari tingkah laku yang muncul kemudian dicari atribut yang mendasari tingkah laku tersebut. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan tersebut digunakan sebagai pancingan. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pertanyaan atau pilihan bentuk angka. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannya. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang dimana yang diamati tdak tahu bahwa ia sedang diamati.
C. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN AFEKTIF 1.Merumuskan tujuan pengukuran afektif Pengembangan alat ukursikap bertujuan untukmengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Alat ukur minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap sesuatu. Hasil pengukuran minat akan bermanfaat bagi sekolah untuk mengidentifikasi dan menyediakan
sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan minat siswa. Sedangkan bagi siswa akan bermanfaat untuk mempelajari sesuatu objek sesuai dengan minatnya. 2.Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur Setelah tujuan pengukuran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah merumuskan definisi konseptual dari afektif yang akan diukur. 3. Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengkuran definisi konseptual. 4. Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah konektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrument dalam membuat atau merumuskan indikator. 5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan-pernyataan dalam instrument. Penulisan instrument atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert. Skala Likert merupakan salah satu jenis skala pengukuran ranah afektif yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang diikuti dengan penilaian responden terhadap setiap pernyataan dengan menggunakan lima skala mulai dari yang paling sesuai sampai dengan yang paling tidak sesuai. 6. Meneliti kembali setiap butir pernyataan Penelitian kembali instrument yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalammengembangkan alat ukur afektif minimal dua orang.Kepada dua orang tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran,definisi konseptual, definisi operasioanl, indicator dan pernyataan yang dibuat) dan rambu – rambu penulisan pernyataan yang baik seperti yang disarankan oleh Edwards. 7. Melakukan uji coba Perangkat instrument yang telah ditelaah dan diperbaiki,disusun dan diperbanyak untuk kemudian di uji cobakan dilapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan. 8. Menyempurnakan instrumen Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah. Dengan demikian pada akhir kegiatan ini kita sudah dapat memperoleh perangkat instrumen yang memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. 9. Mengadministrasikan instrumen Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data di lapangan. Untuk mengadministrasikan instrumen di lapangan perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: a. Kesiapan perangkat instrumen
Kesiapan perangkat instrumen paling tidak terdiri dari petunjuk cara menjawab dan contoh pengisian instrumen. b. Tenaga lapangan Tenaga lapangan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sebelum terjun ke lapangan, petugas perlu dilatih bagaimana melaksanakan pengumpulan data di lapangan. Pelatihan ini dimaksudkan agar semua petugas lapangan mempunyai persepsi yang sama dalam mengambil data. c. Kesiapan responden Sebelum pengumpulan data dilakukan kita perlu menghubungi instansi atau unit yang terkait di lapangan agar pada saat pengambilan data dilakukan semua responden sudah siap.