MAKALAH URTICARIA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Kasus Akupunktur Eksternal
Disusun oleh :
Bella Cintya Aldamar
P27240016010
Cika Imansari Adetya
P27240016011
Nurlina Annisa
P27240016037
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN AKUPUNKTUR 2019
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak member hasil seperti yang di harapkan. Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari
6
minggu), lama (kronis,
lebih
6
minggu)
dan
berulang
(kambuhan). Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 1520% populasi mengalami urtikaria dalam masa hidupnya.Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).Urtikaria baik akut maupun kronik yang disebabkan dan dipengaruhi oleh banyak faktor memiliki angka kejadian yang cukup tinggi. Pasien dengan urtikaria akut dan kronik mengalami penurunan kualitas hidup pasien akibat gatal yang berulang, kurang tidur, allergen dan kerugian dari segi estetika. Sangat penting bagi peran apoteker dalam memantau terapi pengobatan pasien urtikaria untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan melakukan pencegahan penyakit urtikaria. B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Urticaria menurut Kedokteran Barat? 2. Apa etiologi dari Urticaria? 3. Bagaimana pathogenesis dari Urticaria? 4.
Bagaimana manifestasi klinis dari Urticaria?
5. Bagaimana penanganan dari Urticaria?
6. Apa pengertian Urticaria menurut Kedokteran Timur? 7. Bagaimana etiologi dan pathogenesis dari Urticaria? 8. Apa saja deferensiasi sindrom dari Urticaria? 9. Bagaimana penatalaksanaan terapi akupunktur untuk Urticaria? 10. Bagaimana Korelasi AFA dari Urticaria?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Urticaria menurut Kedokteran Barat. 2. Untuk mengetahui etiologi dari Urticaria. 3. Untuk mengetahui pathogenesis dari Urticaria 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Urticaria. 5. Untuk mengetahui penanganan dari Urticaria. 6. Untuk mengetahui Urticaria menurut Kedokteran Timur. 7. Untuk mengetahui etiologi dan pathogenesis dari Urticaria. 8. Untuk mengetahui deferensiasi sindrom dari Urticaria 9. Untuk mengetahahui penatalaksanaan terapi akupunktur untuk Urticaria. 10. Untuk mengetahui Korelasi AFA dari Urticaria.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Menurut Kedokteran Barat 1. Definisi Urtikaria yang dikenal juga dengan “hives” adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi.Urtikaria merupakan respon kulit dengan batas yang tegas, terjadi pada epidermis superfisial, berupa urtika, yaitu lesi eritematous dan menonjol (1- 2 mm sampai beberapa cm) yang timbul dan hilang dalam beberapa jam disertai rasa gatal yang hebat.Secara umum, urtikaria dibagi menjadi bentuk akut dan kronis. Hal tersebut didasarkan pada durasi penyakit dan ada atau tidaknya stimulant, bukan dari bercak tunggal. Disebut akut apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, dan kronik apabila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu. Rata-rata 30% urtikaria akut berkembang menjadi urtikaria kronis. 2. Etiologi Pada penelitian ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Obat Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik
maupun
non-imunologik.
Obat
sistemik
(penisilin,
sulfonamid, analgesik dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein,opium dan zat kontras (.
Gambar 1. Urtikaria akut dan berat yang disebabkan oleh allergi penisilin b. Makanan Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.1,3 Terdapat dua macam zat makanan yang diketahui dapat menyebabkan atau memprovokasi urtikaria yaitu tartrazine, yang ditemukan dalam minuman dan permen berwarna kuning dan jingga, dan natrium benzoat yang digunakan secara luas sebagai bahan pengawet. c. Gigitan dan sengatan serangga. Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).
Gambar 2. Reaksi urtikaria masiv akibat sengatan serangga
d. Inhalan Inhalan berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe 1). e. Kontaktan Lesi terbentuk hanya di daerah asal kontak, misalnya di daerah kontak dengan air liur anjing atau rambut, atau di bibir setelah mencerna makanan berprotein terutama pada pasien atopik . f. Trauma Fisik Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena Darier).
Gambar 3. Dermographism . g. Infeksi dan infestasi Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. h. Penyakit sistemik Beberapa autoimun dan penyakit kolagen; misalnya retikulosis, karsinoma, dan dysproteinemias
3. Patofisiologi Sebenarnya patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria. Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah
yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer. Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permiabilitas dari kapiler atau pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari pembuluh darah di kulit. Hal in karena adanya pelepasan mediator kimia dari sel mast atau basofil terutama histamin. 4. Manisfestasi Klinis Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali.Bila mengenai organ dalam, misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan menderita angioedema. Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit
yang terkena goresan benda tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria akibat penyinaran biasanya pada gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul setslah 18-72 jam penyinaran. 5. Penatalaksanaan a. Non Farmakologi Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada umumnya hal ini sulit dilaksanakan b. Farmakologi Strategi dalam mengatasi urtikaria yang terpenting adalah dengan menghindari penyebabnya. Setelah dapat diberikan antihistamin dan kortikosteroid. Untuk urtikaria, antihistamin adalah obat utama. Kortikosteroid dan obat imunosupresor lainnya dapat digunakan jika keadaan lebih parah atau pasien yang memberikan respon lemah pada antihistamin. 1) Antihistamin Antihistamin generasi pertama seperti loratadin dan cetirizin adalah terapi utama untuk urtikaria. Obat-obat ini lebih efektif daripada plasebo dalam mengobati urtikaria akut maupun kronis. Sedangkan antihistamin generasi pertama dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada pasien yang sulit tidur karena gejalanya. Karena 15% reseptor histamin pada kulit kita adalah antihistamin reseptor H2, maka obat-obat seperti ranitidin dan simetidin dapat digunakan pada beberapa pasien urtikaria. Namun penggunaannya tidak boleh secara tunggal karena memiliki efek yang terbatas 2) Kortikosteroid Pada beberapa pasien yang memberikan respon lemah pada antihistamin, dapat digunakan kortikosteroid seperti prednisone sampai 40 mg/hari. Namun penggunaan jangka panjang harus dihindari karena efek samping dari kortikosteroid
3) Imunosupresif dan imunomodulator Obat obat ini dapat digunakan jika keadaan pasien lebih parah yaitu pada urtikaria kronik. Penelitian menyatakan bahwa siklosforin efektif dalam mnegobati pasien urtikaria kronik yang tidak memberikan respon dengan atihistamin. Contoh lainnya adalah antibodi monoklonal anti Ig-E, omalizumab, dan intravenous immunoglobulin G. Namun, penggunaannya perlu diuji keefektifannya dalam mengobati urtikaria.
B. Menurut Kedoteran Timur
Mekanisme AFA Akupunktur telah dilaporkan mengurangi gatal yang disebabkan oleh histamine pada subyek yang sehat . Mekanisme yang mungkin menjelaskan cara kerja antihistamin pada akupunktur yaitu downregulasi dari sinyal di reseptor TRPV1, yang memicu histamin menimbulkan gejala seperti gatal. Penusukan akupunktur akan meningkatkan sekresi mediator peradangan yang akan menyebabkan dihasilkannya sinyal pada nosiseptor. Selanjutnya serabut somatik aferen membawa sinyal dari penusukan jarum ini ke medula spinalis dan mengaktifkan hipofisis-hipotalamus yang akan melepaskan opioid endogen ke pembuluh darah dan cairan serebrospinal. Hal ini berakibat pada meningkatnya analgesia fisiologis dan homeostasis berbagai macam sistem termasuk sistem imun.
DAFTAR PUSTAKA
Setyaningsih, nur dkk.2015.Asuhan keperawatan urticaria.online: https://www.academia.edu/11924780/Urtikaria (Diakses Tanggal 8 Maret 2019). Sofyana, Utami .2015.Online : https://dokumen.tips/download/link/makalahurtikaria-560d4b0fd7613 (Diakses Tanggal 8 Maret 2019).